• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPACARAKESRIPAHAN ADAT JAWA DI BANJARSARI, SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UPACARAKESRIPAHAN ADAT JAWA DI BANJARSARI, SURAKARTA"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

UPACARAKESRIPAHAN

ADAT JAWA

DI BANJARSARI, SURAKARTA

Disusun untuk memenuhi Ujian Tengah Semester Wawasan Budaya Nusantara (MKK00102)

Program Studi Televisi dan Film Jurusan Seni Media Rekam

Oleh :

ANNA ALPHILIA NIM. 14148106

FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN

INSTITUT SENI INDONESIA

SURAKARTA

2015

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan kasih-Nya, atas anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami terima, serta petunjuk-Nya sehingga memberikan kemampuan dan kemudahan bagi kami dalam penyusunan laporan mengenai upacara kesripahan/kematian adat Jawa.

Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman kami terhadap kebudayaan Jawa ini, menjadikan keterbatasan kami dalam penjabaran yang lebih dalam tentang pembahasan ini. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca terutama pembimbing yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Harapan kami, semoga laporan ini membawa manfaat bagi kita, setidaknya untuk sekedar membuka cakrawala berpikir kita tentang bagaimana prosesi upacara

kesripahan/kematian adat Jawa.

Akhir kata, kami sampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan laporan ini. Terutama kepada rekan angkatan Televisi Film 2014 mata kuliah Wawasan Budaya Nusantara kelas A atas kerjasamanya, dan kepada dosen pengampu Wawasan Budaya Nusantara kelas A yang telah memberikan kesempatan kami untuk menambah wawasan kami dengan adanya tugas ini.

Surakarta, Desember 2015

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR GAMBAR... iv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 5 1.2 Rumusan Masalah ... 6 1.3 Tujuan Penulisan ... 6 1.4 Tinjauan Teori ... 7 1.5 Metode Penelitian ... 9

BAB II WUJUD BUDAYA 2.1 Budaya Ide/ Konsep Upacara Kesripahan Adat Jawa ... 12

2.1.1 Doa-doa ... 12

2.1.2 Nilai yang Terkandung dalam Kegiatan ... 14

2.2 Budaya Tindakan/ Aktivitas Upacara Kesripahan Adat Jawa ... 15

2.1.1 Tahapan Prosesi Upacara Kesripahan/Kematian Adat Jawa ... 15

2.3. Budaya Fisik/ Artefak Upacara Kesripahan Adat Jawa ... 21

2.3.1 Uborampe ... 21

2.3.2 Pakaian ... 26

BAB III PENUTUP 3.1Kesimpulan ... 27

3.2Saran ... 27

DAFTAR ACUAN ... 28

(4)

DAFTAR GAMBAR

Daftar Gambar halaman

Gambar 1Cengkir ... 14

Gambar 2Pembawa Acara ... 16

Gambar 3 Sambutan dari Keluarga ... 16

Gambar 4 Sambutan dari Ketua RW ... 16

Gambar 5 Prosesi Brobosan... 17

Gambar 6 Prosesi Brobosan... 17

Gambar 7Prosesi Mengadzani Jenazah ... 18

Gambar 8 Prosesi Lempar Tanah ... 19

Gambar 9Prosesi Pemakaman ... 19

Gambar 10 Prosesi Pecah Cengkir ... 20

Gambar 11 Prosesi Pecah Cengkir ... 20

Gambar 12Uborampe dan Tabur Bunga ... 21

Gambar 13 Payung ... 22

Gambar 14 Kendi ... 22

Gambar 15Cengkir ... 23

Gambar 16Sekar atau Bunga Tabur ... 23

Gambar 17Kipas Sate ... 24

Gambar 18Bunga Ronce ... 24

Gambar 19Tokolan ... 25

Gambar 20Masyarakat Memakai Baju Hitam ... 26

Gambar 21 Anna dan mbah Karso ... 29

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Negara Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak pulau yang terbentang dari Sabang sampai Merauke. Tidak hanya pulau, di Indonesia juga memiliki suku dan budaya yang tersebar diberbagai daerah. Budaya yang ada di Indonesia merupakan tradisi yang ditinggalkan turun menurun oleh nenek moyang terdahulu. Tradisi yang ada di Indonesia beragam jenisnya, mulai dari Sulawesi sampai Papua dan pulau-pulau disekitarnya memiliki tradisi yang berbeda dan bermacam-macam bentuknya. Walaupun berbeda, namun semua tradisi yang ada mencerminkan penghormatan dan menjunjung tinggi nilai kebudayaan yang ada disekitarnya.

