• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Individu Ppl

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Individu Ppl"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PPL INDIVIDU

ANALISIS KESALAHAN SISWA

KELAS VIII SMP NU BAHRUL ULUM

DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA PADA MATERI

SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

OLEH :

RIBUT DWI STIARI

NPM: 1384202005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BINA INSAN MANDIRI

SURABAYA 2016

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PPL INDIVIDU ANALISIS KESALAHAN SISWA KELAS VIII SMP NU BAHRUL ULUM DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA

PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL

STKIP BINA INSAN MANDIRI SURABAYA

Surabaya, 10 Desember 2016

Guru Pamong, Penyusun,

HABIBUL ASRORI, S.Pd RIBUT DWI STIARI

NPM: 1384202005

Mengetahui,

Pembimbing, Kepala Sekolah

SMP NU Bahrul Ulum Gresik

WULAN TRISNAWATY, S.Pd. M.Pd. LUQMANUL HAKIM, S.Pd.

(3)

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan kegiatan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP NU Bahrul Ulum yang akan diselenggarakan pada 17 Oktober – 26 Nopember 2016 dan dapat menyelesaikan laporan yang berjudul berjudul “ Analisis Kesalahan

Siswa Kelas VIII SMP NU Bahrul Ulum Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ” dengan baik. Penulisan

makalah ini bertujuan guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika.

Penyusunan laporan ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara menyeluruh kegiatan PPL yang dilaksanakan di SMP NU Bahrul Ulum. Laporan ini juga ditulis sebagai bukti tercatat pelaksanaan PPL 2016 di SMP NU Bahrul Ulum.

Terselesaikannya pelaksanaan PPL ini tentunya tidak dapat berjalan dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, kerjasama, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghormatan kepada semua pihak, diantaranya :

1. Prof. Drs. Muhari, M.Pd, M.A selaku Ketua STKIP-Bina Insan Mandiri Surabaya yang telah memberikan izin kepada mahasiswa STKIP BIM Surabaya dalam mendukung pelaksanaan PPL II.

2. Bapak Erik Valentino, S.Pd., M.Pd. selaku ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan selama persiapan, pelaksanaan serta penyusunan laporan PPL 3. Ibu Wulan Trisnawaty, SP.d, M.Pd. selaku dosen pembimbing selaku

Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) STKIP-BINA INSAN MANDIRI selama persiapan, pelaksanaan serta penyusunan laporan PPL.

4. Bapak Lukmanul Hakim, S.Pd. selaku kepala sekolah SMP NU Bahrul Ulum Menganti Gresik yang telah memberikan izin kepada mahasiswa STKIP BIM Surabaya dalam mendukung pelaksanaan PPL II.

5. Bapak Habibul Asrori, S.Pd. selaku Guru Pamong Kelas VIII Matematika di SMP NU Bahrul Ulum Menganti - Gresik.

(4)

6. Ibu Fandyana, S.Pd. selaku Guru Pamong Kelas VII Matematika di SMP NU Bahrul Ulum Menganti - Gresik.

7. Bapak/Ibu guru beserta staf SMP NU Bahrul Ulum Menganti Gresik yang telah memberikan bantuan serta dukungannya sehingga kami dapat menjalankan kegiatan PPL ini.

8. Seluruh peserta didik SMP NU Bahrul Ulum yang telah membantu selama pelaksanaan program PPL.

9. Orang tua, keluarga, dan orang-orang terdekat yang telah memberikan dukungan moral dan materi.

10. Rekan-rekan mahasiswa Pendidikan Matematika Angkatan 2013 yang memberikan kenangan manis, motivasi serta kritikan-kritikan yang membangun dan bekerjasama dengan baik dalam suka maupun duka selama pelaksanaan kegiatan PPL.

11. Semua pihak yang telah membantu pelaksanaan PPL yang tidak dapat penyusun sebutkan satu per satu.

Demikian laporan akhir ini disusun, kami menyadari dalam penyusunan laporan akhir ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami menerima kritik dan saran yang membangun demi mencapai tujuan bersama. Semoga laporan akhir ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan penyusun pada khususnya.

Surabaya, 10 Desember 2016 Mahasiswa PPL

Ribut Dwi Stiari

DAFTAR ISI

COVER...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

(5)

DAFTAR GAMBAR...vii

DAFTAR TABEL...viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan...2

D. Manfaat...3

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar...4

B. Matematika...6

C. Tes Bentuk Uraian...7

D. Analisis Kesalahan...9

E. Tinjauan Materi Pokok Bahasan...10

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA A. Penyajian Data...14 B. Analisis Data...16 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan...22 B. Saran...22 DAFTAR PUSTAKA...29 LAMPIRAN...30

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Konsep Soal No.1...19

Gambar 2. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Konsep Soal No.2...20

Gambar 3. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Prinsip Soal No.1...21

Gambar 4. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Prinsip Soal No.2...22

Gambar 5. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Operasi Soal No.1...24

(7)

Gambar 7. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Fakta Soal No.1...26

Gambar 8. Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Fakta Soal No.2...26

DAFTAR TABEL Tabel 1. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Konsep...18

Tabel 2. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Prinsip...20

Tabel 3. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Operasi...22

(8)
(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan ilmu dasar yang terus mengalami perkembangan baik dalam segi teori maupun segi penerapannya. Matematika memegang peranan penting di dalam dunia pendidikan dan juga diperlukan oleh semua ilmu pengertahuan, oleh sebab itu matematika harus dipelajari dan dikuasai oleh setiap peserta didik dengan harapan agar siswa dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik. (Rosali, 2013:215). Dalam dunia pendidikan, matematika dipelajari oleh semua siswa mulai dari tingkat sekolah dasar sampai pada tingkat perguruan tinggi, termasuk juga ditingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Matematika juga berkaitan erat dengan proses perhitungan dalam masalah kehidupan manusia. Sesuai dengan pendapat Kline (dalam Suherman, 2001:19) yang menyatakan bahwa matematika ada untuk membantu manusia dalam memahami dan menguasai permasalahan sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Permasalahan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan bilangan dan perhitungan sering dituangkan dalam soal matematika yang berbentuk uraian atau cerita. Pada umumnya soal cerita digunakan untuk melatih siswa dalam menyelesaikan masalah. Kesulitan soal cerita berbeda dengan kesulitan soal bentuk hitungan yang dapat dilakukan dengan komputasi. Tes bentuk uraian mampu mengukur hasil belajar yang bersifat kompleks, walaupun tidak dipungkiri bahwa banyak guru/dosen menggunakan bentuk tes ini untuk mengukur pengetahuan-pengetahuan faktual. Soal tes uraian lebih tepat kalau digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat kompleks.

