• Tidak ada hasil yang ditemukan

KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO PAYAKUMBUH-SUMATERA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO PAYAKUMBUH-SUMATERA BARAT LAPORAN TUGAS AKHIR."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN

BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO

PAYAKUMBUH-SUMATERA BARAT

LAPORAN

TUGAS AKHIR

Oleh :

EKO SETIYAWAN

No. BP. 1201371018

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH

PAYAKUMBUH

2015

(2)

KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN

BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO

PAYAKUMBUH-SUMATERA BARAT

LAPORAN

TUGAS AKHIR

Oleh :

EKO SETIYAWAN

No. BP. 1201371018

Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar A.Md pada Program Studi Peternakan

Jurusan Budidaya Tanaman Pangan Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

PROGRAM STUDI PETERNAKAN

JURUSAN BUDIDAYA TANAMAN PANGAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PAYAKUMBUH

PAYAKUMBUH

2015

(3)

LAPORAN TUGAS AKHIR

KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO PAYAKUMBUH

SUMATERA BARAT Oleh : EKO SETIYAWAN No. BP. 1201371018

Menyetujui :

Ketua Jurusan Budidaya Tanaman Pangan

Dosen Pembimbing

Ir. Setya Dharma, M.Si NIP.19601006 1987 03 1003

Debby Syukriani, S.Pt, MP NIP.19791219 2003 12 2002

Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh

Ir. Gusmalini, M.Si NIP. 19571110 1987 03 2001

(4)

LAPORAN TUGAS AKHIR

KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO PAYAKUMBUH

SUMATERA BARAT

Oleh :

EKO SETIYAWAN No. BP. 1201371018

Telah diuji dan dipertahankan di depan Tim Penguji Laporan Tugas Akhir Program Studi Peternakan Jurusan Budidaya Tanaman Pangan

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada tanggal 30 Juni 2015

TIM PENGUJI

No Nama Jabatan Tanda Tangan

1 Ir. Ramond Siregar, MP Ketua

2 Drh. Prima Silvia Noor, M.Si Anggota

3 Debby Syukriani, S.Pt, MP Anggota

(5)

LAPORAN TUGAS AKHIR

KUALITAS SEMEN SAPI SIMMENTAL BERDASARKAN BOBOT BADAN DI UPTD BIB TUAH SAKATO PAYAKUMBUH

SUMATERA BARAT

Oleh :

EKO SETIYAWAN No. BP. 1201371018

Dibawah bimbingan : Debby Syukriani, S.Pt, MP

RINGKASAN

Demi terwujudnya program swasembada daging sapi yang telah dicanangkan oleh pemerintah dari tahun 2014 yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pertanian NOMER : 19/PERMENTAN/OT.140/2/2010 Tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging sapi 2014, maka perlu adanya suatu usaha untuk meningkatkan populasi sapi potong maupun genetiknya agar mendapatkan kualitas daging sapi yang baik. Program Inseminasi Buatan (IB) merupakan suatu teknologi tepat guna yang dapat digunakan untuk meningkatkan populasi sapi potong maupun genetiknya. Arifiantini (2012), IB merupakan suatu teknologi reproduksi yang bertujuan meningkatkan populasi dan mutu genetik dari ternak. salah satu penentu keberhasilan IB adalah kualitas dari semen yang digunakan untuk IB.

Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa dilaksanakan di UPTD BIB Tuah Sakato yang beralamat di Jln Riau no 15 Kelurahan Ibuh, Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini dimulai pada tanggal 17 Maret 2015 – 31 Mei 2015.

Dari hasil pengamatan yang diperoleh selama Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) didapat dari 3 kelompok bobot badan sapi Simmental secara keseluruhan bahwa bobot badan mempengaruhi volume semen, konsistensi, motilitas, gerakan massa, akan tetapi bobot badan tidak berpengaruh terhadap konsentrasi spermatozoa, warna dan pH semen sapi Simmental.

(6)

Ya allah . . .

Terima kasih atas nikmat dan rahmat-mu yang agung ini, hari ini hamba bahagia. Perjalanan diriku selama ini akhirnya bisa selesai dengan semua kemampuan diriku. Walaupun beberapa keinginanku tidak tercapai, aku tetap percaya semua itu rencana terbaikmu ya allah.

Syukur Alhamdulillah kini ku tersenyum dalam iradat-mu, karena engkau telah memberikan jalan kepadaku dan memberikan nafas padaku hingga aku masih sehat jasmani & rohaniku sampai saat ini.

Ibunda tersayang Mumut Mutiara (Almh) Engkau sangat berjasa di hidupku

Hingga diriku menggapai masa depan yang cemerlang. Ayahanda tercinta Endang Suparto Engkau telah mengeluarkan air keringatmu Untuk menjadikan diriku anak yang bisa dibanggakan.

Kupersembahkan Kepada Mama & Bapak

Endang Suparto, Mumut Mutiara (Almh), ibu lestariani, saudariku Siti Maryam (adek), Nurul Arofahtussa’diyah (adek), dan saudaraku Adam Saepul Mak’ruf (adek), Muhammad Nuryanto (adek) semoga semua jasa dan kebaikanmu selalu tercatat dan menjadi amal shaleh disisi Allah SWT. Amiin.

Ucapan Terima kasih, kepada ibu Debby Syukriani, S.Pt, MP yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam menyelesaikan

laporan Tugas Akhir ini.

Untuk uwa epi, uwa cucu, bang vian, teh selvi, ante yel, nenek, edo, dan keluarga besar di Payakumbuh terimakasih atas semua bantuannya mudah-mudahan menjadi amal ibadah yang selalu dicatat oleh

Allah SWT Evi fitri yani sebagai pacarku, terima kasih karena engkau telah

bermakna dihidupku dan mampu memberiku semangat.

Teman teman satu perjuangan Bambang, Nopan, Yono, Yansel, Udin, Veby, Rio, Bang Romi, Bayu, Rika, Nike, Hamda, Tio, Yora, Ade, Israq, Bagus, Ali, Rahmat, Hendra, Vajri, Alvin, Bang Alex, Wahyudi, Ade Sustia, Sahaja, Rifka, Anggun, Yudi, Dea, Linduana, Fitri, Nita dan teman-teman lainnya yang tidak mungkin disebutkan satu persatu, yang telah memberikan warna warni dihidupku.

(7)

Tak lupa teman-teman dari HMSS Kak Penata, Kak Rahmat, Kak Samri, Yuk Dita, Yuk Riza, Yuk Wita, Ridwan, Budi, Agus, Fevi, Medi, Piter, Indri, Erlan, Budi, Furqon, Marwan, Dara, Puja, Edi terima kasih kawan yang senasib ditanah orang dan mampu membuatku tertawa riang.

Untuk sahabat di kampung halaman AIR MAJUNTO semangat kawan, Atep, Dodi, Indra, Paicong, Bagio semoga kita akan bertemu setelah sukses nanti, amiiiin.

Dan seluruh teman – teman yang ku kenal, semoga silahturahmi kita tetap terjaga hingga kita semua bertemu dalam keadaan sukses amiiin.

WASSALAM Eko Setiyawan

(8)

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah segala puji bagi Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya serta, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Laporan Tugas Akhir (LTA) dengan judul “Kualitas Semen Sapi Simmental Berdasarkan Bobot Badan di UPTD BIB Tuah Sakato, Payakumbuh, Sumatera Barat”. Laporan Tugas Akhir ini merupakan laporan dari kegiatan Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan di UPTD BIB Tuah Sakato yang beralamat di Jln Riau no 15, Kelurahan Ibuh, Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh Provinsi Sematera Barat. Laporan ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma III dan mendapatkan gelar A.Md di Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

Dalam menyusun dan menyelesaikan laporan tugas akhir ini, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak yang telah membantu baik moral maupun materi dalam proses penyusunan dan penyelesaian laporan tugas akhir. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ayahanda Endang Suparto, A.Md dan Ibunda Mumut Mutiara (ALMH) beserta saudara-saudariku yang selalu memberikan semangat.

