Jurnal Keperawatan Muhammadiyah
Alamat Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKMHubungan Stres Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja
Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut
Citra Windani Mambang Sari 1, Nina Sumarni 2, Yuliana Sri Rahayu 3
1 Dosen Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia 2Dosen Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia 3 Mahasiswi Prodi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Padjadjaran, Bandung, Indonesia
I N F O R M A S I A B S T R A C T
Korespondensi:
citra.windani@unpad. ac.id
Keywords:
Blood Pressure, Elderly, Hypertension, Stress
Objective : This research aims to know the correlation between stress and blood pres-sure in elderly with hypertension at the working area of Community Health Center of Kadungora, Garut Regency.
Results : This research found that 32 elderlies in normal stress level category (27,6%), low stress level on 45 elderlies (38,8%), moderate stress level on 29 elderlies (25,0%), and high stress level on 10 elderlies (8,6%). The results of blood pressure test were 130-139 mmHg/80-89 mmHg on 30 elderlies (25,9%), ≥140 mmHg/≥90 mmHg on 79 elderlies (68,1%) and ≥180 mmHg/≥120 mmHg on 7 elderlies (6,0%). Conclusion : From the analysis result, the significant value of (0,024 (p value ≤ 0,05 ) was found, which means that it displayed significant effect and thus the H1 can be accepted that there is a significant correlation between stress and blood pressure on hypertension elderly in the working area of Community Health Center of Kadungora, Garut Regency.
PENDAHULUAN
Populasi lansia semakin meningkat dari tahun ke ta-hun. Menurut World Health Organization [WHO], 2018 jumlah lansia seluruh di dunia pada saat ini yaitu 434 juta jiwa sedangkan jumlah lansia di In-donesia diperkirakan berjumlah 23,66 juta jiwa atau 9,03%. Jawa Barat yang saat ini merupakan salah satu provinsi yang ada di Indonesia yang saat ini su-dah memasuki ageing population dengan prevalensi 4,16 juta jiwa Badan Pusat Statistik [BPS], (2017). Jumlah lansia yang ada di Kabupaten Garut yaitu se-banyak 60% dari jumlah seluruh penduduk Garut sebanyak 2.569.505 (BPS, 2016).
Prevalensi hipertensi berdasarkan WHO (2017) prevalensi hipertensi pada usia 18-39 (7,5%), 40-59 (33,2%) dan usia lebih dari 60 tahun (63,1%) sedangkan menurut Kementerian Kesehatan Dasar (2018) prevalensi hipertensi di Jawa Barat yaitu se-banyak 40% dan berdasarkan laporan data kesakitan Dinkes Kabupaten Garut (2018) didapatkan lansia yang menderita hipertensi sebanyak 2,449 jiwa.
Berdasarkan American Heart Assosiation [AHA], 2017 tekanan darah tinggi merupakan suatu keadaan tekanan darah yang mengalir melalui pembuluh dar-ah secara konsisten dalam keadaan yang tinggi dengan sistolik 130-139 mmHg dan diastolik 80-89 mmHg. Terdapat faktor resiko yang dapat meningkatkan tekanan darah yaitu faktor yang tidak dapat dimodi-fikasi seperti riwayat keluarga, usia yang semakin tua, jenis kelamin, ras dan penyakit gagal ginjal kronis se-dangkan yang dapat dimodifikasi yaitu kurang aktif-itas fisik, diet yang tidak sehat, obesaktif-itas, minum alko-hol yang telalu banyak, apnea tidur, kolestrol tinggi, merokok dan stres (AHA, 2017).
