Editorial Tim Pimpinan Redaksi Dr. Endang Wahyati, SH. MH., Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Editor Prof. Dr. Agnes Widanti, SH. CN, Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Drs. Hermawan Pancasiwi, Msi., Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Reviewer Prof. Dr. Wila Candra Supriadi, SH. Universitas Parahyangan Bandung Prof. Dr. dr. Anies, Sp.PKK, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Prof. Dr. Agnes Widanti, SH. CN, Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Dr. M. Nasser, Sp.KK, D.Law., MHKI Pusat Jakarta Dr. Endang Wahyati, SH. MH., Magister Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang Dr. Marcella Elwina Simandjuntak, S.H., C.N., M.Hum. Magister Hukum Kesehatan, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang Dr. Y. Trihoni Nalesti DewiS.H., M.Hum., Magister Hukum Kesehatan, Universitas Katolik Soegijapranata, Semarang Jurnal Index Alamat Redaksi Gedung Thomas Aquinas Lantai 4, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum Kesehatan Universitas Katolik Soegijapranata Jl. Pawiyatan Luhur IV/1 Bendan Duwur, Semarang 50234 http://journal.unika.ac.id/index.php/shk
DAFTAR ISI
Dimensions of Ethics and Telemedicine in Indonesia: Enough of Permenkes Number 20 Year 2019 As a Frame of Telemedicine Practices in Indonesia?
Carolina Kuntardjo | doi 10.24167/shk.v6i1.2606
1 ‐ 14
Ethical and Legal Issues in the Use of Online‐Based Health Services (E‐Health) Fitriani Nur Damayanti, Absori, Kelik Wardiono, Sri Rejeki | doi 10.24167/shk.v6i1.2626
15 ‐ 23
Assessing the Nutritional Condition of The Elderly: Perspectives of Trained Health Workers and Significant Others in Countryside in Indonesia Inputs to an Action Plan
Fransisca Winandari | doi 10.24167/shk.v6i1.2607
24 ‐ 32
Comparative Study of Sex Selection in Assisted Reproductive Technology’s Regulation Between Indonesia and England
Rani Tiyas Budiyanti, Anggita Doramia Lumbanraja | doi 10.24167/shk.v6i1.2627
33 ‐ 44
Law Protection on Patients Toward The Health Services Conducted by Social Security Administrator for Health (SSAH) or BPJS in Accordance With The Limitation on Cataract Surgery
Chori Diah Astuti, Suherman, Arrisman | doi 10.24167/shk.v6i1.2595
45 ‐ 56
Elaboration of Libertarianism takes the view of humanity in the dual profession law Gregorius Yoga Panji Asmara, Yovita Arie Mangesti | doi 10.24167/shk.v6i1.2628
57 ‐ 69
Juridical Analysis of Nurse Authority in Granting of Red Label Drugs in The Mandiri Nursing Practice
Aris Prio Agus Santoso, Tatina Siska Wardani | doi 10.24167/shk.v6i1.2603
70 ‐ 80
Legal Protection for Patients in Settlement of Medical Disputes through the Courts (Case Study of South Jakarta District Court Decision Number 538 / Pdt.G / 2016 / PN. Jkt. Cell)
Rezka Zahra Humaira, I. Edward Kurnia, Valentinus Suroto | doi 10.24167/shk.v6i1.1963
81 ‐ 99
Protection of the Right to Elderly Health Insurance at the Semarang City Nursing
Home
Lina Purnamasari, Y. Budi Sarwo, Daniel Budi Wibowo | doi 10.24167/shk.v6i1.1976
100 ‐ 120
The Rights to Informed Consent to Mental Disorder Patient in The Action of Premedication Electro Convulsif Therapy (ECT) at Regional Mental Hospital of Dr. Amino Gondohutomo of Central Java Province
Rahmiyati, Y. Trihoni Nalesti Dewi, C. Tjahjono Kuntjoro, PJ Soepratignja | doi 10.24167/shk.v6i1.1990
121 ‐ 142
Implementation of Puskesmas Accreditation and Protection of Patient Rights in Health Services at Puskesmas Rembang Regency
Intaningtyas Subawati, Endang Wahyati, C Tjahyono Koentjoro | doi 10.24167/shk.v6i1.2044
143 ‐ 152
Human Rights Perspectives on Voluntary Health Workers Nurses Who Work at
Government Agencies
Zainal Abidin, Y. Trihoni Nalesti Dewi, Tuntas Dhanardhono | doi 10.24167/shk.v6i1.2385
Implementation of Puskesmas Accreditation and Protection of Patient
Rights in Health Services at Puskesmas Rembang Regency
Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang
Intaningtyas Subawati; Endang Wahyati; C Tjahyono Koentjoro
email: intaningtyas19@gmail.com
Masters in Health Law Soegijopranata Catholic University Semarang
Abstract: A Puskesmas or Health Center is one of the health service facilities having a duty of
implementing health policies to achieve health development goals in its working
area. Puskesmas is required to have accreditation every three years to ensure that quality and
performance improvement and risk management implementation are continuously done. The
accreditation is expected to guarantee the protection of the rights of the patients as service
users of Puskesmas. There are 17 Puskesmas at Rembang District in which 94.1% of them have
been accredited to see the degree of compliance with the Puskesmas accreditation standards.
This study used a socio‐legal approach having a descriptive‐analytics specification. It used
primary and secondary data meanwhile the data‐gathering technique was conducted through
field and literature studies. The data were then qualitatively analyzed.
The results of the study showed that the accreditation to the Puskesmas of Rembang
District was carried out according to the legislations of the Health Minister’s Regulation Nr. 75
of 2014 and the Health Minister’s Regulation Nr. 46 of 2015. One of the regulations on patient’s
rights protection at Puskesmas was the Decree of Puskesmas Head regarding the patients’
rights to get services. The Puskesmas accreditation had been guaranteed the patients’ rights
protection, but not optimally. Some factors were influencing the Puskesmas accreditation and
the patients' rights protection to get health services at Puskesmas, namely juridical factors,
technical factors, and other social factors.
Keywords: accreditation, patients’ rights, Puskesmas, patients’ rights protection masters in
Health Law Catholic University of Soegijapranata Semarang
PENDAHULUAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, yang tertuang dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Pasal 25 ayat (1) bahwa, “setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya”. 1 Kesehatan yang
merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan harus diwujudkan sesuai dengan cita‐cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan
Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang‐UndangDasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang selanjutnya disebut UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1), amandemen kedua berbunyi, “setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan.” 2 Hak atas kesehatan yang dimaksud adalah hak untuk
memperoleh pelayanan kesehatan dari fasilitas pelayanan kesehatan dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi‐tingginya.
Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa, “negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasiltas pelayanan kesehatan umum yang layak”. Artinya,
penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan, merupakan hak setiap warga negara, dan
pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin tersedianya fasilitas pelayanan
kesehatan yang seharusnya. Fasilitas Pelayanan Kesehatan merupakan suatu alat dan/atau
tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik
promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif, yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Peraturan Pemerintah No. 47 tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pasal 2 menyebutkan bahwa, “Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif”.
