• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran BAHASA JEPANG. MelaluiPendekatanSaintifik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pembelajaran BAHASA JEPANG. MelaluiPendekatanSaintifik"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

MelaluiPendekatanSaintifik

DIREKTORAT PEMBINAAN SMA

DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

2014

Pembelajaran

BAHASA JEPANG

(2)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

ii

(3)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan ... 2

C. Ruang Lingkup ... 3

D. Landasan Hukum ... 3

BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK... 5

A. Prinsip ... 5

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Bahasa Jepang ... 6

C. Model Pembelajaran dalam Bahasa Jepang ... 8

1. Pembelajaran berbasis Discovery Learning ... 8

2. Pembelajaran Berbasis Proyek ... 11

3. Pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL) ... 14

D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Jepang ... 18

BAB III ANALISIS KOMPETENSI ... 22

A. Kompetensi ... 22

B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa); ... 23

BAB IV PENUTUP ... 31

(4)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka mencapai tujuan tersebut disusun standar nasional pendidikan, terdiri atas: standar kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan.

Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Oleh karena itu setiap satuan pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.

Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara bagaimana apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus.

Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam mengembangkan teknik, bentuk, dan instrumen serta pedoman penilaian hasil belajar dengan pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan pendidik mampu menerapkan program remedial

(5)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.

Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.

Mata pelajaran Bahasa Jepang mempunyai karakteristik yang berbeda dengan mata pelajaran bahasa asing lainnya. Perbedaan ini terletak pada penggunaan huruf yaitu hiragana, katakana dan kanji. terutama pada pemahaman terhadap lambang huruf dan kata serta pelafalannya, misalnya kata asli bahasa Jepang harus ditulis dengan menggunakan huruf hiragana, contoh: nihon tulisannya にほん sedangkan kata-kata asing dalam bahasa jepang harus ditulis dengan huruf katakana, Contoh: knife tulisannya ナイフ.

Selain itu Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan kemampuan guru melalui workshop dan bimbingan teknis terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, mengembangkan materi pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku. Selanjutnya untuk memfasiltasi guru Bahasa Jepang secara individual dan kelompok dalam mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi, dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya Direktorat PSMA menyusun naskah model pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata pelajaran.

B. Tujuan

Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran Bahasa Jepang dalam mengimplementasikan kurikulum 2013. Secara khusus naskah ini bertujuan untuk:

(6)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 3

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

1. Memberikan rambu-rambu bagi guru dalam menganalisis kompetensi inti dan kompetensi dasar.

2. Mengembangkan Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3. Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus. Mengembangkan langkah-langkah kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

4. Merancang penilaian autentik.

C. Ruang Lingkup

Ruang lingkup buku ini terdiri atas:

1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik

2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Bahasa Jepang 3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Bahasa Jepang

4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi

D. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan

4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah

5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah

6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan

7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah

(7)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi Kurikulum

9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum

(8)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

5

BAB II

PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK A. Prinsip

Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya kontekstual, baik individual maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk menggunakan menggunakan model pembelajaran antara lain model inkuiri, discovery, problem, dan projek.

Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1) peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3) pendekatan tekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran yang

(9)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja adalah peserta didik, dan di mana saja adalah kelas; (13) pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya peserta didik.

B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik dalam Bahasa Jepang

Pembelajaran sintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Pembelajaran tersebut tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, tetapi proses pembelajaran dipandang sangat penting. Pendekatan ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan, berkenaan dengan materi pembelajaran melalui berbagai kegiatan, yaitu mengamati, menanya, mengeksplor/mengumpulkan informasi/mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

Sesuai dengan karakteristik bahasa sebagai alat komunikasi, pembelajaran bahasa tidak hanya mempelajari ilmu bahasa yang terkait dengan gramatika, tatacara membaca atau menulis saja, tetapi harus merefleksikan kompetensi sikap berbahasa yang santun, cara berfikir ilmiah, dan keterampilan berbahasa yang komunikatif baik lisan maupun tulisan, baik aktif maupun pasif melalui keterampilan mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Untuk mata pelajaran Bahasa Jepang,

pembelajarannya berbasis tema, artinya pembelajaran melalui tema yang dipergunakan untuk memahami struktur teks, unsur kebahasaan, unsur budaya yang terdapat dalam teks.