2. Ibu Debby Syukriani, S.Pt, MP sebagai dosen pembimbing akademik. 3. Ibu Muthia Dewi, S.Pt, M.Sc sebagai ketua Program Studi Peternakan

Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

4. Bapak dan Ibu dosen yang mengajar di Program Studi Peternakan. 5. Bapak Ir. Setya Dharma, M.Si sebagai ketua Jurusan Budidaya

(9)

6. Ibu Ir. Gusmalini, M.Si sebagai Direktur Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh.

7. Bapak Drh. Zed Abbas sebagai Kepala UPTD Balai Inseminsai Buatan Tuah Sakato

8. Ibu Ir. Warnis sebagai pembimbing lapang PKPM di UPTD Balai Inseminsai Buatan Tuah Sakato.

9. Bapak dan ibu pegawai di UPTD Balai Inseminasi Buatan Tuah Sakato.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini jauh dari kata sempurna mengingat keterbatasan kemampuan yang dimiliki oleh penulis, oleh karena itu penulis mengaharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan dimasa yang akan datang.

Tanjung Pati, Juni 2015

E S

(10)

iii

DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Tujuan ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1. Sapi Simmental ... 4

2.2. Penentuan Bobot Badan Ternak ... 4

2.3. Hubungan Bobot Badan Ternak Terhadap Kualitas Semen ... 5

2.4. Semen ... 6

III. METODE PELAKSANAAN ... 7

3.1. Waktu Dan Tempat ... 7

3.2. Bahan Dan Alat ... 7

3.3. Metode ... 8

3.3.1. Penentuan bobot badan sapi ... 8

3.3.2. Pengambilan data ... 9

3.3.3. Pengolahan data ... 9

3.4. Pelaksanaan Proyek ... 9

3.4.1. Bobot badan sapi ... 9

3.4.2. Evaluasi semen ... 10

3.4.3. Metode penampungan semen ... 14

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 15

4.1. Hasil ... 15

4.2. Pembahasan ... 18

V. KESIMPULAN ... 25

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Hal

1. Komposisi kimia semen pada sapi ... 6

2. Data pengukuran dan bobot badan sapi di UPTD BIB Tuah Sakato ... 10

3. Volume semen segar pada 3 kelompok bobot badan sapi Simmental ... 15

4. Warna semen berdasarkan kelompok sapi dengan BBT ... 15

5. Warna semen berdasarkan kelompok sapi dengan BBS ... 15

6. Warna semen berdasarkan kelompok sapi dengan BBR ... 16

7. Konsistensi semen berdasarkan kelompok sapi dengan BBT ... 16

8. Konsistensi semen berdasarkan kelompok sapi dengan BBS .. 16

9. Konsistensi semen berdasarkan kelompok sapi dengan BBR . 16 10. Derajat kemasaman (pH) semen segar pada 3 kelompok bobot badan sapi simmental ... 17

11. Gerakan massa berdasarkan kelompok sapi dengan BBT ... 17

12. Gerakan massa berdasarkan kelompok sapi dengan BBS ... 17

13. Gerakan massa berdasarkan kelompok sapi dengan BBR ... 18

14. Gerakan individu/mortility berdasarkan 3 kelompok bobot badan sapi Simmental ... 18

15. Konsentrasi spermatozoa pada semen segar berdasarkan 3 kelompok bobot badan sapi Simmental ... 18

(12)

v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Hal

1. Data hasil pemeriksaan semen di UPTD BIB Tuah Sakato

berdasarkan 3 kelompok bobot badan sapi Simmental ... 28 2. Profil UPTD BIB Tuah Sakato ... 30 3. Dokumentasi ... 35

(13)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor peternakan mendapat perhatian yang cukup besar, terutama di bidang pengembangan ternak sapi potong dengan keluarnya Peraturan Menteri Pertanian NOMER : 19/Permentan/OT.140/2/2010 Tentang Pedoman Umum Program Swasembada Daging Sapi 2014. Untuk memenuhi kebutuhan pangan dan gizi melalui usaha peternakan sapi potong (Menteri Pertanian, 2010), agar tercapai tujuan swasembada daging sapi tersebut, maka di perlukan suatu usaha tepat guna dengan meningkatkan kualitas daging maupun jumlah populasi ternak.

Agar populasi ternak dapat cepat tercapai, maka perhatian khusus perlu diberikan kepada peternakan rakyat, karena peternakan rakyat juga memberikan sumbangan ketersedian bahan pangan asal hewan yang cukup besar. Untuk meningkatkan kualitas hasil (daging) maka dilakukan inseminasi buatan (IB) pada sapi potong yang dikembangkan oleh peternakan rakyat. Selain dari itu dengan adanya program IB dapat memperbaiki mutu genetik ternak yang akan berdampak pada hasil yang akan didapatkan. Menurut Arifiantini (2012), menyebutkan bahwa IB adalah teknologi reproduski yang bertujuan untuk meningkatkan populasi dan mutu genetik dari ternak. Selain itu, IB juga dapat memberikan keuntungan lainnya dimana dengan teknologi IB dapat membantu penyebaran pejantan unggul sehingga dapat dilakukan ke daerah lainya yang tidak memungkinkan untuk dilakukan kawin alam.

Untuk mendukung program IB yang saat ini mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, maka perlu didukung dengan kualitas bibit yang unggul. Agar tingkat keberhasilan IB dapat meningkat kearah lebih baik dan untuk

(14)

2 mendapatkan semen yang baik perlu di perhatikan mulai dari kegiatan proses produksi semen, serta pejantan/bull yang akan ditampung semennya. Thomaszweska dkk (1991) dalam Adhyatma, Isnaini dan Nuryadi (2013), menyebutkan bahwa umur, lingkungan, nutrisi, frekuensi kawin, serta bobot badan merupakan faktor yang dapat mempengaruhi hormon yang dihasilkan testes (testosteron). Testes (testosteron) menghasilkan hormon androgen, menurut Toeliehere (1979), hormon androgen merupakan salah satu hormon yang diperlukan untuk libido dan kesanggupan untuk ereksi dan ejakulasi. Oleh karena itu, bobot badan perlu dijaga karena merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kualitas semen. Menurut Susilawati dkk (1993) dalam Adhyatma, Isnaini dan Nuryadi (2013), semen yang berkualitas dari sektor pejantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain : bobot badan, umur pejantan, sifat genetik, suhu dan musim, frekuensi ejakulasi dan makanan.

Hasil penelitian dari Adhyatma, Isnaini dan Nuryadi (2013), menyebutkan bahwa hasil dari pemeriksaan kualitas dan kuantitas semen segar didapatkan nilai tertinggi pada kelompok bobot badan sedang (840 kg – 846 kg) berdasarkan warna, konsistensi, volume dan motilitas. Berdasarkan penelitian tersebut maka diangkatlah judul Tugas Akhir (TA) “Kualitas Semen Sapi Simmental Berdasarkan Bobot Badan di UPTD BIB Tuah Sakato, Payakumbuh, Sumatera Barat”.

