• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 8. Diagram pencar hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas sapi SIMPO jantan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambar 8. Diagram pencar hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas sapi SIMPO jantan"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

A. Hubungan Bobot Badan dengan Bobot Karkas pada Sapi SIMPO Jantan Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data bobot badan dan bobot karkas sapi SIMPO jantan (n= 90 ekor) dapat dilihat pada sebaran data (boxplot) bobot badan dan bobot karkas (Gambar 7A dan 7B). Distribusi data bobot badan berada pada nilai median (Q2) sebesar 539,5 kg dengan rentang data terkecil (Q1) sebesar 493,25 kg dan data terbesar (Q3) sebesar 585 kg, sementara data bobot karkas terdistribusi pada nilai median 282,5 kg dengan rentang data terkecil sebesar 254 kg dan data terbesar sebesar 309 kg.

Gambar 7. Sebaran data bobot badan (A) dan bobot karkas (B) sapi SIMPO jantan yang dikumpulkan selama penelitian

Gambar 8. Diagram pencar hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas sapi SIMPO jantan

(2)

Hasil analisis hubungan antara bobot badan dengan bobot karkas pada sapi SIMPO jantan dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = -6,291 + 0,538X dengan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,931 (Gambar 8) dan menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 1. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Pradana et al., (2014), yang memperoleh keterkaitan hubungan yang signifikan antara bobot badan dengan bobot karkas dengan nilai koefisien korelasi sebesar 0,995. Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 sebesar 0,866 sehingga bobot badan dapat digunakan untuk menduga bobot karkas sebesar 86,6% dan 13,4% dipengaruhi faktor lingkungan yang lain. Soeparno (2005) menjelaskan lebih lanjut bahwa dengan bobot badan yang besar maka akan menghasilkan bobot karkas yang meningkat pula. Hal ini menjelaskan bahwa adanya keterkaitan hubungan antara kedua variabel tersebut.

B. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan pada Sapi SIMPO Jantan Bobot badan sapi SIMPO Jantan

Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data bobot badan sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 9. Bobot badan sapi kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 539 kg dengan rentang data terkecil sebesar 501,25 kg dan data terbesar sebesar 583,25 kg. Data bobot badan sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 499,5 kg dengan rentang data terkecil sebesar 461 kg dan data terbesar sebesar 599,25 kg. Data bobot badan sapi pada kelompok umur poel 3 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 555 kg dengan rentang data terkecil sebesar 526,25 kg dan data terbesar sebesar 584,5 kg.

(3)

Gambar 9. Sebaran data bobot badan sapi SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur

Hubungan panjang badan dengan bobot badan

Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data panjang badan sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 10. Distribusi panjang badan kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 154,5 cm dengan rentang data terkecil sebesar 148,25 cm dan data terbesar sebesar 162,75 cm. Data panjang badan sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 156 cm dengan rentang data terkecil sebesar 153 cm dan data terbesar sebesar 165,75 cm. Data panjang badan sapi pada kelompok umur poel 3 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 156,5 cm dengan rentang data terkecil sebesar 152 cm dan data terbesar sebesar 164,75 cm.

Gambar 10. Sebaran data panjang badan sapi SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur

(4)

Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada masing-masing kelompok umur (data bobot badan pada Gambar 9) dihasilkan persamaan regresi, nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat pada Gambar 11, 12 dan 13. Berdasarkan analisis keeratan hubungan, diperoleh bahwa panjang badan dengan bobot badan berhubungan secara nyata (P<0,05) pada semua kelompok umur.

