• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Faktor-Faktor yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif di Wilayah Kerja Puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan

bagian dari kesejahteraaan umum seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD

1945, Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Adapun yang dimaksud

dengan PKMD ialah strategi pembangunan kesehatan yang menerapkan prinsip

gotong royong dan swadaya masyarakat, dengan tujuan agar mayarakat dapat

menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah

kesehatan secara lintas program dan lintas sektor terkait.

Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dilakukan secara

massal untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun

1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional.

Sejak saai itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi

perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri

Dalam Negeri (Inmandagri) Nomor 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan

Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah

ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan

Posyandu dilalulan oleh satu Kelompok Kerja Operasional (pokjanal) Posyandu

yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyrakat dengan Pemerintah

(2)

2.1.1 Definisi Posyandu

Pos Pelayanan terpadu atau Posyandu adalah unit kegiatan yang dilakukan

oleh masyarakat dengan pembimbing dari tenaga kesehatan dari puskesmas yang

bertujuan untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal (Depkes, 2009).

Sedangkan menurut Departemen Kesehatan 2010 Pos Pelayanan Terpadu

(Posyandu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya

Manusia (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan

bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan. Guna

memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat

dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan

angka kematian ibu dan bayi. Posyandu yang terintegrasi adalah kegiatan

pelayanan sosial dasar keluarga dalam aspek pemantauan tumbuh kembang balita.

2.1.2 Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

Adapun tujuan penyelenggaraan dari posyandu adalah sebagai berikut : 1).

Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (ibu hamil,

melahirkan dan nifas), 2). Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil

Bahagia Sejahtera), 3). Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat

untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan keluarga Berencana (KB) serta

kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera,

4). Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan

Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera, 5). Menghimpun

(3)

kesejahteraan ibu, bayi, balita dan keluarga serta mempercepat penurunan angka

kematian ibu, bayi dan balita (Cahyo, 2010).

2.1.3 Sasaran Posyandu

Sasaran kegiatan Posyandu menurut Depkes (2010) yaitu

a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun dan balita (1-5 tahun)

b. Ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas dan Wanita Usia Subur (WUS)

2.1.4 Manfaat Posyandu • Bagi Masyarakat

1. Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan bagi ibu, bayi, dan anak balita

2. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang

atau gizi buruk

3. Bayi dan anak balita mendapatkan kapsul Vitamin A

4. Bayi memperoleh imunisasi lengkap.

5. Ibu hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah

darah (Fe) serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT)

6. Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).

7. Memperoleh penyuluhan kesehatan terkait tentang kesehatan ibu dan

anak.

8. Apabila terdapat kelainan pada bayi, anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan

ibu menyusui dapat segera diketahui dan dirujuk ke puskesmas.

(4)

• Bagi Kader

1. Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih

lengkap.

2. Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak

balita dan kesehatan ibu.

3. Citra diri meningkat di mata masyarakat sebagai orang yang terpercaya

dalam bidang kesehatan.

4. Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan

kesehatan ibu.

2.1.5 Kegiatan Pelayanan Posyandu 2.1.5 Kegiatan Posyandu

Menurut Kemenkes RI (2011), kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan

utama dan kegiatan pengembangan atau pilihan. Secara rinci kegiatan utama

Posyandu adalah sebagai berikut:

• Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

 Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

1. Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran

tekanandarah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan

atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,

pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk

(5)

pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader.

Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan

Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai

dengankesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamilantara lain sebagai berikut:

a). Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,

persiapan menyusui, KB dan gizi, b). Perawatan payudara dan pemberian

ASI, c). peragaan pola makan ibu hamil, d). Peragaan perawatan bayi baru

lahir, dan e). senam hamil.

 Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:

a). Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui Dini

(IMD) dan ASI eksklusif dan gizi, b). Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah

200.000 SI (1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah

pemberian kapsul pertama), c) Perawatan payudara, d) Dilakukan pemeriksaan

kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim)

dan pemeriksaan lochia oleh petugas pemeriksaan payudara, pemeriksaan tinggi

fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke puskesmas

• Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah

(6)

tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat

dilakukan pemasangan IUD dan implant (Kemenkes RI, 2011).

• Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas

Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap

bayi dan ibu hamil (Kemenkes RI, 2011). Survei epidemiologi untuk menemukan

kasus penyakit menular sedini mungkin, imunisasi untuk memberikan

perlindungan kepada kelompok-kelompok masyarakat sehingga dapat mencegah

terjadi penularan penyakit seperti TBC, tetanus, difteri, batuk rejan (pertusis),

polio, campak dan hepatitis B.

• Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader

Jenis pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan, deteksi

dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan

tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan

ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2

kali berturut turut atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera

melakukan rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

• Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup

Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di posyandu dilakukan melalui

pemberian oralit.