Kebudayaan yang ada diberbagai daerah dapat menjadi media penyaluran pengetahuan dari orang tua kepada generasi-kegenerasi. Oleh karena hal tersebut, kebudayaan yang ada haruslah dilestarikan, setidaknya generasi-kegenerasi tahu akan pentingnya nilai-nilai yang terkadung dalam kebudayaan yang ada. kebudayaan ini salah satu hal yang ada dan sering dilakukan. Namun sering perkembangan jaman, kebudayaan yang ada mulai memudar.

Jaman sekarang tradisi dan kebudayaan yang ada di berbagai kota atau daerah nampaknya sudah mulai memudar. Perkembangan jaman yang semakin lama semakin lebih canggih, membuat banyaknya tradisi yang dilupakan atau ditinggalkan. Banyak generasi penerus yang kerap kali tidak mengerti bahkan tidak tahu tentang tradisi yang ada di daerahnya. Hal ini yang membuat lunturnya tradisi yang seharusnya di teruskan oleh generasi kegenerasi.

Di Jawa sendiri juga memiliki berbagai macam bentuk tradisi. Dari beberapa kota yang ada di Jawa memiliki tradisi yang berbeda-beda dan satu sama lainnya hampir mirip ada juga ada yang berbeda. Pada umumnya tradisi tersebut untuk menghormati dan menjunjung nilai-nilai kebudayaan. Hal ini membuat Indonesia merupakan negara yang kaya akan tradisi dan budaya.

(6)

Tradisi yang ada di Jawa khususnya di Jawa Tengah banyak bentuknya. Dari mulai lahiran, menikah, kematian, serta tradisi-tradisi lainnya banyak sekali yang harus dilestarikan oleh beberapa generasi penerusnya. Salah satunya adalah upacara

kesripahan atau kematian yang ada di Surakarta.Pada dasarnya upacara kesripahan/kematian merupakan tradisi yang sering dilakukan masyarakat Jawa.

Sebelum masuk liang kubur dan setelah dikuburkan terdapat prosesi yang sering dilihat namun tidak banyak orang mengerti akan makna dan simbol dari berbagai macam upacara dan uborampe yang ada di upacara kesripahan tersebut.

Upacara kesripahan ini memiliki banyak prosesi yang harus dilakukan oleh keluarga alamarhum (sanak saudara yang meninggal). Prosesi ini mulai dari sebelum pemberangkatan jenazah sampai dengan pemakaman jenazah. Dalam upacara

kesripahan ini banyak menggunakan sesajen atau simbol-simbol. Sesajen atau

simbol-simbol yang ada memiliki makna tertentu bagi masyarakat, tetapi kebanyakan orang tidak mengetahui apa arti atau makna dari sesajen yang terdapat dalam upacara ini.

1.2 Rumusan Masalah

Penulisan makalah ini untuk mengetahui wujud budaya pada upacara kematian adat jawa dengan rumusan masalah sebagai berikut:

Bagaimana wujud budaya konsep/ide padaupacara kesripahan/kematian adat Jawa?

Bagaimana wujud budaya tindakan/kegiatan pada upacara kesripahan/kematian adat Jawa?

Bagaimana wujud budaya artefak/fisik pada upacara kesripahan/kematian adat Jawa?

1.3 Tujuan Penulisan

Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk mendeskripsikan wujud budaya yang terdapat pada prosesi upacarakesripahan/kematian adat Jawa.

(7)

1.4 Tinjauan Teori

Tinjuan teori merupakan aspek yang harus digunakan untuk memperdalam kajian yang akan diteliti. Teori yang dicetuskan oleh para ahli dapat bermanfaat dan juga dapat menambah wawasan akan teori yang sudah ada. Berikut merupakan tinjauan teori yang mencangkup dalam objek penelitian:

1.4.1 Tradisi

Menurut Rendra dalam bukunya yang berjudul Mempertimbangkan

Tradisi(1984:3), tradisi ialah kebiasaan yang turun menurun dari sebuah

masyarakat. Ia merupakan kesadaran kolektif sebuah masyarakat. Sifatnya luas sekali, meliputi segala kompleks kehidupan sehingga sukar disisih-sisihkan dengan pemerincian yang tetap dan pasti. Terutama sulit sekali diperlakukan serupa itu karena tradisi itu bukan objek yang mati, melainkan alat yang hidup untuk melayani manusia yang hidup pula. Ia bisa disederhanakan, tetapi kenyataanya tidak sederhana.

Tradisi yaitu suatu kebiasaan turun–temurun dari nenek moyang yang masih dijalankan oleh masyarakat, atau anggapan bahwa cara–cara yang telah ada merupakan cara yang paling baik dan benar. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1483).

