• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba : Kajian Tindak Tutur Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kalimat Imperatif Upacara Mangompoi Jabu Etnik Batak Toba : Kajian Tindak Tutur Chapter III V"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Dasar

Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif.Menurut Bogdan dan Taylor metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2007:4).

Penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran secara utuh mengenai suatu hal yang akan diteliti. Penelitian kualtitatif berhubungan dengan ide, pendapat, dan kepercayaan yang kesemuanya didapatkan melalui bahasa.

3.2 Lokasi dan Sumber Data

Lokasi penelitian adalah Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah asal suku Batak Toba yang menggunakan bahasa Batak Toba dialek Holbung.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh langsung melalui informan. Data primer adalah sumber data yang secara langsung memberikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2012:225).

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh penulis dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Suharsimi, 2010).

(2)

Tape recorder digunakan untuk merekam data lisan saat wawancara, kamera digital digunakan untuk mengambil gambar, serta alat tulis digunakan untuk mencatat, cacatan tersebut berupa catatan lapangan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang terkumpul haruslah data lingual yang sahih (valid) dan sekaligus terandal atau terpercaya (reliable), karena hanya dengan kesahihan dan keterandalan itu dimungkinkan dilakukan langkah awal analisis yang diharapkan benar dan tepat (Sudaryanto, 1990).

Dalam penelitian ini penulis mengumpulkan data dengan mengunakan tiga cara yaitu:

a. Metode kepustakaan (library research) yaitu dengan mencari data dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

b. Observasi

Penulis mengumpulkan data melalui pengamatan langsung pada lokasi penelitian. Penulis mengamati bagaimana budaya dan bahasa Batak Toba yang berada Kabupaten Samosir. Serta hasil pengamatan digunakan penulis sebagai informasi tambahan dalam penelitian.

c. Wawancara

(3)

3.5 Metode Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain secara sistematis sehingga mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2009:244).

Dalam metode analisis data ini, penulis menggunakan metode kulitatif deskriptif. Data yang diperoleh memalui wawancara penelitian akan di analisis dengan menggunakan analisis desriptif kualitatif yaitu dengan perolehan data hasil wawancara yang dilakukan dengan informan kemudian dideskripsikan secara menyeluruh.

Adapun tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian ini yaitu:

1. Penulis membuat trakskip hasil wawancara dengan kembali memutar rekaman terhadap informan.

2. Hasil wawancara disederhanakan menjadi susunan bahasa yang baik kemudian di transformasikan kedalam catatan.

3. Selanjutnya penulis membuat reduksi data dengan cara abstraksi, yaitu mengambil data sesuai dengan konteks penelitian dan mengabaikan data yang tidak diperlukan.

4. Melakukan penyajian data yaitu berupa penjelasan dan pengelompokan berdasarkan kalimat imperatif upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.

(4)

BAB IV

PEMBAHASAN PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian ditemukan : (1) Wujud kalimat imperatif, (2) Fungsi Kalimat Imperatif , (3) Makna kalimat imperatif upacaramangompoi jabu etnik Batak Toba yang di deskripsikan sebagai berikut :

4.1. Wujud Kalimat Imperatif UpacaraMangompoi Jabu Etnik Batak Toba Realisasi maksud imperatif dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Berdasarkan teori yang dikemukakan Rahardi (2008:93), makna pragmatik imperatif tuturan sangat bergantung oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat ektra dan intra linguistik. Dari upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, peneliti menemukan klasifikasi wujud pragmatik sebagai berikut:

1) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah Imperatif langsung yang mengandung makna perintah dapat dilihat, misalnya pada contoh (1), (2), (3) pada bagian berikut. Tuturan makna pragmatik imperatif perintah bercirikan kalimat yang menggunakan tanda seru, menggunakan katama atau lah dalam kalimat. Perlu dicatat bahwa untuk membuktikan apakah masing-masing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik prafrasa atau teknik ubah wujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis linguistik struktural. Contoh tuturan pada bagian berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.

(5)

‘Berikanlah ikan itu raja kami! Memberikan ikanlah raja kami rajahulahula kepada pihakhasuhuton!’

Informasi Indeksial :

Tuturan dari raja parhata dengan semua pihak kerabat dalam upacara tersebut untuk menerangkan bahwa dalam hal ini hulahula segera untuk menyerahkan ikan kepada pihak keluargahasuhuton.

(2). Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu dongan sahuta! hombar tu adat na masa di luat on.

Memintlah kami pengarahan daridongan tubu, terlebih dari kalian pihak dongan sahuta! supaya cocok dengan adat yang sesuai dengan acara adat yang di kampung ini’.

Informasi Indeksial :

Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang terdapat pada kalimat tersebut adalahPaidua Nisuhut(Adik Laki-laki Ayah) dalam percakapan upacaramangompoi jabu pada etnik Batak Toba, Paidua Nisuhut memerintahkan atau mempersilahkan untuk menyampaikan kata-kata arahan nasehat atau pendapat dalam pelaksanan adat .

(3). Jolo himpu ma jolo hamuna di alaman paima ro jou-jou sian hasuhuton!

Berkumpullah dulu kalian di halaman sembari menunggu panggilan dari hasuhuton’.

Informasi Indeksial :

(6)

Hata) dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, memerintahkan atau mempersilahkan pihak keluarga untuk menyambut semua pihak kerabat yang akan datang dalam ritual tersebut.