Adapun kegiatan pengembangan atau pilihan dalam posyandu, yaitu

(7)

2. Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

3. Bina Keluarga Lansia (BKL)

4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

5. Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya

2.1.6 Penyelenggaraan Posyandu A. Pengelolaan Posyandu

Dalam penyelenggaraannya, pengelola posyandu dipilih dari dan oleh

masyarakat pada saat musyawarah pembentukan posyandu. Pengurus posyandu

sekurang–kurangnya terdiri dari ketua, sekertaris, dan bendahara. Berikut ini beberapa kriteria pengelola Posyandu :

- Sukarelawan dan tokoh masyarakat setempat.

- Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu

memotivasi masyarakat.

- Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.

B. Waktu dan Lokasi Posyandu

Penyelenggaraan posyandu sekurang–kurangnya satu kali dalam sebulan. Jika diperlukan, hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Hari

dan waktunya sesuai dengan hasil kesepakatan bersama.

Posyandu berlokasi disetiap desa/keluarahan/RT/RW atau dusun, salah

satu kios pasar, salah satu ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang

dibangun oleh swadaya masyarakat. Tempat penyelenggaraan posyandu ini

(8)

2.1.7 Pembentukan Posyandu

Langkah-langkah pembentukan Posyandu.:

1. Mempersiapkan para petugas/aparat sehingga bersedia dan memiliki

kemampuan mengelola serta membina posyandu.

2. Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat sehingga

bersedia mendukung penyelenggaraan posyandu.

3. Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) agar masyarakat mempunyai rasa

memiliki, melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi dan potensi

yang dimiliki.

4. Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan

dukungan dari tokoh masyarakat.

5. Membentuk dan memantau kegiatan Posyandu dengan kegiatan pemilihan

pengurus dan kader, orientasi pengurus dan pelatihan kader posyandu,

pembentukan dan peresmian posyandu, serta penyelengaraan dan

pemantauan kegiatan posyandu (Kemenkes RI, 2012).

2.1.8 Peran Kader

A. Sebelum Hari Posyandu

1. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.

2. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui pertemuan

warga setempat atau surat edaran.

3. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi pendaftaran,

penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian makanan tambahan, serta

(9)

4. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya terkait

dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan. Jenis kegiatan ini

merupakan tindak lanjut dari kegiatan posyandu sebelumnya atau rencana

kegiatan yang telah ditetapkan berikutnya (Kemenkes RI, 2012).

B. Saat Hari Buka Posyandu

1. Melakukan pendaftaran, meliputi pendaftaran balita, ibu hamil, ibu nifas, ibu

menyusui, dan sasaran lainnya.

2. Pelayanan kesehatan ibu dan anak. Untuk pelayanan kesehatan anak pada

Posyandu, dilakukan penimbangan, pengukuran tinggi badan, pengukuran

lingkar kepala anak, pemantauan aktifitas anak, pemantauan status

imunisasi anak, pemantauan terhadap tindakan orangtua tentang pola asuh

yang dilakukan pada anak, pemantauan tentang permasalahan anak balita,

dan lain sebagainya.

3. Membimbing orang tua melakukan pencatatan terhadap berbagai hasil

pengukuran dan pemantauan kondisi anak balita.

4. Melakukan penyuluhan tentang pola asuh anak balita. Dalam kegiatan ini,

kader bisa memberikan layanan konsultasi, konseling, diskusi kelompok dan

demonstrasi dengan orangtua/keluarga anak balita.

5. Memotivasi orangtua balita agar terus melakukan pola asuh yang baik pada

anaknya, dengan menerapkan prinsip asih-asah-asuh.

6. Menyampaikan penghargaan kepada orangtua yang telah datang ke

(10)

7. Menyampaikan informasi pada orangtua agar menghubungi kader apabila

ada permasalahan terkait dengan anak balitanya.

8. Melakukan pencatatan kegiatan yang telah dilakukan pada hari buka

Posyandu(Kemenkes RI, 2012).

C. Sesudah Hari Buka Posyandu

1. Melakukan kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari buka

Posyandu, anak yang kurang gizi, atau anak yang mengalami gizi buruk

rawat jalan, dan lain-lain.

2. Memotivasi masyarakat, misalnya untuk memanfaatkan pekarangan dalam

rangka meningkatkan gizi keluarga, menanam tanaman obat keluarga,

membuat tempat bermain anak yang aman dan nyaman. Selain itu,

memberikan penyuluhan tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

(PHBS).

3. Melakukan pertemuan dengan tokoh masyarakat, pimpinan wilayah untuk

menyampaikan hasil kegiatan posyandu serta mengusulkan dukungan agar

Posyandu terus berjalan dengan baik.