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas, merupakan salah satu
fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat penting di Indonesia. Puskesmas merupakan unit
pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat
pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan
kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh,
terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. 3 Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan terdepan, kecuali
bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat, juga
bertanggungjawab dalam menyelenggarakan pelayanan kedokteran.4
Kewajiban Puskesmas sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 adalah bahwa setiap Puskesmas wajib memiliki izin untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, wajib melakukan registrasi dan wajib melakukan akreditasi setiap tiga tahun sekali
untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
Penjelasan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 selanjutnya menjelaskan
bahwa,
akreditasi puskesmas dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan,
masyarakat dan lingkungannya, serta meningkatkan kinerja Puskesmas, dalam pelayanan
kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Akreditasi merupakan pengakuan
yang diberikan oleh pemerintah bahwa upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
fasilitas kesehatan tersebut telah mencerminkan dan menjamin bahwa semua pasien
mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik‐baiknya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Penilaian ini dilakukan setiap tiga tahun sekali, oleh lembaga independen yang
ditunjuk pemerintah.
Adapun alasan dilakukan penelitian di Puskesmas Kabupaten Rembang, dikarenakan bahwa
semua Puskesmas di Kabupaten Rembang telah ditetapkan status akreditasinya, sehingga
memiliki standar yang sama dalam hal penyelenggaraan pelayanan kesehatan terhadap
2Tim Redaksi, 2016, UUD 1945 dan Amandemennya, Yogyakarta : Shira Media, hlm 33 3Azrul Azwar, 2010, Pengantar Adminstrasi Kesehatan, Tangerang:Binarupa aksara, hlm. 125 4Ibid, Hal. 126
pasien. Sebanyak 17 puskesmas yang ada di kabupaten Rembang, 16 puskesmas pada tahun 2016 telah dilakukan penilaian akreditasi (94,1%), dimana 3 Puskesmas terakreditasi dasar (Puskesmas Sluke, Puskesmas Rembang 1 dan Puskesmas Lasem), 11 Puskesmas terakreditasi madya dan 2 Puskesmas telah terakreditasi utama (Puskesmas Bulu dan Puskesmas Pancur).
Sedangkan 1 puskesmas belum terakreditasi,yaitu puskesmas Sarang II, karena masih
menunggu proses registrasi. Dengan status terakreditasi tersebut sudah seharusnya, disertai dengan peningkatan mutu pelayanan, kinerja pelayanan dan perlindungan hukum, baik bagi
petugas kesehatan maupun bagi pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas sudah seharusnya dapat melindungi hak‐hak pasien
dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas, melindungi kepentingan pasien,
menjamin adanya kepastian hukum dan menjamin keseimbangan tatanan dalam pelayanan
kesehatan.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah. Pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu :
1. Bagaimana pengaturan akreditasi Puskesmas dalam rangka melindungi hak pasien?
2. Bagaimana pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan perlindungan hak pasien dalam
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang?
3. Faktor‐faktor yang mempengaruhi pelaksanaan akreditasi puskesmas dan perlindungan
hak pasien dalam pelayanan kesehatan di puskesmas?
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Spesifikasi dalam
penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Memaparkan kondisi hukum yang ada di lapangan. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan akreditasi Puskesmas dalam melindungi hak pasien dalam pelayanan kesehatan. Tempat yang menjadi lokasi penelitian adalah Puskesmas
di Kabupaten Rembang.
Subyek dalam penelitian ini adalah pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kabupaten Rembang yang telah terakreditasi, yaitu pada 6 puskesmas. Masing‐ masing puskesmas diambil masing‐masing 5 orang pasien pasien rawat jalan. Sedangkan narasumber terdiri dari kepala dinas kesehatan kabupaten rembang atau staf yang mewakili, kepala puskesmas 6 Puskesmas yang diteliti, dan, 3 petugas kesehatan di 6 puskesmas yang diteliti ( masing‐masing terdiri dari 1 tenaga medis, 1 perawat dan 1 bidan).
Pengambilan sampel secara purposive dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan
kriteria puskesmas, yaitu, strata akreditasi puskesmas yang telah terakreditasi dengan kriteria 2 puskesmas dengan strata lulus akreditasi dasar (Puskesmas Rembang I dan Lasem), 2 puskesmas dengan strata akreditasi madya (Puskesmas Kragan I dan Sluke) serta 2 puskesmas yang terakreditasi utama (Puskesmas Bulu dan Pancur).
Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah studi lapangan dan studi pustaka, sedangkan analisa data menggunakan analisis kualitatif dengan menyajikan suatu deskripsi fakta‐fakta yang dikumpulkan oleh peneliti, mengenai perlindungan hak pasien di pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang yang telah terakreditasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari data‐data dasar ke 6 puskesmas obyek penelitian ini ( Puskesmas Sluke, Puskesmas
Pancur, Puskesmas Lasem, Puskesmas Bulu, Puskesmas Rembang I, dan Puskesmas Kragan
II ), terdapat persamaan dan perbedaan data dasar. Persamaannya adalah bahwa semua puskesmas memiliki struktur organisasi yang sama, karena pelaksanaan Puskesmas mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas.
Sedangkan perbedaannya terdapat pada : a. Penetapan Visi, Misi dan Motto Puskesmas,
b. Memiliki wilayah dengan jumlah desa yang berbeda.
c. Jenis‐jenis pelayanan yang ada di Puskesmas, karena sesuai dengan kriteria Puskesmasnya
masing – masing . Puskesmas Kragan II, Puskesmas Sluke dan Puskesmas Lasem
merupakan Puskesmas dengan perawatan. Puskesmas Pancur, Puskesmas Rembang I dan
Puskesmas Bulu merupakan Puskesmas non perawatan.
1. Pengaturan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien di Puskesmas a. Bentuk Pengaturan
1) Instrumen Hukum Tingkat Pusat
Pengaturan akreditasi Puskesmas tertuang pada berbagai peraturan perundang‐
undangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas
b) Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi
Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, merupakan aturan teknis tentang Pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas.
Ruang lingkup Pengaturan akreditasi Puskesmas meliputi:
a) Penyelenggaraan Akreditasi, Survei Akreditasi, Penetapan Akreditasi,
Pendampingan dan Penilaian Pra Akreditasi serta Pendampingan Pasca
Akreditasi, dan Tim Pendamping.
b) Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi Puskesmas
c) Pendanaan Akreditasi Puskesmas
d) Pembinaan dan Pengawasan Akreditasi Puskesmas
2) Instrumen hukum pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas Kabupaten Rembang
Instrumen hukum dalam pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas Kabupaten Rembang
dituangkan dalam bentuk dokumen internal Puskesmas, berupa kebijakan Kepala
Puskesmas, pedoman atau panduan Puskesmas, Standar Operasional Prosedur
Puskesmas, yang disahkan oleh Kepala Puskesmas sebagai instrumen hukum yang menjadi landasan operasional pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas.
