• Tidak ada hasil yang ditemukan

Guru sebagai Ulama. Oleh: Muhammad Kosim. (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN IB Padang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Guru sebagai Ulama. Oleh: Muhammad Kosim. (Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN IB Padang)"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Guru sebagai Ulama

Oleh: Muhammad Kosim

(Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN IB Padang)

Rasululllah SAW bersanda: Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi dan

sesungguhnya nabi tidak mewariskan dinar dan tidak pula dirham akan tetapi ia mewariskan

ilmu (HR. Abu Daud).

Setiap guru yang beragama Islam, sesungguhnya membawa misi ulama, yaitu mendidik peserta didik agar memiliki iman, ilmu dan amal secara integral. Ilmu yang diajarkan mesti berpengaruh terhadap aqidah, ibadah, dan akhlak peserta didiknya.

Peran guru sebagai ulama akan terwujud jika ia menyadari dan meyakini bahwa setiap ilmu yang ia ajarkan pada hakikatnya berasal dari Allah. Maka penerapan ilmu seyogyanya dilakukan untuk mendekatkan diri kepada Allah Maha Berilmu (al-‘Alim).

(2)

Makna Ulama

Kata ulamâ’ (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari kata `âlim artinya orang yang berilmu.

Kata `âlim adalah ism fâ`il dari

kata `ilm/`alima

. Ibn Manzhûr (w. 711 H) menjelaskan bahwa `alima

bermakna mengetahui dengan jelas dan pasti ( `arafa, khabara,

dan atqana

). Quraish Shihab menegaskan bahwa setiap kata yang terbentuk dari huruf `ain

, lâm , dan mîm

selalu menunjukkan kejelasan, seperti `alam

(bendera), `âlam

(alam raya atau makhluk yang memiliki rasa dan atau kecerdasan), `alâmah

(alamat).

Dalam Alquran, kata `ilm/`alima dengan pelbagai derivasinya terulang sebanyak 854 kali. Secara khusus, kata al-`ulamâ’ sebagai jamak dari kata al-`âli

m ,

terulang dua kali, yaitu: pertama,

“Dan sungguh, (Alquran) itu (disebut) dalam kitab-kitab orang yang terdahulu. Apakah tidak (cukup) menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya?” (QS. asy-Syu`arâ’/26: 196-197).

Kedua, “Tidakkah engkau melihat bahwa Allah menurunkan air dari langit lalu dengan air itu Kami hasilkan buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam

(3)

pekat. Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara

hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.” (QS. Fâthir/35: 27-28).

Ayat pertama (surat asy-Syu’ara ayat 196-197) berbicara tentang wahyu/ayat-ayat qur’âniyah, sedangkan QS. Fâthir ayat 27-28 tentang melihat dan merenungi alam/

ayat-ayat kauniyah

, dan menimbulkan rasa khasyyah

. Maka makna ulama adalah orang yang menguasai ilmu tentang ayat-ayat qur’âniyah

dan

ayat-ayat kauniyah

, serta dapat mengantarkan mereka pada rasa khasyyah

kepada Allah SWT.

Quraish Shihab menegaskan, tidak meleset jika dikatakan bahwa QS. Fâthir ayat 28 ini berbicara tentang kesatuan apa yang dinamai ‘ilmu agama’ dan ‘ilmu umum’. Karena puncak ilmu agama adalah pengetahuan tentang Allah, sedang ilmuwan sosial dan alam memiliki rasa takut dan kagum kepada Allah yang lahir dari pengetahuan mereka tentang fenomena alam dan sosial, dan pengetahuan mereka tentang Allah.

Dengan demikian, ulama bukan saja orang yang memiliki ilmu agama saja, seperti yang

banyak dipahami oleh masyarakat sekarang. Tetapi ulama yang sesungguhnya adalah mereka yang memiliki ilmu pengetahuan, apakah ilmu yang tergolong pada sains, humaniora atau ilmu-ilmu umum lainnya, maupun ilmu yang terkait dengan ajaran agama (tafaqquh fi al-din ata

u u

lum al-din

); dengan syarat ilmu itu menjadikan mereka takut, tunduk dan patuh kepada Allah SWT ( khasyyah

).