4. Menyelenggarakan pertemuan, diskusi dengan masyarakat, untuk

membahas kegiatan posyandu. Usulan dari masyarakat digunakan sebagai

bahan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan berikutnya.

5. Mempelajari Sistem Informasi Posyandu (SIP). SIP adalah sistem

pencatatan data atau informasi tentang pelayanan yang diselenggarakan di

(11)

memahami permasalahan yang ada, sehingga dapat mengembangkan jenis

kegiatan yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan sasaran.

6. Format SIP meliputi; • catatan ibu hamil, kelahiran, kematian bayi, kematian ibu hamil, melahirkan, nifas; • catatan bayi dan balita yang ada di wilayah kerja Posyandu; jenis kegiatan yang tepat dan sesuai dengan

kebutuhan sasaran.• catatan pemberian vitamin A, pemberian oralit, pemberian tablet tambah darah bagi ibu hamil, tanggal dan status

pemberian imunisasi; • catatan wanita usia subur, pasangan usia subur, jumlah rumah tangga, jumlah ibu hamil, umur kehamilan, imunisasi ibu

hamil, risiko kehamilan, rencana penolong persalinan, tabulin, ambulan

desa, calon donor darah yang ada di wilayah kerja Posyandu (Kemenkes

RI, 2012).

2.1.9 Strata Posyandu

1. Posyandu pratama (warna merah)

Posyandu pratama adalah Posyandu yang masih belum mantap,

kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya terbatas.

2. Posyandu madya (warna kuning)

Posyandu madya adalah posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali/tahun dengan rata-rata jumlah kader tugas 5

orang atau lebih, akantetapi cakupan program utama masih rendah yaitu

(12)

3. Posyandu purnama (warna hijau)

Posyandu purnama adalah Posyandu yang frekuensinya lebih dari

8x/tahun, rata-rata jumlah kader tugas 5 orang atau lebih dan cakupan 5

program lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan sudah

ada dana sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu mandiri (warna biru)

Posyandu mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melakukan

kegiatan secara teratur, cakupan 5 program sudah bagus, ada program

tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% kepala

keluarga (Depkes RI, 2010).

2.2 Fungsi Manajemen Program 2.2.1 Perencanaan

2.2.1.1 Pengertian

Perencanaan adalah fungsi terpenting dalam manajemen, oleh karena itu

perencanaan merupakan landasan dasar dari fungsi manajemen secara

keseluruhan. Tanpa ada fungsi perencanaan tidak mungkin fungsi manajemen

lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Perencanaan manajerial akan memberikan pola pandang secara menyeluruh

terhadap semua pekerjaan yang akan dijalankan, siapa yang akan melakukan dan

kapan akan dilakukan. Perencanaan merupakan tuntunan terhadap proses

pencapaian tujuan secara efisien dan efektif (Muninjaya, 2011).

2.2.1.2 Manfaat Perencanaan

Melalui perencanaan program akan dapat diketahui :

(13)

2. Jenis/struktur organisasi yang dibutuhkan

3. Jenis dan jumlah staf yang diinginkan, dan uraian tugasnya

4. Sejauh mana efektifitas kepemimpinan dan pengarahan yang diperlukan

5. Bentuk dan standar pengawasan yang dilakukan

Selain itu, perencanaan juga mempunyai keuntungan dan kelemahan

Keuntungan dengan tersusunnya perencanaan yang baik

1. Perencanaan menyebabkan berbagai macam aktifitas organisasi untuk

mencapai tujuan tertentu dapat dilakukan secara teratur.

2. Perencanaan akan mengurangi atau menghilangkan jenis pekerjaan yang

tidak produktif.

3. Perencanaan dapat dipakai sebagai alat pengukur hasil kegiatan yang

dicapai.

4. Perencanaan memberikan suatu landasan pokok fungsi manajemen

lainnya, terutama fungsi pengawasan.

Kerugiannya ialah :

1. Perencanaan mempunyai keterbatasan dalam hal ketepatan informasi dan

fakta-fakta tentang masa yang akan datang.

2. Perencanaan memerlukan biaya yang cukup banyak.

3. Perencanaan mempunyai hambatan psikologis.

4. Perencanan menghambat timbulnya inisiatif.

(14)

2.2.1.3 Langkah-Langkah Perencanaan 1. Analisa Situasi

Langkah ini bertujuan untuk mengumpulkan data atau fakta. Pada

langkah ini, para anggota kelompok perencana perlu memanfaatkan

seefektif mungkin ilmu epidemiologi, antropologi, demografi, ilmu

ekonomi dan statistik sederhana.

2. Mengidentifikasi masalah dan penetapan prioritas masalah.

Terbatasnya sumberdaya dan kemampuan organisasi, serta

kompleksnya permasalahan yang dihadapi, mengharuskan para

manajer untuk menetapkan prioritas masalah yang perlu

dipecahkan.