Sedangkan pengaturan Akreditasi tentang Hak pasien di Puseksmas berdasarkan
Standar Akreditasi Bab II, Kepemimpinan dan Manajemen Puskesmas, Standar 2.4
Hak dan Kewajiban Pengguna Puskesmas, yang menyatakan bahwa keberadaan
Puskesmas dalam mengemban misi meningkatkan derajat kesehatan masyarakat
harus berfokus pada pelanggan. Pengelola dan pelaksana Puskesmas perlu
memahami dan memperhatikan hak pasien sesuai pengaturan Standar Akreditasi
Puskesmas Bab VII, tentang Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien.
b. Tujuan Pengaturan Akreditasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 maka tujuan
pengaturan akreditasi Puskesmas adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia
kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, dan meningkatkan
kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan
masyarakat.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tujuan akreditasi Puskesmas di
kabupaten Rembang telah tercapai, tetapi belum optimal.
c. Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas.
Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan akreditasi di Puskesmas kabupaten
Rembang, maka dibentuk :
a. Organisasi Akreditasi Puskesmas
Organisasi akreditasi Puskesmas dibentuk dalam upaya memudahkan petugas
dalam implementasi pelaksanaan akreditasi. Organisasi Akreditasi Puskesmas,
terdiri dari :
1) Tim Akreditasi Puskesmas
2) Tim Pendamping Dinas Kesehatan Kabupaten
3) Tim Akreditasi Dinas Kesehatan Propinsi : a) Tim Pelatih Calon Pendamping akreditasi b) Tim Surveior Akreditasi Puskesmas
b. Mekanisme Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian, proses pelaksanaan Akreditasi Puskesmas di
kabupaten Rembang telah sesuai dengan PMK 46 Tahun 2015 melalui : proses Persiapan Pelaksaaan Akreditasi Puskesmas, proses Survei Akreditasi, dan Proses Penetapan Akreditasi .
c. Perlindungan Hak Pasien dalam Akreditasi Puskesmas
Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan
untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, yang dapat
diwujudkan dalam bentuk pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis dan bantuan hukum. 5
Hak pasien sesuai dengan Bab VII tentang Layanan Klinis Berorientasi Pasien adalah:
(1) Pasien berhak mendapatkan layanan yang efektif dan efisien saat proses
pendaftaran ( terdapat prosedur dan alur pendaftaran yang dipahami dan
dilaksanakan oleh petugas dan pasien).
(2) Pasien berhak mendapatkan informasi sesuai kebutuhan pasien (tentang sarana pelayanan, antara lain tarif, jenis pelayanan, rujukan, dan lain‐lain sesuai
kebutuhan pasien).
(3) Pasien berhak mengetahui hak dan kewajiban pasien selama mendapat
pelayanan di Puskesmas.
(4) Pasien berhak mendapatkan informasi tentang tahapan pelayanan klinis yang diterima dari proses kajian klinis sampai pemulangan pasien.
(5) Pasien berhak mendapatkan pelayanan oleh petugas kesehatan yang kompeten.
(6) Pasien berhak mendapatkan informasi mengenai tindakan medis yang akan
dilakukan serta menyetujui atau menolaknya ( Informed Consent).
(7) Pasien berhak memperoleh penjelasan tentang penolakan atau tidak
melanjutkan pengobatan, termasuk penolakan rujukan.
(8) Pasien selama mendapatkan pelayanan klinis berhak untuk menyampaikan
keluhan/pengaduan juga disebutkan kriteria bahwa harus tersedia bagan alur
pelayanan, pelanggan dapat mendapatkan informasi sesuai kebutuhan, serta
adanya upaya puskesmas untuk memenuhi hak pasien selama mendapatkan
pelayanan di puskesmas.
Dari hasil penelitian diketahui bahwa, semua Puskesmas di Kabupaten Rembang
menetapkan Surat Keputusan tentang Hak Pasien di Puskesmas menggunakan
acuan Undang‐Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.
Semua Puskesmas telah melakukan sosialisasi tentang hak pasien kepada seluruh petugas melalui rapat internal Puskesmas, dan melakukan sosialisasi kepada pasien
puskesmas melalui penempelan poster pada dinding ruang Rawat Jalan di
Puskesmas, bahkan ada beberapa Puskesmas yang menunjuk petugas khusus untuk menyampaikan hak pasien melalui ceramah di Rawat Jalan serta pembagian leaflet tentang hak pasien.
d. Bentuk Perlindungan Hak Pasien Dalam Akreditasi
Administrasi dalam akreditasi merupakan tata laksana dalam pengambilan
keputusan dan atau tindakan Puskesmas dalam melaksanakan melaksanakan
Administrasi Puskesmas, meliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan,
pemberdayaan dan perlindungan. Puskesmas dalam menyelenggarakan
administrasi pelaksanaan kegiatan memiliki kewajiban antara lain mematuhi
peraturan perundang‐undangan yang berlaku, memberikan kesempatan kepada
warga masyarakat untuk didengar pendapatnya sebelum membuat keputusan/
tindakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, menyusun standar
operasional prosedur pembuat Keputusan dan atau tindakan.6
Perlindungan hukum terhadap pasien di Puskesmas meliputi dua hal, yaitu :
a. Perlindungan hukum preventif
Pengaturan akreditasi puskesmas dilakukan dalam upaya perlindungan hak
pasien secara preventif. Perlindungan hukum preventif dalam perlindungan hak pasien di Puskesmas, dituangkan dalam bentuk aturan‐aturan internal, mulai dari SK Kepala Puskesmas, panduan pelayanan, dan Standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. SOP ini disosialisasikan kepada petugas Puskesmas dan pasien pengguna layanan Puskesmas.
b. Perlindungan hukum represif, dalam perlindungan hak pasien di Puskesmas
dalam akreditasi diwujudkan melalui mekanisme pengaduan/komplain, baik
secara langsung maupun secara tidak langsung (kotak saran). 7
6 A’an Efendi, Freddy Poernomo, 2017, Hukum Administrasi, Jakarta : Sinar Grafika, hlm. 26‐27 7 Philipus M. Hadjon, 1985, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat Indonesia, Surabaya : hlm. 3‐5
b) Faktor faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien di Puskesmas
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perlindungan hak pasien di Puskesmas yang telah terakreditasi belum terwujud secara optimal, karena ada beberapa hal yang
mempengaruhi pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan perlindungan hak pasien di
Puskesmas. Faktor‐faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perlindungan hak pasien
di puskesmas yang telah terakreditasi di kabupaten Rembang antara lain : a. Faktor Yuridis
Dalam melaksanakan perlindungan hak pasien di puskesmas yang terakreditasi di kabupaten Rembang, terdapat hambatan dari aspek yuridis, yaitu belum adanya ketentuan secara khusus tentang hak pasien di Puskesmas. Semua kebijakan Kepala
Puskesmas menetapkan hak pasien menggunakan acuan sesuai dengan Undang‐
Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit.