Kenyataan yang ada bahwa banyak siswa SMP yang mengeluh dikarenakan sering mengalami kesulitan dalam memahami soal-soal matematika sehingga siswa seringkali melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan, belum lagi banyak para siswa yang tidak cocok dengan metode pengajaran matematika yang diberikan oleh gurunya. Oleh karenanya tidak berlebihan jika sampai saat ini mata pelajaran matematika dipandang sebagai mata

(10)

pelajaran yang paling sulit. Bagi sebagian besar siswa SMP, matematika seringkali menjadi suatu mata pelajaran yang menakutkan sehingga akan semakin menurunkan minat dan semangat siswa tersebut dalam belajar matematika baik itu di rumah maupun di sekolah. Kenyataan ini didukung pula dengan kemerosotan mutu lulusan yang ditandai oleh rendahnya prestasi belajar matematika dibanding dengan mata pelajaran yang lain.

Rendahnya prestasi belajar matematika dapat ditunjukkan dengan hasil survei yang dilakukan oleh OECD (Organisation for Economic Co-operation and

Development). OECD merupakan organisasi internasional yang menganut

ekonomi pasar bebas. Hasil survei yang OECD lakukan ini berdasarkan pada hasil tes di 76 negara yang menunjukan hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi. Analisis yang digunakan oleh OECD berdasarkan pada hasil tes matematika dan ilmu pengetahuan yang menggunakan standar global yang lebih luas menggunakan tes PISA.

Dari 76 negara yang ikut berpartisipasi dalam tes PISA tahun 2015. Semua yang di tes adalah siswa yang berumur 15 tahun. Ranking matematika dan sains Indonesia tahun 2015 dari survei OECD berada di peringkat ke 69 dari 76 negara, sedangkan peringkat 5 peringkat teratas dipegang negara Asia, seperti Singapura, Hongkong, Korea Selatan, Jepang, dan Thailand (Sikerok, 2015).

Pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel adalah salah satu pokok bahasan matematika yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama. Dalam mempelajari pokok bahasan ini siswa seringkali melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan materi tersebut. Hal ini tercermin dari sebagian besar siswa tidak mengerjakan soal pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel yang saya berikan sewaktu pelaksanaan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMP NU Bahrul Ulum. Mereka mengaku kesulitan dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan uraian di atas, untuk mengatasi masalah kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika maka peneliti memilih judul “Analisis Kesalahan Siswa Kelas VII SMP NU Bahrul Ulum Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ”.

(11)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Kesalahan-kesalahan apa yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel?

2. Bagaimana menggolongkan tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel?

3. Faktor-faktor apa saja yang menyebabkan kesalahan yang dialami siswa dalam mengerjakan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

2. Menggolongkan tipe-tipe kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

3. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

D. Manfaat

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah :

1. Dapat membantu siswa dalam mengatasi kesalahan-kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi guru yang bersangkutan dalam perbaikan proses pembelajaran berikutnya berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa tersebut.

(12)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

Dalam dunia pendidikan, belajar perlu diatur secara sistematis yang menyangkut tingkat perkembangan jiwa/intelektual anak, waktu, fasilitas belajar, dan sebagainya. Sesuai dengan perkembangan teori belajar yang berbeda-beda, maka timbul bermacam-macam rumusan tentang belajar.

(13)

1. Belajar adalah suatu proses penting bagi perubahan perilaku manusia dan ia mencakup segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan (Chatarina Tri Ani dalam Khannatul Fitriyani, 2009:9).

2. Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman dan latihan (Hamalik, 1983:21).

3. Belajar adalah suatu proses ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang, baik perubahan yang berupa pengetahuan, pemahaman, sikap, dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, maupun perubahan-perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar (Nana Sudjana, 1986:5)

Dari definisi-definisi belajar diatas dapat diambil suatu pengertian yang mendasar bahwa belajar diorientasikan pada perubahan tingkah laku, yaitu perubahan yang terjadi karena usaha yang bersifat sengaja, kontinu, fungsional, bersifat positif dan aktif, terarah dan tidak bersifat sementara.

Beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar dapat dibagi menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Isi/materi yang dipelajari. 2. Metode yang belajar/siswa. 3. Orang yang belajar/siswa.

Para ahli sudah berupaya agar pengajaran matematika mendapat hasil yang memuaskan dengan melibatkan ketiga faktor tersebut. Untuk dapat berhasil dengan baik seorang pelajar perlu memiliki:

1. kesadaran akan tanggung jawab belajar. 2. cara belajar yang efisien

Akan lebih baik lagi jika seorang pelajar memenuhi syarat-syarat berikut. 1. Kesehatan jasmani dan rohani.

(14)

3. Tempat belajar yang menyenangkan. 4. Tersedia cukup alat dan bahan

Pada umumnya siswa belajar hanya memiliki sebagian dari salah satu sifat diatas. Maka dari itu seorang guru harus dapat berusaha untuk menciptakan situasi yang mendukung keberhasilan belajar siswanya, paling tidak ia dapat mempengaruhi dari segi psikologis, sehingga siswanya dapat berhasil dengan baik.