Tekanan darah merupakan tekanan aliran darah yang terjadi pada dinding arteri yang terjadi karena adanya pompaan atau tergerakan dari jantung (Potter & Per-ry, 2013). Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah pada lansia menurut penelitian yang dilakukan oleh (Subekti, 2014) di Dusun Sumberan mengemukakan hasil faktor-faktor yang berhubun-gan denberhubun-gan tekanan darah pada lansia yaitu nutrisi, psikologis, aktivitas fisik dan kualitas tidur. Faktor psikologis merupakan salah satu faktor yang sering terjadi pada lansia umumnya seperti depresi, cemas dan stres. Stres merupakan faktor yang paling mem-pengaruhi tekanan darah pada lansia, hal tersebut terjadi karena lanjut usia akan mengalami perubahan yang bersifat normal dari fisik dan mental, penurunan fungsi biologis pada lansia dari aspek kehidupan yang
saling berhubungan seperti perubahan fisik, peruba-han psikologis dan sosial apabila tidak dapat dilalui dengan baik akan menghambat aktivitas sehari-hari yang akan menyebabkan stressor hingga mengakibat-kan stress (Moradi et al., 2015).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Her-mawan, 2014) di Gambing Sleman Yogyakarta men-yatakan hasil penelitian terdapat hubungan antara stres dengan tekanan darah dengan keeratan yang se-dang didukung kembali oleh penelitian yang dilaku-kan oleh (Iwan, Nutrisia, & Tri, 2018) di Puskesmas Bangetayu Semarang mengemukakan hasil terdapat hubungan antara tingkat stres dengan tekanan da-rah pada pasien hipertensi dengan nilai keeratan hubungan correlation coefficient 0,001 yaitu terdapat keeratan yang cukup kolerasi negatif apabila tingkat stres berat maka tekanan darah pun akan semakin meningkat, diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh (Suherman, Tjutju, & Novita, 2017) dengan ha-sil penelitian yaitu terdapat hubungan antara tingkat stres dengan peningkatan tekanan darah.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Seke, Bidjuni, & Lolong, 2016) di Balai Penyantunan mengemumukakan hasil dari 50 responden, terdapat sebanyak 38 responden (92,7%) menderita stres den-gan riwayat hipertensi dan terdapat hubunden-gan yang signifikan antara kejadian stres dengan tingkat hip-ertensi didukung dengan penelitian (Senoaji, 2017) menyebutkan dari hasil penelitiannya yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat stres dengan frekuensi kekambuhan hipertensi pada lansia, den-gan nilai koefisien kolerasi 0,362 yang bernilai positif artinya semakin tinggi tingkat stres pada lansia maka frekuensi kekambuhan hipertensi pada lansia akan semakin tinggi sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh (Sari et al., 2017) menyebutkan bah-wa dari hasil penelitiannya terdapat hubungan yang disignifikan antara stres dengan kejadian tekanan darah tinggi, seseorang yang sedang mengalami stres memiliki resiko lebih tinggi sebanyak 2,830 kali ter-kena tekanan darah tinggi dibandingkan dengan ses-eorang yang tidak mengalami stres.