Di dalam pemakaian bahasa daerah Batak Toba pada upacara mangompoi jabu, terdapat beberapa makna pragmatik imperatif perintah yang tidak saja diwujudkan dengan tuturan imperatif. Imperatif yang demikian dapat disebut dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya. Contoh tuturan (4) dan (5) berikut dapat dipertimbangkan untuk memperjelas pernyataan ini.

(4) pangidoan nami tu hamu hulahula nami dohot tulang nam, mangarade ma hamu asa ro hami!

‘Permintaan kami kepada hulahula kami dan tulang kami bersiap-siaplah kalian supaya kami pun datang’.

Informasi Indeksial :

Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang terdapat pada kalimat tersebut adalah pihak keluarga (hasuhuton) dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, mengisyaratkan pihak (hulahula) untuk bersiap-siap sedia untuk membimbing pihak keluarga dalam upacara tersebut.

(5) Dos ma rohanta manjalo hata ni pamoruonta didok rohanami dumenggan ma molo haha parhundul na manjalo.

(7)

Informasi Indeksial :

Pada contoh kalimat di atas, mengandung makna perintah. Perintah yang terdapat pada kalimat tersebut adalah pihak (hulahula) dalam percakapan upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, mengisyaratkan kesemua pihak terkuhus kepada pihak keluarga agar tetap sehati sepikir dalam memahami maksud penyampaian dari pihak (hulahula).

2) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan Berdasarkan apa yang dikemukakan Rahardi (2008:96), imperatif bermakna suruhan ditandai kesantunan bege atau dengar, songonon atau seperti ini, dan tong maatau tetaplah kiranya. Dalam upacaramangompoi jaburtnik Batak Toba, berikut tuturan (6), (7), (8) yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan yaitu:

(6) Antong molo songon i, mauliate ma ! molo dos rohanta di dok roha nami, bege ma! songon on ma parbagi na. Osang-osang, jambar ni hula-hula. Di goari ma parbagi na sada-sada.

’Jadi kalau begitu, terima kasihlah! Kalau satu hatinya kita seperti yang kami sampaikan, dengarkanlah! Beginilah pembagiannya. Dagu-dagu bagiannyahulahula.Dinamakanlah pembagiannya satu-satu’.

Informasi Indeksial :

(8)

(7)Di na pasahat hata pasu gabe, songonon ma partordingna. Dalam menyampaikan kata-kata berkat, seperti inilah urutannya’ Informasi Indeksial :

Suruhan pada contoh kalimat (5) di atas adalah raja hata menerangkan urutan aturan pelaksanaan ritual upacara adat oleh mangompoi jabu pada etnik Batak Toba. Kalimat pragmatik suruhan tersebut ditekankan agar semua pihak yang terlibat agar memperhatikan urutan pelaksanaan adat tersebut.

(8)Nuaeng pe di hamu boru nami tong ma mangarade hamu asa hupasahat hami dengke na huboan hami tu hamu. ‘ Sekarang pun untuk kalian boru kami tetaplah kalian bersiap-siap supaya kami sampaikandengkeyang kami bawakepada kalian.’

Informasi Indeksial :

Suruhan pada contoh kalimat (5) di atas adalah hulahula mengarahkan kepada pihak keluarga (hasuhuton) untuk tatap kiranya mempersiapkan diri dalam menyambut pemberian ikan dari pihak (hulahula). Persiapan yang dimaksud adalah mengambil posisi untuk ritual penyerahan “tudu-tudu sipanganon” atau ikan yang sudah disediakan.

(9)

(9) Urupi parboru dohot dongan sahuta ma nasida pasahat parbagian panjambaran!

‘Bantu parboru dan dongan sahuta lah mereka menyampaikan pembagian panjambaran.’

Informasi indeksial (9) adalah raja parhata (pembicara) meminta kepada pihakparborudan dongan sahuta untuk membantu membagipanjambaran atau daging yang sudah disediakan kepada semua pihak. Panjambaranatau daging tersebut disediakan berdasarkan porsi yang sudah ditentukan.

(10) Dipangido ma sahalak martangiang sian horong ni suhut. ‘Dimintakanlah satu orang untuk membawakan doa darihorong ni suhut’’ Informasi Indeksial :

Pada contoh kalimat (10) adalah raja parhata mempersilahkan dari pihak keluarga hasuhuton, sebelum marsipanganon atau acara makan bersama untuk membawa doa makan. Permintaan tersebut ditujukan kepada pihak keluarga sebagai bentuk rasa syukur atas berkat makanan yang dilimpahkan Tuhan Yang Maha Esa kepada keluarga khususnya dan semua pihak pada umumnya.

Dari penelitian, didapatkan bahwa makna imperatif permintaan itu banyak diungkapkan dengan konstruksi nonimperatif. Sebagai contoh dapat dipertimbangkan tuturan-tuturan (11), (12), (13) sebagai berikut.

(10)

Informasi Indeksial :

Pada contoh kalimat (11) adalah pihak hulahula mempersilahkan kepada semua pihak untuk segera bersiap-siap melanjutkan kembali acara tersebut setelah acara makan bersama. “Tauduti ma muse” adalah kalimat pragmatik permintaan dengan konstruksi nonimperatif, untuk melanjutkan kembali acaramangompoi jabutersebut.

(12)Hu pasahat hami ma muse tudutudu ni sipanganon on tu ham, asa boi pasahaton muna tu angka hasahatan na hombar tu adat ta i.

‘Kami sampaikanlah lagi tudutudu ni sipanganon ini kepada kalian, agar kalian bisa menyampaikannya kepada setiap penyampaian yang tepat sesuai dengan adat kita.’