Pendekatan pembelajaran saintifik dalam Bahasa Jepang dapat dilakukan sebagai berikut;

1. Kegiatan mengamati dilakukan dengan memaksimalkan panca indra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak. Yang diamati adalah

(10)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 7

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

materi yang berbentuk fakta, yaitu fenomena atau peristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya.

Contoh:

Peserta didik mengamati gambar/video sikap tubuh orang-orang yang bersalaman atau menyimak percakapan memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang

2. Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas.

Contoh:

Peserta didik mendiskusikan kapan, dengan siapa, apa yang mereka katakan saat mereka melakukan salaman yang ada pada gambar/video yang ditampilkan. Dan bagaimana cara melafalkan intonasi huruf/kata dalam bahasa Jepang yang sesuai dengan karakter dan lambang hurufnya.

3. Mencoba

Peserta didik mencoba memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang, mulai dengan mengulang kalimat, melengkapi percakapan yang rumpang, sampai memperkenalkan diri dengan beberapa teman di kelas.

4. Mengasosiasi

Kegiatan mengasosiasi dalam bahasa Jepang, peserta didik membandingkan memperkenalkan diri dalam bahasa dan budaya Indonesia dengan bahasa dan budaya Jepang, dan menarik kesimpulan persamaan dan perbedaannya.

Dapat juga membandingan huruf yang ditulis dengan (romaji, hiragana, katakana dan kanji), dalam kata, frasa, kalimat atau paragraf yang memiliki pelafalan yang hampir mirip.

5. Mengomunikasikan

Dalam pembelajaran bahasa Jepang kegiatan mengomunikasikan dapat dilakukan dengan cara antara lain bermain peran, atau game, atau interview, atau information gape atau melafalkan/membaca suatu wacana yang ditulis dalam bahasa dan huruf Jepang, yaitu hiragana, katakana, dan/atau kanji. Kegiatan ini

(11)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

dapat juga dilakukan dengan membuat kata, atau frasa, dan/atau kalimat dalam bahasa dan huruf Jepang.

C. Model Pembelajaran dalam Bahasa Jepang

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa Jepang sehingga dapat membangkitkan kreativitas dan keingintahuan peserta didik, antara lain Discovery Based Learning, Project Based Learning, dan Problem Based Learning.

1. Pembelajaran berbasis Discovery Learning

Discovery learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut.

a. Menciptakan stimulus

Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan kontroversi. Pada tahap ini, misalnya, peserta didik mengamati fakta tentang beberapa teks deskripsi. Kemudian, diberi fakta lain tentang paparan jati diri penulis dan daftar riwayat hidup seseorang yang ada pada kompetensi dasar sebelumnya. Dari segi informasi kedua teks tersebut terlihat hampir sama namun memiliki genre yang berbeda. Dengan demikian, peserta didik termotivasi untuk mencari tahu lebih lanjut tentang fakta dan fenomena tersebut dengan membaca dari berbagai sumber atau mempertanyakan kepada pendidik.

Selanjutnya peserta didik dihadapkan pada teks dengan genre yang sama namun bervariasi dalam fungsi sosial dan unsur kebahasaan sehingga membangkitkan rasa penasaran (curiosity). Tahapan ini dilanjutkan dengan tidak memberi generalisasi kepada peserta didik agar timbul keinginan mereka untuk mencari tahu alasan penulis atau penutur menggunakan unsur kebahasaan yang berbeda. Sehingga peserta didik dapat mengetahui perbedaan fungsi sosial dari teks-teks tersebut. Disamping itu, guru

(12)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 9

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

menyiapkan instruksi-instruksi yang jelas untuk penugasan dalam setiap tahapan.