Dari sekian banyak pendapat para mufassir, Muhammad Arifin Jahari

(www.studitafsir.blogspot.co.id) menyimpulkan kualifikasi ulama ada tiga: penguasaan tentang Allah dan syariat (ayat qur’âniyah), pengetahuan tentang fenomena alam dan sosial (ayat kauniyah

(4)

), dan khasyyah .

Lalu apa yang dimaksud dengan khasyyah? Khasyyah artinya takut. Dalam bahasa Arab, ada empat istilah yang menunjukkan makna takut:

rahbah , khauf , khasyyah , dan haibah

. Menurut Al-Qusyairî (w. 465 H), dalam Lathâ’if al-Isyârât,

kata rahbah

adalah rasa takut yang membuat orangnya menjauh/lari dari yang ditakutinya. Khauf

adalah rasa takut yang didasari dengan keimanan (QS. Ali `Imran [3]: 175). Haibah

adalah rasa takut yang membawa pada makrifah. Sedangkan khasyyah

adalah rasa takut yang didasari dengan ilmu.

Al-Qasyani (w. 730 H) menjelaskan khasyyah bukanlah takut terhadap siksa Allah, tapi kondisi hati yang penuh kekhusyukan dan luluh ketika mengambarkan dan menghadirkan sifat

keagungan Allah. Dengan demikian, rasa khasyy

ah mu

ncul ketika seseorang memiliki ilmu sehingga ia mengenal Allah, lalu ia mengembangkan ilmu pengetahuan yang ia miliki dan dengan ilmu itu ia semakin dekat kepada Allah SWT. Jika ia mengajarkan ilmu itu, ia pun berupaya agar peserta didiknya memiliki sifat

khasyyah

. Sifat inilah yang dimiliki oleh ulama.

(5)

Sejatinya setiap guru muslim meyakini bahwa ilmu itu merupakan anugerah dari Allah SWT. Maka seorang guru mesti memiliki ilmu-ilmu dasar tentang keislaman sehingga ia mengenal Allah dan mampu beribadah kepada-Nya. Lalu ia kuasai bidang keilmuan yang dimilkinya (sesuai mata pelajaran yang diampunya) dan dengan ilmu itu ia semakin takut dan dekat kepada Allah SWT.

Idealnya, menurut Abudddin Nata, guru sebagai ulama sejatinya menguasai ilmu agama dan ilmu secara mendalam, mau mengajarkan ilmunya itu atas panggilan agama; memiliki akhlak mulia dan menjadi teladan bagi masyarakat; serta mengembangkan ilmunya secara

terus-menerus, melakukan peran sebagai pelindung dan pembimbing masyarakat, sebagai motivator dalam pembangunan, melakukan peran sebagai tokoh masyarakat; dan sebagainya.

Tegasnya, bukan guru agama saja yang patut disebut ulama, tetapi guru umum yang

mengajarkan ilmunya atas panggilan agama dan menanamkan nilai-nilai tauhid melalui ilmu itu, ia pun patut disebut ulama.

Guru yang berperan sebagai ulama akan menjadikan profesinya bernilai ibadah. Di samping menjalankan tugas dan kewajiban dalam mencerdaskan peserta didik, tugas yang lebih mulia dan paling fundamental adalah menjalankan misi dakwah, yaitu mendidik peserta didik agar beriman dan bertakwa serta memiliki sifat khasyyah kepada Allah dengan ilmu yang

dimilikinya.

Hal ini relevan dengan tugas setiap muslim untuk berdakwah sesuai dengan kemampuannya. Rasulullah SAW bersabda: ballighu ‘anni walau ayah (sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat).

Jika hal itu dilakukan, maka kesuksesan dalam makna hakiki (dunia dan akhirat) akan

diperoleh guru tersebut. Firman-Nya: dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru (berdakwah) kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung (Q s. Ali Imran/3: 104)

.