Informasi Indeksial :

Pada contoh kalimat (12) adalah pihak (hulahula) menyampaikantudutudu sipanganon kepada pihak (parboru) agar semua sesuai dengan permintaan “parboru”terlebih agar tujuan yang sesuai dengan aturan adat.

(13) Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu dongan sahuta.

‘Kami mintakanlah penjelasan daridongan tubu,terlebih dari kaliandongan sahuta.’

Informasi Indeksial :

(11)

wejangan atau pengarahan dari pihak semarga terkhusus dari kerabat satu kampung.

4) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan Imperatif bermakna permohonan ditandai dengan penanda kesantunan “mohon” atau “somba”, sekiranya atau “sai” digunakan untuk memperhalus (Rahardi, 2008:99). Dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, imperatif bermakna permohonan yang ditemukan terdapat pada bagian tengah percakapan. Imperatif bermakna permohonan yang dimaksud (14), (15), (16) yaitu:

(14) Somba nami tu raja nami, raja ni hulahula, pasahat ma dengke tu hasuhuton!

‘Sembah kami kepada raja kami, rajanya hulahula, sampaikanlah dengke kepadahasuhuton!’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (14) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu permohonan kepada hulahula untuk memberikan ikan (makanan) yang sudah tersedia untuk diberikan kepada pihak keluarga atauhasuhuton. Kata somba nami raja namimerupakan tuturan imperatif bermakna permohonan yang dituturkan kepada pihak hulahula. Secara teknis Raja parhata (pembicara) memohon kepada pihak hulahula untuk bersedia menyampaikan ikan (dengke) ataupasahat dengke.

(12)

‘Lahirlah pohon pakis di tepi airSibarabara,Banyaklah orang di atas, banyakternaklah dikolong’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (15) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu permohonan berupa doa dari pihak hulahula, agar pihak hasuhuton mendapat pertolongan berupa anak cucu yang banyak dan ternak yang banyak pula. Kata sai gok merupakan tuturan imperatif bermakna permohonan yang dituturkan oleh pihakhulahulakepada pihakhasuhuton. (16) Tubu ma simarlasuna, lata ni tobu di holangholangna, Sai hot ma jabunta on di batuna jala togu di hajongjonganna.

‘Tumbuhlahsimarlasuna,bibitnya tebu di antaranya, tetaplah rumah kita ini pada pondasinya dan di tempat berdirinya.’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (16) mengandung imperatif bermakna permohonan. Yaitu permohonan berupa doa dari pihakraja parhataatau pembicara,agar pihak hasuhuton mendapat pertolongan berupa rumah yang sejuk dan kokoh. Kata sai hot merupakan tuturan imperatif bermakna permohonan yang dituturkan oleh pihakraja parhata dalam bentuk doa, agar melalui upacara adat mangompoi jabu tersebut menjadi penopang kebaikan bagi pihak keluarga.

5) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.

(13)

penanda kesantunan ayo, mari atau ‘beta’ sebagai permarkah makna. Selain itu kadang-kadang digunakan juga kata harap, harus atau ‘arop’, ‘ikhon’ untuk memberikan penekanan pada maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan dalam kalimat ini cendrung lebih keras dibandingkan dengan tuturan imperatif lainnya.

(17) Inkon rade do hamu dongan sahuta nami! ‘Harus kumpulah kalian kerabat sekampung kami!’ Informasi Indeksial :

Pada kalimat (17) mengandung kalimat imperatif bermakna desakan. Yaitu desakan dari pihak ‘raja parhata’ kepada pihak ‘dongan sahuta’. Terdapat kata ‘ingkon’atau harus sebagai kalimat imperatif bermakna desakan.

6) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.

Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo atau mari (Rahardi, 2008:102), atau beta dalam bahasa Batak Toba. Pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, ditemukan kalimat imperatif bujukan (17), (18), yaitu :

(18)Masuk ma hamu amang inang! ‘Masuklah kalian bapak ibu!

Informasi Indeksial :

(14)

bujukan yang dituturkan oleh pihak keluarga atauhasuhuton kepada semua pihak keluarga yang terlibat dalam acara adat.

(19) Pos do roha nami siboto adat siboto uhum do hamu, jala angka na hombar di parbagi ni parjambaran nunga tung tangkas i diboto hamu hombar tu bidang ni gokhon muna, bahen hamu ma na uli i!

‘Percayanya hati kami yang tahu adat yang tahu aturannya kalian, dan setiap

sesuai di pembagianpanjambaran sudah sangat jelas kalian ketahui sesuai dengan ke undangan kalian, kalian buatlah yang baik itu!’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (19) mengandung imperatif bermakna bujukan. Yaitu bujukan dari pihak dongan sahuta atau kerabat satu kampung kepada pihak raja parhataatau pembicara, tentang pembagian daging atau panjambaran.Kata pos do roha nami merupakan tuturan imperatif bermakna bujukan yang dituturkan oleh pihak kerabat satu kampung atau dongan sahuta kepada pihak raja parhata sebab pembagian daging atau panjambaran sudah pasti sesuai dengan aturan adat yang berlaku.

7) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan. Imperatif bermakna imbauan lazimnya digunakan bersama pertikel “lah” (Rahardi, 2008:103) ataumadalam bahasa Batak Toba. Pada percakapan upacara adat mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna imbauan terdapat pada kalimat (20), (21) di bawah ini:

(15)

‘Beranting daun talas, bertangkai daun labu, terima kasihlah di Tuhan karena sudah resmi kalian punya rumah.’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (20) mengandung imperatif bermakna imbauan. Yaitu imbauan kepada semua pihak kerabat adat, agar kiranya mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena acara mangompoi jabusudah selesai dan berlangsung sukses.