1.4.2 Budaya

Menurut Koentjaraningrat (1984:180-181), Budaya merupakan sebuah sistem gagasan & rasa, sebuah tindakan serta karya yang dihasilkan oleh manusia didalam kehidupannya yang bermasyarakat, yang dijadikan kepunyaannya dengan belajar.

Menurut KBBI (2008), Budaya berarti sebuah pemikiran, adat istiadat atau akal budi. Secara tata bahasa, arti dari kebudayaan diturunkan dari kata budaya dimana cenderung menunjuk kepada cara berpikir manusia.

Menurut Kluckhohn dan Kelly (1945), Budaya merupakan segala konsep hidup yang tercipta secara historis, baik yang implisit maupun yang eksplisit, irasional, rasional, yang ada di suatu waktu, sebagai acuan yang potensial untuk tingkah laku manusia.

(8)

Menurut E.B. Taylor (1871), Budaya ialah suatu keseluruhan yang kompleks meliputi kepercayaan, kesusilaan, seni, adat istiadat, hukum, kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang sering dipelajari oleh manusia sebagai bagian dari masyarakat.

Menurut Linton (1940), Budaya merupakan keseluruhan dari sikap & pola perilaku serta pengetahuan yang merupakan suatu kebiasaan yang diwariskan & dimilik oleh suatu anggota masyarakat tertentu.

1.4.3 Upacara Adat

Menurut Edi Nasution (2013), upacara adalah serangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu berdasarkan adat-istiadat, dan sistem kepercayaan (agama). Jenis upacara dalam kehidupan masyarakat antara lain upacara kematian, perkawinan, dan pengukuhan kepala suku, kelahiran anak, dan sebagainya. Dengan demikian upacara adat adalah suatu upacara yang dilakukan secara turun-temurun yang berlaku di suatu daerah. 1.4.4 Adat Istiadat

Menurut Kamus besar bahasa indonesia, (1988:5).Adat istiadat merupakan tata kelakuan yang kekal dan turun temurun dari generasi kegenerasi lain sebagai warisan sehingga kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.

1.4.5 Sripah/Kematian

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau sering disingkat KBBI, sripah atau kematian merupakan ajal maut.

Menurut Kamus Bahasa Jawa atau sering disingkat KBJ (2001:739),

sripah, kesripahan= kepaten (ana sadulure sing tinggal donya) atau kematian

(9)

1.5 Metode Penelitian

Pada dasarnya metode penelitian ini bertujuan untuk mengungkap suatu permasalahan atau fenomena yang ada atau terkait pada objek yang akan dikaji. Dalam mengungkappermasalahan yang ada, hal yang perlu dilakukan adalah melakukan serangkaian langkah–langkah pada metode penelitian ini, baik dengan objek kajian serta metode pengumpulan data. Beberapa hal yang terkait dengan langkah - langkah dalam penelitian sebagai berikut:

1.5.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif bersifat diskriptif. Pada dasarnya metode kualitatif ini bertujuan untuk memberikan gambaran yang sistematis dan berusaha untuk memberikan pemahaman tentang objek yang dikaji yaitu prosesi upacara

keseripahan adat Jawa.

1.5.2 Objek Penelitian

Strategi penelitian yang digunakan yaitu observasional, wawancara narasumber dan kajian teori. Dimana penulis mengamati objek yang ada, mewawancarai narasumber yang terkait dan mengerti tentang subbab ini dan mengkaji ulang sumber-sumber dari buku dan jurnal. Objek yang dikaji meliputi upacara keseripahan yang ada di Jawa. Serta mengkaji beberapa sumber buku mengenai prosesi upacara keseripahan adat Jawa.Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah masyarakat yang

melayat, keluarga dan prosesi upacara kesripahan yang ada di kelurahan

Punggawan Banjarsari Surakarta khususnya Jl. Bungsur 8 RT 01 RW 06.

1.5.3 Lokasi dan Tanggal Penelitian

Dalam penelitian ini, lokasi sangat menentukan keabsahan dalam mengkaji objek penelitian. Lokasi penelitian bertempat dikelurahan Punggawan Banjarsari, Surakarta, tepatnya Jl. Bungur 8 RT 01 RW 06. Yang mana pada saat itu terselenggara upacara kesripahan. Hal ini membuat penulis mengambil objek kajian pada lokasi tersebut. Penelitian dilaksanakan pada hari Rabu, 9 Desember 2015, pukul 11.00 sampai selesai.