Selain itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Ketika memberikan stimulus, guru dapat menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada kondisi internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian, peserta didik terlibat secara aktif dalam bereksplorasi

b. Menyiapkan pernyataan masalah

Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran. Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat. Dalam pembelajaran teks narratif, guru memberikan contoh dalam bentuk cerita bergambar. Peserta didik ditugaskan mencari teks lain dengan ciri-ciri (generic structure) yang sama dengan cerita bergambar yang disajikan. Peserta didik merumuskan pernyataan masalah misalnya “semua teks naratif memiliki alur cerita orientasi, komplikasi dan resolusi”, atau “semua teks naratif menggunakan tata bahasa bentuk lampau (past tense)”.

c. Mengumpulkan data/mencoba

Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya pernyataan masalah tersebut. Dalam hal ini informasi yang dikumpulkan berfungsi untuk membuktikan pernyataan masalah dalam contoh teks narratif. Pembuktian ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan (collecting) berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara dengan nara sumber, melakukan uji coba dan sebagainya. Dengan demikian, peserta didik secara aktif menemukan pengetahuan baru yang berhubungan dengan permasalahan

(13)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah yang dihadapi.

d. Mengolah Data

Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya, lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah, diacak, dan diklasifikasikan.

e. Memverifikasi data

Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah. Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah terbukti atau tidak.

f. Menarik kesimpulan

Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi. Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara lain:

a. secara klasikal, peserta didik memiliki pengetahuan awal yang lebih baik pada keterampilan berbicara dan menulis. Bagi peserta didik yang kurang terampil, akan mengalami kesulitan dalam mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustrasi;

(14)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 11

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya; c. pemilihan materi dengan kompetensi dominan pada pemahaman;

d. perlu fasilitas memadai seperti sumber, media, dan peralatan pembelajaran. Manfaat pemilihan model discovery learning antara lain:

a. membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya;

b. menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer pengetahuan karena pemerolehannya bersifat pribadi;

c. menimbulkan rasa senang pada peserta didik karena tumbuhnya rasa penyelidikan dan berhasil;

d. memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan dengan keecepatannya sendiri;

e. menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya dengan melibatkan akal dan motivasinya;

f. membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya karena memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya;

g. membantu peserta didik menghilangkan keraguan karena mengarah pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan kegiatannya;

h. mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis;

i. dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan keingintahuan;

j. kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan belajar dari berbagai jenis sumber belajar.

2. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata.

(15)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai berikut: a. Menentukan pertanyaan mendasar.

Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang relevan untuk para peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi. Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal semester agar dapat merancang kegiatan selanjutnya, misalnya “Bagaimana bahasa dan budaya Jepang dapat dipertahankan hingga masa kini”.

b. Mendesain perencanaan proyek

Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik. Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian berbagai subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

c. Menyusun Jadwal

Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:

1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek, 2. membuat deadline penyelesaian proyek,

3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,

4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan dengan proyek, dan

5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang pemilihan suatu cara.

d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek

Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi

(16)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 13

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan untuk mempermudah proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas peserta didik.

e. Menguji hasil

Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman

Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada akhirnya diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab permasalahan yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.

Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:

a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga proyek tidak memakan waktu terlalu lama;

b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di laboratorium;

c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;

d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek. Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain: a. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.

(17)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

c. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis;

d. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan sumber daya;

e. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;

f. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

g. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun guru menikmati proses pembelajaran.

3. Pembelajaran berbasis Problem Based Learning (PBL)

a. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah. Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini, yaitu:

1) tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,

2) permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,

3) selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan bertindak sebagai pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha

(18)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 15

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan

4) selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik diberi peluang untuk berperan serta pada penyelidikan dan menyampaikan ide-ide mereka.

b. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.

Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar berkolaborasi. Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda. Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen, pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor sebaya, dan sebagainya.

Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal. Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-hasil penyelidikan ini dapat menghasil-hasilkan penyelesaian terhadap permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta memamerkannya.

Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas peserta didik selama penyelesaian proyek. Pengawasan dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam keseluruhan aktivitas yang penting.

(19)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

c. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok

Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan masalah. Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.

Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah. Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan menentukan permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai merumuskan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan masalah.

Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas informasi yang dikumpulkan.

d. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih baik jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya, Guru lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai” atau

(20)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 17

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah pemberi umpan balik.

e. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah

Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama proses kegiatan belajarnya.

Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-hal berikut.

1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual, guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan prosedural Project Based Learning dan Problem Based Learning.

2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI- 4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan Project Based Learning.

3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2)

Berikut contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi pengetahuan dan keterampilan.

Dimensi Pengetahuan

Dimensi Keterampilan

Abstrak Konkrit

Faktual Discovery Learning Discovery Learning Konseptual Discovery Learning Discovery Learning Prosedural Discovery Learning

Problem Based Learning

Discovery Learning Problem Based Learning

(21)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Dimensi Pengetahuan Dimensi Keterampilan Abstrak Konkrit Metakognitif

Discovery Learning Project Based Learning

Problem Based Learning

Discovery Learning Project Based Learning

Problem Based Learning

D. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa Jepang

Penilaian autentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses, dan keluaran (output) pembelajaran, yang meliputi ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Penilaian autentik menilai kesiapan peserta didik, serta proses dan hasil belajar secara utuh. Keterpaduan penilaian ketiga komponen (input – proses – output) tersebut akan menggambarkan kapasitas, gaya, dan hasil belajar peserta didik, bahkan mampu menghasilkan dampak instruksional (instructional effect) dan dampak pengiring (nurturant effect) dari pembelajaran.

Bahasa Jepang merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada struktur kurikulum 2013, oleh sebab itu penilaian hasil belajar Bahasa Jepang harus dikembangkan sesuai dengan konsep penilaian Kurikulum 2013, yaitu penilaian autentik yang mencakup domain sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang harus dicapai peserta didik secara terpadu.

Penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa Jepang sebagai berikut; 1. Penilaian Kompetensi Sikap

Pengumpulan informasi terkait sikap peserta didik pada pembelajaran bahasa Jepang dilakukan dengan teknik observasi, penilaian diri, penilaian antar teman, dan jurnal, disesuaikan dengan karakteristik KD pada KI-1 dan KI-2. Penilaian sikap dilaksanakan pada saat kegiatan belajar berlangsung, dimulai dari proses mengamati, menanya, mengeksplor data, mengasosiasi, sampai mengkomunikasikan hasil pembelajarannya. Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti 1 dan 2, dengan Kompetensi Dasar 1.1, 2.1, 2.2, 2.3, dan 2.4.

(22)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 19

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 2. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pengumpulan informasi terkait pencapaian pengetahuan peserta didik dilakukan melalui tes dengan teknik tes tertulis dan pemberian tugas. Pengetahuan bahasa Jepang terakumulasi pada Kompetensi Inti 3, dengan Kompetensi Dasar 3.1, 3,2, 3.3, dan 3.4.

Pengetahuan bahasa Jepang terdiri dari kosa kata, struktur kalimat (unsur kebahasaan), ungkapan –ungkapan yang mempresentasikan budaya setempat (unsur budaya). Kosa kata dikembangkan dari mulai cara melafalkan dan menulis karena terdapat perbedaan antara pelafalan dan penulisan, selanjutnya digabung menjadi kalimat dengan tata bahasa Jepang. Kosa kata, struktur bahasa (unsur kebahasaan) dipelajari dalam satu kesatuan utuh berbentuk wacana lisan dan tulisan yang diikat oleh tema yang berbeda pada setiap semester. Tema yang dipelajari dimulai dari Identitas Diri, Kehidupan Sekolah, Kehidupan Keluarga, Kehidupan Sehari-hari, Kegiatan Waktu Senggang dan Wisata. Penilaian kompetensi pengetahuan dalam bahasa Jepang termasuk juga pemahaman terhadap lambang huruf dan kata dan pelafalannya, misalnya kata asli bahasa Jepang harus ditulis dengan menggunakan huruf hiragana, contoh: tsukue tulisannya つくえ.

3. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pengumpulan informasi terkait keterampilan berbahasa Jepang dalam bentuk penyusunan teks lisan dan tulisan sederhana diukur dengan teknik tes praktik, melalui unjuk kerja, unjuk karya (produk). Penilaian ini digunakan untuk mengukur pencapaian Kompetensi Inti 4, yang terdiri dari KD 4.1, 4.2, 4.3, dan 4.4. Instrumen penilaiannya dilengkapi dengan rubrik, seperti contoh berikut ini:

Contoh: Rubrik penyusunan teks lisan.

Penilaian penyusunan teks lisan terdiri dari lima kriteria yaitu

Ketuntasan tugas sesuai tujuan (タ ス ク 達 成 ), Struktur wacana (談 話 構 造 ) Kefasihan (流暢さ), penggunaan kosa kata (語彙), Penggunaan tata bahasa (文法)Pelafalan (発音)dari masing-masing kriteria adalah :

(23)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Rubrik Ketuntasan tugas sesuai tujuan(タスク達成)

Skor Kriteria

4 jika semua tugas tuntas dengan sangat baik dan sesuai tujuan

3 jika semua tugas tuntas, tetapi ada sebagian kecil yang salah namun tetap sesuai tujuan

2 jika Sebagian besar tugas tuntas, namun banyak kesalahan sehingga tidak sesuai dengan tujuan

1 Sebagian besar tugas tidak tuntas, banyak kesalahan sehingga tidak sesuai dengan tujuan.

Rubrik Struktur wacana (談話構造)

Skor Kriteria

4 jika penyampaian dengan struktur wacana sangat runut dan mudah dipahami

3 jika penyampaian dengan struktur yang cukup runut dan bisa dipahami

2 jika penyampaian kurang runut sehingga agak sulit dipahami 1 jika penyampaian tidak runut sehingga tidak bisa dipahami

Rubrik Kefasihan (流暢さ),

Skor Kriteria

4 jika penyampaian dilakukan dengan sangat lancar

3 jika ada penyampaian yang dilakukan dengan agak kurang lancar, namun makna dapat dipahami

2 jika penyampaian dilakukan tersendat-sendat, sehingga makna kurang dipahami

1 jika penyampaian sangat tersendat-sendat, sehingga makna tidak dapat dipahami

(24)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 21

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Rubrik Kosa kata (語彙)

Skor Kriteria

4 jika dapat menggunakan kosa kata dengan sangat leluasa dan benar 3 jika dapat menggunakan kosa kata dengan cukup leluasa dan benar 2 jika dapat menggunakan kosa kata terbatas, dan ada beberapa yang

salah

1 jika dapat menggunakan kosa kata yang sangat terbatas

Rubrik Penggunaan tata bahasa (文法)

Skor Kriteria

4 jika dapat menggunakan tata bahasa dengan leluasa sesuai kondisi 3 jika dapat menggunakan tata bahasa yang sering digunakan sesuai

kondisi

2 jika hanya dapat menggunakan tata bahasa sederhana 1 jika dapat terdapat kesalahan mendasar dalam tata bahasa

Rubrik Pelafalan (発音)

Skor Kriteria

4 jika pelafalan sangat baik dan sangat mudah dipahami

3 jika pada pelafalan cukup baik, namun ada sedikit kesalahan namun tak mengubah makna

2 jika banyak kesalahan pada lafal, namun mengganggu pemahaman makna

(25)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

22

BAB III

ANALISIS KOMPETENSI A. Kompetensi

Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar. Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan.

Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu. Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan kompetensi dasar.

Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai berikut.