3. Merumuskan tujuan program dan besarnya target yang ingin dicapai.

Perumusan tujuan ini akan dapat dilakukan apabila rumusan masalah

pada langkah sudah dilakukan dengan baik.

4. Mengkaji kemungkinan adanya hambatan dan kendala dalam

pelaksanaan program. Kajian terhadap hambatan ditujukan yang

bersumber di dalam organisasi dan yang bersumber dari lingkungan

masyarakat dan sektor lain.

5. Menyusun rencana kerja operasional.

2.2.1.4 Unsur- Unsur Perencanaan

Unsur- unsur penting di dalam menyusun sebuah perencanaan adalah

1. Sumber Daya Manusia (Man)

(15)

3. Sarana dan Prasarana

4. Metode

2.2.2 Pengorganisasian 2.2.2.1 Pengertian

Melalui fungsi pengorganisasian, seluruh sumber daya yang dimiliki oleh

organisasi (manusia dan yang bukan manusia) dapat dipadukan dan diatur untuk

dapat digunakan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan organisasi yang telah

ditetapkan. Agar dapat melaksanakan fungsi pengorganisasian dengan baik

seorang manajer perlu memahami berbagai prinsip pengorganisasian (Muninjaya,

2011).

2.2.2.2 Batasan Pengorganisasian

Pengorganisasian adalah suatu langkah untuk menetapkan,

menggolong-golongkan dan mengatur berbagai macam kegiatan, penetapan tugas-tugas dan

wewenang seseorang, dn pendelegasian wewenanag dalam rangka mencapai

tujuan.

Berdasarkan penjelasan tersebut, organisasi dapat dipandang sebagai

wadah kerjasama sekelompok orang (organisasi sifatnya statis) dan sebagai suatu

proses kerjasama dan bagaimana tata cara staf mencapai tujuan (organisasi

sifatnya dinamis). Organisasi juga dapat dipandang sebagai alat pimpinan untuk

mencapai tujuan organisasi. (Muninjaya, 2011).

2.2.2.3 Manfaat Pengorganisasian

(16)

2. Hubungan organisatoris antar orang-orang di dalam organisasi tersebut

melalui kegiatan yang dilakukannya.

3. Pendelegasian wewenang

4. Pemanfaatan staf dan fasilitas fisik.

2.2.2.4 Langkah-langkah pengorganisasian

Ada enam langkah atau aspek penting dalam fungsi pengorganisasian

1. Tujuan organisasi harus dipahami oleh staf. Tugas ini sudah tertuang

dalam fungsi perencanaan.

2. Membagi habis pekerjaan dalam bentuk kegiatan-kegiatan pokok untuk

mencapai tujuan. Dari sini akan ada pembagian tugas (departementasi,

bidang-bidang, seksi-seksi dsb).

3. Menggolongkan kegiatan-kegiatan pokok ke dalam satuan-satuan kegiatan

yang praktis (elemen kegiatan). Pembagian tugas staf harus mencerminkan

apa yang harus dikerjakan oleh staf.

4. Menetapkan berbagai kewajiban yang harus dilaksanakan oleh staf dan

menyediakan fasilitas yang diperlukan. Pengaturan ruang kerja adalah

salah satu contohnya.

5. Penugasan personil yang cakap (memilih staf yang dipandang mampu

melaksanakan tugas).

6. Mendelegasikan wewenang.

2.2.4.5 Unsur- Unsur Pengorganisasian

Menurut Hardjito (2007) keberhasilan organisasi mencapai tujuannya

(17)

1. Struktur

2. Tujuan

3. Manusia

4. Hukum

5. Prosedur pengoperasian yang berlaku (Standard Operating Procedure)

6. Teknologi

7. Lingkungan

8. Kompleksitas

9. Spesialisasi

10. Kewenangan

11. Pembagian tugas.

2.2.3 Penggerak dan Pelaksanaan (Aktuasi) 2.2.3.1 Pengertian

Fungsi manajemen ini merupakan fungsi penggerak semua kegiatan yang

telah dituangkan dalam fungsi pengorganisasian untuk mencapai tujuan

organisasi yang telah dirumuskan pada fungsi perencanaan. Oleh karena itu fungsi

manajemen ini lebih menekankan tentang bagaimana manajer mengarahkan dan

menggerakkan semua sumber daya (manusia dan yang bukan) untuk mencapai

tujuan yang telah disepakati . Dalam menggerakkan dan mengarahkan sumber

daya manusia dalam suatu organisasi, peranan pimpinan, motivasi staf, kerjasama

dan komunikasi antar staf merupakan hal-hal pokok yang perlu diperhatikan oleh

(18)

2.2.3.2 Tujuan Fungsi Aktuasi

Adapun tujuan fungsi aktuasi yaitu:

1. Menciptakan kerjasama yang lebih efisien.

2. Mengembangkan kemampuan dan keterampilan staf.

3. Menumbuhkan rasa memiliki dan menyukai pekerjaan.

4. Mengusahakan suasana lingkungan kerja yang dapat meningkatkan

motivasi dan prestasi kerja staf.