(15)

1.2. Tujuan

Praktek pengalaman kerja mahasiswa bertujuan :

1. Mengetahui kualitas semen sapi Simmental berdasarkan bobot badan di UPTD BIB Tuah Sakato.

(16)

4

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sapi Simmental

Sapi Simmental merupakan bangsa bos taurus, Thalib dan Siregar (1999) dalam Yunus (2014), selanjutnya dijelaskan bahwa sapi Simmental ini berasal dari daerah Simme di negara Switzerland yang kemudian berkembang lebih cepat di benua Eropa dan Amerika. Sapi Simmental ini merupakan tipe perah dan tipe potong, sapi Simmental jantan dewasa mampu mencapai berat badan 1.150 kg dan betina dewasa 800 kg.

Secara genetik, sapi Simmental merupakan sapi potong yang beasal dari iklim dingin, sapi simmental memiliki persentasi karkas tinggi dan dapat difungsikan sebagai sapi potong dan perah (Yunus, 2014)

2.2. Penentuan Bobot Badan Ternak

Pertumbuhan tubuh secara menyeluruh umunnya diukur dengan bertambahnya bobot badan seekor ternak, ukuran bagian tubuh ternak dapat digambarkan sebagai kemampuan bagi produksi seekor ternak. menurut Yusuf (2004) dalam Masyur (2010), Data tentang ukuran tubuh tersebut antara lain panjang badan, lingkar dada, lebar dada dan tinggi gumba. Lingkar dada merupakan salah satu dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai indikator mengukur dan perkembangan ternak (Awaludin dan Panjaitan, 2010). Menurut Mansyur (2010), panjang badan merupakan jarak antara ujung samping tulang bahu (tubercullum humeralis lateralis) sampai dengan ujung tulang duduk (tebercullum ischiadium) pada seekor ternak.

(17)

Bobot badan ternak dapat diketahui dengan mengukur bentuk dari ukuran tubuh ternak, berupa lingkar dada dan panjang badan dari seekor ternak menggunakan rumus :

Rumus lambourne, (Mansyur, 2010) : W = L x G2 10.840 Keterangan : W = bobot badan (kg) L = panjang badan (cm) G = lingkar dada (cm) 10.840 = angka mutlak

Penentuan bobot badan dapat menggunakan rumus lambourne, karena rumus lembourne lebih mendekati berat ril sapi dengan tingkat kesalahan dibawah 10%. Disnak Jatim (2012), rumus lembourne lebih mendekati berat sapi ril sebenarnya dengan tingkat kesalahan dibawah 10%.

2.3. Hubungan Bobot Badan Terhadap Kualitas Semen

Bobot badan merupakan indikator produktivitas ternak sapi, salah satunya yaitu produksi semen oleh sapi jantan. Menurut Susilawati dkk (1993) dalam Adhyatma, Isnaini dan Nuryadi (2013), menyebutkan semen yang berkualitas dari pejantan unggul dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bobot badan, umur pejantan, sifat genetik, suhu dan musin, serta frekuensi ejakulasi dan makanan.

(18)

6

2.4. Semen

Semen adalah sekresi kelamin jantan secara normal yang diejakulasikan kedalam saluran kelamin betina sewaktu kopulasi, tetapi dapat juga ditampung dengan berbagai cara untuk keperluan IB (Toelihere, 1979). Dijelaskan selanjutnya bahwa semen terbagi atas dua bagian yaitu spermatozoa dan plasma semen. Spermatozoa biasa disingkat dengan sperma atau sel kelamin jantan yang bersuspensi didalam suatu cairan yang disebut sebagai plasma semen.

Sperma dihasilkan didalam testes, sedangkan plasma semen adalah campuran sekresi yang dibuat oleh epididimis dan kelenjar-kelenjar kelamin pelengkap yaitu kelenjar vesikulares dan kelenjar prostata (Toelihere, 1979) Tabel 1. Komposisi kimia semen pada sapi (mg/100 ml)

Komposisi semen Sapi

Fructose 530

Sorbitol 75

Glyceril phosporil choline 350

Inositol 35 Citric acid 720 Ergothionine 0 Plasmalogen 60 Sodium 230 Potasium 140 Chlorine 180 Calcium 44 Magnesium 9

(19)

III. METODE PELAKSANAAN

3.1. Waktu dan Tempat

Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa dilaksanakan di UPTD BIB Tuah Sakato yang beralamat di Jln Riau no 15 Kelurahan Ibuh, Payakumbuh Barat Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Pengalaman Kerja Praktek Mahasiswa ini dimulai pada tanggal 17 Maret 2015 – 31 Mei 2015.

3.2. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan selama kegiatan PKPM di BIB Tuah Sakato yaitu :

1. Sapi.

Ternak sapi yang diambil datanya selama kegiatan PKPM ini yaitu sapi Simmental dengan jumlah 8 ekor dengan lama pengambilan data yaitu 6 minggu.

2. Cow teaser (sapi pemancing)

Sapi pemancing yang diikat di kandang produksi bertujuan agar sapi pejantan menaiki dan memudahkan untuk ditampung semennya dengan vagina buatan.

3. Peralatan

Peralatan yang digunakan untuk mengukur bagian tubuh ternak sapi Simmental yaitu :

a) Pita ukur, digunakan untuk mengukur lingkar dada ternak sapi Simmental dan panjang bambu yang digunakan untuk mengukur panjang badan.

(20)

8 b) Bilah bambu, digunakan untuk mengukur panjang badan ternak sapi

Simmental.

c) Alat tulis, digunakan untuk mencatat semua hasil pengukuran.

d) Vagina buatan, digunakan untuk menanpung semen sapi pada saat penampungan.

e) Penicilin, digunakan sebagai pelicin pada vagina buatan.

f) Mikroskop, digunakan untuk melihat gerakan massa, gerakan individu dan konsistensi semen.

g) Objek glass, digunakan sebagai preparat semen untuk diperiksa semen dengan menggunkan mikroskop.

h) Cover glass, digunakan untuk menutup semen diatas objek glass untuk pemeriksaan gerakan individu dan perkiraan konsentrasi semen.

3.3. Metode

3.3.1. Penentuan Bobot Badan Sapi

Bobot badan sapi Simmental diketahui dengan menggunakan rumus Lembourne, dimana dilakukan pengukuran dari bagian tubuh (lingkar dada dan panjang badan). Pengukuran lingkar dada sapi Simmental menggunakan pita ukur sedangkan pengukuran panjang badan menggunakan bilah bambu. Setelah pengukuran dilakukan dan diperoleh data, maka data tersebut dihitung dengan rumus Lembourne dan hasil dari perhitungan rumus Lembourne merupakan bobot badan sapi Simmental yang ada di UPTD BIB Tuah Sakato.

(21)

3.3.2. Pengambilan Data

Pengambilan data kualitas semen sapi Simmental dilakukan selama 4 minggu yang dimulai pada tanggal 6 April sampai 24 April 2015. Data yang diperoleh langsung dari kegiatan proses produksi semen beku yang diperiksa oleh petugas Laboratorium UPTD BIB Tuah Sakato.

3.3.3. Pengolahan Data

Setelah data diperoleh, maka data tersebut dikelompokan berdasarkan bobot badan sapi Simmental yang ada di UPTD BIB Tuah Sakato, data kualitas semen sapi Simmental diambil yaitu data rata-rata kualitas semen selama 4 minggu yang diperoleh di UPTD BIB Tuah Sakato.