Tabel 3: Kompetensi Inti kelas X

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.

(26)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 23

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas X sesua Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah sebagai berikut;

Tabel 4: Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII

Kompetensi Deskripsi Kompetensi

Sikap

Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia

Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan

B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku (buku guru dan buku siswa);

Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;

(27)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Penjelasan Bagan 1;

1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut; a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang

harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung (direct teaching) kepada peserta didik.

b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religious dan sikap social yang harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)

c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara utuh atau terpadu.

Untuk mencapai kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar (KD), dalam setiap pembelajaran kompetensi dasar (KD) dikembangkan menjadi indicator pencapain kompetensi (IPK) sesuai dengan karakteristik materi pembelajaran.

Contoh hasil pengembangan IPK;

KD IPK Pengatahuan IPK Keterampilan

3.1 Memahami cara menyapa, berpamitan, mengucapkan terimakasih,meminta maaf, meminta izin, memberi instruksi dan memperkenal-kan diri serta cara

meresponnya terkait topik identitas diri (じこしょうか い) dan kehidupan sekolah( がっこうのせいかつ) dengan 3.1.1 Mengidentifikasi ujaran-ujaran (kata,frasa dan kalimat) yang didengar 3.1.2 Menentukan kata, 4.1.1 Melafalkan ucapan salam dan identitas diri berupa kata, frasa yang benar

4.1.2

Menyatakanungkapan salam dan identitas

(28)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 25

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

KD IPK Pengatahuan IPK Keterampilan

memperhatikan unsur kebahasaan ,struktur teks dan unsur budaya yang sesuai konteks

penggunaannya

frasa, atau kalimat tentang ungkapan salam dan identitas diri sesuai dengan kondisi.

diri.

2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media

a. Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus

b. Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan yang tercangtum di salabus, maka dilakukn peneyesuain dengn hasil kajian (sesuai karakteristik materi pemeblajaran)

3. Pengembangan Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru dapat mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercantum di silabus atau buku sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta menggunakan sumber lain yang relevan dengan sudut pandang yang berbeda. Pengembangan materi pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus atau buku, serta kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan). Guru juga harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik materi yang sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan menggunakan sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan muatan local yang mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi kekinian yang sedang menjadi pembicaraan.

Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan antara lain bertaqwa, disiplin, kerja keras, cerdas dan terampil, serta gotong-royong, untuk diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat kegaiatan kepramukaan yang terjadwal.

Contoh aktualisasi Bahasa Jepang dalam kegiatan kepramukaan;

Membuat nama-nama tanaman obat ditulis dalam huruf Katakana atau

(29)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

pemahaman dan peningkatan ketaqwaan dengan mensyukuri anugrah Tuhan dengan berbagai tanaman, serta dapat melatih kecerdasan dan keterampilan berfikir dan bertindak.

Selain itu juga materi dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS).

Misalnya

a. cara menulis kosa kata dalam bahasa jepang ditulis dengan huruf latin dan cara menulis kata asing dan kata asli Jepang dengan menggunakan huruf Hiragana dan Katakana (LOTS).

b. membuat synopsis yang ditulis dalam bahasa dan/atau huruf Jepang dari

suatu teks yang disajikan dalam bahasa Indonesia (LOTS). 4. Pengembangan kegiatan pembelajaran.

Guru dapat mengembangkan kegiatan pembelajaran yang sudah tercantum di silabus sesuai dengan hasil kajian terhadap materi pembelajaran dikaitkan dengan hasil kajian terhadap KI-2 dan KI-2.

Kegiatan pembelajaran terdiri atas;

mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan pendahuluan yang berisi antara lain kegiatan penyiapan peserta didik secara fisik dan psikis, motivasi, dan pembahasan pengetahuan prasyarat.

b. Kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

 Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan panca indra, antara lain melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau menyimak.

Contoh:

Peserta didik mengamati gambar/video sikap tubuh orang-orang yang bersalaman atau menyimak percakapan memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang.