Sesuai Pasal 5 huruf a, Undang‐Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi
Pemerintahan, bahwa menurut asas legalitas, bahwa setiap penyelenggaraan
administrasi pemerintah harus didasarkan pada peraturan perundang‐undangan
yang berlaku. Undang‐Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit secara
jelas mengatur tentang Rumah Sakit, termasuk didalamnya diatur tentang hak
pasien di Rumah Sakit.
Berdasarkan asas legalitas maka seharusnya acuan pengelolaan administrasi di
Puskesmas menggunakan peraturan perundangan tentang Puskesmas. Hak pasien
di Puskesmas, karena belum diatur secara khusus dalam peraturan perundangan,
maka seharusnya menggunakan peraturan perundangan yang bersifat umum, yang
mengatur tentang hak pasien. Mengikuti undang‐undang kesehatan dan undang‐
undang yang mengatur tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas, seperti
Undang‐Undang Praktik Kedokteran, maupun Undang‐Undang Keperawatan.
Sedangkan faktor yuridis pendukung adalah bahwa semua puskesmas sudah
mempunyai instrumen hukum internal sebagai landasan operasional pelaksanaan
akreditasi di Puskesmas yang dipersyaratkan oleh kriteria standar Akreditasi
Puskesmas.
b. Faktor Teknis
Dalam pelaksanaan perlindungan hak pasien di puskesmas yang telah terakreditasi di kabupaten Rembang, secara teknis dipengaruhi oleh faktor :
1) Terbatasnya sumber daya manusia di puskesmas
2) Petugas belum memahami dengan baik tentang hak pasien di Puskesmas. 3) Upaya Kepala Puskesmas untuk melakukan penerapan hak pasien di Puskesmas
belum dilakukan.
Sedangkan faktor teknis pendukung yang ada di Puskesmas adalah :
1) Bahwa poster tentang hak pasien di Puskesmas sudah ada dan di pasang di
dinding Puskesmas
2) Sarana dan prasarana kemajuan teknologi di Puskesmas sangat mendukung,
sehingga perlu diupayakan strategi pemberian informasi melalui pemanfaatan
teknologi seperti melalui audiovisual dan alat bantu seperti leaflet perlu dimanfaatkan lebih baik lagi.
c. Faktor Sosial
Dalam pelaksanaan perlindungan hak pasien di puskesmas, dipengaruhi oleh faktor sosial antara lain :
1) Kurangnya Pemahaman Masyarakat
2) Kurangnya Peran Serta Masyarakat 3) Komunikasi dalam Sosialisasi
4) Metode sosialisasi hak pasien kepada masyarakat belum tepat Sedangkan faktor sosial pendukung adalah :
1) Kesadaran masyarakat bahwa berobat di Puskesmas pasti melalui antrian yang panjang dan memakan waktu lama , sehingga memang sudah sewajarnya lama
menunggu antrian
2) Pasien merasa bahwa datang ke Puskesmas hanya perlu untuk bertemu dengan tenaga kesehatan, kemudian berkonsultasi dan mendapatkan obat saja, tidak
perlu sampai harus memberikan saran, usul untuk perbaikan pelayanan di
Puskesmas.
KESIMPULAN
1. Pengaturan tentang Akreditasi Puskesmas, menyatakan bahwa akreditasi wajib
dilaksanakan oleh Puskesmas, setiap 3 tahun sekali. Pengaturan Akreditasi dapat
menjamin perlindungan hak pasien di Puskesmas.
a. Bentuk Pengaturan akreditasi Puskesmas di atur pada berbagai instrumen hukum yang
digunakan sebagai landasan pelaksanaan akreditasi di Puskesmas. Instrumen hukum
tersebut tertuang pada peraturan perundang‐undangan, yang dapat dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015.
Instrumen hukum pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Kabupaten Rembang
dituangkan juga dalam bentuk dokumen internal Puskesmas, berupa Surat Keputusan
Kepala Puskesmas, pedoman atau panduan Puskesmas, dan Standar Operasional
Prosedur, yang menjadi landasan operasional pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas. Pengaturan hak pasien di Puskesmas dalam akreditasi disusun berdasarkan standar akreditasi Puskesmas.
b. Tujuan Pengaturan Akreditasi sesuai Peraturan Menteri Nomor 46 Tahun 2015, adalah
untuk meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan
perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya,
serta Puskesmas, dan meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan
perseorangan dan atau kesehatan masyarakat.
Dari penelitian di 6 Puskesmas yang menjadi obyek penelitian diketahui bahwa tujuan
pelaksanaan akreditasi Puskesmas telah tercapai, meski belum optimal, karena
dipengaruhi oleh faktor‐faktor: yuridis, sosial dan teknis.
2. Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan
Kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, dalam rangkaian pelaksanaan akreditasi Puskesmas, dibentuk organisasi akreditasi Puskesmas.
Proses pelaksanaan akreditasi Puskesmas meliputi proses persiapan akreditasi
Puskesmas, proses Survei Akreditasi, dan proses penetapan Akreditasi. Dan ini telah sesuai dengan pelaksanaan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Rembang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bentuk perlindungan hak pasien di Puskesmas,
meliputi perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif di Puskesmas diwujudkan dalam bentuk adanya aturan‐aturan internal, sebagai patokan bagi setiap tindakan yang akan dilakukan dan harus dipatuhi oleh
pelaksana layanan kepada masyarakat pengguna layanan Puskesmas. Perlindungan
hukum represif terhadap hak pasien di Puskesmas, diwujudkan dalam bentuk mekanisme alur keluhan/komplain pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
3. Pelaksanaan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Rembang sudah menjamin perlindungan
hak pasien di Puskesmas, tetapi ada faktor‐faktor yang mempengaruhi pelaksanaan akreditasi dan perlindungan hak pasien di Puskesmas. Faktor‐faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien di Puskesmas.
a. Faktor Yuridis, belum adanya ketentuan khusus yang mengatur tentang hak pasien di
Puskesmas. Semua SK kepala Puskesmas menetapkan hak pasien menggunakan
landasan Undang‐Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Berdasarkan
asas legalitas, bahwa Rumah Sakit dan Puskesmas mempunyai karakteristik yang
berbeda, baik dari kewenangan dan tanggung jawab, persyaratan dan kedudukan
hukumnya. Menggunakan dasar hukum Undang‐Undang Nomor 44 Tentang Rumah
Sakit bagi Puskesmas, sesungguhnya bertentangan dengan asas legalitas.
b. Faktor Teknis, belum adanya upaya yang dilakukan kepala Puskesmas dalam
penerapan hak pasien di Puskesmas, terbatasnya sumber daya manusia di Puskesmas, dan petugas masih belum memahami tentang hak pasien di Puskesmas oleh karena
kurangnya sosialisasi internal Puskesmas. Pemasangan poster di dinding ruangan
Puskesmas dan adanya leaflet tentang hak pasien ternyata belum berfungsi efektif
dalam mensosialisasikan hak pasien kepada pengguna layanan Puskesmas.
c. Faktor Sosial, dimana masyarakat kurang memahami tentang haknya sebagai pasien di Puskesmas, masyarakat juga masih belum dapat menyampaikan usul, dan saran perbaikan bagi Puskesmas baik secara langsung maupun melalui kotak saran dan juga hambatan dalam komunikasi dan sosialisasi hak pasien oleh petugas Puskesmas.