Gambar 11. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada kelompok umur poel 1

Gambar 12. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada kelompok umur poel 2

Gambar 13. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada kelompok umur poel 3

(5)

Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot badan pada sapi SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = -215,996 + 4,887X, poel 2 yaitu Y = -432,254 + 6,049X dan poel 3 yaitu Y = -106,774 + 4,189X, dengan nilai koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,647: 0,787 dan 0,666 (Gambar 11, 12 dan 13). Analisis keeratan hubungan antara variabel panjang badan dengan bobot badan menunjukan hubungan yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2, 3 dan 4. Selanjutnya, persamaan regresi digunakan untuk menduga bobot badan dengan data panjang badan yang kemudian dibandingkan dengan bobot badan sebenarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prabowo et al., (2012) untuk nilai koefisien korelasi (r) panjang badan dengan bobot badan memiliki nilai yang erat yaitu 0,808. Anggorodi (1979) menyatakan bahwa panjang badan dapat digunakan untuk melakukan pendugaan bobot badan karena memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan tulang khususnya tulang belakang. Dijelaskan lebih lanjut bahwa panjang badan yang semakin panjang maka akan menghasilkan bobot badan yang semakin meningkat pula.

Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,418: 0,619 dan 0,443. Nilai R2 poel 1 memiliki nilai yang sangat kecil yaitu 41,8%, hal tersebut dijelaskan bahwa pada umur tersebut ternak masih dalam proses pertumbuhan awal dimana proporsi tulang, daging, lemak dan organ-organ dalam belum seimbang (Subagyo, 2009). Nilai R2 poel 2 dan poel 3 bahwa 61,9% serta 44,3% panjang badan dapat digunakan untuk menduga bobot badan dan 38,1% serta 55,7% bobot badan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain.

Hubungan lingkar dada dengan bobot badan

Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data lingkar dada sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada sebaran data Gambar 14. Distribusi data lingkar dada kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 197,5

(6)

cm dengan rentang data terkecil sebesar 192 cm dan data terbesar sebesar 200,75 cm. Data lingkar dada sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 195 cm dengan rentang data terkecil sebesar 188 cm dan data terbesar sebesar 200,5 cm. Data lingkar dada sapi pada kelompok umur poel 3 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 198 cm dengan rentang data terkecil sebesar 189 cm dan data terbesar sebesar 201,75 cm.

Gambar 14. Sebaran data lingkar dada sapi SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur

Hasil analisis hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada masing-masing kelompok umur (data bobot badan pada Gambar 9) dihasilkan persamaan regresi, nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat pada Gambar 15, 16 dan 17. Berdasarkan analisis keeratan hubungan diperoleh bahwa lingkar dada dengan bobot badan berhubungan secara nyata (P<0,05) pada semua kelompok umur.

Gambar 15. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada kelompok umur poel 1

(7)

Gambar 16. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada kelompok umur poel 2

Gambar 17. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada kelompok umur poel 3

Hasil analisis hubungan antara lingkar dada dengan bobot badan pada sapi SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi poel 1 yaitu Y = -387,812 + 4,739X, poel 2 yaitu Y = -906,269 + 7,340X dan poel 3 yaitu Y = -287,335 + 4,272X, dengan nilai koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,661: 0,851 dan 0,661 (Gambar 15, 16 dan 17). Analisis keeratan hubungan antara variabel lingkar dada dengan bobot badan menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 2, 3 dan 4. Selanjutnya, persamaan regresi digunakan untuk menduga bobot badan dengan data lingkar dada yang kemudian dibandingkan dengan bobot badan sebenarnya. Menurut penelitian Ni’am et al., (2012) diperoleh nilai koefisien korelasi (r) lingkar dada dengan bobot badan pada umur poel 1, poel 2 dan poel 3 yaitu 0,91: 0,92 dan 0,84, sehingga terdapat pengaruh hubungan yang signifikan. Menurut pendapat Yusuf (2004), secara fisiologis lingkar

(8)

dada memiliki pengaruh yang besar terhadap bobot badan karena di dalam rongga dada terdapat organ-organ seperti jantung dan paru-paru karena organ tersebut akan mengalami pembesaran seiring dengan berlangsungnya pertumbuhan. Dijelaskan lebih lanjut bahwa lingkar dada yang semakin besar maka akan menghasilkan bobot badan yang semakin meningkat pula.

Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,436: 0,724 dan 0,436. Nilai R2 poel 1 dan poel 3 berada dibawah 50% yaitu 43,6%. Nilai R2 poel 2 sebesar 0,724 bahwa 72,4% dan 27,6% bobot badan dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain. Lingkar dada memiliki nilai koefisien determinasi (R2) yang paling tinggi dikarenakan oleh perbedaan fase pertumbuhan tulang. Tulang-tulang dalam tubuh ternak (termasuk diantaranya tulang kaki) ketika mengalami pertumbuhan optimum maka pertumbuhannya akan terhenti, sedangkan tulang rusuk masih dapat tumbuh dan berkembang karena merupakan tulang yang pertumbuhannya paling akhir, sehingga dapat menambah panjang ukuran lingkar dadanya (Pallson dan Verges, 1952). Menurut Soeparno (2005), selama pertumbuhan postnatal tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak, serta rusuk merupakan tulang yang perkembangannya paling akhir.

C. Hubungan Ukuran Tubuh dengan Bobot Karkas pada Sapi SIMPO Jantan Bobot karkas sapi SIMPO Jantan

Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data bobot karkas sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 18. Bobot karkas sapi kelompok umur poel 1 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 283,5 kg dengan rentang data terkecil sebesar 270,25 kg dan data terbesar sebesar 203,5 kg. Data bobot badan sapi pada kelompok umur poel 2 (n= 30) berada pada nilai median sebesar 265 kg dengan rentang data terkecil sebesar 244,75 kg dan data terbesar sebesar 312,25 kg. Sementara data bobot badan sapi pada kelompok umur poel 3 (n=

(9)

272,25 kg dan data terbesar sebesar 305,25 kg.

Gambar 18. Sebaran data bobot karkas sapi SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur

Hubungan panjang badan dengan bobot karkas

Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data panjang badan sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 10. Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada masing-masing kelompok umur (data bobot karkas pada Gambar 18) dihasilkan persamaan regresi, nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat pada Gambar 19, 20 dan 21. Berdasarkan analisis keeratan hubungan, diperoleh bahwa panjang badan dengan bobot karkas berhubungan secara nyata (P<0,05) pada semua kelompok umur.

Gambar 19. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada kelompok umur poel 1

(10)

Gambar 20. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada kelompok umur poel 2

Gambar 21. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada kelompok umur poel 3

Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada sapi SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi yaitu Y = -124,693 + 2,657X, poel 2 yaitu Y = -229,000 + 3,202X dan poel 3 yaitu Y = -81,206 + 2,346X, dengan nilai koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,638: 0,740 dan 0,551 (Gambar 19, 20 dan 21). Analisis keeratan hubungan antara variabel panjang badan dengan bobot badan menunjukkan hubungan yang nyata (P<0,05) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14, 15 dan 16. Selanjutnya, persamaan regresi digunakan untuk menduga bobot karkas dengan data panjang badan yang kemudian dibandingkan dengan bobot karkas sebenarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Prabowo et al., (2012) untuk nilai koefisien korelasi (r) panjang badan dengan bobot karkas memiliki nilai yang erat yaitu 0,838.

(11)

1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,407: 0,547 dan 0,303. Nilai R2 poel 1 dan poel 3 berada dibawah 50%. Nilai R2 poel 2 sebesar 0,547 bahwa 54,7% panjang badan dapat digunakan untuk menduga bobot karkas dan 45,3% bobot karkas dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain. Menurut Pallson dan Verges (1952), serta Soeparno (2005) selama periode pertumbuhan postnatal tulang tumbuh lebih awal dibandingkan pertumbuhan otot dan lemak, ketika proses awal pertumbuhan tulang tumbuh secara terus menerus dibandingkan otot. Laju pertumbuhan ukuran tulang yang cepat pada poel 1 kemungkinan dapat disebabkan tidak diikuti dengan pertambahan bobot badan dengan baik. Selanjutnya, pada umur poel 3 tulang belakang (columna vertebralis) mengalami pertumbuhan optimum, sedangkan komponen karkas dalam tahap pertumbuhan perlemakan yang melekat pada tulang meningkat, penimbunan lemak yang besar dapat menyebabkan proporsi tulang dan otot menurun (Lawrie, 2003).