(10)

1.5.4 Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data merupakan suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada objek yang akan dikaji. Dalam pengumpulan data ini sangat berpengaruh dalam pembuatan penelitian ini. Berikut merupakan beberapa metode pengumpulan data yang digunakan:

1.5.4.1 Dokumentasi

Dalam penelitian ini, dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah foto hasil dari pemotretan penulis. Objek yang didokumentasikan adalah suasana pada saat jalannya proses upacara

kesripahan, pakaian yang digunakan oleh masyarakat, sertauborampe

yang ada diprosesi kesripahan. Foto atau dokumentasi ini digunakan untuk mendukung materi dari isi makalah ini dan sebagai bukti otentik dalam melakukan penelitian. Dalam makalah ini, penulis melakukanobservasi dan wawancara menggunakan kamera Canon 60D dan Samsung Galaxy Y, kamera untuk mengambil foto objek yang ada dan Samsung Galaxy Y untuk mewawancarai narasumber yang terkait dengan prosesi upacara keseripahan ini.

1.5.4.2 Wawancara

Wawancara dalam penelitian ini ada dua narasumber yaitu, bapak Sukirman dan mbah Karso. Bapak Sukirman adalah anak dari almarhummah ibu Kinem Karsodikromo, sedangkan bapak Karso adalah juru kunci pemakaman. Pemilihan narasumber berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya tentang mensikapi upacara

kesripahan ini. Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan yang ada dan terkait dengan objek yang dikaji.

1.5.4.3 Kajian Pustaka

Kajian Pustaka dilakukan dengan mengumpulkan dan mengkaji secara mendalam mengenai uraian dan penjelasan yang berkaitan dengan macapat dari sumber data yang berupa tertulis. Sumber tersebut meliputi, jurnal, buku-buku, dan makalah. Data–data

(11)

tersebut dapat berguna bagi panutan, pijakan atau landasan pemikiran untuk mendeskripsikan dan menyimpulkan penelitian ini.

(12)

BAB II

HASIL DAN PEMBAHASAN

2.2 Wujud Budaya Konseppada Upacara Kesripahan Adat Jawa 2.2.1 Doa-doa

Doa merupakan sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Dalam doa, berisi tentang rasa syukur, rasa terima kasih dan mengungkapkan permintaan. Pada upacara kesripahan ini, terdapat doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan untuk mendiang yang telah meninggal. Berikut merupakan beberapa doa yang dipanjatkan:

2.2.1.1 Sambutan dan doa dari pihak keluarga

Sambutan dan doa merupakan sesuatu yang penting dalam prosesi kesripahan ini.Berikut ini merupakan sambutan dan doa yang dipanjatkan oleh keluarga almarhummah, bapak Sulis:

Bismillahirohmanirohim, assalamu’alaikum Wr. Wb., puji syukur alhamdulillah, mangga sesarengan ngonjukkaken puja-puji syukur kanthi raos konjem dhumateng ngarsa dalem Allah SWT. Dinten menika, ibu kula nggih simbah kula almarhumah ibu Kinem Karsodikromo ingkang sampun ngrumiyini kito sedaya marak sowan wonten ngarsanipun gusti kanthi sekeco jalaran gerah sawetan sedal kaparingono pugokiosno 94 tahun.

Bapak ibu sekalian lan para sedulur sekalian ingkang luhur ing budi, saderengipun kula lajengaken atur kula sumangga langkung rumiyin panjenengan kula derekaken ngunjukaken puja lan puji syukur wonten ngarsanipun Gusti ingkang sampun marengaken pinten-pinten kenikmatan dumateng kita sedaya saenggo ngantos mugi medal menika kita tasih dipunparingi kesempatan saged makempal wonten griya menika saperlu ngaturaken bela sungkawa saha paring pakurmatan ingkang pungkasan dumateng almarhummah.

(13)

Bapak ibu sekalian wonten meriki kula minangka talanging basa saking keluarga ingkang ngandang lukito ugi saking keluarga besar warga rt 01 rw 6 kelurahan punggawan ngaturaken belasungkawa ingkang sak lebet-lebetnipun awit sedanipun almarhummah ibu Kinem Karsodikromo, kito sedaya pitados mboten kirang-kirang anggenipun keluarga ingkang sampun ngupaya awurih ngaluyo soho wilujengipun almarhummah. Namung sedaya sampun ginaris, sedaya sampun pinesdeh, pilih jodho, rejeki lan mati meniko, sak estu kagunganipun Gusti. Kula suwun saking keluarga ingkang nembe tanah nugito saged tabah lan tawakal sinambe tansah dedunga mugi-mugi arwah almarhummah warak sowan anggenipun Gusti, sagedto fajar merginipun, lepas paranipun, jembar kuburipun, dipungapunten sedaya dosa lan klepatanipun, dipun tampi sedaya amalipun lan dipunpapan panggenaken wonten panggenan engkang tentrem nggih menika papan ing suwargo ingkang Gusti nate ngendikaaken.