(21) Nunga dipasahat hulahula dohot tulang tu hita taringot di tudutudu ni sipanganon.

‘Sudah disampaikan hulahula dengan tulang kepada kita teringat di tudutudu ni sipanganon.’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (21) mengandung imperatif bermakna imbauan. Yaitu imbauan oleh raja parhata atau pembicara, memberikan informasi bahwa pihak hulahula dan tulang sudah selesai menyampaikan tudutudu sipanganon.

Maksud atau makna pragmatik imperatif jenis ini dapat pula diwujudkan dengan bentuk-bentuk tuturan nonimperatif, seperti yang telah disampaikan pada bagian terdahulu. Berkenaan dengan hal ini tuturan (21) berikut dapat menjadi contoh.

(16)

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (22) mengandung imperatif bermakna imbauan nonimperatif. Yaitu imbauan nonimperatif dari pihak keluarga atau hasuhuton kepada semua pihak kerabat, agar kiranya sebulum berkata-kata dalam adat sebaiknya menyantap makanan terlebih dahulu.

8) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan. Imperatif persilaan dalam bahasa indonesia menggunakan penanda makna “silakan” (Rahardi, 2008:104) atau silahkan makan haru allang dalam bahasa Batak Toba. Dalam percakapan upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna persilaan terdapat pada kalimat (23) di bawah ini:

(23) Pahundul hamu ma rajanami. Silahkan duduk raja kam’. Informasi Indeksial :

Pada kalimat (23) pihak keluarga atau hasuhuton mempersilakan kepada semua pihak kerabat pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba tersebut untuk duduk ditempat yang sudah disediakan. Kalimat pahundul merupakan bentuk imperatif persilaan.

Makna pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi upacara mangompoi jabuetnik Batak Toba dapat ditemukan juga di dalam bentuk tuturan nonimperatif. Tuturan itu dapat dilihat pada contoh tuturan (23) berikut.

(24) Sititi ma sihoma golanggolang pangarahutna, Ba tung songon dia pe nuaeng na pinatupa ni suhuttna, ba sai godangma ni pasuna.

‘Sedikit banyaknya yang dihidangkan, yang bagaimanapun semua yang

(17)

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (24) pihak keluarga atau hasuhuton mempersilakan kepada semua pihak kerabat pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba tersebut untuk makan seadanya yang sudah disediakan.

9) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.

Makna ajakan ditandai dengan penanda kesantunan mari atau ayo (Rahardi, 2008:106). Dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba, kalimat imperatif bermakna ajakan terdapat pada kalimat (25), (26) di bawah ini:

(25)Beta tauduti ma ulaonta, mangampu ma hasuhuton, parjolo ma boru ni suhut, ipe asa suhut.

‘Mari kita ikuti acara ini, menyambutlahhasuhuton,terlebih dahululahboru ni suhut,baru setelah itu suhut.’

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (25) pihak raja parhata atau untuk mengajak kembali melanjutkan acara adat kembali karena sebelumnya rehat untuk makan bersama. Katabeta tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna ajakan pada upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba.

(26) Sipaboaon ma tutu siangkup na songon na hundul sidongan na songon na mardalan.

’Sampaikanlah untuk tetap saling menolong seperti teman yang duduk

dalam perjalanan.’ Informasi Indeksial :

(18)

kehidupan. Kata sipaboaon tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna ajakan pada upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba.

10) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin.

Imperatif dengan makna permintaan izin biasanya ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan bermakna mari dan boleh (Rahardi, 2008:107). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna izin ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu pada etnik Batak Toba pada kalimat (27), (28) yakni :

(27) Alai tahe mangalap hata hami tu haha ni parhundul, boha di roha muna haha ni parhundul nda denggan do songon i ?

‘Tetapi kami meminta kata-kata kepada haha ni parhundul, bagaimana dalam hati kalianhaha ni parhundultidak baik yang begitu? ‘

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (27) merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba. Pihak hulahula meminta izin kepada pihakparboru untuk menyerahkantudutudu sipanganon. Kata denggan do songoni tersebut merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna permintaan izin pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.

(28)Ba molo i do hape amang suhut nami lapatan ni parpunguan ta on, na uli ma i tutu jala na denggan?.

(19)

Informasi Indeksial :

Pada kalimat (28) merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna permintaan izin pada upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba. Pihakraja parhataatau pembicara meminta izin kepada pihak keluarga atauhasuhuton apakah hal yang dimaksud berkenan untuk dijalankan.

11) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif mengizinkan. Imperatif bermakna mengizinkan lazimnya menggunakan penanda kesantunan silahkan (Rahardi, 2008:108). Namun dalam memaknai hasil pengolahan data, peneliti menemukan beberapa kalimat dengan tidak menggunakan tanda kesantunan, namun dapat dimaknai sebagai pemberian izin. Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, imperatif bermakna mengizinkan terdapat pada kalimat (29), (30) sebagai berikut:

(29) Nauli jala na denggan, molo nunga tipak hami marjabu. ‘Yangbaik dan yang bagus, jika sudah resmi kami punya rumah.’ Informasi Indeksial :

Contoh kalimat (29) bermakna imperatif mengizinkan, yaitu pihak keluarga atau hasuhuton memberikan izin untuk melanjutkannya karena selesai membangun rumah adalah wujud kebahagian bersama (hagabeon).

(30) Gabe ma jala horas, nunga nauli pandohan ni anggi parhundul i, denggan ma di pature raja ni pamoruon.