Penelitian yang peneliti lakukan berbeda dengan pe-nelitian sebelumnya yang sudah dilakukan yaitu dari jumlah responden penlitian ini lebih banyak, kriteria
inklusi dan eksklusi dan dari tempat penelitian yang
akan dilakukan yaitu di wilayah kerja Puskesmas Ka-dungora Kota Garut, karena berdasarkan data laporan morbiditas (data kesakitan) Dinas Kesehatan Garut pada tahun 2017, Puskesmas Kadungora mendapat
urutan pertama dengan lansia hipertensi dengan jum-lah penderita 116 lansia. Hasil studi pendahuluan dari 10 lansia dengan hipertensi 2 responden diantaranya mengalami stres berat, 4 responden mengalami stres sedang dan 2 responden mengalami stres ringan dan 2 responden stres normal.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan stres terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Ka-bupaten Garut
METODE
Jenis penelitian ini yaitu deskriptif korelasional den-gan metode cross sectional yaitu penelitian yang dilaku-kan dengan mengukur variabel-variabel dalam waktu yang sama. Populasi dalam penelitian yaitu 116 lan-sia hipertensi yang berobat ke puskesmas Kadungora Kabupaten Garut data ini diambil berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Garut 2018 sampel pe-nelitian ini menggunakan total sampling. Pepe-nelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu stres dan tekanan da-rah, untuk pengukuran variabel stres menggunakan kueisioner DASS 42, kueisioner DASS 42 sudah Uji validitas oleh Abdullah dan Amrullah (2014) pada 20 responden lansia dengan hipertensi dengan nilai r tabel (r = 0,444) sehingga dapat disimpulkan dari 42 pertanyaan tersebut sudah valid dan uji reabilitas yang sudah dilakukan oleh Abdullah dan Amrullah (2014) pada 20 responden lansia dengan hipertensi menunjukkan cronbach alpha (0,976) berada pada nilai konstanta (0,6), sehingga dapat disimpulkan dari 42 pertanyaan instrumen DASS 42 merupakan instrumen yang reliable dan variabel tekanan darah menggunakan Sphymomanometer digital yang sudah dikalibrasi. Analisis data menggunakan analisis uni-variat yaitu distribusi frekuensi dan persentase dan analisis bivariat yaitu Chi-quare.
HASIL
Karakteristrik pada penelitian ini meliputih umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan status per-kawinan, diet hipertensi, olahraga, riwayat merokok, riwayat kontrol tekanan darah dan riwayat kepatuhan minum obat
Berdasarkan tabel 4.1 hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut dari 116 responden didapatkan bahwa umur responden sebagian besar pada usia lanisa (Elder-ly 60-74 tahun). Jenis kelamin perempuan sebagian
besar yaitu 75 lansia (64,7%), pendidikan terakh-ir responden yaitu Sekolah dasar (SD) sebanyak 90 lansia (77,6%), karakteristik pekerjaan responden di wilayah kerja Puskesmas Kadungora sebagian besar tidak bekerja yaitu sebanyak 93 lansia (80,2%) dan status perkawinan lansia lebih dominan duda/janda sebanyak 62 lansia (53,4%).
Tabel 1. Distribusi frekuensi lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut (n=116) Karakteristik N % Umur Elderly (60-74 tahun) 115 99,1 Old (75-90 tahun) 1 0,9 Jenis Kelamin Laki-laki 41 35,3 Perempuan 75 64,7 Pendidikan Tidak Sekolah 25 21,6 Sekolah Dasar 90 77,6 SLTP 1 0,9 Pekerjaan Tidak bekerja 93 80,2 Bekerja 2 1,7 Pensiunan 21 18,1 Status perkawinan Menikah 54 46,6 Duda/janda 62 53,4 Diet hipertensi Ya 44 37,9 Tidak 72 62,1 Olahraga (3x/minggu) Ya 39 33,6 Tidak 77 66,4 Riwayat Merokok Ya 53 45,7 Tidak 63 54,3
Riwayat Kontrol tekanan darah
Kadang – kadang 104 89,7
Sering 12 10,3
Kepatuhan minum obat
Tidak pernah 1 0,9
Kadang-kadang 98 84,5
Sering 17 14,7
Karakteristrik data kesehatan pada tabel 4.2.1 menunjukkan bahwa responden di wilayah kerja
Puskesmas Kadungora Kabupaten garut sebagian be-sar tidak melalukan diet hipertensi sebanyak 72 re-sponden (62,1%). Riwayat olahraga sebagian besar tidak melakukan olahraga selama 3x/minggu yaitu se-banyak 77 responden (66,4%), sebagian besar memi-liki riwayat merokok yaitu sebanyak 53 responden (45,7%). Riwayat kontrol responden sebagian besar pada kategori yaitu kadang-kadang sebanyak 104 re-sponden (89,7%), riwayat minum obat sebagian kecil pada kategori tidak pernah sebanyak 1 lansia (0,9%).