Bapak ibu sekalian, para belasungkawa ingkang luhur ing budi, kula mingangka Sulis saking pihak keluarga ngaturaken pinuwun ingkang sampun kersa ngaturaken asung bela sungkawa saha paring pakurmatan ingkang pungkasan dumateng almarhummah. Mugi-mugi amal panjenengan pikantuk ganjaran ingkang agung saking Gusti ingkang maha kuaos. Ingkang pungkasan atur kula hambokbilih sugengupun almarhummah angngadahi kelepatan dumateng panjenengan, kula minangka Sulis saking keluarga nyuwunaken pangapunten ingkang sak ageng-agengipun.

Mekaten atur kula menawi wonten kirangipun, kula nyuwun samudra ingkang wiyar.

(14)

2.2.2 Nilai yang Terkandung dalam Kegiatan

Dalam uborampe yang dibawa dan disediakan pada kegiatan, pastilah terdapat nilai-nilai yang terkandung didalamnya. Menurut Mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), dalam setiap uborampe yang ada terdapat nilai atau makna-makna didalamnya. Nilai atau makna-makna yang tersebut merupakan teradisi turun menurun yang diwariskan kepada anak cucu. Pada uborampe tidak hanya sebagai hiasan melainkan ada makna tertentu. Adapun nilai atau makna yang tergantung pada kegiatan:

2.2.2.1 Pecah Cengkir

Cengkir adalah kelapa yang masih muda. Pada cengkir

ini mengandung beberapa arti yang bermakna. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), cengkir tesebut harus di belah dan sebagian dari cengkir tersebut dibuang. Hal ini berarti bila raga dan roh telah terpisah. Dan yang tersisa hanyalah roh, raganya sudah tidak ada (mati). Menurut mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), air yang ada merupakan air suci dan air tersebut ditumpahkan pada makam agar yang meninggal tersebut sejuk terkena air dari cengkir tersebut.

Gambar 01.Cengkir (Foto: Anna Alphilia 2015)

(15)

2.2.2.2 Sawuran

Sawur merupakan beras kuning yang dicampur dengan

uang recehan dan diberi bunga. Sawur ini ditaburkan pada pertigaan atau perempatan jalan. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), sawur ini melambangkan bahwa seseorang yang telah meninggal dunia tidak akan membawa harta bendanya. Mereka yang meninggal akan meninggalkan harta benda tersebut. Harta itu tidak akan dibawa sampai mati.

2.3 Wujud Budaya Tindakanpada Upacara Kesripahan Adat Jawa

Suatu tradisi memiliki beberapa wujud budaya tindakan yang dicerminkan pada tahapan prosesi pada tradisi tersebut. Begitu juga pada upacara kesripahan adat Jawa. Upacara pemakaman ini memiliki tahapan prosesi yang dapat mencerminkan wujud budaya tindakan.Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), prosesi dalam upacara kesripahan terdiri dari beberapa hal yang harus dilaksanakan. Adapun beberapa prosesinya:

2.3.1 Tahapan Prosesi Upacara Kesripahan/Kematian Adat Jawa

Dalam beberapa tradisi, tentulah terdapat beberapa prosesi yang harus di lakukan. Pada upacara kesripahan terdapat beberapa prosesi yang harus dilakukan antara lain:

2.3.1.1 SambutanPara Sesepuh dan Keluarga

Dalam prosesi ini para sesepuh, keluarga serta perwakilan dari RW memberikan sambutannya. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), dari pihak keluarga memberikan sambutan yang berisi tentang permohonan maaf atas kesalahan yang telah dibuat oleh mendiang baik sengaja dan tidak sengaja. Serta memberikan keiklasan dan semoga mendiang bisa diterima oleh Allah YME. Dan keluarga yang ditinggalkan dapat tabah. Serta dari pihak RW juga memohon maaf bila ada kesalahan dari mendiang serta keluarga yang

(16)

ditinggalkan bisa sapang dada. Dalam sambutan ini memakai bahasa Jawa kromo alus.