‘Baguslah dan horas, sudah bagus yang dikatakan oleh anggi parhundul i, baiklah kiranya di perbaiki rajanyapamoruon.’

(20)

Contoh kalimat (30) bermakna imperatif mengizinkan, yaitu pihak tulang memberikan izin untuk pihak hulahula melanjutkannya karena pihak hulahula sudah tepat menyampaikannya. Kata Gabe ma jala horas merupakan bentuk kalimat imperatif bermakna mengizinkan.

12) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan. Imperatif bermakna larangan ditandai dengan penggunaan kata “jangan” (Rahardi, 2008:109). Dalam upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba, imperatif bermakna larangan tidak selalu berbentuk struktural yang ditemukan, seperti pada kalimat (31), (32) yaitu:

(31) “Adong pe jabu ianggo so na marpahala do jabu i ndang denggan bongotan i”.

‘Adapun rumah tapi kalau tidak yang terberkatinya rumah itu tidak bagus

untuk ditempati.’ Informasi Indeksial :

Contoh kalimat (31) merupakan kalimat imperatif bermakna larangan dari hulahula pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, kalimat bermakna larangan agar rumah yang dibangun bukan malah menjadi perselisihan, melainkan menjadi terang buat keluarga.

(32)Alualuhon molo naeng tamba hamu inang dohot damang, unang alang alangan.

‘Katakanlah jika mau tambah kalian ibu dan bapak, jangan segan.

Informasi Indeksial :

(21)

bermakna larangan supaya jangan segan dalam makan bersama bila hendak tambah. Kataunangmerupakan tuturan imperatif bermakna larangan. 13) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.

Imperatif bermakna harapan mengunakan penanda kesantunan harap dan semoga (Rahardi, 2008:111). Dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba yang ditemui seperti pada kalimat (33), (34) sebagai berikut:

(33)“Sai ma masumasu ma Tuhanta lam di tambai dihami hagabeon dohot panamotan tu joloan sa on, asa boi dope nian patupa on nami sipanganon na gumodang jala na tumabo”.

‘Semogalah diberkati Tuhan kita dan semakin ditambahkan kepada kami

kesuksesan dan rezeki yang lebih banyak kedepannya, agar bisa kiranya kami persiapkan makanan yang lebih banyak dan lebih enak.’

Informasi Indeksial :

Contoh kalimat (33) merupakan kalimat imperatif bermakna harapan dari pihak keluarga atau hasuhuton, supaya diberkati Tuhan yang maha kuasa kita semua karena bisa makan bersama dengan semua keluarga dalam acara mangompoi jabu tesebut. Kalimat imperatif bermakna harapan ditandai dengan kata penanda kesantunan“Sai ma”.

(34)Duru ni hauma panuanan ni sanggesangge, sahat ma hamu saurmatua mangingani jabunta on huhut horas jala gabe.

’Diluarnya ladang tanaman serai, sampailah kamu saurmatua tinggal dirumah ini dan sehat serta sukses.’

(22)

Contoh kalimat (34) merupakan kalimat imperatif bermakna harapan dari pihak hulahula supaya rumah tersebut menjadi rumah yang dihuni hingga kelak mereka tua dan untuk anak cucunya. Kalimat imperatif bermakna harapan ditandai dengan kata penanda kesantunan“Sahat ma”.

14) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.

Imperatif bermakna umpatan relatif digunakan dalam komunikasi sehari-hari (Rahardi, 2008:112). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna umpatan tidak ditemukan di dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba.

15) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat.

Imperatif bermakna pemberian ucapan selamat juga digunakan dalam komunikasi non formal sehari-hari (Rahardi, 2008:113). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna pemberian selamat yang ditemukan di dalam upacaramangompoi jabupada etnik Batak Toba, seperti pada kalimat (35) berikut :

(35) Sai uli dohot tiar ma tutu panggabean dohot parhorasan di hita tujoloan, alai boi hamu marulaon mangompoi jabu.’Bagus dan teranglah tetap panggabean dengan parhorasan di kita kedepannya, sehingga bisa kalian melaksanakan acaramangompoi jabu.’

Informasi Indeksial :

(23)

pihak keluarga. Kalimat imperatif bermakna pemberian ucapan selamat ditandai dengan kata penanda kesantunan“sai uli”.

16) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan anjuran.

Secara struktural, imperatif yang mengandung makna anjuran ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya (Rahardi, 2008:114). Berdasarkan analisis klasifikasi pragmatik imperatif, imperatif bermakna anjuran yang ditemukan di dalam upacaramangompoi jabupada etnik Batak Toba, seperti pada kalimat (36) yakni:

(36) Molo boi nian, parjolo ma mandok hata sian hulahula. ‘Kalau bisa kiranya, terlebih dahululah mengucapkan kata-kata darihulahula.’

Informasi Indeksial :

Contoh kalimat (36) merupakan kalimat imperatif bermakna anjuran dari raja parhata atau pembicara dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, supaya hulahula mengambil bagian pertama untuk memberikan sepatah dua patah kata nasehat. Kalimat imperatif bermakna anjuran tersebut di tandai dengan kata“Molo boi nian”.

17) Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan ngelulu.