Hasil pengukuran tekanan darah dengan meng-gunakan sphygmomanometer digitas pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut
Tabel 2. Distribusi frekuensi tekanan darah lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Ka-bupaten Garut (n=116)
Katakteristrik N %
130-139 mmHg / 80-89 mmHg 30 25,9
≥140 mmHg / ≥90 mmHg 79 68,1
≥ 180 mmHg / ≥120 mmHg 7 6,0 Berdasarkan tabel 2 tekanan darah lansia sebagian ke-cil pada tekanan tekanan sistolik ≥ 180 mmHg dan diastol ≥120 mmHg yaitu 7 responden (6,0%).
Hasil pengukuran tingkat stress dengan meng-gunakan kueisioner DASS (Depression, Axientas,
Stress Scale) pada lansia hipertensi di wilayah ker-ja Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut yang terbagi manjadi stress normal, ringan, sedang, be-rat dan sangat bebe-rat.
Berdasarkan tabel 3 diatas menunjukkan bahwa ting-kat stres responden sebagian kecil dalam ting-kategori stress berat sebanyak 10 responden (8,6%).
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat stress lansia hip-ertensi di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Kabu-paten Garut (n=116) Karakteristrik N % Normal 32 27,6 Stress ringan 45 38,8 Stress sedang 29 25,0 Stress berat 10 8,6
Analisis Bivariat hubungan stress dengan tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja Pusk-esmas Kadungora Kabupaten Garut.
Tabel 4. Tabel distribusi analisis bivariat hubungan stress dengan tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut (n=116)
Tekanan darah
Tingkat stress
Normal ringanStress sedangStress Stress berat p
N % N % N % n % 0,024 130-139 mmHg / 80-89 mmHg 14 46,7 12 40,0 4 13,3 0 0 ≥140 mmHg / ≥90 mmHg 16 20,3 31 39,2 24 30,4 8 10,1 ≥ 180 mmHg / ≥120 mmHg 2 28,6 2 28,6 1 14,3 2 28,6
Berdasarkan tabel diatas tingkat stress sebagian besar pada tekanan darah ≥140 mmHg / ≥90 mmHg den-gan stress rinden-gan yaitu sebanyak 31 lansia (68,9%). Hasil analisis bivariat hubungan stress dengan tekanan darah pada lansia hipertensi di peroleh p values sebesar 0,024 dengan taraf signifikasi sebesar 0,05, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak maka dapat disimpul-kan bahwa terdapat hubungan antara stress dengan tekanan darah pada lansia hipertensi.
PEMBAHASAN
Berdasarkan tabel 1 Umur responden yang sebagian besar >60 tahun dalam rentang 60-74 tahun (Elderly) yaitu sebanyak 115 responden (99,1%) berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Andria, 2013) dari 54,2% seseorang mengalami hipertensi banyak dider-ita oleh yang berusia >60 tahun (35,5%). Tekanan darah tinggi pada lansia terjadi karena perubahan struktur pembuluh darah seperti elastisitas pemb-uluh darah berkurang dan kekakuan pada dinding pembuluh darah arteri sehingga dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang mengakibatkan aliran darah menuju jaringan dan organ-organ tubuh menjadi berkurang dan terjadi peningkatan tekanan darah sistolik agar aliran darah ke jaringan dan or-gan-organ tubuh tetap terpenuhi (Udjianti, 2010). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Nasu-tion, 2011) menyebutkan bahwa umur merupakan faktor yang dapat penyebabkan stress, semakin ber-tambahnya umur seseorang maka akan semakin mu-dah mengalami stress yang disebabkan oleh beban hidup yang semakin berat serta penurunan fungsi fi-siologis seperti kemampuan visual, berpikir,
menden-gar dan mengingat sesuatu.