Beberapa kesalahan/kelemahan yang terjadi pada proses belajar mengajar sering kali tidak disadari oleh siswa. Kesalahan/kelemahan itu dapat berupa:

1. belajar asal belajar tanpa menyadari untuk apa dan apa tujuan yang hendak dicapai.

2. tidak memiliki motivasi yang murni atau motivasi tertentu.

3. belajar dengan kepala kosong, tidak menyadari pengalaman-pengalaman masa lampau.

4. menganggap belajar sama dengan menghafal.

5. menafsirkan bahwa belajar semata-mata hanya untuk memperoleh pengetahuan saja.

6. belajar tanpa adanya konsentrasi pikiran.

7. belajar tanpa rencana dan melakukan perbuatan belajar asal ada keinginan yang bersifat ididental saja.

8. baru melakukan belajar setelah dekat sekali dengan waktu ujian. 9. belajar karena gurunya menakutkan.

10. tidak belajar karena metode mengajar yang digunakan gurunya tidak bervariasi.

Menurut Clement yang dikutip Suhirman (1992:8), mengajukan lima kemungkinan/hal untuk dapat berhasil dalam menyelesaikan soal matematika.

1. Apa yang dipelajari.

2. Faktor apa yang mempengaruhi keberhasilannya. 3. Apa tujuan atau sasarannya.

4. Metode apa yang digunakan. 5. Siapa yang kita ajar.

Pada hakekatnya belajar matematika sangat terkait dengan berfikir matematis. Menurut Herman Hudoyo (dalam Khannatul, 2009:12), berfikir matematis adalah

(15)

merumuskan suatu himpunan yang telah diketahui atau berhubungan dengan struktur-struktur yang secara mantap telah terbentuk dari hal-hal yang telah ada sebelumnya.Jadi, untuk memahami materi matematika tertentu tidak mungkin tanpa mengaitkan dengan hal-hal sebelumnya.

Dengan demikian belajar matematika melibatkan suatu stuktur hierarkis dari konsep-konsep. Konsep-konsep yang tingkatannya lebih rendah. Dalam matematika berarti bila konsep A dan konsep B mendasari konsep C, maka konsep C tidak mungkin dipelajari sebelum konsep A dan konsep B terlebih dahulu dipahami.

B. Matematika

Definisi tentang pengertian matematika secara umum seringkali hanya dikemukakan oleh karena berfokus pada tinjauan pembuat definisi itu sendiri. Dengan demikian banyak muncul definisi atau pengertian tentang matematika yang beraneka ragam atau dengan kata lain tidak terdapat satu definisi tentang matematika yang tunggal dan disepakati oleh tokoh atau ahli matematika.

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002:723) dinyatakan bahwa, “Matematika adalah ilmu tentang bilangan, hubungan antara bilangan dan prosedural operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah bilangan”.

Pendapat lain mengatakan bahwa matematika merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten dengan mempergunakan logika deduktif. Artinya matematika merupakan pengetahuan yang bersifat rasional yang kebenarannya tidak tergantung kepada pembuktian secara empiris, tetapi deduktif. Dalam dunia keilmuan matematika berperan sebagai bahasa simbolik atau sarana komunikasi yang cermat, jelas dan tepat. Dalam hal ini matematika berperan ganda yakni sebagai ratu dan sekaligus pelayan. Sebagai ratu, matematika adalah merupakan bentuk tertinggi dari logika, sedangkan sebagai pelayan, matematika memungkinkan sistem pengorganisasian ilmu yang bersifat logis dan juga menyajikan pernyataan dalam bentuk model matematika yang ringkas dan jelas. (Purwoto, 1997: 14).

(16)

Definisi menurut R. Soedjadi (2000), bahwasanya :

a. Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik.

b. Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan kalkukasi.

c. Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan.

d. Matematika adalah pengetahuan tentang fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk.

e. Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. C. Tes Bentuk Uraian

Tes bentuk uraian mampu mengukur hasil belajar yang bersifat kompleks, walaupun tidak dipungkiri bahwa banyak guru/dosen menggunakan bentuk tes ini untuk mengukur pengetahuan-pengetahuan faktual. Soal tes uraian lebih tepat kalau digunakan untuk mengukur hasil belajar yang bersifat kompleks. Tes bentuk uraian ini mempunyai dua anak bentuk yaitu uraian terbatas dan uraian bebas.

Tes bentuk uraian terbatas dapat digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar kompleks berupa kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

1. Menjelaskan hubungan sebab akibat 2. Melukiskan aplikasi prinsip-prinsip

3. Mengajukan argumentasi-argumentasi yang relevan 4. Merumuskan hipotesis dengan tepat

5. Merumuskan kesimpulan-kesimpulan secara tepat 6. Merumuskan asumsi-asumsi secara tepat

7. Melukiskan keterbatasan-keterbatasan data 8. Menjelaskan metode dan prosedur

Tes uraian bentuk uraian bebas tepat dipergunakan untuk mengevaluasi hasil belajar yang bersifat kompleks berupa kemampuan-kemampuan sebagai berikut.

1. Menghasilkan, menyusun, dan menyatakan ide-ide. 2. Memadukan hasil belajar dari berbagai bidang studi.

3. Merekayasa bentuk-bentuk orisinil seperti mendesain sebuah eksperimen. 4. Mengevaluasi nilai suatu ide.

Kekurangan tes bentuk uraian sebagai berikut.

1. Kualitas jawaban peserta tes sangat tergantung pada kemampuannya memilih kalimat yang tepat untuk merumuskan jawabannya. Oleh sebab itu bisa saja terjadi bahwa dua orang peserta tes yang mempunyai ide yang

(17)

sama atas sesuatu masalah yang sama akan memperoleh nilai yang tidak sama.

2. Banyaknya butir tes sangat terbatas, oleh karena itu untuk menjawab setiap butir tes berbentuk uraian memerlukan waktu yang lama dan tenaga yang relative besar. Akibatnya seluruh materi yang dipelajari oleh siswa tidak seluruhnya dapat diturunkan dalam butir-butir tes.