Gambar02.Pembawa Acara (Foto: Anna Alphilia 2015)

Gambar 03.Sambutan dari Keluarga (Foto: Anna Alphilia 2015)

Gambar 04.Sambutan Ketua RW (Foto: Anna Alphilia 2015)

(17)

2.3.1.2 Brobosan

Tahapan selanjutnya adalah tahapan Brobosan. Dalam tahapan ini, Brobosan merupakan tahapan sebelum jenasah di berangkatkan keliang kubur. Brobosan ini merupakan tradisi turun menurun. Brobosan ini diselenggarakan di depan rumah orang yang meninggal tersebut. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), brobosan ini berarti penghormatan terakhir dari keluarga bagi mendiang yang telah meninggal. Dari anak, cucu, canggah semua ikut mbrobos atau lewat dibawah peti jenazah. Tahapan brobosan seperti berikut: 1. Peti jenasah di panggul dan dibawa keluar menuju

ke halaman depan.

2. Anak dari yang tertua, cucu, canggah secara berurutan lewat dibawah peti jenazah atau mbobos. 3. Mereka mbrobos peti jenazah sebanyak tiga kali

searah jarum jam.

Gambar 05. ProsesiBrobosan (Foto: Anna Alphilia 2015)

Gambar 06.Prosesi Brobosan (Foto: Anna Alphilia 2015)

(18)

2.3.1.3 Pemakaman Jenazah

Prosesi pemakaman merupakan prosesi tahap yang ditunggu, karena jenazah akan dimasukkan kedalam liang lahat. Dalam prosesi ini, banyak hal yang perlu dilakukan. Adapun prosesi pemakamannya:

2.3.1.3.1 Adzan

Sebelum dimakamkan, jenazah yang telah masuk keliang kubur diazdzani. Hal ini disebabkan karena jenazah yang meninggal beragama Islam dan juga melapangkan jalan menuju akhirat. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), hal ini dilakukan agar jenazah dapat tenang dan juga memberi peringatan bahwa semua orang akan mati.

Gambar 07. Prosesi Mengadzani Jenazah (Foto: Anna Alphilia 2015)

2.3.1.3.2 Lempar Tanah dalam Liang Lahat

Lempar tanah merupakan prosesi yang dilakukan oleh keluarga sebelum jenazah dimakamkan. Dalam lempar tanah ini, keluarga melemparkan tanah pada peti jenazah yang telah masuk di liang lahat dan pelemparan ini dilakukan sebanyak tiga kali. Menurut Mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), hal ini dilakukan

(19)

agar jenazah dapat menyatu dengan tanah, serta sebagai ucapan kulonuwun atau minta ijin ( Dari tanah akan kembali ketanah).

Gambar 08.Prosesi Lempar Tanah (Foto: Anna Alphilia 2015)

2.3.1.3.3 Prosesi Pemakaman

Prosesi pemakaman merupakan prosesi yang terakhir. Karena jenazah akan ditimbun dengan tanah. Prosesi ini disaksikan oleh keluarga dan para pelayat yang menghadiri prosesi ini.

Gambar09. Prosesi Pemakaman (Foto: Anna Alphilia 2015)

2.3.1.4 Pecah Cengkir

Cengkir merupakan properti yang dibawa saat prosesi

pemakaman. Pada tahap ini, cengkir atau kelapa yang masih muda dipecahkan. Menurut pak Sukirman(wawancara, 9 Desember 2015), cengkir ini di pecahkan, serta separuh dari

(20)

cengkir tersebut di buang, ada juga pendapat dari mbah

Karso(wawancara, 10 Desember 2015), jika air dari cengkir yang telah di pecah bisa disiramkan pada tanah makam. Pecah

cengkir ini merupakan prosesi yang tidak boleh di tinggalkan.

Pecah cengkir ini harus dilakukan supaya prosesi pemakaman dapat berjalan dengan baik dan rincian prosesinya berjalan tanpa kekurangan suatu apapun.

Gambar 10.Prosesi Pecah Cengkir (Foto: Anna Alphilia 2015)

Gambar 11. Prosesi Pecah Cengkir (Foto: Anna Alphilia 2015)

(21)

2.3.1.5 Uborampediletakkan diatas Makam

Setelah prosesi dilakukan, selanjutnya uborampe yang telah dibawa diletakkan didekat makam serta, bunga tabur di taburkan diatas makam. Hal ini merupakan tahap terakhir sebelum keluarga meninggalkan makam, sebagai penghormatan terakhir dari mendiang yang telah meninggal.

Uborampe ini sebagai simbol yang digunakan pada keluarga

serta sebagai tradisi secara turun menurun jika ada yang meninggal dunia.