SARAN
1. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Puskesmas belum mengatur secara khusus
mengenai hak pasien di Puskesmas, sehingga perlu dibuat Peraturan Menteri Kesehatan yang khusus mengatur hak pasien di Puskesmas, yang berbeda dasar hukumnya dengan hak pasien di Rumah Sakit.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, perlu melakukan upaya monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan akreditasi dan perlindungan hak pasien di Puskesmas perlu dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali, untuk menjamin pelaksanaan akreditasi Puskesmas berjalan dengan baik.
3. Puskesmas wajib membuat SK tentang hak pasien di Puskesmas, serta melakukan
sosialisasi dan evaluasi penerapan pelaksanaan akreditasi dan hak pasien di Puskesmas kepada petugas Puskesmas secara berkala.
4. Puskesmas wajib melakukan penjabaran tiap hak pasien dalam bentuk implementasi serta melengkapi sarana dan fasilitas pendukung pelaksanaan hak pasien di Puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
A’an Efendi, Freddy Poernomo, Hukum Administrasi, Jakarta : Sinar Grafika, 2017
Azrul Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Tangerang : Binarupa Aksara, 2010
Bahder J. Nasution, Hukum Kesehatan, Bandung : Citra aditya Bhakti, 2005
Dedi Alamsyah dan Ratna Muliawati, Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta : Nuha Medika, 2013
Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung: CV. Keni Media, 2012 Freddy Tengker, Hak Pasien, Bandung : Mandar Maju, 2007
Majda El‐Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta : Prenada Media Grup, 2005
M. Fais Satrianegara, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika, 2018
Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya : 1987
Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 1990
Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum (Edisi Revisi), Yogyakarta: Cahaya Atma Pustaka, 2014 Soekidjo Notoatmojo. Etika dan Hukum Kesehatan, Jakarta : Rineka Cipta, 2010
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia, 1986 Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum, Depok : Rajawali Pers, 2018
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Standar Akreditasi Puskesmas, Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP,
Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
Report #11008564
Implementation of Puskesmas Accreditation and Protection of Patient Rights in Health Services at Puskesmas Rembang Regency Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang Intaningtyas Subawati; Endang Wahyati; C Tjahyono Koentjoro email: intaningtyas19@gmail.com Masters in Health Law Soegijopranata Catholic University Semarang Abstract: A Puskesmas or Health Center is one of the health service facilities having a duty of implementing health policies to achieve health development goals in its working area.
Puskesmas is required to have accreditation every three years to ensure that quality and performance improvement and risk management implementation are continuously done. The accreditation is expected to guarantee the
protection of the rights of the patients as service users of Puskesmas. There are 17 Puskesmas at Rembang District in which 94.1% of them have been accredited to see the degree of compliance with the Puskesmas accreditation standards. This study used a socio-legal approach having a descriptive-analytics
specification. It used primary and secondary data meanwhile the
data-gathering technique was conducted through field and literature studies. The data were then qualitatively analyzed. The results of the study showed that
and the Health Minister s Regulation Nr. 46 of 2015. One of the regulations on patient s rights protection at Puskesmas was the Decree of Puskesmas Head regarding the patients rights to get services. The Puskesmas accreditation had been guaranteed the patients rights protection, but not optimally. Some factor s were influencing the Puskesmas accreditation and the patients' rights
protection to get health services at Puskesmas, namely juridical factors, technical factors, and other social factors. Keywords: accreditation, patients rights,
Puskesmas, patients rights protection masters in Health Law Catholic Universit y of Soegijapranata Semarang PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia, yang tertuang dalam Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB tahun 1948 Pasal 25 ayat (1) bahwa, setiap orang berhak atas tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya .
Kesehatan yang merupakan hak asasi manusia dan salah satu
unsur kesejahteraan harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-UndangDasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang selanjutnya disebut UUD 1945 Pasal 28 H ayat (1), amandemen kedua berbunyi,
setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapat lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh
pelayanan kesehatan. Hak atas kesehatan yang dimaksud adalah hak untuk
2
18
Q.1 Q.2 Q.3 Q.5 Q.6 Q.7 Q.8 Q.9 Q.10 Q.11 Q.12 Q.13 Q.14 Q.15
Q.16 Q.17
Pasal 34 ayat (3) UUD 1945 menegaskan bahwa, negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasiltas
pelayanan kesehatan umum yang layak . Artinya, penyediaan
fasilitas pelayanan kesehatan, merupakan hak setiap warga negara, dan pemerintah mempunyai kewajiban untuk menjamin tersedianya fasilitas
pelayanan kesehatan yang seharusnya. Fasilitas
Pelayanan Kesehatan merupakan suatu alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif, yang diselenggarakan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat. Peraturan Pemerintah No. 47
tahun 2016 tentang Fasilitas Pelayanan Kesehatan, Pasal 2 menyebutkan bahwa, Fasilitas Pelayanan Kesehatan didirikan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif, maupun rehabilitatif . Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas,
merupakan salah satu fasilitas pelayanan kesehatan yang sangat penting di
Indonesia. Puskesmas merupakan unit pelaksana fungsional yang berfungsi
sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta
masyarakat dalam bidang kesehatan, serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu. Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan
Q.2 Q.3 Q.4 Q.19 Q.20 Q.21 28 29 30 2 24 25 26 Q.1 Q.4 Q.18 21
pelayanan kedokteran. Kewajiban Puskesmas sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan No. 75 tahun 2014 adalah bahwa setiap Puskesmas wajib memiliki izin untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan, wajib
melakukan registrasi dan wajib melakukan akreditasi setiap tiga tahun sekali untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan. Penjelasan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 selanjutnya menjelaskan bahwa, akreditasi puskesmas dilakukan sebagai upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan dan keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta meningkatkan kinerja Puskesmas, dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Akreditasi merupakan pengakuan yang diberikan oleh pemerintah bahwa upaya pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan
tersebut telah mencerminkan dan menjamin bahwa semua pasien mendapatkan pelayanan dan informasi yang sebaik-baiknya sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien. Penilaian ini dilakukan setiap tiga tahun sekali, oleh lembaga independen yang ditunjuk pemerintah. Adapun alasan dilakukan penelitian di Puskesmas Kabupaten Rembang, dikarenakan bahwa semua Puskesmas di Kabupaten Rembang telah ditetapkan status akreditasinya, sehingga memiliki standar yang sama dalam hal penyelenggaraan pelayanan kesehatan terhadap pasien. Sebanyak 17 puskesmas yang ada di kabupaten Rembang, 16 puskesmas pada tahun 2016 telah dilakukan penilaian akreditasi (94,1%), dimana 3
terakreditasi utama (Puskesmas Bulu dan Puskesmas Pancur). Sedangkan 1 puskesmas belum terakreditasi,yaitu puskesmas Sarang II, karena masih menunggu proses registrasi. Dengan status terakreditasi tersebut sudah
seharusnya, disertai dengan peningkatan mutu pelayanan, kinerja pelayanan dan perlindungan hukum, baik bagi petugas kesehatan maupun bagi pasien yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas sudah seharusnya dapat melindungi hak-hak pasien dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan di Puskesmas, melindungi kepentingan pasien, menjamin adanya kepastian hukum dan menjamin keseimbangan tatanan dalam pelayanan kesehatan. PERUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini ada beberapa masalah yang dirumuskan dan dicari penyelesaiannya secara ilmiah. Pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu : Bagaimana pengaturan akreditasi Puskesmas dalam rangka melindungi hak pasien? Bagaimana pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan perlindungan hak pasien dalam pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang? Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan akreditasi puskesmas dan perlindungan hak pasien dalam pelayanan kesehatan di puskesmas? METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode pendekatan yuridis sosiologis. Spesifikasi dalam penelitian ini bersifat deskriptif analitik. Memaparkan kondisi hukum yang ada di lapangan. Obyek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan akreditasi Puskesmas dalam melindungi hak pasien dalam pelayanan kesehatan.