3. Ada kemungkinan peserta tes menulis hal-hal yang kurang relevan dengan soalnya. Jika itu terjadi maka koreksi menjadi sulit, memakan waktu lama dan membosankan.

4. Pada umumnya hanya bisa dikoreksi oleh penyusun tes sendiri, jika jumlah peserta tes cukup besar maka koreksinya akan lama sekali.

5. Skor untuk tes bentuk ini kurang reliabel bila dibandingkan dengan tes yang berbentuk objektif.

6. Sering kali peserta tes lebih mementingkan panjangnya jawaban dari pada mutu jawaban. Kecenderungan ini menyebabkan jawaban sulit dikoreksi dan memerlukan waktu koreksi yang cukup lama.

Kelebihan tes bentuk uraian sebagai berikut.

1. Jawaban adalah uraian-uraian yang harus disusun dengan kalimat-kalimat sendiri, ini menuntut peserta tes untuk mempunyai kemampuan dalam mengorganisasikan jawabannya.

2. Menuntut peserta tes mampu mengintegrasikan segala apa yang telah dipelajarinya.

3. Kemungkinan menebak sangat kecil, seandainya jawaban yang diberikan adalah hasil tebakan, maka itu sangat mudah untuk dikenali.

4. Sangat tepat apabila digunakan untuk mengevaluasi hasil-hasil belajar yang bersifat kompleks yang tidak dapat dievaluasi dengan alat lainnya. 5. Relatif lebih mudah disusun dibanding dengan tes objektif.

6. Proses berfikir peserta tes dapat dilacak dari jawaban-jawaban peserta. D. Analisis Kesalahan

Soal cerita merupakan salah satu bentuk tes uraian. Tes uraian ini akan berfungsi untuk mendiagnosis kesulitan yang dialami oleh siswa. Dalam soal cerita, siswa dituntut kemampuannya untuk mengorganisir jawaban yang meliputi beberapa langkah yang harus dilakukan. Soal cerita dapat digunakan sebagai indikator kesulitan yang dialami siswa dalam menyelesaikan tes pada soal cerita tersebut.

(18)

Soal cerita dalam pembelajaran matematika merupakan soal terapan dari pokok bahasan yang dihubungkan dengan masalah sehari-hari, atau suatu sistem susunan kalimat yang didalamnya membentang bagaimana terjadinya suatu hal atau kejadian sehari-hari dalam bentuk yang sesederhana mungkin, dengan kata lain soal cerita yang menggunakan bahasa secara umum dan kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa matematika.

Dalam menyelesaikan soal cerita siswa banyak mengalami kesulitan. Penyelesaian soal cerita memang memerlukan tingkat pemahaman yang tinggi dibandingkan dengan penyelesaian soal bentuk hitungan. Dari langkah-langkah yang telah disebutkan di atas banyak siswa yang masih mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita antara lain:

a. Ketidakmampuan siswa dalam memahami soal cerita akibat kurang pengetahuan siswa tentang konsep atau beberapa istilah yang diketahui. b. Ketidakmampuam siswa dalam mengubah soal berbentuk soal cerita ke

dalam model atau kalimat matematika.

c. Ketidakmampuan siswa dalam menyelesaikan model atau kalimat matematika.

d. Ketidakmampuan siswa dalam menarik atau membuat kesimpulan dari penyelesaian model matematika.

Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita bisa diperinci lagi, diantaranya kesulitan pada waktu mengubah bentuk soal cerita menjadi model matematika, secara spesifik kesulitan muncul dalam menentukan apa yang diketahui, ditanyakan dan dalam membuat model matematikanya.

Pada tahap selanjutnya kesulitan mungkin akan timbul pada penyelesaian perhitungan model matematikanya. Hal tersebut bisa ditinjau dari pemahaman siswa dari maksud soal yang ditanyakan dan konsep materi yang telah diajarkan sebelumnya. Kemudian ditinjau dari kemampuan siswa dalam berhitung dan ketelitian siswa dalam berhitung.

Letak kesalahan belajar yang dialami siswa dapat diidentifikasi melalui letak pada pola-pola kesalahan umum yang mereka lakukan dalam mengerjakan soal.

(19)

Demikian halnya dalam matematika, kesulitan belajar siswa dapat diidentifikasi melalui letak kesalahan siswa dalam mengerjakan soal matematika.

Dari beberapa jenis kesalahan yang dilakukan siswa tersebut peneliti menggunakan 4 indikator untuk menentukan kesalahan dalam memecahkan soal cerita pada materi sistem persamaan linear dua variabel, yaitu:

a. Indikator kesalahan konsep b. Indikator kesalahan prinsip c. Indikator kesalahan operasi d. Indikator kesalahan fakta E. Tinjauan Materi Pokok Bahasan

1. Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Persamaan linear dua variabel adalah suatu persamaan yang tepat mempunyai dua variabel dan masing-masing variabelnya berpangkat satu. Bentuk umum dari persamaan linear dua variabel adalah ax + by = c, a ≠ 0, dan b ≠ 0 dengan a dan b sebagai koefisien, x dan y sebagai variabel, dan c sebagai konstanta

Penyelesaian dari persamaan linear dua variabel yaitu menentukan pasangan x dan y yang memenuhi persamaan. Pasangan x dan y tersebut merupakan penyelesaian persamaan, sedangkan yang tidak memenuhi persamaan bukan penyelesaian.

2. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

a. Definisi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Perhatikan bentuk-bentuk persamaan linear dua variabel berikut.

a) 2x + y = 6 dan x + y = 5 b) 4a + b = 8 dan a – b = 1

Dari uraian tersebut terlihat bahwa masing-masing memiliki dua buah persamaan linear dua variabel. Bentuk inilah yang dimaksud dengan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV). Berbeda dengan persamaan linear dua variabel, SPLDV memiliki sebuah penyelesaian, yang harus memenuhi kedua persamaan tersebut.

b. Penyelesaian Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Menentukan penyelesaian persamaan linear dua variabel berbentuk ax + by = c, artinya dengan mencari bilangan-bilangan pengganti x dan y

(20)

yang memenuhi persamaan tersebut. Himpunan penyelesaian dari persamaan ax + by = c merupakan pasangan berurutan (x,y).