(30)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 27

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

 Menanya adalah proses mengkonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas.

Contoh:

Peserta didik mendiskusikan kapan, dengan siapa, apa yang mereka katakan saat mereka melakukan salaman yang ada pada gambar/video yang ditampilkan.

 Mencoba Contoh:

Peserta didik mencoba memperkenalkan diri dalam bahasa Jepang, mulai dengan mengulang kalimat, melengkapi percakapan yang rumpang, sampai memperkenalkan diri dengan beberapa teman di kelas. Misalnya untuk mengucapkan ungkapan salam; あいさつ 「おはようございます、 こんにちは、こんばんは」

 Mengasosiasi

Peserta didik membandingkan memperkenalkan diri dalam bahasa dan budaya Indonesia dengan bahasa dan budaya Jepang, dan menarik kesimpulan persamaan dan perbedaannya.

 Mengomunikasikan

Peserta didik mengoomunikasikan hasil diskusi yang membandingkan antara bahasa dan budaya Jepang dengan Indonesia.

Kelima kegiatan tersebut di atas, tidak harus terjadi dalam satu kali pertemuan, tetapi setiap pertemuan fokus kepada kegiatan mana yang akan dilakukan disesuaikan dengan karakteristik materi atau IPK.

Contoh;

Jika dalam satu RPP terdapat 3 (tiga) kali pertemuan, maka ada kemungkinan sebagai berikut;

 pertemuan pertama fokus kepada kegiatan mengamati dan menanya,

 pertemuan kedua fokus kepada menanya, mengumpulkan informasi, dan mengasosiasi

(31)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

c. Kegiatan Penutup berisi antara lain kegiatan menyimpulkan, refleksi, atau informasi pembelajaran selanjutnya.

5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.

a. Contoh Penilaian Sikap

Indikator perkembangan sikap religius, tanggung jawab, peduli, responsif, dan santun

1) BT (belum tampak) jika sama sekali tidak menunjukkan usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas

2) MT (mulai tampak) jika menunjukkan sudah ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas tetapi masih sedikit dan belum ajeg/konsisten

3) MB (mulai berkembang) jika menunjukkan ada usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas yang cukup sering dan mulai ajeg/konsisten

4) MK (menjadi kebiasaan) jika menunjukkan adanya usaha sungguh-sungguh dalam menyelesaikan tugas secara terus-menerus dan ajeg/konsisten

Bubuhkan tanda V pada kolom-kolom sesuai hasil pengamatan.

No Nama Siswa

Tanggug jawab Peduli PD Santun

B T M T M B M K B T M T M B M K B T M T M B M K B T M T M B M K 1. 2. 3. 4. 5. ... Keterangan 1 BT= kurang

(32)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA 29

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah 2 MT= sedang

3 MB= baik

4 MK= sangat baik

Contoh Lembar Pengamatan dan kinerja presentasi mengenai sikap saat diskusi dan presentasi

LEMBAR PENGAMATAN PRESENTASI/DIALOG Mata Pelajaran : Bahasa Jepang Kelas/Program : X/IBB Kompetensi : ……… No Nama Siswa Observasi Kinerja Presentasi Jumla h Skor Ke t era ng an Ke ju ju ra n D isiplin Tan ggun g Ja wa b Pe dul i Ke rja sa m a ju m l Pre se ntasi Visu al Isi 1. Marta 4 4 4 4 3 24 4 3 3 10 2. 3. 4.