5. Membuat organisasi berkembang dan dinamis.

Aktuasi lebih memusatkan perhatian pada pengelolaan sumber daya

manusia, atas dasar itu fungsi actuating sangat erat hubungannya dengan

ilmu-ilmu tentang perilaku manusia. Seorang manajer yang ingin lebih berhasil

menggerakkan karyawan nya bekerja lebih produktif, perlu memahami ilmu

psikologi, ilmu komunikasi, kepemimpinan dan sosiologi

2.2.3.3 Faktor-Faktor Penghambat Fungsi Aktuasi

Kegagalan manajer menumbuhkn motivasi stafnya merupakan hambatan

utama fungsi aktuasi. Hal ini dapat terjadi karena manajer kurang memahami

hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seorang manajer yang berhasil

akan menggunakan pengetahuannya tentang perilaku manusia untuk

menggerakkan stafnya agar bekerja secara optimal dan lebih produktif.

Salah seorang pelopor yang memperkenalkan teori tentang perilaku

manusia ialah Maslow. Teorinya membahas tentang jenjang (tingkatan)

(19)

1. Kebutuhan untuk keseimbangan faali (physical needs)

2. Kebutuhan untuk rasa aman dan tentram (security needs)

3. Kebutuhan untuk diterima oleh lingkungan sosialnya (social needs)

4. Kebutuhan untuk diakui (self esteem needs)

5. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan diri (actualisation needs)

2.2.3.4 Unsur- Unsur Pelaksanaan

Menurut Syukur (1987) faktor-faktor yang dapat menunjang program

pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1. Komunikasi, merupakan suatu program yang dapat dilaksanakan dengan

baik apabila jelas bagi para pelaksana. Hal ini menyangkut proses

penyampaian informasi, kejelasan informasi dan konsistensi informasi

yang disampaikan;

2. Resouces (sumber daya), dalam hal ini meliputi empat komponen yaitu

terpenuhinya jumlah staf dan kualitas mutu, informasi yang diperlukan

guna pengambilan keputusan atau kewenangan yang cukup guna

melaksanakan tugas sebagai tanggung jawab dan fasilitas yang

dibutuhkan.

3. Disposisi, sikap dan komitmen dari pada pelaksanaan terhadap program

khususnya dari mereka yang menjadi implementasi program khususnya

dari mereka yang menjadi implementer program;

4. Struktur Birokrasi, yaitu SOP (Standar Operasional Prosedur), yang

(20)

dalam mencapai hasil yang memuaskan, karena penyelesaian khusus tanpa

pola yang baku.

2.2.4 Pengawasan dan Pengendalian (WASDAL) 2.2.4.1 Pengertian

Fungsi pengawasan dan pengendalian (controlling) merupakan fungsi

yang terakhir dari proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan yang erat

dengan ketiga fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan.

Melalui fungsi pengawasan dan pengendalian, standard keberhasilan (target,

prosdur kerja dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah dicapai atau

yang mampu dikerjakan ( Muninjaya, 2011).

Tugas seorang manajer dalam usahanya menjalankan dan

mengembangkan fungsi pengawasan manajerial perlu memperhatikan beberapa

prinsip sebagai berikut :

1. Pengawasan yang dilakukan harus dimengerti oleh staf dan hasilnya

mudah diukur. Misalnya, menepati jam kerja, tugas-tugas yang diberikan

selalu dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

2. Fungsi pengawasan merupakan kegiatan yang amat penting dalam upaya

mencapai tujuan organisasi. Tanpa pengawasan, atau pengawasan yang

lemah, berbagai penyalahgunaan wewenang akan terjadi.

3. Standar unjuk kerja yang kan diawasi perlu dijelaskan kepada semua staf.

Bila hal ini dapat dilaksanakan, staf akan dapat lebih meningkatkan rasa

tanggung jawab dan komitmennya terhadap kegiatan program sehingga

(21)

2.2.4.2 Manfaat Pengawasan

Apabila fungsi pengawasan dan pengendalian dapat dilaksanakan secara

tepat, organisasi akan memperoleh manfaat sebagai berikut :

1. Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah dilaksanakan

sesuai dengan standar atau rencana kerja dengan menggunakan sumber

daya yang telah ditetapkan. Dalam hal ini, fungsi pengawasan dan

pengendalian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi program.

2. Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan pengertian

staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

3. Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah mencukupi

kebutuhan dam telah digunakan secar benar.

4. Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

5. Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk

promosi dan latihan lanjutan.

2.2.4.3 Proses Pengawasan

Ada tiga langkah penting untuk melakukan pengawasan manajerial

1. Mengukur hasil/ prestasi yang telah dicapai.

2. Membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau standar yang

telah ditetapkan sebelumnya.

3. Memperbaiki penyimpangan yang dijumpai berdasarkan faktor-faktor

(22)

Pelaksanaan pengawasan dan pengendalian dapat dikembangkan oleh

pimpinan sebelum kegiatan program dilaksanakan (titik perhatian pada

perencanaan sumber daya input) sehingga fungsi pengawasan lebih banyak

bersifat pencegahan (deteksi dini untuk mencegah terjadinya penyimpangan).

Pengawasan juga dapat dilakukan pada saat kegiatan berlangsung (proces). Fungsi

pengawasan disini lebih banyak bersifat formatif (evaluative formation) untuk

mengurangi kesalahan staf dan lebih mengembangkan motivasi kerja mereka.

(Muninjaya, 2011).

2.2.4.4 Unsur–Unsur Pengawasan

Menurut Budiyono, 2004 mengemukakan bahwa pengawasan yang efektif itu

haruslah memenuhi persyaratan sebagai berikut:

1. Ketepatan.

2. Sesuai waktu.

3. Objektif dan komprehensif.

4. Fokus pada pengawasan titik strategis.

5. Realistis secara ekonomis.

6. Realistis secara organisatoris.

7. Terkoordinasi dengan aliran kerja organisasi.

8. Luwes.

9. Preskriptif dan operasional.

(23)

2.3 Pelatihan Kader

Pelatihan merupakan suatu proses belajar mengajar terhadap pengetahuan

dan keterampilan tertentu serta sikap agar peserta semakin terampil dan mampu

melaksanakan tanggung jawabnya dengan semakin baik, sesuai dengan standar.

Pelatihan adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar, berguna

untuk memperoleh dan meningkatkan keterampilan di luar sistem pendidikan

yang berlaku, dalam waktu relatif singkat dan metodenya mengutamakan praktek

daripada teori.

Pelatihan adalah proses pembelajaran yang lebih menekankan pada

praktek daripada teori yang dilakukan seseorang atau kelompok dengan

menggunakan pelatihan orang dewasa dan bertujuan meningkatkan kemampuan

dalam satu ataubeberapa jenis keterampilan tertentu. Sedangkan pembelajaran

merupakan suatu proses interaksi antara peserta dengan lingkungannya yang

mengarah pada pencapaian tujuan pendidikan dan pelatihan yang telah ditentukan

terlebih dahulu.

3.3.1 Tujuan Pelatihan

Tujuan pelatihan kesehatan secara umum adalah mengubah perilaku

individu, masyarakat di bidang kesehatan. Tujuan ini adalah menjadikan

kesehatan sebagai suatu yang bernilai di masyarakat, menolong individu agar

mampu secara mandiri atau kelompok mengadakan kegiatan untuk mencapai

hidup sehat. Prinsip dari pelatihan kesehatan bukanlah hanya pelajaran di kelas,

(24)

Pelatihan memiliki tujuan penting untuk meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan sebagai kriteria keberhasilan program kesehatan secara keseluruhan.

1. Tujuan umum pelatihan kader

Posyandu adalah meningkatkan kemampuan kader posyandu dalam

mengelola dan menyampaikan pelayanan kepada masyarakat.

2. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

• Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader sebagai pengelola

posyandu berdasarkan kebutuhan sasaran di wilayah pelayanannya.

• Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dalam berkomunikasi

dengan masyarakat.

• Meningkatkan pengetahuan, keterampilan kader untuk menggunakan

metode media diskusi yang lebih partisipatif.

Menyatakan bahwa tujuan pelatihan merupakan upaya peningkatan

sumberdaya manusia termasuk sumberdaya manusia tenaga kesehatan, kader

posyandu, agarpengetahuan dan keterampilannya meningkat. Kader posyandu

perlu mendapatkan pelatihan karena jumlahnya tersebar di berbagai daerah di

Indonesia. Pelatihan bagi kader dapat berupa ceramah, tanya jawab, curah

pendapat, simulasi dan praktek (Depkes, 2007).

2.3.2 Metode Pelatihan

Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pelatihan

adalah pemilihan metode pelatihan yang tepat. Pemilihan metode belajar dapat

diidentifikasikan melalui besarnya kelompok peserta. Membagi metode

(25)

Pemilihan metode pelatihan tergantung pada tujuan, kemampuan pelatih/pengajar,

besar kelompok sasaran, kapan/waktu pengajaran berlangsung dan fasilitas yang

tersedia.