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan penyelesaian SPLDV, yaitu:

1) Metode Grafik 2) Metode Eliminasi 3) Metode Substitusi 4) Metode Gabungan

3. Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam Kehidupan Sehari-hari

Dalam sehari-hari, banyak sekali permasalahan-permasalahan yang dapat dipecahkan menggunakan SPLDV. Pada umumnya, permasalahan tersebut berkaitan dengan masalah aritmetika sosial. Misalnya, menentukan harga satuan barang, menentukan panjang atau lebar sebidang tanah, dan lain sebagainya.

Untuk menyelesaikan masalah sehari-hari atau realita yang memerlukan penggunaan matematika, maka langkah pertama adalah menyusun model matematika dari soal cerita. Data yang terdapat dalam soal cerita tersebut diterjemahkan ke dalam suatu persamaan linear dua variabel. Kemudian langkah kedua menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel untuk mencari akar dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut.

Contoh:

1. Jika harga 4 kaos dan 3 celana adalah Rp395.000,00 dan harga 2 kaos dan 2 celana adalah Rp230.000,00, tentukan harga 3 kaos dan 3 celana!

Penyelesaian: Diketahui:

Harga 4 kaos dan 3 celana adalah Rp395.000,00 Harga 2 kaos dan 2 celana adalah Rp230.000,00 Ditanya: Harga 3 kaos dan 3 celana?

Jawab:

Misalkan: harga 1 kaos = x harga 1 celana = y Model matematika:

(21)

2x + 2y = 230000 ...(2) Metode Gabungan: Eliminasi x 4 x +3 y=395000 |×1| 4 x +3 y=395000 2 x +2 y=230000 |×2| 4 x +4 y=460000y ¿−65000 y=−65000 −1 =65000

Harga 1 celana adalah Rp65000,00 Harga 3 celana = 3  65000 = 195000 2x + 2y = 230000 2x + 2(65000) = 230000 2x + 130000 = 230000 2x = 230000 – 130000 2x = 100000 x = 1000002 =50000

Harga 1 kaos adalah Rp50000,00 Harga 3 kaos = 3  50000 = 150000

Jadi, harga 3 kaos adalah Rp150.000,00 dan harga 3 celana adalah Rp195.000,00

(22)

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Penyajian Data

Jenis penelitian ini deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Afifudin (2012:56) adalah jenis penelitian yang temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik inferensial atau bentuk hitungan lainnya. Pendekatan deskriptif berarti penelitian ini berusaha menjelaskan atau mendiskripsikan suatu gejala, peristiwa, kejadian, yang terjadi pada saat sekarang. Data yang terkumpul berbentuk tulisan, kata-kata dan gambar.

Penelitian ini dilaksanakan di SMP NU Bahrul Ulum tahun ajaran 2016/2017. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B yang terdiri dari 40 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode tes tertulis, lembar validasi soal, dan wawancara.

Penelitian dilakukan dengan memberikan soal tes yang berbentuk uraian sebagai berikut:

14 1. Didik membeli 3 buku tulis dan 4 pensil seharga Rp16.500,00. Dengan jenis barang dan kualitas yang sama, Bagus membeli 5 buku tulis dan 3 pensil seharga Rp22.000,00. Jika Ani membeli 2 buku tulis dan 5 pensil, maka berapa harga yang harus dibayar Ani?

(23)

Untuk mengetahui apakah instrumen yang telah dibuat oleh peneliti benar-benar valid maka instrumen harus divalidasi oleh validator. Oleh karena itu dibutuhkan lembar validasi tes untuk mengetahui valid atau tidaknya soal-soal yang telah dibuat. Data validasi soal dikumpulkan dengan cara memberikan lembar validasi soal kepada validator, yaitu dua orang dosen matematika. Validator akan memberikan penilaian terhadap setiap deskriptor yang ada dalam lembar validasi soal tersebut.

Selanjutnya dilakukan wawancara untuk memperoleh informasi dari subyek penelitian tentang kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita pokok bahasan SPLDV. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada siswa yang melakukan kesalahan untuk memastikan letak kesalahan yang dilakukan oleh siswa dan mengetahui penyebab terjadinya kesalahan yang dialami siswa dalam menyelesaikan soal cerita pada pokok bahasan SPLDV. Wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara terstruktur karena pedoman wawancara dibuat sebelum data hasil tes diperoleh. Subyek wawancara yaitu siswa-siswa dengan kesalahan yang berbeda-beda yang mewakili kesalahan siswa lain yang melakukan kesalahan yang sama.

Analisis data dilakukan setelah pengumpulan data. Teknik analisis data yang digunakan untuk mengidentifikasi jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita pokok bahasan SPLDV yaitu statistik deskriptif. Analisis kesalahan tersebut meliputi analisis untuk mengetahui jenis kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita pada pokok bahasan SPLDV.

Langkah-langkah prosedur analisis data tersebut sebagai berikut: 1) Tahap Awal, Pada tahap awal peneliti membuat instrumen penelitan berupa tes tertulis dan garis-garis besar yang akan ditanyakan pada saat wawancara. Tes tertulis sebelum digunakan terlebih dahulu harus divalidasi oleh validator. Hasil dari validasi tersebut selanjutnya dianalisis. 2) Tahap Inti, Pada tahap inti peneliti melakukan analisis terhadap data hasil tes tertulis dan data hasil wawancara. a)

(24)

Data Hasil Tes, Untuk menganalisis hasil jawaban tes dilakukan dengan mengelompokkan jawaban siswa menjadi dua jenis yaitu jawaban yang benar dan jawaban yang salah. Jawaban siswa yang salah dianalisis dan diklasifikasikan berdasarkan kompetensi dan indikator penelitian. b) Data Hasil Wawancara, Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden ini akan diperoleh informasi yang memperkuat hasil tes siswa. Karena dengan wawancara tersebut akan terlihat lebih jelas mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita pada pokok bahasan SPLDV.