Hubungan lingkar dada dengan bobot karkas

Berdasarkan hasil pengumpulan data selama penelitian, distribusi data lingkar dada sapi SIMPO jantan dapat dilihat pada Gambar 14. Hasil analisis hubungan antara panjang badan dengan bobot karkas pada masing-masing kelompok umur (data bobot karkas pada Gambar 18) dihasilkan persamaan regresi, nilai koefisien korelasi dan nilai koefisien determinasi seperti yang terlihat pada Gambar 22, 23 dan 24. Berdasarkan analisis keeratan hubungan, diperoleh bahwa lingkar dada dengan bobot karkas berhubungan secara nyata (P<0,05).

(12)

Gambar 22. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot karkas pada kelompok umur poel 1

Gambar 23. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot karkas pada kelompok umur poel 2

Gambar 24. Diagram pencar hubungan antara lingkar dada dengan bobot karkas pada kelompok umur poel 3

Hasil analisis hubungan antara lingkar dada dengan bobot karkas pada sapi SIMPO jantan poel 1 dihasilkan persamaan regresi poel 1 yaitu Y = -156,015 + 2,261X, poel 2 yaitu Y = -482,815 + 3,901X dan poel 3 yaitu Y = -256,513 + 2,768X, dengan nilai koefisien korelasi umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,572: 0,803 dan 0,632 (Gambar 22, 23 dan 24). Analisis keeratan hubungan antara variabel

(13)

perhitungan dapat dilihat pada lampiran 14, 15 dan 16. Selanjutnya, persamaan regresi digunakan untuk menduga bobot karkas dengan data lingkar dada yang kemudian dibandingkan dengan bobot karkas sebenarnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Atsari (2015) untuk nilai koefisien korelasi (r) lingkar dada dengan bobot karkas memiliki nilai yang erat yaitu 0,556.

Hasil analisis korelasi dan regresi sederhana menunjukkan nilai R2 umur poel 1, poel 2 dan poel 3 adalah 0,327: 0,644 dan 0,399. Nilai R2 poel 1 dan poel 3 berada dibawah 50%. Nilai R2 poel 2 sebesar 0,644 bahwa 64,4% lingkar dada dapat digunakan untuk menduga bobot karkas dan 35,6% bobot karkas dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang lain. Keadaan tersebut dapat dikarenakan terjadi adanya penurunan karkas pada ternak yang lebih tua. Menurut Pamungkas et al., (1992) terjadi deposisi lemak yang lebih banyak di bagian organ pencernaan dan reproduksi pada ternak yang lebih dewasa, sehingga bobot badannya mengalami peningkatan dan menyebabkan menurunnya angka persentase karkas, semakin tua maka kecenderungan angka persentase karkas akan semakin kecil.

D. Koefisien korelasi (r) antara ukuran tubuh dengan bobot badan sapi SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur

Tabel 1. Nilai koefisien korelasi (r) ukuran tubuh dengan bobot badan

Ukuran tubuh Kelompok Umur

poel 1 poel 2 poel 3

Panjang badan 0,647 0,787 0,666

Lingkar dada 0,661 0,851 0,661

Berdasarkan nilai koefisien korelasi, pada kelompok umur poel 1 dan 2 terlihat bahwa pendugaan bobot badan menggunakan lingkar dada memiliki nilai r yang lebih tinggi dibanding menggunakan panjang badan (0,661 dibanding 0,647 dan 0,851 dibanding 0,787). Hal ini berarti pada kelompok umur poel 1 dan 2 pendugaan bobot badan akan lebih akurat apabila menggunakan lingkar dada.