3.4. Pelaksanaan PKPM

3.4.1. Bobot Badan Sapi

Bobot badan sapi diperoleh dengan cara menghitung data dari pengukuran lingkar dada dan panjang badan. Kemudian dihitung dengan menggunakan menggunakan rumus lambourne. Pengukuran lingkar dada dan panjang badan sapi menggunakan pita ukur untuk lingkar dada sedangkan untuk panjang badan menggunakan bilah bambu. Hasil pengukuran yang didapat yaitu :

(22)

10 Tabel 2. Data Pengukuran dan bobot badan Sapi Simmental di BIB Tuah Sakato No Nama Bull Kode

Bull Lingkar Dada (Cm)* Panjang Badan (Cm)* Bobot badan (Kg)** 1 Borneo 60931 205 166 644 2 Gespert 60932 201 152 567 3 Eldyraya 61337 185 147 464 4 Zelook 61235 187 140 452 5 Darwin 61233 189 136 448 6 Hasvin 61234 183 141 436

Ket : * = hasil pengukuran di BIB Tuah Sakato ** = bobot badan berdasarkan rumus Lambourne

Setelah mengetahui bobot badan sapi dari perhitungan rumus lambourne, maka sapi bull dikelompokan menjadi 3 kelompok, pengelompokan sapi tersebut

a. Kelompok sapi dengan bobot badan tinggi yaitu 567 kg dan 644 kg (BBT) b. Kelompok sapi dengan bobot badan sedang yaitu 452 kg dan 465 kg (BBS) c. Kelompok sapi dengan bobot badan rendah yaitu 436 kg dan 448 kg (BBR) Pengelompokan sapi diatas tersebut berdasarkan sapi yang sering dan rutin ditampung semennya, untuk diproses menjadi semen beku di laboratorium UPTD BIB Tuah Sakato.

3.4.2. Evaluasi Semen

Setelah semen di tampung oleh kolektor/bull master, maka semen yang berada didalam tabung skala sesegera mungkin diantarkan ke laboratorium dan dimasukan kedalam water bath yang telah diisi dengan air, dimana suhu air telah distabilkan dengan suhu 370C. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap semen segar tersebut, pemeriksaan tersebut diantaranya :

A. Makroskopis

Makroskopis merupakan suatu pemeriksaan semen dengan melihat secara langsung semen segar yang baru ditampung, Arifiantini (2012) menyebutkan

(23)

bahwa evaluasi makrokopis dilakukan untuk memperkirakan kualitas semen (kosentrasi spermatozoa dan kenormalan semen) secara kasat mata. Pemeriksaan semen secara makroskopis meliputi :

a. Volume

Volume semen langsung dapat dinilai setelah melihat skala pada tabung penampung semen, kemudian setelah itu volume semen dicatat. Arifiantini (2012) volume semen sapi yang dihasilkan berkisar antara 2-15 ml dengan rataan 4-8 ml. b. Derajat kemasaman (pH)

Arifiantini (2012) menyebutkan bahwa derajat kemasaman semen mamalia berkisar antara 6-7,5.

c. Konsistensi atau derajat kekentalan

Dengan melakukan penilaian terhadap konsistensi/derajat kekentalan maka dapat memberikan gambaran terhadap kosentrasi spermatozoa yang terkandung dalam semen tersebut. Cara yang dapat digunakan untuk mengukur konsistensi/derajat kekentalan yaitu dengan cara memiringkan tabung yang berisi semen kemudian mengembalikan posisi tabung ke posisi semula. Konsistensi semen ini dapat dinilai dengan melihat kecepatan semen kembali ke posisi semula. Arifiantini (2012), konsistensi semen terbagi menjadi 3 yaitu konsisentensi encer, sedang dan kental.

d. Warna

Secara umum warna semen adalah putih keruh, putih susu, krem, krem kekuning-kuningan sampai wana putih keabu-abuan (Arifiantini, 2012). Dijelaskan selanjutnya bahwa warna tersebut adalah normal, warna yang tidak dikehendaki yaitu warna putih kemerahan yang menunjukan adanya darah

(24)

12 menunjukan ada luka pada saluran uretra atau warna putih kehijauan yang menandakan adanya kandungan tertentu.

B. Mikroskopis

Pemeriksaan dengan menggunakan bantuan mikroskop, namun perlu diperhatikan suhu semen, agar spermatozoa tidak mati ketika dilakukan evaluasi semen secara mikroskopis, suhu ideal pada saat pemeriksaan ini yaitu pada suhu 370C. Toelihire (1979), untuk memperoleh hasil yang tepat sebaiknya semen diperiksa pada suhu 370C – 400C dengan menempatkan gelas objek diatas suhu meja pemanas, sedangkan Arifiantini (2012), untuk mengevalusai gerakan spermatozoa yang optimal harus dinilai pada suhu 370C. Pemeriksaan secara mikroskopis meliputi:

a. Gerakan massa

Menurut Arifiantini (2012), gerakan massa merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat spermatozoa yang bergerak bersama-sama. Sedangkan Toelihire (1979), menyatakan bahwa spermatozoa dari suatu kelompok mempunyai kecenderungan bergerak bersama-sama kesuatu arah, merupakan gelombang-gelombang yang tebal atau tipis, bergerak cepat atau lambat tergantung dari konsentrasi hidup didalamnya. Penilaian gerakan massa menurut Toelihire (1979) adalah sebagai berikut

1. +++ (sangat baik), terlihat gelombang besar, banyak, gelap, tebal, dan aktif bagaikan gumpalan awan dekat dengan waktu hujan dan bergerak cepat dan berpindah-pindah.

2. ++ (baik), terlihat gelombang tipis, jarang, kurang jelas dan bergerak lamban.

(25)

3. (lumayan), jika tidak terlihat gelombang melainkan hanya gerakan-gerakan individu aktif progresif.

4. N. tidak ada gerakan. b. Gerakan individu

Menurut Arifiantini (2012), gerakan individu (motilitas) merupakan penilaian gerakan spermatozoa secara individu, baik kecepatan maupun perbandingan antara pergereakan aktif progressif dengan gerakan-gerakan spermatozoa yang lainnya. Penilaianan menurut Haq (1949) et al Toelihire (1979) sebagai berikut :

a. 0 - spematozoa imotil/tidak bergerak b. 1 - gerakan berputar ditempat

c. 2 - gerakan berayun/melingkar, kurang dari 50% bergerak progresif dan tidak ada gelombang

d. 3 - 50-80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa

e. 4 - pergerakan progresif yang gesit dan segera membentuk gelombang dengan 90% sperma motil

f. 5 - gerakan sangat progresif, gelombang yang sangat cepat, menunjukan spermatozoa 100% motil aktif

c. Konsentrasi spematozoa.

Konsentrasi semen dapat dihitung melalui alat Spectofotometer. Toelihire (1979), penilaian konsentrasi semen permilimeter semen sangat penting, karena faktor inilah yang menggambarkan sifat-sifat semen dan dipakai sebagai salah satu kriteria kualitas semen.

(26)

14 Selain menggunakan alat, konsentrasi semen dapat juga diukur dengan melihat jarak antara kepala sel sperma. Arifiantini (2012), menyatakan bahwa penilaian konsentrasi berdasarkan jarak antara sel spermatozoa. Selanjutnya dijelaskan bahwa cara penilaian ini cukup praktis namun membutuhkan jam terbang tinggi untuk dapat menilai dengan benar. Arifiantini (2012), nilai konsentrasi :

1. Densum : jarak antar kepala spermatozoa satu dan kepala spermatozoa lainnya kurang dari panjang satu kepala (padat), maka konsentrasi spermatozoa per ml adalah ≥ 1.000 × 106

2. Semi densum : jarak antar kepala spermatozoa satu dan kepala spermatozoa lainnya adalah 1-11/2 kepala spermatozoa, maka konsentrasinya per ml

adalah ≥ 500 - 1.000 × 106

3. Rarum : jarak antar kepala spermatozoa satu dan kepala spermatozoa lainnya adalah 11/2 - 1 ekor panjang spermatozoa, maka konsentrasi

spermatozoa per ml adalah ≥ 200 - 500 × 106

3.4.3. Metode Penampungan Semen

Penampungan semen dilakukan dengan menggunakan vagina buatan. Arifiantini (2012), koleksi semen menggunakan vagina buatan merupakan cara yang paling baik dan fisiologis, selanjutnya proses pengeluaran semen akan terjadi secala alamiah.