Keterangan pengisian skor 4. = Sangat tinggi 3. = Tinggi 2. = Cukup tinggi 1. = Kurang Presentasi Kelompok Aspek: 1. Penguasaan Isi

2. Teknik Bertanya/ Menjawab 3. Metode Penyajian

(33)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah Contoh Penilaian Pengetahuan;

a. Teknik : Tes Tertulis dan Tugas b. Bentuk : Isian, uraian, dan portofolio

Rancangan Tes Tulis

Indikator Soal KD 3.1 Bentuk No Soal Skor Penilaian Disajikan gambar salam

Peserta didik dapat menentukan ungkapan salam sesuai gambar

Isian 1 - 5 Skor 2 apabila benar Skor 1 apabila kurang benar

Peserta didik dapat melengkapi percakapan tentang identitas diri

Uraian

terbatas 6 - 10 Skor 3 apabila kalimat tanya yang dibuat dengan struktur yang benar dan bermakna

Skor 2 apabila hanya

sebagian strukturnya benar Skor 1 apabila struktur sedikit yang benar.

Peserta didik dapat mengisi data identitas diri (nama,nomor telpon, daerah asal, suku bangsa, tempat tinggal).

Uraian

Terbatas 11 - 15 Skor 2 apabila benar Skor 1 apabila kurang benar

Penilaian = Jumlah perolehan skor x 100 Jumlah skor max

Contoh Penilaian Kompetensi Keterampilan; Berbicara (Identitas diri)

Indikator Skor Kriteria

Pelafalan Intonasi 3 Baik 2 Kurang baik 1 Tidak baik Isi

Penggunaan kata bantu, ungkapan

3 Tepat

2 Kurang tepat 1 Tidak tepat Penilaian = Jumlah perolehan skor x 100

(34)

Naskah Pembelajaran Bahasa Jepang Kurikulum 2013 di SMA

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

31

BAB IV PENUTUP

Efektifitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar, artinya semakin kegiatan pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas dan sebaliknya, semakin tidak efektif kegiatan pembelajaran, maka berdampak hasil belajar yang tidak optimal.

Kurikulum 2013 mengembangkan proses pembelajaran yang mencakup KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4 dengan dua modus proses pembelajaran, yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan pembelajaran dan langkah-lamgkah pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan belajar dengan pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya.

Berdasarkan hasil analisis dikembangkan materi pembelajaran, alternative kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang diperlukan. Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4 berupa kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2 yang merupakan kompetensi sikap spiritual dan sikap sosial.

Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang mengacu pada Silabus dan buku.

(35)

©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah

32

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.

Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.

Educational Policy, 12, 525-541.

http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education

Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press.

Kemendikbud (2013). Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara). Jakarta.

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2014). Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta

Kemendikbud (2013). Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta

UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003 No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301). Jakarta

Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.

Gambar

Tabel 3: Kompetensi Inti kelas X
Tabel 4: Kompetensi  Inti Kelsa XI dan XII

Referensi

Dokumen terkait

Pendaftaran dan pengambilan Dokumen Pengadaan dapat diwakilkan dengan membawa surat tugas dari direktur utama/pimpinan perusahaan/kepala cabang dan kartu pengenal. Seseorang

1)  Nilai - Nilai Kemanusiaan dan Altruis  Nilai - Nilai Kemanusiaan dan Altruistik (kasih sayang) (Humanistic - Altruistic Sys tik (kasih sayang) (Humanistic - Altruistic System

Kerang dan karang adalah contoh hewan yang pada awalnya hidup sebagai plank  ton pada tahap telur hingga larva, yang selanjutnya akan menjalani hidupnya sebagai bentos yang

Kepala sekolah memberikan reward kepada guru bila hasilnya sesuai KKM dengan mempercepat kenaikan pangkatnya, namun juga sebaliknya bagi guru yang kurang cakap dalam

analysis of family change postwar in

SASARAN PESERTA KEGIATAN Sasaran peserta dalam kegiatan IbM “Peningkatan Kesehatan Bayi Melalui Massage Bayi”, tim pelaksana melibatkan peran serta dari bidan desa dan kader

Energi yang dihasilkan pada proses fotosintesis mikroalga dapat digunakan sebagai pertumbuhan, cadangan makanan atau untuk mempertahankan diri saat terjadi tekanan

Hasil dari penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya oleh Basri (2015) yang menyatakan bahwa love of money tidak dapat memediasi pengaruh gender terhadap persepsi