(14)

Pada kelompok umur poel 3, pendugaan bobot badan akan lebih akurat apabila menggunakan ukuran panjang badan dibanding dengan lingkar dada (0,666 dibanding 0,661). Pendugaan bobot badan pada sapi SIMPO Jantan poel 1, poel 2 dan poel 3 dibandingkan dengan bobot badan sebenarnya dengan tingkat akurasi panjang badan (92,83%: 92,78%: 93,82%) dan lingkar dada (94,70%: 95,56%: 95,16%) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 6, 7, 8, 9, 10 dan 11. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan Prabowo et al., (2012) dan Ni’am et al., (2012) bahwa panjang badan dan lingkar dada memiliki hubungan yang erat dengan bobot badan.

E. Koefisien korelasi (r) antara ukuran tubuh dengan bobot karkas sapi SIMPO jantan pada berbagai kelompok umur

Tabel 2. Nilai koefisien korelasi (r) ukuran tubuh dengan bobot karkas

Ukuran tubuh Kelompok Umur

poel 1 poel 2 poel 3

Panjang badan 0,638 0,740 0,551

Lingkar dada 0,572 0,803 0,632

Berdasarkan nilai koefisien korelasi, pada kelompok umur poel 2 dan 3 terlihat bahwa pendugaan bobot karkas menggunakan lingkar dada memiliki nilai r yang lebih tinggi dibanding menggunakan panjang badan (0,803 dibanding 0,740 dan 0,632 dibanding 0,551). Hal ini berarti pada kelompok umur poel 2 dan 3 pendugaan bobot karkas akan lebih akurat apabila menggunakan lingkar dada. Sementara pada kelompok umur poel 1, pendugaan bobot karkas akan lebih akurat apabila menggunakan ukuran panjang badan dibanding dengan lingkar dada (0,638 dibanding 0,572). Pendugaan bobot karkas pada sapi SIMPO Jantan poel 1, poel 2 dan poel 3 dibandingkan dengan bobot karkas sebenarnya dengan tingkat akurasi panjang badan (93,55%: 92,96%: 94,16%) dan lingkar dada (91,27%: 92,53%: 94,08%) perhitungan dapat dilihat pada lampiran 17, 18, 19, 20, 21 dan 22. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan

(15)
(16)

V. KESIMPULAN

Ukuran tubuh dengan bobot badan dan bobot karkas memiliki hubungan yang signifikan, sehingga terdapat hubungan yang saling berkaitan. Hubungan antara panjang badan dan lingkar dada dengan bobot badan dan bobot karkas pada berbagai kelompok umur sapi SIMPO jantan pada penelitian ini memperlihatkan hubungan yang nyata, sehingga kedua ukuran tersebut dapat digunakan untuk melakukan pendugaan bobot badan dan bobot karkas.

(17)

Amano, K., M. Katsumata, S. Suzuki, K. Nozawa, Y. Kawamoto, T. Namikawa, H. Martojo, I. K. Abdulgani dan H. Nadjib. 1981. Morphological and Genetical Survey of Water Buffaloes in Indonesia. The Origin and Phylogeny of Indonesian Native Livestock. Part II : 31 - 54.

Anggorodi, R. 1979. Ilmu Makana Ternak Umum. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Atsari, A. Z. Z. 2015. Hubungan ukuran tubuh dan bobot potong serta bobot karkas pada sapi di kabupaten kebumen Jawa Tengah. Skripsi. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Awaluddin dan T. Panjaitan. 2010. Petunjuk Praktis Pengukuran Ternak Sapi Potong. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB. Mataram.

Berg, R. T. dan P. M. Butterfield. 1976. New concept of Cattle Growth. University Press. Sydney.

Christoffor, W. T. H. M. 2004. Kinerja induk sapi Silangan Simmental Peranakan Ongole dan Peranakan Ongole periode prepartum sampai postpartum di Kecamatan Bambanglipuro Kabupaten Bantul. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Dilaga, S. Y. 1989. Peternakan Sapi Bali dan Permasalahannya. Bumi Aksara. Jakarta.