(24)

4.2 Fungsi Kalimat Imperatif UpacaraMangompoi JabuEtnik Batak Toba.

Dalam (Rahardi 2008:93) mengatakan makna pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat diwujudkan dengan tuturan yang bermacam-macam. Fungsi pragmatik imperatif, itu kebanyakan tidak diwujudkan dengan tuturan imperatif melainkan tuturan nonimperatif. Dari penelitian, didapatkan bahwa fungsi pragmatik imperatif banyak diungkapkan dalam tuturan deklaratif, tuturan interogratif, dan ekspresif. Penggunaan tuturan nonimperatif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif itu, biasanya, mengandung unsur ketidaklangsungan. Dengan demikian, dalam tuturan-tuturan nonimperatif itu terkandung aspek fungsi pragmatik imperatif.

a. Pragmatik Imperatif dalam Tuturan Deklaratif

Dalam (Rahardi 2008:134) mengatakan tuturan pragmatik imperatif dapat diidentifikasikan pada tuturan imperatif, tuturan pragmatik imperatif itu dapat juga diidentifikasikan di dalam tuturan deklaratif. Dari penelitian, didapatkan bahwa pragmatik imperatif pada tuturan deklaratif dapat dibedakan menjadi beberapa macam yang satu persatu diuraikan pada bagian-bagian berikut:

1) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Suruhan.

Lazimnya, makna imperatif suruhan diungkapkan dengan tuturan imperatif. Tuturan imperatif yang digunakan untuk menyatakan fungsi suruhan itu, dapat dilihat pada contoh tuturan-tuturan berikut.

(25)

‘Terlebih dahulu kami sampaikan kepada boru, setelah itu mengucapkan kata-katalah dari kita yang kerabat semarga.’

Informasi Indeksial :

Dituturkan oleh raja parhata kepada dongan tubu di dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba yang mana giliran dongan tubu untuk berkata-berkata pada upacaramangompoi jabu.

(38) Jomput ma boras napir tu simanjujung ni suhut i dohot tu sude iananghonna!

‘Taburlah beras yang elok ke kepalanya suhut itu dan kepada semua anak-anaknya.’

Informasi Indeksial :

Dituturkan oleh raja parhata kepada pihak hulahula di dalam upacara mangompoi jabuetnik Batak Toba untuk menaburkan beras ke kepala pihak keluarga atauhasuhuton.

(39) Laos udut ma muse mandok hata sian dongan sahuta. ‘Jadi ikutilah lagi penyampaian kata-kata daridongan sahuta.’ Informasi Indeksial :

Dituturkan olehraja parhatakepada pihakdongan sahutadi dalam upacara mangompoi jabuetnik Batak Toba untuk melanjutkan kata-kata.

2) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Ajakan.

(26)

kesantunan beta atau ayo. Penggunaan kesantunan yang demikian, dapat dilihat pada contoh-contoh tuturan () berikut ini.

(40) Antong ganup ma hita pasahathon hata si gabegabe lumobi hata tangiang tu suhutta keluarga dibagas on.

‘Jadi masing-masing kita menyampaikan kata sigabegabe terlebih kata tangiangkepadasuhutkeluarga di tempat ini.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini disampaikan oleh raja hatapada saat upacaramangompoi jabu etnik Batak Toba, ajakan untuk mengucapkan pesan doa kepada pihak keluarga.

3) Tuturan Deklaratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Permohonan.

Di depan sudah disampaikan bahwa makna tuturan imperatif permohonan secara linguistik, dapat diidentifikasikan dari munculnya penanda kesantunan mohon. Selain itu, makna imperatif permohonan dapat pula diungkapkan dengan menggunakan bentuk pasif dimohon. Penggunaan bentuk pasif itu, lazimnya digunakan dalam kesempatan-kesempatan formal dan serimonial. Tuturan-tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan untuk memperjelas hal ini.

(41) Jumpang ma na ni luluan dapot na jinalahan. ‘Ketemulah yang dicari dapatlah yang diminta.’

Informasi Indeksial :

(27)

4) Tuturan Deklaratif persilaan yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Persilaan.

Tuturan imperatif yang menyatakan makna persilaan, biasanya ditandai oleh penanda kesantunan silakan. Untuk maksud-maksud tertentu yang lebih formal dan seremonial, sering digunakan bentuk pasif dipersilahkan seperti dapat dilihat dalam contoh tuturan berikut.

(42) Namarngingi : jambar ni Tulang. ‘Yang bergigi : bagiannya tulang.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini disampaikanraja parhata kepada pihakhulahuladalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, tuturan disampaikan pada saat pembagianjambar.

(43) Ihur-ihur : di suhut dohot haha anggi na. ‘Ekor-ekor : kepadasuhutdanhaha anggi na.’ Informasi Indeksial :

Tuturan ini disampaikan raja parhata kepada pihak keluarga dan atau adiknya dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba, tuturan disampaikan pada saat pembagianjambar.

5) Tuturan Deklaratif persilaan yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Larangan.

(28)

diperbolehkan pada tuturan. Berkenaan dengan hal ini , contoh tuturan berikut dapat dicermati dan dipertimbangkan.

(44) Diorai do hita molo dang marangkup diulaonta, asa gabe jabu namarpahala.

‘Dimarahinya kita kalau tidak berteman di adat acara, supaya bagus dan terbekati rumah.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini merupakan larangan dari pihak dongan sahuta kepada pihak keluarga dalam upacara adat mangompoi jabu etnik Batak Toba. Tuturan disampaikan sebagai pesan untuk saling tolong menolong atau saling merangkul baik dalam adat.

b. Pragmatik Imperatif dalam tuturan Interogratif.

Rahardi 2008:136) disampaikan bahwa makna pragmatik imperatif dapat diwujudkan dengan tuturan deklaratif, hal yang sama ternyata banyak ditemukan pula pada tuturan-tuturan yang konstruksi interogratif. Digunakannya tuturan interogratif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup besar.

1) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Perintah.

(29)

perintah, misalnya dapat diungkapkan dengan tuturan interogratif ini. Berkaitan dengan hal itu perlu dicermati dan dipertimbangkan contoh tuturan berikut dalam upacaramangompoi jabu.

(45) Ise do mambaen tangiang? sian hulahula ma molo dang adong sian pangula ni huria.

‘Siapanya yang membuat doa? Dari hulahula lah jika tidak ada dari

pendeta.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini merupakan kalimat yang ditanyakan oleh pihakraja hata kepada semua pihak kerabat, dan di dalamnya terdapat kalimat perintah untuk pihakhulahulamembawa dalam doa.

2) Tuturan Interogratif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Ajakan.

(46) “Nunga sahat be sude angka na ginokhon ni suhut, mamungka hata ma paidua ni suhut”.

‘Sudah sampailah semua yang diundangsuhut,kata pembukalah dari paidua nisuhut.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini merupakan kalimat interogratif yang disampaikan oleh pihak raja hata kepada semua pihak, selanjutnya untuk hasuhuton pihak keluarga membuka percakapan.

(30)

(47) Adong muse hata sitambahon muna raja nami raja ni dongan sahuta, Dalan marbatubatu, dalan tu simataniari; sai gok ma jolma dijabu, sai gok mas ma di lamari. Boti ma hata nami amang suhut.! ‘Ada lagi kata yang mau ditambahkan raja kamidongan sahuta,Jalan yang berbatu, jalan mata air; banyaklah orang dirumah, banyaklah emas dilemari. Begitulah kata dari kami bapaksuhut!.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini merupakan kalimat interogratif yang disampaikan oleh pihak raja hata kepada pihak dongan sahuta, selanjutnya dongan sahuta memberikan kata-kata kepada pihak keluarga untuk menyampaian pesan.

4) Tuturan Interogratif Yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Persilaan.

(48)Raja Parhata : Nungnga boi ta buhai acara ta on? ‘Sudah bisa kita mulai acara kita ini?

Hasuhuton : Tapaima ma santokin uduran sian dongan tubu. ‘Kita tunggulah sebentar giliran daridongan tubu.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan antara raja parhata kepada pihak hasuhuton pada saat upacara mangompoi jabu mau dimulai.

c. Pragmatik Imperatif dalam tuturan ekspresif

(31)

ditemukan pula pada tuturan-tuturan yang konstruksi ekspresif. Digunakannya tuturan interogratif untuk menyatakan makna pragmatik imperatif itu, dapat mengandung makna ketidaklangsungan yang cukup besar.

1) Tuturan Ekspresif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif Perintah.

(49) Jolo mardos roha ma jolo Hahadoli dohot Anggidoli dohot Dongan Sahuta ise na gabe panise.

‘Tunggu bersepakatlah dulu kalian hahadoli dan anggidoli dengan kerabat sekampung siapa yang menjadi pembesuk”

Informasi Indeksial :

Tuturan (49) merupakan kalimat ekspresif bermakna perintah, adanya rasa saling bersepakat untuk saling menyapa, menegur, dan membesuk. Tuturan tersebut memiliki makna kesenangan bagi pihak HahadilidanDongan Sahutakarena adanya rasa saling berinteraksi. 2) Tuturan Ekspresif yang Menyatakan Makna Pragmatik Imperatif

Ajakan.

(50) Mandok Mauliate ma hudok hami tu Debata marhahipason do hamu sude na huparsangapi hami dohot inanta soripada bolas sahat tu inganan on.

‘Kami mengucapkan syukur kepada Tuhan kepada kalian semua yang

(32)

Tuturan (50) merupakan kalimat ekspresif bermakna ajakan, adanya rasa gembira dan turut bersyukur bisa berkumpul dalam acara mangompoi jabu oleh pihak hasuhuton kepada semua kerabat. Tuturan ekspresif ini bermakna ajakan untuk senantiasa bersykur kepada Tuhan Yang Maha Esa akan pernyetaannya bisa melangsungkan upacaramangompoi jabu.

4.3 Makna Kalimat Imperatif UpacaraMangompoi JabuEtnik Batak Toba.

1. Lokusi

Tindak lokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba. Seperti pada tuturan (51) menjadi pertimbangan sebagai berikut.

(51)Osang : jambar ni Hulahula !

‘Dagu ; bagiannyahulahula!

Informasi Indeksial :

Tuturan terjadi pada saat pembagian jambar atau daging oleh pihak raja parhataatau protokol disampaikan kepada pihak hulahula. Tuturan berupa tindak tutur lokusi pada kalimat imperatif bermakna persilaan.

(33)

2. Ilokusi

Tindak Ilokusi pada makna kalimat imperatif ditemukan pada upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba. Adapun tuturan (52), (53), dan (54) adalah sebagai berikut.

(52) Pangidoan nami di hamu hulahula nami dohot tulang nami mangarade ma hamu asa ro hami pasahat tudutudu ni sipanganon tu adopan muna.

‘Permintaan kami di kalian hulahula kami dan tulang kami bersiap-siaplah kalian supaya datang kami menyampaikantudutudu sipanganonke hadapan kalian.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya pemberian tudu-tudu sipanganon,Tuturan berupa tindak ilokusi pada kalimat imperatif bermakna permintaan. Tuturan permintaan disampaikan oleh paidua ni suhut atau pihak kedua keluarga.

Makna : Analisisnya yaitu pihak keluarga menginformasikan sekaligus meminta agar pihak hulahula mengambil tempat dan mempersiapkan diri untuk memberikantudutudu sipanganon.