Jenis-jenis metode yang digunakan dalam pelatihanantara lain : ceramah,

tanya jawab, diskusi kelompok, kelompok studi kecil, bermain peran, studi kasus,

curah pendapat, demonstrasi, penugasan, permainan, simulasi dan praktek

lapangan. Metode yang digunakan dalam pelatihan petugas kesehatan meliputi

metode ceramah dan tanya-jawab (metode konvensional).

2.3.3 Keterampilan

Keterampilan adalah hasil dari latihan berulang, yang dapat disebut

perubahan yang meningkat atau progresif oleh orang yang mempelajari

keterampilan tadi sebagai hasil dari aktivitas tertentu. Keterampilan dari kata

dasar terampil yang artinya cakap menyelesaikan tugas, mampu dan cekatan

sedangkan keterampilan artinya kecakapan untuk menyelesaikan tugas.

2.4 Ketersediaan Dana Posyandu

Dana pelaksanaan posyandu berasal dari swadaya masyarakat melalui

gotong royong dengan kegiatan himpitan beras dan hasil potensi desa lainnya

serta sumbangan dari donatur yang tidak mengikat yang dihimpin melalui

kegiatan dana sehat (Kemenkes, 2011). Menurut Sulistyorini, dkk (2010),

Ketersediaan dana yang dapat menjadi kendala pelaksanaan Posyandu adalah: 1)

Pelaksanaan kegiatan posyandu tidak didukung dengan anggraan rutin, 2) Dana

(26)

penting dalam pembangunan kesehatan sehingga tidak dijadikan perioritas, baik

dari segi danan maupun pengembangannya. b. Pemerintah Kabupaten/Kota tidak

memiliki dana yang cikup untuk mengembangkan dana dan melestarikan

Posyandu c. Kemampuan ekonomi masyarakat semakin menurun sejak terjadinya

krisis ekonomi tahun 1997, sehingga kemandirian masyarakat dalam

mempertahankan dan melestarikan Posyandu menjadi sangat kurang Dana yang

digunakan puskesmas untuk kegiatan posyandu sangat minim sekali dari

informasi kepala puskesmas sebagaian besar mengatakan bahwa satu-satunya

dana yang ada di puskesmas untuk kegiatan posyandu berasal dari dana PKPS

BBM. Puskesmas tidak mimiliki dana operasional yang berasal dari APBD dan

APBN. Anggaran yang diberikan untuk masalah kesehatan seharusnya memadai

buka hanya untuk mengadakan tenaga kesehatan di Puskesmas tetapi juga untuk

program-program kesehatan.

2.5 Sarana dan prasarana Posyandu

Sarana prasarana merupakan alat yang digunakan untuk menunjang

kegiatan Posyandu. Kendala kendala nya adalah: a) Tempat pelaksanaan

Posyandu kurang representatif (dikantor kelurahan, polindes, atau gedung PKK),

sehingga tidak memungkinkan menyediakan tempat bermain bagi balita, b)

ketepatan jam buka posyandu, c) kebersihan tempat pelaksanaan posyandu, d)

kurang kelengakapan untuk pelaksanaan KIE seperti bukubuku yang berkaitan

dengan gizi dan kesehatan, poster-poster, leaflet, lembar balik, modul, dan

lain-lain, e) kurangnya kelengkapan alat ukur dan timbangan, f) sarana dan peralatan

(27)

2.6 Tingkat Keaktifan Ibu Ke Posyandu.

Amir dkk (2000) mengatakan pada umumnya, praktek/tindakan dimulai

dari adanya bekal pengetahuan, selanjutnya pengetahuan yang dimiliki tersebut

akan membentuk sikap dan pada akhirnya akan terwujud dalam bentuk tindakan.

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya

sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau

sesuatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Fasilitas

dimaksud dapat berupa alat/bahan dan keterjangkauan terhadap biaya/jarak.

Disamping faktor fasilitas juga diperlukan dukungan (support) dari pihak lain,

misalnya suami, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Notoatmojo S (2010),

mengatakan bahwa tingkat keaktifan ibu ke posyandu kemungkinan disebabkan

beberapa hal antara lain ibu tidak sempat/terlalu sibuk dengan pekerjaan. Selain

faktor pekerjaan, kurangnya penyebaran informasi tentang manfaat penimbangan

sehingga ibu kurang/tidak mengerti tentang arti dan manfaat penimbangan,

kurangnya dukungan dari pihak keluarga serta keadaan ekonomi keluarga

(Pratama dan Manurung 2008).