pelayanan kesehatan di Puskesmas Kabupaten Rembang yang telah terakreditasi, yaitu pada 6 puskesmas. Masing-masing puskesmas diambil masing-masing 5 orang pasien pasien rawat jalan. Sedangkan narasumber terdiri dari kepala dinas kesehatan kabupaten rembang atau staf yang mewakili, kepala puskesmas 6 Puskesmas yang diteliti, dan, 3 petugas kesehatan di 6 puskesmas yang diteliti ( masing-masing terdiri dari 1 tenaga medis, 1 perawat dan 1 bidan). Pengambilan sampel secara purposive dalam penelitian ini dengan mempertimbangkan
kriteria puskesmas, yaitu, strata akreditasi puskesmas yang telah terakreditasi dengan kriteria 2 puskesmas dengan strata lulus akreditasi dasar (Puskesmas Rembang I dan Lasem), 2 puskesmas dengan strata akreditasi madya (Puskesmas Kragan I dan Sluke) serta 2 puskesmas yang terakreditasi utama (Puskesmas Bulu dan Pancur). Metode pengumpulan data yang digunakan peneliti adalah studi lapangan dan studi pustaka, sedangkan analisa data menggunakan analisis kualitatif dengan menyajikan suatu deskripsi fakta-fakta yang dikumpulkan oleh peneliti, mengenai perlindungan hak pasien di pelayanan kesehatan di
Puskesmas Kabupaten Rembang yang telah terakreditasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari data-data dasar ke 6 puskesmas obyek penelitian ini ( Puskesmas Sluke, Puskesmas Pancur, Puskesmas Lasem, Puskesmas Bulu, Puskesmas Rembang I, dan Puskesmas Kragan II ), terdapat persamaan dan perbedaan data dasar. Persamaannya adalah bahwa semua puskesmas memiliki struktur organisasi yang sama, karena pelaksanaan Puskesmas mengacu pada
Puskesmas, Memiliki wilayah dengan jumlah desa yang berbeda. Jenis-jenis pelayanan yang ada di Puskesmas, karena sesuai dengan kriteria Puskesmasnya masing masing . Puskesmas Kragan II, Puskesmas Sluke dan Puskesmas Lase m merupakan Puskesmas dengan perawatan. Puskesmas Pancur, Puskesmas Rembang I dan Puskesmas Bulu merupakan Puskesmas non perawatan.
Pengaturan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien di Puskesmas Bentuk Pengaturan Instrumen Hukum Tingkat Pusat Pengaturan akreditasi
Puskesmas tertuang pada berbagai peraturan perundang-undangan, yang dapat dijelaskan sebagai berikut : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 Tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter dan Tempat Praktik Mandiri Dokter Gigi, merupakan aturan teknis tentang Pelaksanaan
Akreditasi di Puskesmas. Ruang lingkup Pengaturan akreditasi Puskesmas meliputi: Penyelenggaraan Akreditasi, Survei Akreditasi, Penetapan Akreditasi, Pendampingan dan Penilaian Pra Akreditasi serta Pendampingan Pasca Akreditasi, dan Tim Pendamping. Lembaga Independen Penyelenggara Akreditasi Puskesmas Pendanaan Akreditasi Puskesmas Pembinaan dan Pengawasan Akreditasi
Puskesmas Instrumen hukum pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas Kabupaten Rembang Instrumen hukum dalam pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas
Kabupaten Rembang dituangkan dalam bentuk dokumen internal Puskesmas, berupa kebijakan Kepala Puskesmas, pedoman atau panduan Puskesmas, Standar
Puskesmas. Sedangkan pengaturan Akreditasi tentang Hak pasien di Puseksmas berdasarkan Standar Akreditasi Bab II, Kepemimpinan dan Manajemen
Puskesmas, Standar 2.4 Hak dan Kewajiban Pengguna Puskesmas, yang menyatakan bahwa keberadaan Puskesmas dalam mengemban misi
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat harus berfokus pada pelanggan. Pengelola dan pelaksana Puskesmas perlu memahami dan memperhatikan hak pasien sesuai pengaturan Standar Akreditasi Puskesmas Bab VII, tentang Layanan Klinis yang Berorientasi Pasien. Tujuan Pengaturan Akreditasi Berdasarkan
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015 maka tujuan pengaturan akreditasi Puskesmas adalah untuk meningkatkan mutu pelayanan dan
keselamatan pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, dan meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan/atau kesehatan masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa tujuan akreditasi
Puskesmas di kabupaten Rembang telah tercapai, tetapi belum optimal.
Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian, pelaksanaan akreditasi di Puskesmas kabupaten Rembang, maka dibentuk : Organisasi Akreditasi
Puskesmas Organisasi akreditasi Puskesmas dibentuk dalam upaya memudahkan petugas dalam implementasi pelaksanaan akreditasi. Organisasi Akreditasi
Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian, proses
pelaksanaan Akreditasi Puskesmas di kabupaten Rembang telah sesuai dengan PMK 46 Tahun 2015 melalui : proses Persiapan Pelaksaaan Akreditasi Puskesmas, proses Survei Akreditasi, dan Proses Penetapan Akreditasi . Perlindungan Hak Pasien dalam Akreditasi Puskesmas Perlindungan hukum adalah segala upaya pemenuhan hak dan pemberian bantuan untuk memberikan rasa aman kepada saksi dan/atau korban, yang dapat diwujudkan dalam bentuk pemberian restitusi, kompensasi, pelayanan medis dan bantuan hukum. Hak pasien sesuai dengan Bab VII tentang Layanan Klinis Berorientasi Pasien adalah: Pasien berhak
mendapatkan layanan yang efektif dan efisien saat proses pendaftaran ( terdapat prosedur dan alur pendaftaran yang dipahami dan dilaksanakan oleh petugas dan pasien). Pasien berhak mendapatkan informasi sesuai kebutuhan pasien (tentang sarana pelayanan, antara lain tarif, jenis pelayanan, rujukan, dan lain-lain sesuai kebutuhan pasien). Pasien berhak mengetahui hak dan kewajiban pasien selama mendapat pelayanan di Puskesmas. Pasien berhak mendapatkan informasi
tentang tahapan pelayanan klinis yang diterima dari proses kajian klinis sampai pemulangan pasien. Pasien berhak mendapatkan pelayanan oleh petugas kesehatan yang kompeten. Pasien berhak mendapatkan informasi mengenai tindakan medis yang akan dilakukan serta menyetujui atau menolaknya ( Informed Consent). Pasien berhak memperoleh penjelasan tentang penolakan atau tidak melanjutkan pengobatan, termasuk penolakan rujukan. Pasien selama
dapat mendapatkan informasi sesuai kebutuhan, serta adanya upaya puskesmas untuk memenuhi hak pasien selama mendapatkan pelayanan di puskesmas. Dari hasil penelitian diketahui bahwa, semua Puskesmas di Kabupaten Rembang menetapkan Surat Keputusan tentang Hak Pasien di Puskesmas menggunakan acuan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit. Semua Puskesmas telah melakukan sosialisasi tentang hak pasien kepada seluruh petugas melalui rapat internal Puskesmas, dan melakukan sosialisasi kepada pasien puskesmas melalui penempelan poster pada dinding ruang Rawat Jalan di Puskesmas, bahkan ada beberapa Puskesmas yang menunjuk petugas khusus untuk menyampaikan hak pasien melalui ceramah di Rawat Jalan serta
pembagian leaflet tentang hak pasien. Bentuk Perlindungan Hak Pasien Dalam Akreditasi Administrasi dalam akreditasi merupakan tata laksana dalam
pengambilan keputusan dan atau tindakan Puskesmas dalam melaksanakan melaksanakan Administrasi Puskesmas, meliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan dan perlindungan. Puskesmas dalam
menyelenggarakan administrasi pelaksanaan kegiatan memiliki kewajiban antara lain mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku, memberikan
kesempatan kepada warga masyarakat untuk didengar pendapatnya sebelum membuat keputusan/ tindakan sesuai peraturan perundangan yang berlaku, menyusun standar operasional prosedur pembuat Keputusan dan atau tindakan. Perlindungan hukum terhadap pasien di Puskesmas meliputi dua hal, yaitu :
dalam perlindungan hak pasien di Puskesmas, dituangkan dalam bentuk
aturan-aturan internal, mulai dari SK Kepala Puskesmas, panduan pelayanan, dan Standar operasional prosedur (SOP) yang telah ditetapkan. SOP ini
disosialisasikan kepada petugas Puskesmas dan pasien pengguna layanan Puskesmas. Perlindungan hukum represif, dalam perlindungan hak pasien di Puskesmas dalam akreditasi diwujudkan melalui mekanisme pengaduan/ komplain, baik secara langsung maupun secara tidak langsung (kotak saran). Faktor faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien di Puskesmas Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa perlindungan hak pasien di Puskesmas yang telah terakreditasi belum terwujud secara optimal, karena ada beberapa hal yang mempengaruhi
pelaksanaan akreditasi Puskesmas dan perlindungan hak pasien di Puskesmas. Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan perlindungan hak pasien di puskesmas yang telah terakreditasi di kabupaten Rembang antara lain : Faktor Yuridis Dalam melaksanakan perlindungan hak pasien di puskesmas yang
terakreditasi di kabupaten Rembang, terdapat hambatan dari aspek yuridis, yaitu belum adanya ketentuan secara khusus tentang hak pasien di Puskesmas. Semua kebijakan Kepala Puskesmas menetapkan hak pasien menggunakan acuan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Sesuai Pasal 5 huruf a, Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, bahwa menurut asas legalitas, bahwa setiap penyelenggaraan
secara jelas mengatur tentang Rumah Sakit, termasuk didalamnya diatur tentang hak pasien di Rumah Sakit. Berdasarkan asas legalitas maka seharusnya acuan pengelolaan administrasi di Puskesmas menggunakan peraturan perundangan tentang Puskesmas. Hak pasien di Puskesmas, karena belum diatur secara khusus dalam peraturan perundangan, maka seharusnya menggunakan peraturan
perundangan yang bersifat umum, yang mengatur tentang hak pasien. Mengikuti undang-undang kesehatan dan undang-undang yang mengatur tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas, seperti Undang-Undang Praktik Kedokteran, maupun Undang-Undang Keperawatan. Sedangkan faktor yuridis pendukung adalah
bahwa semua puskesmas sudah mempunyai instrumen hukum internal sebagai landasan operasional pelaksanaan akreditasi di Puskesmas yang dipersyaratkan oleh kriteria standar Akreditasi Puskesmas. Faktor Teknis Dalam pelaksanaan perlindungan hak pasien di puskesmas yang telah terakreditasi di kabupaten Rembang, secara teknis dipengaruhi oleh faktor : Terbatasnya sumber daya
manusia di puskesmas Petugas belum memahami dengan baik tentang hak pasien di Puskesmas. Upaya Kepala Puskesmas untuk melakukan penerapan hak pasien di Puskesmas belum dilakukan. Sedangkan faktor teknis pendukung yang ada di Puskesmas adalah : Bahwa poster tentang hak pasien di Puskesmas sudah ada dan di pasang di dinding Puskesmas Sarana dan prasarana kemajuan teknologi di Puskesmas sangat mendukung, sehingga perlu diupayakan strategi pemberian informasi melalui pemanfaatan teknologi seperti melalui audiovisual dan alat
sosial antara lain : Kurangnya Pemahaman Masyarakat Kurangnya Peran Serta Masyarakat Komunikasi dalam Sosialisasi Metode sosialisasi hak pasien kepada masyarakat belum tepat Sedangkan faktor sosial pendukung adalah : Kesadaran masyarakat bahwa berobat di Puskesmas pasti melalui antrian yang panjang dan memakan waktu lama , sehingga memang sudah sewajarnya lama menunggu antrian Pasien merasa bahwa datang ke Puskesmas hanya perlu untuk bertemu dengan tenaga kesehatan, kemudian berkonsultasi dan mendapatkan obat saja, tidak perlu sampai harus memberikan saran, usul untuk perbaikan pelayanan di Puskesmas. KESIMPULAN Pengaturan tentang Akreditasi Puskesmas, menyatakan bahwa akreditasi wajib dilaksanakan oleh Puskesmas, setiap 3 tahun sekali.
Pengaturan Akreditasi dapat menjamin perlindungan hak pasien di Puskesmas. Bentuk Pengaturan akreditasi Puskesmas di atur pada berbagai instrumen hukum yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan akreditasi di Puskesmas.