B. Analisis Data

Dari tes yang telah dilakukan, data hasil tes yang diberikan oleh siswa masih bersifat umum. Untuk itu peneliti melakukan pemilihan data dalam hal memfokuskan data pada indikator-indikator yang akan diteliti. Data yang telah direduksi merupakan data yang memberikan gambaran jelas sehingga akan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya. Berikut akan dijelaskan secara rinci berdasarkan masing-masing indikator.

1. Kesalahan Konsep

Tabel 1. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Konsep

Deskriptor Nomor Soal

1 2

Menuliskan pemisalan dari

hal yang diketahui 36 19

Menuliskan sebagian pemisalan dari hal yang diketahui

- 1

Tidak menuliskan 4 20

Kesalahan konsep berkaitan dengan kesalahan siswa dalam menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal. Siswa tidak dapat memaknai kalimat yang mereka baca dengan benar sehingga tidak dapat menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal dengan benar.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan konsep yang terdiri dari 2 soal. Pada soal no. 1 diperoleh bahwa 36 siswa dapat

(25)

menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal, tidak ada siswa yang hanya menuliskan sebagian pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal, dan 4 siswa yang tidak menjawab atau tidak menuliskan. Pada soal no. 2 diperoleh bahwa 19 siswa dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal, 1 siswa yang hanya menuliskan sebagian pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal, dan 20 siswa yang tidak menjawab atau tidak menuliskan.

Untuk lebih memastikan siswa-siswa tidak dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 1 siswa tidak dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui. Dari wawancara yang sudah dilakukan, siswa tersebut mengaku tidak tahu apa yang diketahui dari soal sehingga tidak bisa menuliskan apa yang diketahui dari soal. Hal ini terjadi karena siswa kurang memahami maksud dari soal.

Berdasarkan jawaban siswa dan wawancara bahwa sebagian besar siswa bisa menuliskan pemisalan dari yang diketahui dan ditanyakan dari soal pada soal, sedangkan pada soal no. 2 masih banyak siswa yang melakukan kesalahan konsep. Pada soal no. 1 sebagian besar siswa yang dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal, sedangkan pada soal no. 2 sebagian besar siswa tidak dapat menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan ditanyakan dari soal.

Gambar 1

(26)

Gambar 2

Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Konsep Soal No. 2

2. Kesalahan Prinsip

Tabel 2. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Prinsip

Deskriptor Nomor Soal

1 2

Bisa membuat model matematika

dari pemisalan yang dibuat 32 1

Kurang bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat

4 19

Tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat

4 20

Kesalahan prinsip dideskripsikan sebagai kesalahan siswa dalam membuat model matematika dari pemisalan yang telah dibuat. Siswa tidak

(27)

mampu mentransformasikan apa yang telah diketahui dan ditanyakan kedalam kalimat matematika yang benar.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan prinsip yang terdiri dari 2 soal. Pada soal no. 1 diperoleh bahwa 32 siswa dapat membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat, 4 siswa yang kurang bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat, dan 4 siswa yang tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat. Pada soal no. 2 diperoleh bahwa 1 siswa dapat membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat, 19 siswa yang kurang bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat, dan 20 siswa yang tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat.

Untuk lebih memastikan bahwa siswa-siswa tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 1 orang siswa pada tiap indikator yang tidak bisa membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat. Dari wawancara yang sudah dilakukan, siswa tersebut mengaku salah menulis atau kurang teliti dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan jawaban siswa dan wawancara bahwa sebagian besar siswa melakukan kesalahan pada soal no.2, sedangkan pada soal no. 1 hanya 4 orang saja yang melakukan kesalahan prinsip. Pada soal no. 1 ditemukan jawaban model matematika siswa persamaan kedua 5x + 3p = 22000 padahal pada metode gabungan ditulis 5x + 3y = 22000. Sedangkan soal no. 2 sebagian besar siswa yang tidak bisa membuat model matematika hanya 1 orang saja yang bisa membuat model matematika.

Gambar 3

(28)

Gambar 4

Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Prinsip Soal No. 2

3. Kesalahan Operasi

Tabel 3. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Operasi

Deskriptor Nomor Soal

1 2

Menyelesaikan soal dengan prosedur

yang benar dan sistematis 22

-Menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang benar, namun tidak sistematis

9 10

Menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar, dan tidak sistematis

9 30

Kesalahan yang dideskripsikan pada kesalahan operasi yaitu kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar dan tidak sistematis. Siswa yang mengalami kesulitan dalam merencanakan, menyusun, melakukan langkah-langkah penyelesaian soal, serta salah dalam melakukan operasi perhitungan.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan prinsip yang terdiri dari 2 soal. Pada soal no. 1 diperoleh bahwa 22 siswa dapat menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis, 9 siswa yang menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang benar, namun tidak

(29)

sistematis, dan 9 siswa yang menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar, dan tidak sistematis. Pada soal no. 2 diperoleh bahwa tidak ada siswa dapat menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis, 10 siswa yang menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang benar, namun tidak sistematis, dan 30 siswa yang menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar, dan tidak sistematis.

Untuk lebih memastikan bahwa siswa-siswa bisa atau tidak bisa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 1 orang siswa pada indikator kesalahan operasi ini yang akan mewakili siswa-siswa yang lain yang bisa atau tidak bisa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis. Dari wawancara yang sudah dilakukan, siswa tersebut mengaku salah menulis atau kurang teliti dalam mengerjakan soal.