Gaspersz, V. 1992. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan 2. Tarsito. Bandung.

Gomez, K.A. dan Arturo. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. Edisi Kedua. Hal 13 – 16. Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta.

(18)

Hafid, H. 2005. Kajian pertumbuhan dan distribusi daging serta estimasi produktivitas karkas sapi hasil penggemukan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Hardjosubroto, W. 1994. Aplikasi Pemuliaan Ternak di Lapangan. PT Grasindo. Jakarta.

Hasan, I. 2010. Pokok-pokok Materi Statistik 2. Bumi Aksara. Jakarta.

Hasnudi. 1997. Pengelolaan Ternak Sapi Pedaging. Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Medan.

Hastuti, I. 2007. Karakteristik eksterior sapi betina hasil silangan antara Simmental dan Limousin dengan Sapi PO di Kabupaten Bantul. Skripsi Sarjana Peternakan. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Johnson, E. R., D.G. Taylor, dan R. Priyanto. 1992. The contribution eye muscle area to the objective measurement of carcass muscle. Proc. Aust. Soc. Anim. Prod. Vol. 19. Melbourne.

Kempster, A. J., A. Cuthberson and G. Harrington. 1982. Carcass Evaluation in Livestock Breeding Production and Marketing. Granada Publishing Ltd. London.

Kidwell, J. P. A. 1965. Study of The relation between body conformation and carcass quality. in fat calves. J Anim. Sci, 14 : 235.

Kustituanto, B. 1984. Statistik Analisa Runtut Waktu dan Regresi Korelasi. BPFE. Yogyakarta.

Lawrie, R. A. 2003. Ilmu Daging. Cetakan V. Penerjemah: Aminuddin Parakkasi. Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Murtidjo, B. A. 1990. Beternak Sapi Potong. Kanisius. Yogyakarta.

(19)

Ukuran-ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali Betina pada Berbagai Kelompok Umur. Animal Agriculture Journal. 1: 541 - 556.

Pallson, H dan J. B. Verges. 1952. Effect of the plane of nutrition on growth and the development of carcass quality in lambs. J. Anim. Sci. Camb. 42: 1 - 92.

Pamungkas, D., U. Uum dan M. A. Yusran. Analisis berat karkas domba ekor gemuk berdasarkan berat hidup dan berat bagian tubuh non karkas pada dua tingkatan umur. Jurnal Ilmiah Penelitian Ternak Grati. Vol 3: 1.

Pane, I. 1993. Pemuliabiakan Ternak Sapi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Prabowo, S., Rusman dan Panjono. 2012. Variabel Penduga Bobot Karkas Sapi Simmental Peranakan Ongole Jantan Hidup. Bulletin Peternakan. 2: 95 - 102. Fakultas Peternakan, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Pradana, W., M. D. Rudyanto dan I. K. Suada. 2014. Hubungan Umur, Bobot Badan dan Bobot Karkas Sapi Bali Betina yang Dipotong di Rumah Potong Hewan Temesi. Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana. Bali.

Santoso, U. 2003. Tatalaksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Cetakan keempat. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soeparno. 2005. Ilmu dan teknologi daging. Cetakan ke – 4. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Srigandono, S. 1991. Ilmu Peternakan. Universitas Diponegoro Press. Semarang.

Subagyo, L. 2009. Potret komoditas daging sapi. Econ. Rev. 217 : 32 – 43.

Sudjana, M. A. 1996. Teknik Analisis Regresi dan Korelasi Bagi Peneliti. Tarsito. Bandung.

(20)

Sugana, N. dan M, Duldjaman. 1983. Konformasi dan komposisi tubuh ternak domba yang digemukkan dengan sisa hasil ikutan. Jurusan Ilmu Produksi Ternak. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Sugeng, B.Y. 1992. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sugeng, B. Y. 2003. Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Sutardi, A. 1981. Pertumbuhan Sapi Potong. Penebar Swadaya. Jakarta.