Berdasarkan hasil penelitian berjenis kelamin per-empuan sebanyak 75 responden (64,7%), menurut (Yuliarti, 2007) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin den-gan tekanan darah tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa kejadian tekanan darah tiggi lebih banyak pada perempuan yang dipengaruhi oleh kadar hor-mone estrogen yang akan menurun ketika perem-puan memasuki usia tua sehingga peremperem-puan lebih rentan mengalami tekanan darah tinggi Penelitian yang di lakukan oleh (Nasrani & Purnawati, 2015) Jenis kelamin perempuan memiliki resiko lebih tinggi mengalami stres karena perempuan memiliki respon yang negativ terhadap adanya konflik sehingga akan mudah mengalami stress
Berdasarkan tabel 2 diet hipertensi paling banyak responden tidak melakukan diet hipertensi yaitu se-banyak 72 lansia (62,1%). Diet rendah garam (diet natrium) akan mempengaruhi tekanan darah pada penderita hipertensi karena apabila natrium dikom-sumsi secara berlebih secara terus menerus maka gin-jal akan mengeluarkan natrium dalam bentuk urin, apabila ginjal tidak berfungsi optimal maka natrium yang berlebih tersebut akan menumpuk dalam dar-ah sehingga menimbulkan penumpukan cairan yang dapat menyebabkan jantung dan pembuluh darah bekerja lebih keras untuk memompa darah dan men-galirkan keseluruh tubuh dan tekanan darah akan meningkat (Michael et al.,2014).
Tekanan darah dapat dikontrol dengan diet rendah garam untuk membantu menghilangkan retensi air dalam jaringan tubuh sehingga dapat menurunkan tekanan darah, membatasi komsumsi lemak agar ka-dar kolestrol ka-darah tidak terlalu tinggi, kaka-dar kolestrol yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan edapan kolestrol pada dinding pembuluh darah dalam waktu yang endapan tersebut bertambah akan menyumbat pembuluh darah arteri dan mengganggu peredaran pembuluh darah dengan demikian akan memperberat kerja jantung sehingga dapat memperparah hiperten-si dan komsumhiperten-si buah dan sayuran segar mengand-ung banyak vitamin dan mineral dapat membantu menurunkan tekanan darah yang ringan (Smith, 2011). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Purnama & Saleh, 2016) terdapat pengaruh yang signifikan antara pola diet dengan kejadian tekanan darah tinggi dengan nilai OR = 8,679 artinya pola diet yang kurang baik berpeluang 8,679 kali untuk mengalami tekanan darah tinggi dibandingkan
den-gan pola diet yang baik.
Karakteristrik olahraga banyak lansia yang tidak melakukan olahraga seminggu 3x minimal 30 menit sebanyak 72 lansia (62,1%) sedangkan yang melaku-kan olahraga sebanyak 44 lansia (37,9%) seperti melakukan senam hipertensi yang biasa dilakukan di desa sekitar dan jalan-jalan dipagi hari. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Anggara & Prayit-no, 2013) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara olahraga dengan tekanan darah dengan nilai p = 0,000 yang artinya seseorang yang tidak teratur melakukan olahraga maka resiko hip-ertensi lebih tinggi 2,33 kali dibandingkan dengan seseorang yang rutin melakukan olahraga, melakukan olahraga yang rutin 3-4x / minggu dapat membantu menurunkan tekanan darah sistolik 8-10 mmHg dan menurunkan diastolik 6-10 mmHg (Susilo & Wulan-dari, 2011).
Responden sebagian besar tidak memiliki riwayat merokok sebanyak 63 lansia (54,3%) sejalan dengan peneitian yang dilakukan oleh (Suprihatin, 2016) menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang sig-nifikan antara kebiasaan merokok dengan kejadian tekanan darah tinggi, dalam penelitian tersebut re-sponden yang tidak merokok lebih banyak diband-ingkan dengan responden yang mempunyai riwayat merokok, hal ini disebabkan oleh mayoritas respon-den berjenis jelamin perempuan baik pada kelom-pok kasus dan kontrol dan menurut penelitian yang dilakukan oleh (Lontoh, Dotulong & Benidiktus, 2017) menyebutkan bahwa tidak ada hubungan yang antara merokok dengan stress. Berdasarkan ha-sil tersebut peneliti menyimpulkan bahwa penyebab stress dan tekanan darah tinggi pada responden dise-babkan oleh faktor lain.