Berdasarkan jawaban siswa dan wawancara bahwa sebagian besar siswa melakukan menyelesaikan soal cerita dengan prosedur yang tidak benar, dan tidak sistematis pada soal no 2 dan sebagian besar siswa menyelesaikan soal dengan prosedur yang benar dan sistematis pada soal no. 1. Kesalahan pada soal no. 2 disebabkan siswa tidak bisa membuat model matematika dari apa yang diketahui dan ditanyakan dari soal sedangkan kesalahan pada soal no. 1 disebabkan siswa kurang teliti atau tergesa-gesa dalam mengerjakan soal. Kesalahan operasi pada no. 2 dapat dilihat jawaban siswa bahwa sebagian besar siswa yang belum menyelesaikan metode gabungan, sedangkan. Kesalahan operasi pada soal no. 1 dapat dilihat dari jawaban siswa yang salah perhitungan, seperti harga 1 buku tulis adalah Rp120,00 dan harga 1 pensil adalah Rp 435,00

Gambar 5

(30)

Gambar 6

Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Operasi Soal No. 2

4. Kesalahan Fakta

Tabel 4. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Fakta

Deskriptor Nomor Soal

(31)

Mampu Memberikan kesimpulan 26 -Kurang mampu memberikan

kesimpulan 7

-Tidak mampu memberikan

kesimpulan 7 40

Kesalahan fakta ini dapat dilihat dari pekerjaan akhir siswa dimana siswa masih banyak yang hanya menuliskan jawaban akhir secara singkat dan belum dapat merepresentasikan informasi yang ditanyakan dalam soal secara keseluruhan. Siswa mengalami kesulitan dalam menyimpulkan jawaban dalam bentuk kalimat.

Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa pada indikator kesalahan fakta yang terdiri dari 2 soal. Pada soal no. 1 diperoleh bahwa 26 siswa yang mampu memberikan kesimpulan, 7 siswa yang kurang mampu memberikan kesimpulan, dan 7 siswa yang tidak mampu memberikan kesimpulan. Pada soal no. 2 diperoleh bahwa tidak ada siswa yang mampu memberikan kesimpulan, tidak ada siswa yang kurang mampu memberikan kesimpulan, dan 40 siswa yang tidak mampu memberikan kesimpulan.

Agar lebih memastikan bahwa siswa-siswa mampu atau tidak mampu memberikan kesimpulan perlu adanya perlakuan yang lebih mendalam dengan cara melakukan wawancara lebih mendalam terhadap siswa-siswa tersebut. Adapun dalam wawancara ini, peneliti memilih 3 orang siswa pada indikator kesalahan fakta ini yang akan mewakili siswa-siswa yang lain yang mampu atau tidak mampu memberikan kesimpulan. Dari wawancara yang sudah dilakukan, siswa tersebut mengaku salah menulis atau kurang teliti dalam mengerjakan soal no. 1, sedangkan soal no. 2 disebabkan siswa tidak bisa membuat model matematika dari apa yang diketahui dari soal.

Berdasarkan jawaban siswa dan wawancara bahwa seluruh siswa melakukan kesalahan fakta pada soal no 2 dan sebagian besar siswa bisa

(32)

mengerjakan soal no. 1. Kesalahan fakta pada soal no. 2 disebabkan siswa tidak bisa membuat model matematika dari apa yang diketahui dari soal. Kesalahan fakta ini dapat dilihat dari pekerjaan akhir siswa pada soal no. 1 dimana siswa masih banyak menuliskan harga 5 pensil Rp75000 padahal perhitungan siswa harga 5 pensil Rp 7500 dan pada soal no. 2 terlihat seluruh siswa yang tidak menulis kesimpulan.

Gambar 7

Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Fakta Soal No. 1

Gambar 8

Jawaban Siswa pada Indikator Kesalahan Fakta Soal No. 2

BAB IV PENUTUP

(33)

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang didukung oleh kajian teori serta mengacu pada tujuan penelitian maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat kesalahan yang dilakukan siswa SMP NU Bahrul Ulum dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel secara keseluruhan masih tergolong tinggi.

Berdasarkan nomor soal, sebagian besar siswa banyak melakukan kesalahan pada soal no. 2. Berdasarkan indikator kesalahannya, sebagian besar siswa melakukan kesalahan fakta terutama pada soal no. 2 sebanyak 40 siswa. Hal ini disebabkan siswa bingung membuat model matematika dari pemisalan yang dibuat dan belum terbiasa mengerjakan soal yang bervariasi.

Kesulitan belajar yang menyebabkan siswa melakukan kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika dalam bentuk cerita pokok bahasan SPLDV yaitu (1) kesalahan konsep dimana siswa masih sulit dalam menuliskan pemisalan dari hal yang diketahui dan yang ditanyakan, (2) kesalahan prinsip dimana siswa kesulitan dalam membuat model matematika dari pemisalan yang telah dibuat, (3) kesalahan operasi dimana siswa sulit menyelesaikan soal cerita sesuai dengan prosedur yang benar dan sistematis, (4) kesalahan fakta dimana siswa tidak mampu dalam memberikan kesimpulan suatu masalah atau soal.

B. Saran

Berdasarkan simpulan hasil penelitian di atas, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:

1. Guru diharapkan lebih sering

mengenalkan kalimat matematika supaya siswa terbiasa dengan kalimat matematika tersebut sehingga ketika menghadapi permasalahan matematika, siswa secara otomatis langsung dapat meraba permasalahan yang dimaksud pada soal cerita dan tidak menimbulkan salah tafsir.

2. Guru membiasakan siswa untuk

(34)

3. Sebaiknya guru lebih sering memberikan latihan soal-soal cerita yang bervariasi. Mulai dari soal-soal cerita yang sederhana sampai dengan soal-soal cerita yang lebih kompleks dengan menekankan pada penggunaan langkah-langkah penyelesaian soal cerita agar siswa lebih terlatih dalam menyelesaikan soal cerita dan lebih sistematis.