Tabachnick, B. G and L. S. Fidell. 1996. Using Multivariate Statistics (3rded). Harpercollins Collage Publisher. New York.

Tillman, D., Hartadi, H., Prawirokusumo, S., Reksohadiprodjo, S. dan S. Lebdosukojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Triatmodjo, S. 1998. Studi Pengaruh Aras Protein Pakan terhadap Pertumbuhan dan Komposisi Karkas Domba Lokal Jantan. Tesis. Magister Pertanian. Fakultas Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Triyono. 2003. Studi perbandingan ciri eksterior, ukuran tubuh dan status fisiologis antara Sapi Peranakan Ongole dengan sapi silangan Simmental Peranakan Ongole di Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Skripsi Sarjana Peternakan, Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Tulloh, N. M. 1978. Growth, Development, Body Composition, Breeding and Management. In : A Course Manual in Beef Cattle Management and Economics. W. A. T. Browker, R. G. Dunsday, J. E. Frisch, R. A. Swan and N. M. Tulloh (Ed). Australian Vice-Chancellors Committee, Academy Press Pty Ltd. Brisbane. P: 59-91.

Williamson, G. dan W. J. A. Payne. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis (Diterjemahkan oleh S. G. N. D. Damadja). Edisi ke-1. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Winters, L. M. 1961. Introduction to Breeding Farm Animal. Jhon Wiley and Sons inc. New York.

(21)

Yurmiati, H. 1991. Pengaruh pakan, umur potong dan jenis kelamin terhadap bobot hidup, karkas dan sifat dasar kulit kelinci “Rex”. Desertasi. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Yusuf, M. 2004. Hubungan antara Ukuran Tubuh dengan Bobot Badan Sapi Bali di Daerah Bima NTB. Skripsi Fakultas Peternakan Universitas Gadajah Mada. Yogyakarta.

Gambar

Gambar 7. Sebaran data bobot badan (A) dan bobot karkas (B) sapi SIMPO jantan  yang dikumpulkan selama penelitian
Gambar 9. Sebaran data bobot badan sapi SIMPO jantan pada berbagai  kelompok umur
Gambar 12. Diagram pencar hubungan antara panjang badan dengan bobot  badan pada kelompok umur poel 2
Gambar 14. Sebaran data lingkar dada sapi SIMPO jantan pada berbagai  kelompok umur
+5

Referensi

Dokumen terkait

- lakukan survei ke rencana lokasi penempatan pos hidrologi. - lakukan kegiatan dokumentasi di lokasi pos tersebut dengan mengisi kartu survei dan membuat sket dan

Robet Jaksen Sembiring (2013) dengan judul penelitian “Analisis Alih Fungsi Lahan terhadap Pengembangan Wilayah di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang” menyimpulkan

Dalam penelitin ini penulis menggunakan jenis penelitian Deskriptif. Dimana jenis penelitian ini bertujuan agar dapat memberikan gambaran yang jelas dan lengkap

Bezaya Elzatta Hijab Bandung menyajikan atau menyusun laporan posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan perubahan ekuitas selama periode, laporan arus kas selama

Oleh karena itu, dengan menjadi guru yang berkompeten tersebut, tujuan pendidikan akan tercapai sehingga bermunculan generasi penerus bangsa yang mempunyai

OPTIMASI FORMULA TABLET FLOATING GLIKLAZID MENGGUNAKAN HPMC K4M – AMILUM KULIT PISANG AGUNG DAN NATRIUM BIKARBONAT SEBAGAI

Dinyatakan selanjutnya bahwa yang dimaksud dengan Konservasi sumber daya air adalah upaya memelihara keberadaan serta keberlanjutan keadaan, sifat, dan fungsi sumber daya air agar

Jika dana pembendaharaan Negara tidak cukup, maka pemerintah dapat menggunakan pajak orang-orang kaya untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang tidak mampu; sebab jika