Riwayat kontrol tekanan darah pada lansia hiperten-si hampIr seluruhnya pada kategori kadang-kadang yaitu sebanyak 104 lansia (89,7%) sedangkan yang sering sebanyak 12 lansia (10,3%), menurut pene-litian yang dilakukan oleh (Mursiany, Ermawati & oktaviani, 2013) alasan control teknanan darah yai-tu, keterbatasan biaya pengobtan yang tidak memili-ki jaminan kesehatan dan jarak rumah ke pelayanan kesehatan.
Berdasarkan tabel 3 bahwa tekanan darah lansia lebih banyak pada sistolik ≥140 mmHg dan diastolik ≥90 mmHg yaitu sebanyak 79 lansia (68,1%), sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Setiyorini, 2014) hipertensi pada lansia paling banyak memi-liki hipertensi kategori Stage II yaitu sebanyak 14
responden (46,70%), sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh (Setiawan, Maulana, & Widy-aningrum, 2018) menyebutkan bahwa tekanan darah yang paling banyak diderita oleh lansia yaitu stage I berjumlah 28 responden (93,3%).
Berdasarkan tabel 4 tingkat stress lansia sebagian ke-cil yaitu stress ringan yaitu sebanyak 45 responden (38,8%), sejalan dengan penelitian yang diakukan oleh menyebutkan tingkat stres lansia lebih banyak pada tingkatan yang ringan yaitu sebanyak 30%. Fak-tor yang dapat menyebabkan lansia mengalami stres disebabkan karena merasa tidak puas dengan aktivi-tas sehari-hari, tidak puas dengan perannya sebagai orang tua, tidak menceritakan masalah kepada kelu-arga atau teman dan selalu memikirkan masalah yang didapat (Ningsih, 2019). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Sari & Usman, 2018) menyebutkan bahwa tingkat stres yang tinggi dapat mempengaruhi hipertensi yaitu sebanyak 40,3%, hipertensi sangat mempengaruhi tingkat stres pada lansia karea melalui syaraf simpatis dapat meningkatkan tekanan darah secara intermiten
Beradasarkan tabel 5 Tingkat stres yang ringan seba-gian besar pada tekanan darah ≥140 mmHg / ≥90 mmHg yaitu sebanyak 31 lansia (68,9%), berdasar-kan uji chi-square dengan nilai yang diperoleh dari nilai p-value 0,024 atau α =≤ 0,05 sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan antara stress dengan tekanan darah pada lansia hipertensi di wilayah ker-ja Puskesmas Kadungora Kabupaten Garut, seker-jalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hermawan, 2014) menyebutkan bahwa terhadapat hubungan dengan tingkat keeratan yang sedang anatara stres dengan tekanan darah dengan hasil uji statisik p = 0,013 yang diduga dari aktivitas satraf simpatis yang dapat meningkatkan tekanan darah secara bertahap dan berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Seke et al., 2016) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan tekanan darah tinggi dengan nilai p = 0,000, tekanan darah ting-gi dapat diakibatkan oleh stress yang dialami oleh individu, karena reaksi yang muncul terhadap stres merupakan tekanan darah yang meningkat sedang-kan penelitian lain menyebutsedang-kan bahwa terdapat hubungan yang seignifikan antara stres dengan tekanan darah dengan nilai p= 0,001 sehingga dapat dijelaskan bahwa terdapat hubungan keeratankoler-asi yang cuckup dengan kolerkeeratankoler-asi negative artinya se-makin tinggi tingkat stres maka akan sese-makin tinggi pula tekanan darah. Penelitian ini diperkuat kembali
oleh penelitian yang dilakukan oleh (Rahmah, 2019) yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara stres dengan tekanan darah dengan nilai p = 0,000, seseorang yang sedang mengalami stres akan menyebabkan pelepasan hormon adrenalin sehingga dapat menyebabakan peningkatan tekanan darah melalui kontraksi arteri atau vasodilatasi dan peningkatan denyut jantung, apabila stress tersebut berlangsung lama maka tekanan darah akan tetap tinggi yang dapat menyebabkan hipertensi (South, 2014). Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh (Yulistina, 2017) menyatakan bahwa stres merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan tekanan darah tinggi.