4. Guru hendaknya mencoba

menerapkan metode pembelajaran serta pengembangan bahan ajar yang sesuai agar dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa.

5. Siswa hendaknya mempunyai jadwal

belajar yang rutin di luar sekolah, jadi siswa belajar tidak hanya pada waktu di kelas atau jika ada PR saja.

DAFTAR PUSTAKA

Rosali. 2003. Strategi Pembelajaran dan Minat Terhadap Hasil Belajar

Matematika. Jurnal Teknologi Pendidikan.

Suherman, E, dkk. 2001. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA Universitas Pendidikan Indonesia.

Sikerok. 2015. Rangking Pendidikan Dunia Tahun 2015, Indonesia ke Berapa? (Online). Diakses melalui

(35)

http://www.sikerok.com/ranking-pendidikan-dunia-tahun-2015-indonesia-ke-berapa pada tanggal 1 Desember 2016.

Fitriani, Khannatul. 2009. Analisis Kesalahan Dalam Mengerjakan Soal

Matematika Bentuk Uraian Pada Pokok Bahasan Persamaan Dan Pertidaksamaan Kuadrat Kelas X Semester 1 SMA Negeri 1 Guntur.

(Online). Diakses melalui http://lib.unnes.ac.id/2314/1/4564.pdf pada tanggal 2 Desember 2016

Hamalik, Oemar. 1983. Metode Mengajar dan Kesulitan-Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito.

Sudjana, Nana. 1986. Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Suhirman. 2004. Strategi Sukses Ujian Nasional SMA/MA. Yogyakarta: Andi. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Jakarta: Balai Pustaka.

Purwoto. 1997. Strategi Belajar Mengajar. UNS : UNS Press

Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan Matematika di Indonesia . Jakarta : Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Afifudin, dan Ahmad, S.B. 2012 . Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Pustaka Setia.

27 Lampiran : Lembar Soal dan Pedoman Penskoran

Lampiran : Kisi-Kisi Soal dan Kartu Soal Lampiran : Pedoman Wawancara

Lampiran : Lembar Validasi Soal

Lampiran : Surat Rekomendasi PPL Lampiran : Dokumentasi Penelitian

(36)

No Induk Nama Siswa L/P Kelas

1231 Achmad Erlangga Putra J. L VIII-B

1232 Agus Abdul Ghoni Kurniawan L VIII-B

1233 Alief Ramadhan Satria L VIII-B

1234 Aris Santoso L VIII-B

1235 Avriliya Dita P VIII-B

1346 Anggy Nur Azizah P VIII-B

1236 Candry Laxmy Wulandari P VIII-B

(37)

1237 Dwi Ayu Rahmawati P VIII-B

1238 Fatimatuz Zahrah P VIII-B

1239 Galih Raka Sutarno L VIII-B

1240 Hafid Nur Firdaus L VIII-B

1241 Imam Fauzi L VIII-B

1242 Laelatul Fitria P VIII-B

1243 Laksamana Putra Ananda L VIII-B

1244 Miftahul Absa L VIII-B

1245 Moch. Agung Pramana L VIII-B

1246 Moch. Andrea Nuril Fatah L VIII-B

1247 Mohamad Fariz Alamin L VIII-B

1248 Mohammad Cahya Adi Saputa L VIII-B

1249 Muhammad Zaki L VIII-B

1250 Muhammad Fikri A. A. L VIII-B

1251 Muhammad Shobirin L VIII-B

1252 Nadia Oktavia Pratiwi P VIII-B

1253 Nadya Purnama Sari P VIII-B

1254 Nuril Oktavia A. P VIII-B

1255 Putri Artana Dewi P VIII-B

1256 Rizky Dwi Pamungkas L VIII-B

1257 Rizky Rahayu P VIII-B

1258 Sintiya Meilinda P VIII-B

1259 Sri Pujiati P VIII-B

1260 Sri Wahyuni P VIII-B

1261 Sultan Rafi Abdila L VIII-B

1262 Syaifudin Wachid L VIII-B

1263 Umi Nur Fadilah P VIII-B

1264 Vatma Vazria P VIII-B

1265 Vinta Tiara Ayu Pramono P VIII-B

1266 Wanda Lestari P VIII-B

1267 Zahrotul Wardah P VIII-B

1380 Ela Nur Afni P VIII-B

1381 Muhammad Sholihuddin L VIII-B

Gambar

Tabel 1. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Konsep
Tabel 2. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Prinsip
Tabel 3. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Operasi
Tabel 4. Kesalahan Siswa pada Indikator Kesalahan Fakta

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi agroklimat yang diperlukan untuk mencapai produksi kalus optimum adalah : selang nilai curah hujan selama 4 bulan sebesar 965 -1102 mm, rataan selang

Kesimpulan dari hasil penelitian ini sebagai berikut: (1) emansipasi yang terdapat dalam novel Mimi Lan Mintuna meliputi: ketegaran, kebebasan, kemandirian, perjuangan,

Tingkat loyalitas baik perawat rollstat maupun perawat honorer berhubungan dengan faktor individu (umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah tanggungan dan

1) Simamora, Bilson. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Fundamentals of Marketing Research Sage Publication, California. Tujuan Instruksional Umum /TIU :.. Setelah mengikuti mata

Jakarta: Direktorat Pembinaan Kursus Dan Pelatihan Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal Dan Informal, Kementerian Pendidikan Nasional..

Secara parsial kemampuan manajerialdan motivasi kerjaberpengaruh positif signifikan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri di Kota Sekayu Kabupaten Musi Banyuasin, sedangkan

Berdasarkan hasil analisis didapat bahwa keberadaan komoditas tanaman pangan di Kabupaten Cilacap, tidak cukup alasan untuk menyatakan bahwa terdapat.. wilayah pada

Alasan inilah yang menjadi latar belakang untuk memilih pemeriksaan operasional yang dibatasi pada fungsi pembelian bahan baku sebagai bahan penulisan skripsi