(27)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Data yang diperoleh dari hasil pengamatan secara makroskopis dan mikroskopis terhadap semen di BIB Tuah Sakato, yaitu :

A. Makroskopis

Data yang diperoleh dari pengamatan makroskopis yaitu : a. Volume Semen Sapi Simmental

Tabel 3. Volume Semen Segar Pada 3 Kelompok Bobot Badan Sapi Simmental

Bobot Badan Volume Rata-Rata ± SD

(Ml)

BBT 5,28 ± 1,12

BBS 4,66 ± 1,26

BBR 4,71 ± 0,98

b. Warna Semen Sapi Simmental

Tabel 4. Warna Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBT

Minggu ke

Warna Semen Nama Bull dan Kode Bull

Borneo (60931) Gespert (60932)

1 Kream Kream

2 Kream Kream

3 Agak Bening Kream

4 Kream Kream

Warna 87,5% Kream, 12,5% Agak Bening

Tabel 5. Warna Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBS

Minggu ke

Warna Semen Nama Bull dan Kode Bull

Eldiraya (61337) Zeelook (61235) 1 Kream Kream 2 Kream Kream 3 Kream Kream 4 Kream Kream Warna 100% Kream

(28)

16 Tabel 6. Warna Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBR

Minggu ke

Warna Semen Nama Bull dan Kode Bull

Darwin (61233) Hasvin (61234) 1 Kream Kream 2 Kream Kream 3 Kream Kream 4 Kream Kream Warna 100% Kream

c. Konsistensi Semen Sapi Simmental

Tabel 7. Konsistensi Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBT

Minggu ke

Konsistensi Semen Nama Bull dan Kode Bull

Borneo (60931) Gespert (60932)

1 Sedang Sedang

2 Sedang Kental

3 Kental Sedang

4 Encer Encer

Konsistensi 50% Sedang, 25% Kental, 25% Encer

Tabel 8. Konsistensi Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBS

Minggu ke

Konsistensi Semen Nama Bull dan Kode Bull

Eldiraya (61337) Zeelook (61235)

1 Kental Sedang

2 Kental Encer

3 Kental Kental

4 Kental Kental

Konsistensi 75% Kental, 12,5% Encer, 12,5% Sedang

Tabel 9. Konsistensi Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBR

Minggu ke

Konsistensi Semen Nama Bull dan Kode Bull

Darwin (61233) Hasvin (61234)

1 Kental Kental

2 Kental Kental

3 Kental Kental

4 Encer Kental

(29)

d. Derajat Kemasaman (pH) Semen Sapi Simmental

Tabel 10. Derajat Kemasaman (pH) Semen Segar Pada 3 Kelompok Bobot Badan Sapi Simmental

Bobot badan (Kg) pH rata-rata

BBT 7

BBS 7

BBR 7

B. Mikroskopis

Data yang diperoleh dari pengamatan makroskopis yaitu : a. Gerakan Massa

Tabel 11. Gerakan Massa Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan Bobot Badan Tinggi (566,50 Kg Dan 643,56 Kg)

Minggu ke

Gerakan massa Nama Bull dan Kode Bull

Borneo (60931) Gespert (60932) 1 ++ +++ 2 ++ +++ 3 +++ ++ 4 ++ ++ Gerakan Massa 62,5% ++, 37,5 +++

Tabel 12. Gerakan Massa Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan Bobot Badan Sedang (451,62 Kg Dan 464,50 Kg)

Minggu ke

Gerakan Massa Nama Bull dan Kode Bull

Eldiraya (61337) Zeelook (61235) 1 +++ ++ 2 +++ ++ 3 +++ ++ 4 +++ +++ Gerakan Massa 62,5% +++, 37,5% ++

(30)

18 Tabel 13. Gerakan Massa Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan Bobot Badan

Rendah (435,60 Kg Dan 448,16 Kg)

Minggu ke

Gerakan Massa Nama Bull dan Kode Bull

Darwin (61233) Hasvin (61234) 1 +++ ++ 2 ++ ++ 3 ++ ++ 4 ++ + (%) Gerakan Massa 75% ++, 12,5% +++, 12.5% + b. Motility

Tabel 14. Gerakan Individu/Mortility Pada 3 Kelompok Bobot Badan Sapi Simmental

Bobot badan Mortility Rata-Rata ± SD (%)

BBT 59,38 ± 3,44

BBS 68,13 ± 0,17

BBR 65,00 ± 1,35

c. Konsentrasi

Tabel 15. Konsentrasi Spermatozoa Pada Semen Segar Pada 3 Kelompok Bobot Badan Sapi Simmental

Bobot badan Konsentrasi Rata-Rata ± SD (106/Ml) BBT 1.550 ± 705,69 BBS 1.988 ± 683,67 BBR 1.950 ± 578,16 4.2. Pembahasan A. Makroskopis

Evaluasi yang dilakukan dari pengamatan secara kasat mata/secara melihat langsung tanpa menggunakan bantuan mikroskop. Data di atas didapat dari pengamatan selama magang di UPTD BIB Tuah Sakato.

(31)

a. Volume Semen Sapi Simmental

Pada Tabel 3. tentang pemeriksaan volume semen menunjukan adanya perbedaan volume semen yang dihasilkan dari 3 kelompok sapi Simmental. Volume semen tertinggi didapat pada kelompok sapi dengan bobot badan tinggi dengan volume rata-rata ± sd 5,28 ± 1,12 ml, dengan kisaran volume 2,9 – 6 ml, bobot badan sedang 4,66 ± 1,26 ml, dengan kisaran volume 2,5 – 6 ml, bobot badan rendah 4,71 ± 0,98 ml, dengan kisaran volume 3,5 – 6,5 ml. Tabel 12. Menunjukan bahwa volume semen dari ketiga kelompok sapi Simmental menunjukan dalam keadaan normal. Arifiantini (2012), menyatakan bahwa volume semen sapi berkisar antara 2 – 15 ml dengan rataan 4 – 8 ml.

Volume semen yang dihasilkan dari 3 kelompok sapi Simmental menunujukan adanya perbedaan, perbedaan tersebut menunujukan bahwa volume semen yang dihasilkan dapat dipengaruhi oleh bobot badan, karena bobot badan berkaitan dengan reproduksi sapi jantan. Bobot badan sapi jantan berhubungan erat dengan besarnya testis, ukuran testis yang besar mempunyai tubuli seminiferi yang lebih banyak sehingga akan meningkatkan jumlah spermatozoa yang didukung seminal plasma yang juga lebih banyak, ukuran testis tersebut berkorelasi positif dengan bobot badan ternak (Mathevon 1998) dalam Adhyatma, Isnaini dan Nuryadi 2013). Sedangkan Ismaya (2014), volume semen dapat dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi. Selanjutnya dijelaskan bahwa sapi dengan tingkat frekuensi ejakulasi yang tinggi dapat menyebabkan menurunnya volume semen yang dihasilkan.

(32)

20 b. Warna Semen Sapi Simmental

Pemeriksaan warna semen sapi Simmental ditunjukan oleh Tabel 4, 5 dan 6. Menunjukan bahwa warna semen sapi Simmental lebih didominasi oleh warna kream pada 3 kelompok bobot badan sapi Simmental, dengan data tersebut menunjukan bahwa warna semen dari 3 kelompok bobot badan sapi Simmental tersebut dalam keadan normal. Susilawati (1993) dalam Wahyuningsih dkk (2013), warna semen dari ejakulasi normal adalah putih susu dan 10% yang berwarna putih bening dan krem.Ismaya (2014), menyatakan bahwa warna semen yang baik biasanya susu atau kream keputih-putihan dan keruh, namun ada juga yang berwarna kekuning-kuningan (10%). Sedangkan menurut Arifiantini (2012), warna semen adalah putih keruh, putih susu, kream, kream kekuningan, sampai warna putih keabuan, warna-warna yang disebutkan tersebut merupakan warna semen normal. Selanjutnya dijelaskan bahwa warna semen yang tidak dikehendaki adalah putih kemerahan, dimana menunjukan luka didalam saluran uretra.