KESIMPULAN
Terdapat hubungan antara stres dengan tekanan dar-ah pada lansia hipertensi di wilaydar-ah kerja puskesmas Kadungora Kabupaten Garut dengan nilai signifikasi p = 0,024.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian peneliti menyarank-an agar perawat komunitas dapat menerapkmenyarank-an hasil penelitian ini dengan dijadikan bahan dasar dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu seperti melaku-kan pendidimelaku-kan kesehatan mengenai managemen stress dan kontrol hipertensi.
DAFTAR PUSTAKA
AHA (American Heart Association). (2017). Global Im-pact of 2017 American Heart Association/American College of Cardiology hypertension Guidelines. A perspective from India. Circulation, 137, 2017-2019. http://doi. Org/10. 1161/00000000065. American Psychological Association. (2014). Stress :
The Different Kinds of Stress. http://www.apa.org/ helpcenter/stress-kinds.aspx.
(Diakses tanggal 23 Febuari 2019)
Anggara, F., & Prayitno, N. (2013). Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Tekanan Darah Di Puskes-mas Telaga Murni. Jurnal Ilmiah Kesehatan, 5(1), 20–25.
Badan Pusat Statistik. (2016). Statistik Penduduk Lan-jut Usia 2014.
https://www.bps.go.id/index.php/publikasi/111
Badan Pusat Statistik. (2017). Statistik Penduduk Lan-jut Usia 2016. https://www.bps.go.id/index.php/ publikkasi/1117
Dinkes, (2017). Profil Kesehatan Kabupaten Garut Dinkes, (2018). Profil Kesehatan Kabupaten Garut
Hermawan, F. (2014). Hubungan Tingkat Stres dengan Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Gamp-ing Sleman Yogyakarta.
Iwan, A., Nutrisia, N. H., & Tri, U. S. (2018). Sig-nifikansi Tingkat Stres Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi The significant of stress level with blood pressure in hypertention. Unissula Press, 152–156.
Kemenkes RI. 2014. Pusat data dan Informasi Hiper-tensi Kementrian Kesehatan. RI. Jakarta
Kemenkes RI. (2017). Profil Kesehatan Indnesia 2016. Keperawatan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta
Kemenkes RI. (2017). Pusat Data dan Informasi. Anali-sis Lansia di Indonesia. Jakarta
Lontoh, Y. J., Kep, S., Dotulong, F. X., & Benidiktus, M. Y. (2017). Hubungan Stres Pada Remaja La-ki-Laki Dengan Perilaku Mer okok Di Akademi Keperawatan Gunung Maria Tomohon. In PRO-SIDING Seminar Nasional Tahun 2017 ISBN: 2549-0931 (Vol. 1, No. 2, pp. 286-293)
Moradi, Z., Far Ajallah, M. F., Mohammadi, M., Es-fandnia, F., Taovsi, P., & EsEs-fandnia, A. (2015). Evaluation of stress factors among the elderly in the nursing homes for the elderly. Journal of Medicine and Life, 8(Spec Iss 3), 146–150. Retrieved from http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28316682. Nasrani, L., & Purnawati, S. (2015). Perbedaan tingkat
stres antara laki-laki dan perempuan pada peserta yoga di kota Denpasar. E-Jurnal Medika Udayana. Ningsih, R. (2019). Efektivitas pemberian senam lanjut
usia terhadap penurunan tingkat stres usia lanjut di panti sosial tresna werdha batusangkar. Menara Ilmu, 13(3).