Gambar 12.Uborampe dan Tabur Bunga. (Foto: Anna Alphilia 2015)

2.4 Wujud Budaya Artefakpada Upacara Kesripahan Adat Jawa 2.4.1 Uborampe

Dalam sebuah tradisi, memiliki beberapa properti atau

uborampe yang harus disediakan oleh sanak keluarga yang memiliki

acara. Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), ada beberapa uborambe yang harus dibawa pada prosesi pemakaman. Adapun uborampe yang terdapat pada prosesi upacara kesripahan atau kematian:

2.4.1.1 Payung

Payung yang dibawa merupakan payung yang terbuat dari kertas. Warna pada payung tersebut terdiri dari tiga macam yaitu putih, hijau dan terdapat warna kuning. Serta terdapat bunga ronce yang menghiasi sisi-sisi dari payung

(22)

tersebut. Waktu jenazah turun dari ambulan, payung ini dibuka. Payung tersebut biasanya diletakkan diatas makam.

Gambar13. Payung (Foto: Anna Alphilia 2015)

2.4.1.2 Kendi

Kendi yang dibawa lebih kecil dari kendi yang biasanya. Kendi ini terbuat dari tanah liat dan didalamnya terdapat air untuk menyiram tanah makam. Kendi ini di letakkan di samping makam. Namun ada juga yang meletakkan di bawah pathok.

Gambar14. Kendi

(Foto: Anna Alphilia 2015)

2.4.1.3 Cengkir

Cengkir merupakan kelapa yang masih muda, masih

kecil. Di Jawa sering di sebut dengan cengkir. Cengkir ini di bawa hanya satu buah. Setelah dimakamkan, cengkir ini di

(23)

letakkan di bawah pathok dan cengkir yang di taruh hanya setengah saja. Air pada cengkir disiramkan juga pada tanah makam.

Gambar15. Cengkir (Foto: Anna Alphilia 2015)

2.4.1.4 Sekar/Bunga Tabur

Bunga tabur merupakan properti yang harus dibawa pada saat prosesi pemakaman jenazah. Bunga tabur ini berupa bunga mawar merah, mawar putih, bunga kenanga dan bunga melati.Bunga tabur ini berbau harum dan diberi minyak nyong-nyong. Bunga tabur ini ditaburkan pada makam jenazah.

Gambar16. Sekar atau Bunga Tabur (Foto: Anna Alphilia 2015)

(24)

2.4.1.5 Tepas/ Kipas Sate

Kipas sate atau sering disebut dengan tepas sate ini menjadi alat yang harus dibawa saat pemakaman. Kipas sate ini dibawa untuk melengkapi prosesi pemakaman. Kipas sate ini disandingkan bersamaan beberapa barang yang lain. Kipas sate ini diletakkan disamping makam jenazah.

Gambar 17.Kipas Sate

(Foto: Anna Alphilia 2015)

2.4.1.6 Bunga Ronce

Bunga ronce ini merupakan bunga melati yang masih kuncup/ belum mekar yang di ronce dengan benang. Bunga ronce ini di letakkan pada sisi-sisi payung. Bunga ini sebagai penghias payung.

Gambar 18.Bunga Ronce (Foto: Anna Alphilia 2015)

(25)

2.4.1.7 Sawur

Sawur atau beras kuning ini dicampur dengan uang

recehhan serta dicampur dengan sekar. Beras kuning ini seperti beras biasa, namun berwarna kuning. Warna kuning ini terjadi karena beras putih tersebut di rendam dengan kunyit. Kunyi inilah yang membuat warna kuning pada beras tersebut. Serta uang yang dicampurkan adalah uang recehan dari seratus rupiah sampai seribu rupiah. Beras kuning yang dicampur koin ini di hamburkan pada pertigaan atau perempatan jalan raya.

2.4.1.8 TokolanSangrai/ Kecambah Sangrai

Kecambah atau sering disebut tokolan ini merupakan

uborampe yang harus dibawa keluarga pada makam jenazah.

Menurut pak Sukirman (wawancara, 9 Desember 2015), kecampah ini merupakan kecambah yang telah di sanghai. Hal ini merupakan tradisi turun menurun yang telah diwariskan.

Gambar 19. Tokolan (Foto: Anna Alphilia 2015)

(26)

2.4.2 Pakaian

Pakaian merupakan wujud budaya artefak yang dipakai oleh masyarakat dalam memperingati suatu upacara. Dalam prosesi keseripahan ini, masyarakat menggunakan pakaian yang khas. Adapun pakaian yang dipakai:

2.4.2.1 Baju Warna Hitam

Baju merupakan pakaian yang digunakan oleh berbagai kalangan. Baju juga menjadi salah satu bentuk dari keprihatinan, seperti yang ada pada upacara kesripahan. Baju yang dipakai berwarna hitam. Hal ini menjadi salah satu tanda bahwa masyarakat turut berduka. Menurut mbah Karso (wawancara, 10 Desember 2015), berpakaian hitam merupakan bentuk turut berduka cita atas meninggalnya seseorang. Warna hitam merupakan warna gelap, kelam yang melambangkan kesedihan. Dalam hal ini semua turut berduka cita dan diapresiasikan lewat baju yang dipakai.