Warna semen yang dihasilkan relatif sama dari 3 kelompok bobot badan sapi tersebut, warna semen yang dihasilkan tersebut tidak dipengaruhi oleh bobot badan sapi melainkan dipengaruhi oleh kualitas pakan yang diberikan (Arifiantini, 2012), selanjutnya dijelaskan bahwa warna semen dapat dipengaruhi oleh kelenjar vesikularis.

c. Konsistensi Semen Sapi Simmental

Pemeriksaan konsistensi semen sapi Simmental dilakukan dengan cara memiringkan tabung testup/tabung reaksi kemudian dikembalikan kedalam posisi semula, setelah itu maka dilihat gerakan dari semen didalam tabung testup/reaksi,

(33)

bila semen semakin cepat kembali ke posisi awal maka konsistensi semen sapi digolongkan encer, gerakan kembali kesemula lambat digolongkan sedang, gerakan kembali kesemula sangat lambat digolongkan kental. Arifiantini (2012), menilai konsistensi semen adalah dengan cara memiringkan tabung yang berisi semen dan mengembalikan ke posisi semula, konsistensi dapat dinilai dari kecepatan semen kembali ke dasar tabung penampung semen.

Tabel 7, 8 dan 9. Menunjukan adanya perbedaan dimana pada Tabel 7. % konsistensi untuk bobot badan tinggi yaitu 50% sedang, sedangkan Tabel 8 dan 9. Menunjukan bahwa % konsistensi 75% dan 87,5% kental, dengan data tersebut konsistensi semen sapi dapat dikatakan baik.

d. Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) yang ditunjukan tidak ada perbedaan yaitu pada angka 7, dari data 3 kelompok sapi Simmental berdasarkan bobot badan dapat dikatakan dalam keadaan normal. Menurut Arifiantini (2012), derajat keasaman (pH) mamalia berkisar antara 6 – 7,5.

B. Mikroskopis

Evaluasi semen dengan bantuan alat (mikroskop) untuk mengetahui kualitas dari semen sapi. Pengamatan dilakukan di UPTD BIB Tuah Sakato.

a. Gerakan massa

Hasil pemeriksaan yang ditunjukkan dari Tabel 11, 12 dan 13. Di atas menunjukan bahwa adanya perbedaan pada Tabel 11. Bobot badan sapi tinggi (566,50 dan 643, 53 kg) dan Tabel 13. Bobot badan sapi rendah (435,60 dan 448,16 kg) didapat gerakan massa ++ dan untuk Tabel 12. Bobot badan sapi sedang gerakan massanya +++, dari data tersebut menunjukan bahwa gerakan

(34)

22 massa adalah normal namun untuk bobot badan sapi sedang jauh lebih baik dari 2 kelompok sapi tersebut. Ismaya (2014), penilaian gerakan massa tersebut berdasarkan gerakan massa spermatozoa, +++ (sangat baik) gelombang besar, tampak gelap, tebal, aktif, dan cepat berpindah dengan keadaan 80 – 100% spermatozoa motil progresif, ++ (baik) gelombang tipis, kecil, jarang, kurang jelas dan lamban, 60 – 79% spermatozoa motil. Dari data pengamatan di UPTD Tuah Sakato gerakan massa spermatozoa sudah cukup baik dan gerakan massa tidak dipengaruhi oleh bobot badan sapi karena gerakan massa berkaitan dengan motility sel spermatozoa.

b. Motility

Pada Tabel 14, didapat hasil pemeriksaan motility pada 3 kelompok sapi Simmental. Dilihat dari hasil rata-rata tertinggi diperoleh oleh kelompok bobot badan sedang (451,61 dan 464,50 kg) dengan rata-rata motility ± SD (%) 68,13 ± 0,17 dengan kisaran 50 – 75% motility, kelompok bobot badan tinggi (566,60 dan 643,53 kg) dengan rata-rata motility ± SD (%) 59,38 ± 3,44 dengan kisaran 40 – 75% motility, dan kelompok bobot badan rendah (435,60 dan 448,16 kg) dengan rata-rata motility ± SD (%) 65,00 ± 1,35 dengan kisaran 40 – 75% motility.

Dari data tersebut menunjukan bahwa kelompok bobot badan sedang mempunyai nilai motilitas yang lebih tinggi. Secara keseluruhan motility spermatozoa dari ke-3 kelompok sapi yang ada di BIB Tuah Sakato mendapat nilai 3 atau sedang, menurut Haq (1949) dalam Toelihire (1979) nilai 3 artinya 50-80% spermatozoa bergerak progresif dan menghasilkan gerakan massa, sedangkan Ismaya (2014), menjelaskan bahwa motility spermatozoa pada sapi yaitu 81,3 ± 13,6%. Bila dibandingkan dengan motility yang ada dari 3 kelompok sapi yang

(35)

ada di UPTD BIB Tuah Sakato, maka motility spermatozoa lebih rendah dari pernyataan Ismaya (2014). Dijelaskan selanjutnya motility spermatozoa dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu

1. Suhu. Suhu dingin akan menghambat motility, sedangkan suhu panas meningkatkan motility.

2. Zat kimia, urine dan kotoran yang mencemari semen dapat menurunkan motility.

3. Ejakulat pertama sesudah istirahat lama biasanya banyak sel spermatozoa yang mati dan hal ini mengakibatkan menurunnya persentasi motility. c. Konsentrasi

Pada Tabel 15, menunjukan bahwa adanya perbedaan konsentrasi semen pada 3 kelompok bobot badan sapi. Dari Tabel 15. Tersebut bobot badan sedang (451,62 dan 464,50 kg) memiliki nilai yang tinggi yaitu 1.988 ± 683,67 (106/ml) dengan nilai konsentrasi 1200 – 3000 (106/ml), bobot badan sapi tinggi (566,50 dan 643,53 kg) dengan nilai 1.550 ± 705,69 (106/ml) kisaran nilai konsentrasi 1000 – 2800 (106/ml) sedangkan untuk bobot badan rendah (435,60 dan 448,16 kg) dengan nilai 1.950 ± 578,16 (106/ml) kisaran nilai konsetrasi 1200 – 2700 (106/ml).

Perbedaan konsentrasi semen yang dihasilkan oleh 3 kelompok sapi tidak dipengaruhi bobot badan. Menurut Sumeidiana dkk (2007), konsentrasi semen dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi, kesehatan alat reproduksi, kualitas pakan yang diberikan dan besar testes. Sedangkan menurut Ismaya (2014), kosentrasi semen dipengaruhi oleh frekuensi ejakulasi, selanjutnya dijelaskan bahwa pemakaian pejantan harus dibatasi sehingga kualitas semen terjaga dengan baik,

(36)

24 karena sapi yang sering ditampung semennya dengan frekuensi tinggi dapat menyebabkan menurunnya kosentrasi spermatozoa.

(37)

V. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasaan data yang diperoleh selama pengalaman kerja praktek mahasiswa (PKPM) di UPTD BIB Tuah Sakato dapat disimpulkan bahwa:

1. Volume rata-rata ± SD tertinggi dihasilkan pada kelompok bobot badan sapi tinggi (566,50 dan 643,56 kg) yaitu 5,28 ± 1,12 ml.