Seke, P. A., Bidjuni, H. J., & Lolong, J. (2016). Hubun-gan Kejadian Stres denHubun-gan Penyakit Hiperten-si pada LanHiperten-sia di Balai Penyantunan Lanjut UHiperten-sia Senjah Cerah Kecamatan Mapanget Kota Manado. E-Journal Keperawatan, 4, 1–5.
South, M. (2014). Hubungan Gaya Hidup Dengan Ke-jadian Hipertensi Di Puskesmas Kolongan Keca-matanKalawat Kabupaten Minahasa Utara.http:// ejournal.unsrat.ac.id
Potter, Patricia A & Perry. (2013). Fundamental of Nurs-ing, Edisi 8. Kanada: Elsevier
Prasetyorini, H. T., & Prawesti, D. (2012). Stres pada penyakit terhadap kejadian komplikasi hipertensi pada pasien hipertensi. Jurnal Stikes, 5(1), 61-70. Purnama, A., & Saleh, R. (2017). Perbedaaan Pola Diet
dan Stres terhadap Hipertensi Di Rumah Sakit PMI Bogor Tahun 2016. Jurnal Ilmiah Ilmu Keper-awatan Indonesia, 7(04), 313-321
Sari, E. P., Sitorus, R. J. Salimah, P. (2017). Studi
Prevalensi Kejadian Hipertensi pada Posbindu di Wilayah Kerja BTKLPP Kelas I Palembang. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, 8(2), 117–124.
Senoaji, A. U. (2017). Hubungan tingkat pengetahuan keluarga tentang diit hipertensi dan tingkat stres dengan frekuensi kekambuhan hipertensi pada lan-sia. Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Setiawan, A., Maulana, D., & Widyaningrum, R. (2018). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah lanjut usia penderita hipertensi esensial di upt rumah pelayanan sosial lanjut usia budi dhar-ma yogyakarta. Jurnal Kesehatan Madani Medika, 9(1).
Setiyorini, Y. (2014). Hubungan kualitas tidur dengan tekanan darah pada lansia hipertensi di gamping sleman yogyakarta. Jurnal Ilmiah Kesehatan.
Subekti, R. Y. (2014). Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi tekanan darah pada usia lanjut di dusun sumberan sumberagung moyudan sleman yogyakarta. Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta.
Suherman, D. N., Tjutju, R., & Novita, F. T. (2017). Hubungan Tingkat Stres dengan Peningkatan Tekanan Darah di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Cipamokolan Kota Bandung. STIKes Bhakti Ken-cana Bandung.
Udjianti, J. (2010). Keperawatan Kardiovaskular. Jakar-ta:Salemba Medika.
Yulistina, F., Deliana, S. M., & Rustiana, E. R. (2017). Korelasi Asupan Makanan, Stres, dan Aktivitas Fisik dengan Hipertensi Pada Usia Menopause. Unnes Journal of Public Health, 6(1), 35-42.
World Health Organization (WHO). (2018) Hyperten-sion Fact Sheet. WHO: Departemen of Sutainable Development and Healthy Environments. www. who.int. Diakses tanggal 19 Januari 2019
World Health Organization (WHO). (2017). Cardio-vaskular Diseases (CVDs), http://www. who.int/ Mediacentre/Factsheets/FS317/en diakses tanggal 22 Januari 2019
World Health Organization (WHO). (2017). Fact Sheet, Top The 10 Cause of Death Wordwide 2015. Geneva : World Health Organitation
http://www.who.int/mediacentre/factsheet/fs310/en/ diakses tanggal 22 januari 2019