Instrumen hukum tersebut tertuang pada peraturan perundang-undangan, yang dapat dijelaskan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 46 Tahun 2015. Instrumen hukum
pelaksanaan akreditasi di Puskesmas Kabupaten Rembang dituangkan juga dalam bentuk dokumen internal Puskesmas, berupa Surat Keputusan Kepala Puskesmas, pedoman atau panduan Puskesmas, dan Standar Operasional Prosedur, yang menjadi landasan operasional pelaksanaan Akreditasi di Puskesmas. Pengaturan hak pasien di Puskesmas dalam akreditasi disusun berdasarkan standar akreditasi
pasien, meningkatkan perlindungan bagi sumber daya manusia kesehatan, masyarakat dan lingkungannya, serta Puskesmas, dan meningkatkan kinerja Puskesmas dalam pelayanan kesehatan perseorangan dan atau kesehatan masyarakat. Dari penelitian di 6 Puskesmas yang menjadi obyek penelitian
diketahui bahwa tujuan pelaksanaan akreditasi Puskesmas telah tercapai, meski belum optimal, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor: yuridis, sosial dan teknis. Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien dalam Pelayanan Kesehatan di Puskesmas. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa, dalam rangkaian pelaksanaan akreditasi Puskesmas, dibentuk organisasi akreditasi Puskesmas. Proses pelaksanaan akreditasi Puskesmas meliputi proses persiapan akreditasi Puskesmas, proses Survei Akreditasi, dan proses penetapan Akreditasi. Dan ini telah sesuai dengan pelaksanaan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Rembang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, bentuk perlindungan hak pasien di Puskesmas, meliputi perlindungan hukum preventif dan perlindungan hukum represif. Perlindungan hukum preventif di Puskesmas diwujudkan dalam bentuk adanya aturan-aturan internal, sebagai patokan bagi setiap tindakan yang akan dilakukan dan harus dipatuhi oleh pelaksana layanan kepada masyarakat
pengguna layanan Puskesmas. Perlindungan hukum represif terhadap hak pasien di Puskesmas, diwujudkan dalam bentuk mekanisme alur keluhan/komplain
pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pelaksanaan akreditasi Puskesmas di Kabupaten Rembang sudah menjamin perlindungan hak pasien di
Pelaksanaan Akreditasi Puskesmas dan Perlindungan Hak Pasien di Puskesmas. Faktor Yuridis, belum adanya ketentuan khusus yang mengatur tentang hak pasien di Puskesmas. Semua SK kepala Puskesmas menetapkan hak pasien menggunakan landasan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit. Berdasarkan asas legalitas, bahwa Rumah Sakit dan Puskesmas mempunyai karakteristik yang berbeda, baik dari kewenangan dan tanggung jawab,
persyaratan dan kedudukan hukumnya. Menggunakan dasar hukum
Undang-Undang Nomor 44 Tentang Rumah Sakit bagi Puskesmas, sesungguhnya bertentangan dengan asas legalitas. Faktor Teknis, belum adanya upaya yang dilakukan kepala Puskesmas dalam penerapan hak pasien di Puskesmas, terbatasnya sumber daya manusia di Puskesmas, dan petugas masih belum memahami tentang hak pasien di Puskesmas oleh karena kurangnya sosialisasi internal Puskesmas. Pemasangan poster di dinding ruangan Puskesmas dan adanya leaflet tentang hak pasien ternyata belum berfungsi efektif dalam
mensosialisasikan hak pasien kepada pengguna layanan Puskesmas. Faktor Sosial, dimana masyarakat kurang memahami tentang haknya sebagai pasien di
Puskesmas, masyarakat juga masih belum dapat menyampaikan usul, dan saran perbaikan bagi Puskesmas baik secara langsung maupun melalui kotak saran dan juga hambatan dalam komunikasi dan sosialisasi hak pasien oleh petugas
Puskesmas. SARAN Peraturan Menteri Kesehatan tentang Puskesmas belum mengatur secara khusus mengenai hak pasien di Puskesmas, sehingga perlu
Dinas Kesehatan Kabupaten Rembang, perlu melakukan upaya monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan akreditasi dan perlindungan hak pasien di Puskesmas perlu dilakukan secara rutin setiap 3 bulan sekali, untuk menjamin pelaksanaan akreditasi Puskesmas berjalan dengan baik. Puskesmas wajib membuat SK tentang hak pasien di Puskesmas, serta melakukan sosialisasi dan evaluasi
penerapan pelaksanaan akreditasi dan hak pasien di Puskesmas kepada petugas Puskesmas secara berkala. Puskesmas wajib melakukan penjabaran tiap hak pasien dalam bentuk implementasi serta melengkapi sarana dan fasilitas
pendukung pelaksanaan hak pasien di Puskesmas. DAFTAR PUSTAKA A an Efendi, Freddy Poernomo, Hukum Administrasi, Jakarta : Sinar Grafika, 2017 Azrul
Azwar, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Tangerang : Binarupa Aksara, 2010 Bahder J. Nasution, Hukum Kesehatan, Bandung : Citra aditya Bhakti, 2005 Dedi Alamsyah dan Ratna Muliawati, Pilar Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yogyakarta : Nuha Medika, 2013 Endang Wahyati Yustina, Mengenal Hukum Rumah Sakit, Bandung: CV. Keni Media, 2012 Freddy Tengker, Hak
Pasien, Bandung : Mandar Maju, 2007 Majda El-Muhtaj, Hak Asasi Manusia dalam Konstitusi Indonesia, Jakarta : Prenada Media Grup, 2005 M. Fais Satrianegara, Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan, Jakarta : Salemba Medika, 2018 Philipus M. Hadjon, Perlindungan Hukum Bagi Rakyat di Indonesia, Surabaya : 1987 Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum Dan Jurimetri, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990 Sudikno Mertokusumo, Teori Hukum (Edisi
Penelitian Hukum, Jakarta : Universitas Indonesia, 1986 Suteki dan Galang Taufani, Metodologi Penelitian Hukum, Depok : Rajawali Pers, 2018 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Standar Akreditasi Puskesmas, Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015 Direktorat Bina Upaya Kesehatan Dasar, Pedoman Penyusunan Dokumen Akreditasi FKTP, Jakarta : Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2015
3.09% 1.41% 1.35% 1% 1% 1% 0.17% 0.17% 0.17%
PLAGIARISM
4.62% sireka.pom.go.id 2 lbhyogyakarta.org 18 www.kajianpustak… 21 text-id.123dok.com 24 25 www.jogloabang.c… gajiroum.kemkes.g… 26 www.isplbwiki.net 28 29 www.slideshare.net text-id.123dok.com 301.06% 0.96% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.61% 0.51% 0.44% 0.44% 0.44% #9790946 3 4 #9665402 #10515212 5 6 #10972330 #10018490 7 8 #10512942 #10972370 9 10 #9654408 #10989662 11 12 #9783102 #9796870 13 14 #10524380 #9798208 15 16 lbhyogyakarta.org sireka.pom.go.id 17 18 #9654360 www.slideshare.net 19 20 www.isplbwiki.net text-id.123dok.com 21