(53) langsung ma tu hundulan na pinarade ni suhut i.

‘Langsunglah ke tempat duduk yang sudah disediakan olehsuhut.’

(34)

Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya upacara adat mangompoi jabu etnik Batak Toba. Tuturan tersebut disampaikan oleh raja hata atau protokol kepada pihak hasuhuton atau keluarga. Tuturan ini merupakan tindak ilokusi pada makna kalimat imperatif pada upacaramangompoi jabu etnik Batak Toba.

Makna : Mengarahkan hadirin untuk segera duduk ketempat yang sudah disediakan, dan bersiap-siap karena acara akan segera dimulai.

(54) laos ta pirpirhon dompak ginjang tolu hali huhut mandok : horas, horas, horas.

Terus kita hentakkan ke atas tiga kali sambil mengatakan : horas, horas, horas.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini terjadi pada saat akan berlangsungnya upacara adat mangompoi jabu etnik Batak Toba. Tuturan tersebut disampaikan oleh raja hata atau protokol kepada semua hadirin. Tuturan ini merupakan tindak ilokusi pada makna kalimat imperatif pada upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba.

Makna : Mengarahkan hadirin untuk menghentakkan ulos keatas dan berkata: horas, horas, horas sebagai bentuk ucapan syukur.

4. Perlokusi

(35)

(55) Mangido ma hami panuturion sian dongantubu, lumobi sian hamu dongan sahuta hombar tu adat na masa di luat on.

‘Memintalah kami pengarahan daridongan tubu,terlebih dari kaliandongan sahutayang sesuai dengan aturan adat yang berlaku dikampung ini.’

Informasi Indeksial :

Tuturan ini terjadi pada saat pembagian panjambaran atau daging oleh pihak paidua ni suhutatau keluarga kepada pihakdongan tubudan dongan sahuta. Tuturan berupa tindak tutur perlokusi pada kalimat imperatif bermakna permintaan.

Makna : Analisisnya pihak paidua ni suhut meminta pengarahan kepada pihak dongan tubu atau dongan sahuta tentang kebijaksanaan membagi jambar, apakah semua prosesnya sudah sesuai dengan aturan adat dan kebiasaan di desa tersebut, agar pihak tersebut tidak kecewa dalam menerima porsipanjambaranatau daging yang dimaksud.

(56) Di poda ni natuatua, adong pe jabu ianggo so na marpahala do jabu i ndang denggan bongotan i.

‘Pada nasehat orang tua, adapun rumah tapi tidak terberkatinya rumah itu

tidak bagus itu ditempati.’

Informasi Indeksial :

(36)

Makna : Analisisnya paidua ni suhut mengambil suatu nasehat berupa larangan dari nenek moyang, menjelaskan rumah tersebut harus menjadi kebaikan buat keluarga dan orang lain bukan malah menjadi malapetaka, sehingga pihak keluarga harus menjadikan rumah tersebut sebagai tempat namarpahalaatau yang bermakna buat keluarga atau orang lain.

(57) Sai manumpak ma amanta Pardenggan Basa i, sai diramoti ma tongtong jabunta on, asa sai hot bagasta on di batuna, togu di rangsangrangsang na jala momos di pangarahutna.

‘Kiranya Tuhan pengasih menolong, di lindungi juga rumah kita, supaya

kokoh di pondasinya, kokoh di tempatnya.’

Informasi Indeksial :

(37)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Setelah melakukan serangkaian pengolahan, penganalisisan, dan pembahasan menjawab hipetesis dari penelitian yang peneliti lakukan kesimpulan penelitian ini, yaitu :

1. Bentuk kalimat imperatif yang digunakan dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba : kajian tindak tutur menunjukkan adanya kesantunan secara pragmatik dan linguistik. Contoh dalam kalimat permintaan :Santabi ma di hamu na huparsangapi hami. Mandok hatama sian hasuhuton.

‘Permisilah kepada kalian yang kami hormati. Berkatalah dari pihak keluarga’.

Memberikan kata-kata dari pihakhasuhuton’.

2. Wujud kalimat imperatif dalam upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba menunjukkan bentuk kesantunan secara pragmatik dan linguistik, dan terdapat (15) lima belas wujud kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba dari (17) tujuh belas kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia. 3. Dalam upacaramangompoi jabuetnik Batak Toba menunjukkan (3) tiga fungsi kalimat imperatif pada upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba yakni fungsi deklaratif, interogratif, dan ekspresif.

(38)

5.2 SARAN

Bertitik tolak dari kesimpulan, peneliti menyarankan beberapa hal yang perlu berkaitan dengan pembelajaran kalimat imperatif upacara mangompoi jabu etnik Batak Toba: Kajian Tindak Tutur, yaitu :

1. Dalam pelaksanaan upacara adat Mangompoi Jabu pada masyarakat Batak Toba kalimat imperatif dominan digunakan berdasarkan jenis-jenis kalimat. Karena tanpa kalimat imperatif pesan dari nilai-nilai pelaksanaan upacara adat Mangompoi Jabupada masyarakat Batak Toba dianggap tidak efektif.

2. Diperlukan adanya buku bacaan referensi tentang kalimat imperatif bahasa Batak Toba khususnya mengenai upacara adat Batak Toba, sebagai literasi atau bahan pembelajaran.

3. Dapat memperkenalkan kalimat imperatif apa yang digunakan dalam upacara mangompoi jabuetnik Batak Toba.

Referensi

Dokumen terkait