(6)

Urgensi Kurikulum 2013

Meskipun kurikulum 2013 (Kurtilas) memilki sejumlah kelemahan dan banyak mendapat sorotan, tetapi konsep dasar kurikulum yang mengedepankan pendidikan sikap, baik sikap spiritual maupun sikap sosial, patut mendapat dukungan dari kalangan berilmu (ulama). Dalam Kurtilas, setiap mata pelajaran diikat oleh kompetensi inti yang sama di setiap jenjangnya, dimana kompetensi inti itu terbagi pada empat aspek, yaitu sikap spiritual (KI-1), sikap sosial (KI-2), pengetahuan (KI-3) dan keterampilan (KI-4).

Setiap guru mata pelajaran dituntut untuk mendidik sikap spiritual dan sikap sosial siswa, di samping substansi materi bidang studi yang diampuninya pada ranah kognitif dan psikomotor. Dengan begitu, pembinaan akhlak tidak saja menjadi tanggungjawab guru agama semata, tetapi menjadi tugas semua guru. Hal ini penting dan sangat menentukan efektifitas pendidikan sikap keberagamaan dimana peran dan keiikutsertaan semua guru mata pelajaran sangat dituntut.

Hanya saja, Kurikulum 2013 akan segera mengalami perubahan untuk penyempurnaan. Kita berharap, KI-1 dan KI-2 dalam Kurtilas yang sangat religius dan humanis tersebut tetap diterapkan dan disempurnakan dalam implementasinya, baik strategi pembelajaran maupun teknik evaluasinya. Dengan begitu semua guru akan terlibat aktif mendidik peserta didik untuk mewujudkan tujuan Sisdiknas dengan indikator utama memiliki iman, takwa dan akhlakl mulia.

Jika guru mampu menjalankan perannya sebagai ulama, maka pendidikan Islam akan efektif diterapkan, baik di madrasah maupun sekolah. Semua guru yang beragama Islam, apa pun mata pelajarannya, memiliki tanggungjawab untuk mendidik sikap keberagamaan peserta didik yang juga beragama Islam. Umat Islam harus membentengi mentalitas generasi muda dengan aqidah yang kuat sehingga sebesar apa pun tantangan eksternal akan mudah dihadapi.

Semoga Allah SWT menuntun para guru muslim di negeri ini mampu menjalankan perannya sebagai ulama sehingga generasi muslim memiliki ilmu yang luas-mendalam dan taat kepada Allah Sang Pencipta Alam. Amin. Ed.EN

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Tahapan penelitian dimulai dari mendefinisikan permasalahan, kemudian melakukan analisis dan disain menggunakan pendekatan Zachman Framework dengan menentukan ruang

Pusat massa atau sentroid ( centroid ) lazim ditemukan dengan menggunakan nilai rerata koordinat setiap piksel yang menyusun objek Pada proses ekstraksi ciri

Bentuk kerjasama tersebut antara lain: (1) program atau kontrak kerjasama dalam mengembangkan teknologi baru, (2) kerjasama patungan untuk membuat perusahaan terpisah untuk

Whilst the major components, citronellal encountered hydration reaction, dehydration, reduction, and dimerization and transformed into linalool, citronellol, terpineol

perlakukan kromatogram kembali dengan pelarut yang berbeda.Hal yang sangat tidak dipercaya bahwa dua bercak yang membingungkan akan memiliki nilai Rf dalam pelarut kedua sama

ANALIS KEBIJAKAN MUDA SEPANJANG JL. HARYONO KOMPOL 5707096 7.. ANALIS KEBIJAKAN PERTAMA JL. SLAMET RIYADI KOMPOL

Belum holistiknya proses penyusunan rencana kerja pembangunan daerah terlihat dari beberapa proses tahapan musrenbang, mulai dari musrenbang tingkat kelurahan,

Strategi ini menimbulkan kendurnya pengendalian oleh perusahaan induk (kantor pusat), dan sistem informasi memudahkan desentralisasi dalam pengambilan keputusan strategis