2. Konsistensi yang terbaik didapat pada kelompok sapi bobot badan rendah (435,60 dan 448,16 kg) yaitu 87,5% konsistensi kental dari data yang diperoleh.

3. Gerakan massa, motility dan konsentrasi semen tertinggi dihasilkan pada kelompok bobot badan sapi sedang.

4. Bobot badan sapi tidak mempengaruhi konsentrasi semen, warna semen dan pH semen sapi Simmental.

(38)

26

DAFTAR PUSTAKA

Adhyatma, Isnaini dan Nuryadi. 2013. Pengaruh bobot badan terhadap kualitas dan kuantitas semen sapi Simental. Jurnal Ternak Tropika. Vol 14, no.2:53-62, 2013.

Arifiantini, R, Lis. 2012. Teknik koleksi dan evaluasi semen pada ternak. IPB pres. Bogor.

Awaludin dan Panjaitan, T. 2010. Pengukuran ternak sapi potong. Balai Pengkajian Teknologi Peternakan Nusa Tenggara Barat (BPTP-NTB). Mataram

http://www.google.com/url?q=http://ntb.litbang.pertanian.go.id/ind/pu/psds/ pengukuran.pdf&sa=U&ei=v9VMVaTPI8qjugTbz4HQCQ&ved=0CAsQFj AA&usg=AFQjCNGA3nFAulAre3PVviU2pqjYhscovQ unduh 08 Mei 2015.

Disnak Jatim, 2012. Cara mengetahui bobot ternak.

http://disnak.jatimprov.go.id/webberitautama/read/684/cara-mengetahui-bobot-ternak akses 11 Mei 2015.

Ismaya. 2014. Bioteknologi inseminasi buatan pada sapi dan kerbau. Gajah Mada university press. Yogyakarta.

Mansyur, Mim, Surya, A. 2010. Hubungan antara ukuran ekterior tubuh terhadap bobot badan pada sapi peranakan ongol (PO) jantan. Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta

Menteri Pertanian, 2010. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 19/Permentan/OT.140/2/2010 Tentang Pedoman Umum Program

Swasembada Daging Sapi 2014.

http://google.com/url?q=http://kemlu.go.id/canberra/lists/lembarinformasi/at tachmnets/31/permentan19_2010%5B1%5D.pdf&sa=u&ei=rxxKVYauGM 2luQT7slDwDQ&ved=0CAsQFjAA&usg=AFQjCNHpvY9HnmCfMDZpjg NAZORZcJXq-w Pdf unduh 04 Mei 2015.

Sumeidiana, I. dkk. 2007. Volume semen dan konsentrasi sperma sapi Simmental, Limousin dan Brahman di Balai Inseminasi Buatan Ungaran. Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro. Semarang. Pdf

Toelihire, Mozes, R. 1979. Fisiologi dan reproduksi ternak. Angkasa. Bandung. Toelihire, Mozes, R. 1979. Inseminasi buatan pada ternak. Angkasa. Bandung. Wahyuningsih, A. dkk. 2013. Pengaruh umur pejantan dan frekuensi

penampungan terhadap volume dan motilitas semen segar sapi simmental di balai inseminasi buatan lembang. Jurnal Ilmu Peternakan.

(39)

Yunus, A. 2014. Sukses usaha pembibitan sapi dan kambing. Pustaka baru press. Bantul, Yogyakarta.

(40)

28

LAMPIRAN

1. Data Hasil Pemeriksaan Semen Di UPTD BIB Tuah Sakato Berdasarkan 3 Kelompok Bobot Badan Sapi Simental

1.1 Bobot badan sapi tinggi

No Tanggal Penampungan Semen Nama Bull No Bull Volume (Ml) Warna Konsistensi pH Gerakan Massa Motility (%) Konsentrasi (106)

1 6 April 2015 Borneo 60931 6 Kream Sedang 7 ++ 55 1200

2 13 April 2015 Borneo 60931 6,5 Kream Sedang 7 ++ 55 1300

3 20 April 2015 Borneo 60931 2,9 Kream Kental 7 +++ 75 2800

4 27 April 2015 Borneo 60931 6,5 Agak Bening Encer 7 ++ 40 1000

5 6 April 2015 Gespert 60932 4,5 Kream Kental 7 +++ 75 2400

6 13 April 2015 Gespert 60932 5,5 Kream Kental 7 +++ 75 2300

7 20 April 2015 Gespert 60932 4,8 Kream Sedang 7 ++ 50 1200

(41)

1.2 Bobot badan sapi sedang No Tanggal Penampungan Semen Nama Bull No Bull Volume (Ml) Warna Konsistensi pH Gerakan Massa Motility (%) Konsentrasi (106)

1 10 April 2015 Eldyraya 61337 6 Kream Kental 7 +++ 75 1800

2 14 April 2015 Eldyraya 61337 3,6 Kream Kental 7 +++ 75 2400

3 21 April 2015 Eldyraya 61337 7 Kream Kental 7 +++ 70 1700

4 28 April 2015 Eldyraya 61337 5,5 Kream Kental 7 +++ 75 2800

5 10 April 2015 Zelook 61235 5,2 Kream Sedang 7 ++ 60 1200

6 17 April 2015 Zelook 61235 3,8 Kream Encer 7 ++ 50 1200

7 24 April 2015 Zelook 61235 3,7 Kream Kental 7 ++ 70 1800

8 30 April 2015 Zelook 61235 2,5 Kream Kental 7 +++ 70 3000

1.3 Bobot badan sapi rendah

No Tanggal Penampungan Semen Nama Bull No Bull Volume (Ml) Warna Konsistensi pH Gerakan Massa Motility (%) Konsentrasi (106)

1 7 April 2015 Darwin 61233 3,5 Kream Kental 7 +++ 75 2200

2 17 April 2015 Darwin 61233 3,5 Kream Kental 7 ++ 75 2700

3 20 April 2015 Darwin 61233 5 Kream Encer 7 ++ 50 1200

4 30 April 2015 Darwin 61233 4,2 Kream Kental 7 ++ 70 1900

5 10 April 2015 Hasvin 61234 3,9 Kream Kental 7 ++ 70 2400

6 17 April 2015 Hasvin 61234 4,8 Kream Kental 7 ++ 70 2200

7 24 April 2015 Hasvin 61234 6,5 Kream Kental 7 ++ 70 1800

(42)

30

2. Profil UPTD BIB Tuah Sakato

2.1 Sejarah

Pada awalnya UPTD ini merupakan unit instalasi teknis produksi semen beku Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat yang dibentuk pada tanggal 7 september 2002 dengan nama BIBD Tuah Sakato yang ditugaskan untuk memproduksi semen beku sesuai dengan program desentralisasi BIB ke Daerah dari Direktorat Jendral Peternakan. Berdasarkan peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 70 Tahun 2009 tanggal 14 Desember 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Peternakan Provinsi Sumatera Barat maka instalasi produksi semen beku ini ditingkatkan menjadi UPTD BIB Tuah Sakato.

Keberadaan Unit Kerja ini sebagai penghasil Barang/Jasa yang diperlukan bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat, dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam ketersediaan semen beku ternak sapi, kerbau dan kambing. Disamping itu UPTD BIB Tuah Sakato diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap PAD dari hasil penjualan semen beku ternak.

Selain itu UPTD BIB Tuah Sakato juga diharapkan sebagai tempat pelatihan, magang dan penelitian bagi petugas teknis, siswa dan mahasiswa serta masyarakat di Sumatera sekitarnya.

UPTD BIB Tuah Sakato sudah memiliki Laboratorium Uji Mutu untuk semen beku berdasarkan SNI /IEC 17025. 2008 sejak tanggal 1 September 2012.