Gambar 20.Masyarakat Memakai Baju Hitam (Foto: Anna Alphilia 2015)

(27)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berbagai upacara adat yang ada memiliki banyak prosesi yang harus dijalani oleh sanak keluarga yang menyelenggarakan sebuah acara adat. Upacara adat ini merupakan upaya yang harus dijalani oleh berbagai kalangan yang memiliki acara. Di Jawa terdapat upacara kesripahan yang tetap terjaga sampai sekarang. Dalam upacara kesripahan terdapat beberapa prosesi yang dilakukan, serta didalam prosesi tersebut terdapat berbagai macam uborampe yang memiliki nilai atau makna didalamnya. Makna yang terkandung didalam uborampe tersebut masih dipercaya dan dijunjung tinggi oleh masyarakat. Hal ini disebabkan tradisi tersebut merupakan peninggalan nenek moyang yang diwariskan kegenerasi selanjutnya.

3.2 Saran

Semoga berbagai kalangan atau generasi yang ada dapat mengetaui aspek budaya yang terdapat didaerahnya masing-masing. Budaya, tradisi yang ada dapat diturunkan atau diwariskan kegenerasi selanjutnya agar budaya yang ada tidak hilang dimakan. Pemerintah dapat memberikan wadah agar budaya setempat tetap terjaga kelestariannya.

(28)

DAFTAR ACUAN

Buku :

Endraswara, Suwardi.1999.Mutiara Wicara Jawa. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Rendra. 1984. Mempertimbangkan Tradisi. Jakarta: PT. Gramedia.

Skripsi:

Madhan Khoiri. 2009. Skripsi: Makna Simbol dan Pergeseran Nilai Tradisi Upacara Adat

Rebo Pungkasan. Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Wijayanto. 2002. Skripsi: Tradisi Upacara Kematian dalam Kejawen Urip Sejati di Desa

Jeruk Wudel Kecamatan Girisubo Kabupaten Gunungkidul. Institut Agama Islam

Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Jurnal :

Macelius wahyu, dkk. Jurnal: Makna Uborampe Upacara Kematian pada Masyarakat Jawa

di Kecamatan Purbolinggo, Lampung Timur. FKIP Unila Bandar Lampung.

Narasumber:

Sukirman, 76 Tahun, Punggawan Banjarsari Surakarta.

(29)

LAMPIRAN

Gambar21. Anna dan Narasumber mbah Karso (Foto Anna Alphilia 2015)

Gambar22. Anna di Pemakaman (Foto Anna Alphilia 2015)

Gambar

Gambar 01.Cengkir  (Foto: Anna Alphilia 2015)
Gambar 03.Sambutan dari Keluarga  (Foto: Anna Alphilia 2015)
Gambar 05. ProsesiBrobosan  (Foto: Anna Alphilia 2015)
Gambar 07. Prosesi Mengadzani Jenazah  (Foto: Anna Alphilia 2015)
+6

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Dokumen Penawaran saudara untuk Paket Pekerjaan Pengadaan Air Bersih + Instalasi (Sumur Bor) di Rumah Tahanan Negara Kelas IIB Ruteng Tahun Anggaran 2016, maka

Saat ini banyak perusahaan yang menggunakan teknologi informasi untuk mengembangkan sistem lintas fungsi perusahaan terintegrasi, yang melintasi berbagai batas

mutu benih atau pelabelan ulang, mendapatkan temuan kasus perbenihan (kegagalan dan mutu benih). Kegiatan pengawasan bukan hanya kegiatan administratif,

Bahwa dari 20 perusahaan yang mengajukan izin, 13 (tiga belas) perusahaan diantaranya yang berafiliasi dengan Sinar Mas dan APRIL/RGE Group merupakan pihak yang memiliki inisiatif

Terkait metodologi, kelemahan dalam studi ini adalah tidak diberinya kesempatan peneliti dapat face to face dengan sumber data kunci (Sultan bertahta), meskipun

Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan yuridis normatif, yang menguraikan/memaparkan sekaligus menganalisis tentang Penyelesaian Sengketa

Skripsi berjudul Analisis Karakteristik Magnetohydrodynamics Generator dengan Channel Diagonal telah diuji dan disahkan oleh Jurusan Teknik Elektro Fakultas..