(43)

2.2 Visi dan Misi UPTD BIB Tuah Sakato

2.2.1 Visi UPTD BIB Tuah Sakato

Terwujudnya Penyediaan Bibit Ternak Ungguldan Berkualitas. 2.2.2 Misi UPTD BIB Tuah Sakato

1. Terwujudnya pusat pengembangan dan pembibitan ternak unggul 2. Terwujudnya pengembangan teknologi ternak unggul

3. Terwujudnya peningkatan produktivitas ternak (Mutu genetik) secara kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan ternak unggul di Sumatera Barat

4. Terwujudnya peningkatan produktivitas sumberdaya alam dan SDM 5. Terwujudnya BIB Tuah Sakato sebagai pusat pelatihan dan pembelajaran

2.3 Tugas Pokok, Fungsi, Maksud dan Tujuan Serta Sasaran UPTD BIB Tuah Sakato

2.3.1 Tugas Pokok UPTD BIB Tuah Sakato

Melaksanakan produksi dan pemasaran semen beku benih unggul serta penerapan dan pengembangan teknologi reproduksi ternak.

2.3.2 Fungsi UPTD BIB Tuah Sakato

1. Memelihara ternak unggul

2. Pengujian keturunan dan fertilitas pejantan unggul 3. Produksi dan penyimpanan semen beku

4. Pencatatan dan pemantauan penggunaan semen beku serta pengawasan mutu semen

(44)

32 5. Memberi syarat teknik produksi semen beku benih unggul

6. Memberi pelayanan teknik kegiatan pemeliharaan ternak 7. Pemberian pelayanan teknik kegiatan produksi semen beku

8. Pemberian informasi dan dokumentasi hasil dokumentasi inseminasi buatan

9. Distribusi dan pemasaran semen beku unggul 10. Pengujian kesehatan dan diagnose penyakit ternak 11. Urusan tata usaha dan rumah tangga balai

2.3.3 Maksud dan Tujuan UPTD BIB Tuah Sakato

Keberadaan UPTD BIB Tuah Sakato dimaksudkan untuk dapat memenuhi kebutuhan semen beku secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat jenis khususnya di wilayah Sumatera Barat.

Adapun tujuan dari UPTD BIB Tuah Sakato adalah:

1. Menunjang kelancaran program IB di daerah Sumatera Barat

2. Mengatasi permasalahan ketersediaan semen beku secara berkelanjutan 3. Menghemat pengeluaran anggaran pemerintah daerah

4. Terlaksananya program swasembada semen beku di Sumatera Barat 5. Meningkatkan pengetahuan petugas dan masyarakat dibidang reproduksi

Ternak

(45)

2.3.4 Sasaran UPTD BIB Tuah Sakato

Adapun sasaran yang ingin dicapai adalah:

1. Terpecahkannya masalah kelangkaan semen beku untuk mendukung program pelayanan IB di Sumatera Barat

2. Terpenuhinya kebutuhan semen beku di Sumatera Barat secara tepat waktu, tepat jumlah dan tepat jenis

Termanfaatkannya potensi peluang pasar semen beku di provinsi lain terutama provinsi yang berdekatan dengan provinsi Sumatera Barat

(46)

34

STRUKTUR ORGANISASI UPTD BALAI INSEMINASI BUATAN TUAH SAKATO

DINAS PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN PROVINSI SUMATERA BARAT

Kepala UPTD BIB TUAH SAKATO Drh. ZED ABBAS

Fungsional

Kasi Pemeliharaan Dan Pengembangan/Manajer Teknis Drh. HA

Pengawas Mutu Bibit MERY INDRAWATI

Kasubbag Tata Usaha/Manajer Administrasi ELVINA, S.Pt

Pengawas Mutu Pakan Ir. WARNIS

Pembantu Bagian Umum RIDWAN Bendahara Pengeluaran Pembantu

SYAIFUL ASLIM, S.Pt

Koordinator Balai Pelatihan Peternakan

CANDRA MUSTIKA Bendahara Pengeluaran

Pembantu MERY INDRAWATI

Kasi Produksi Semen Beku Dan Bioteknologi/Manajer Mutu Drh. ESTI RAHAYU

Koordinator hijauan pakan ternak M. YASIR

Koordinator pemeliharaan ternak dan keswan DEDI IRAWAN

(47)

3. Dokumentasi

Pengukuran panjang badan sapi Penampungan semen

Pengukuran lingkar dada Penyediaan hijauan

(48)

36

Penyimpanan semen beku

Persiapan proses freezing semen

(49)

RIWAYAT HIDUP

Eko Setiyawan lahir di Manjunto Jaya, 01 April 1993, penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara, dari pasangan suami istri ayahanda Endang Suparto dan ibunda Mumut Mutiara (Almh). Pada tahun 1999 penulis memulai pendidikan sekolah dasar dan lulus pada tahun 2005, setelah lulus penulis melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama Negeri 02 Lubuk Pinang, lulus pada tahun 2009, kemudian penulis melanjutkan Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 02 Mukomuko, masuk dan diterima pada Jurusan Agribisnis Tanaman Pangan dan Hortikultura lulus pada tahun 2012. Kemudian melanjutkan kejenjang Perguruan Tinggi Negeri melalui jalur Penelusuran Minat Dan Kemampuan (PMDK) yang diadakan oleh Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada tahun 2012, lulus dan diterima menjadi mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada program studi Peternakan jurusan Budidaya Tanaman Pangan, serta lulus dari Politeknik Pertanian Negeri Payakumbuh pada September 2015.

Gambar

Tabel 3.  Volume Semen Segar Pada 3 Kelompok Bobot Badan Sapi Simmental
Tabel 7.  Konsistensi Semen Berdasarkan Kelompok Sapi Dengan BBT  Minggu ke
Tabel 10.  Derajat Kemasaman (pH) Semen Segar Pada 3 Kelompok Bobot Badan   Sapi Simmental
Tabel  14.    Gerakan  Individu/Mortility  Pada  3  Kelompok  Bobot  Badan  Sapi    Simmental

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi Perbedaan Jenis Ternak Dan Bobot Badan Awal Terhadap Pertambahan Bobot Badan Harian Dan Bobot Badan Akhir Sapi Potong Yang Di Gemukan Di PT Eka Putra Jaya

Penelitian mengenai “Hubungan antara Umur Ternak, Bobot Badan, dan Volume Skrotum dengan Kualitas Semen Sapi Fries Holland (Kasus Di Balai.. Inseminasi Buatan Lembang) ”

Kelompok sapi Poel 2 menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara panjang badan, lingkar dada, tinggi gumba, dan tinggi pinggul masing-masing dengan bobot

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh complete feed dengan level energi berbeda yang diujikan secara In vivo pada sapi Peranakan Simmental untuk mengetahui pertambahan

Sapi perah FH yang dipelihara oleh kelompok ternak di Koperasi Peternak Garut Selatan (KPGS) tentunya juga akan berpengaruh besar pada pertumbuhan bobot badan dan

Akan tetapi berdasarkan grafik jenis sapi Simental mempunyai pertambahan bobot badan harian lebih tinggi yaitu dengan rataan 1,21 kg per hari dibandingkan dengan jenis sapi

Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi produksi dan kualitas semen sapi Limousin pada bobot badan yang berbeda di Balai Besar Inseminasi Buatan

70-75, Juni 2019 ANALISIS HUBUNGAN BOBOT BADAN TERHADAP PRODUKSI SEMEN SEGAR SAPI BALI DI BALAI BESAR INSEMINASI BUATAN- SINGOSARI Analysis correlations between body weight and