2.7 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan 2.7.1 Definisi Pemanfaatan

Pemanfaatan adalah aktivitas menggunakan proses dan sumber belajar

(Seels and Richey, 1994). Pelayanan kesehatan menurut Undang-Undang No. 36

tahun 2009 adalah suatu upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau

(28)

kesehatan masyarakat. Pelayanan kesehatan menurut Departemen Kesehatan RI

(Depkes RI, 2009) adalah setiap upaya yang diselenggarakan sendiri atau secara

bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan

kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan

perorangan, keluarga, kelompok dan ataupun masyarakat

2.7.2 Perilaku dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan

Menurut Notoatmodjo 2010, perilaku merupakan respons atau reaksi

seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Perilaku manusia terjadi

melalui proses stimulus−organisme−respons dan untuk respons itu sendiri Skiner membaginya menjadi dua jenis yaitu prilaku tertutup dan terbuka.

Teori skiner tersebut menjelaskan perilaku yang ada didalam masyarakat dalam

mengatasi penyakitnya. Masyarakat atau anggota masyarakat yang mendapat

penyakit, dan tidak merasakan sakit (disease but not illness) tentu tidak akan

bertindak apa-apa terhadap penyakit tersebut. Tetapi bila mereka diserang

penyakit dan merasakan sakit, maka baru akan timbul berbagai macam prilaku

dan usaha. Persepsi masyarakat terhadap sehat-sakit tidak sama dengan persepsi

tenaga kesehatan mengenai konsep sehat-sakit itu sendiri, dan persepsi sehat-sakit

masyarakat erat hubungannya dengan prilaku pencarian pengobatan.

(Notoatmodjo, 2010). Menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2010) ada

beberapa model-model dari alasan penggunaan atau determinan-determinan

(29)

1. Model Demografi (Kependudukan)

Menurut model ini penggunaan pelayanan kesehatan sangat bergantung

pada usia, jenis kelamin, status perkawinan, besarnya keluarga dan

sebagainya. Derajat kesehatan, derajat kesakitan dan pemanfaatan

kesehatan sangat tergantung pada variabel demografis.

2. Model Struktur Sosial (Social Structural Model)

Model ini mengungkapkan bahwa faktor pendidikan, pekerjaan,

kebangsaan, gaya hidup serta kedudukan sosial individu dalam

masyarakat memberikan pengaruh terhadap pola pemanfaatan

pelayanan kesehatan. Penggunaan pelayanan kesehatan dipandang sebagai

satu gaya hidup .

3. Model Sosial Psikologis (Psychological Models)

Model ini memakai tipe variabel ukuran dari sikap dan keyakinan individu

menyangkut sosial psikologis dari individu itu sendiri yang terdiri dari: (a)

Kerentanan terhadap penyakit, (b) Pemahaman secara keseluruhan tentang

penyakit (c) Keuntungan yang diharapkan dari pengambilan tindakan

dalam menghadapi penyakit dan, (d) kesiapan tindakan individu.

4. Model sumber keluarga (family resources models)

Dalam model ini variable pendapatan keluarga, cakupan asuransi

keluarga dan pihak yang membiayai pelayanan kesehatan keluarga.

Model sumber keluarga menekankan pada kesanggupan untuk

(30)

Model ini memfokuskan perhatian pada penyediaan pelayanan

kesehatan dan sumber-sumber dalam masyarakat. Model sumber daya

masyarakat memindahkan pelayanan pada tingkat individu atau

keluarga pada tingkat masyarakat.

6. Model Organisasi (organization model)

Dalam Model ini variable yang dipakai adalah pencerminan perbedaan

bentuk-bentuk system pelayanan kesehatan. Variabel yang digunakan

meliputi; (a) Gaya (style) praktek pengobatan (sendiri, rekanan atau

kelompok), (b) Sifat (nature) dari pelayanan (membayar langsung atau

tidak), (c) Letak pelayanan (tempat pribadi, rumah sakit, klinik), (d)

Petugas kesehatan yang pertama kali kontak dengan pasien (dokter,

perawat, dsb).

7. Model system kesehatan

Keenam kategori model penggunaan pelayanan fasilitas kesehatan

tidakbegitu terpisah, artinya model system kesehatan mengintegrasikan

keenam model terdahulu. Oleh sebab itu faktor demografi, ciri-ciri struktur

sosial, sikap dan keyakinan individu atau keluarga, sumber-sumber dalam

masyarakat dan organisasi pelayanan kesehatan digunakan secara

bersama dengan faktor yang berhubungan dengan kebijakan dan struktur

(31)

2.8 Landasan Teori

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan

teori pendekatan mutu pelayanan Donabedian (2005) yang menjelaskan bahwa

ada 3 penilaian mutu pelayanan kesehatan, yaitu :

a.Input

Aspek input meliputi segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat

melaksanakan kegiatan berupa sumber daya manusia, dana dan sarana. Input

fokus pada sistem yang dipersiapkan dalam organisasi termasuk komitmen,

prosedur serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan

diberikan.

b.Process

Merupakan kegiatan yang dilaksanakan secara profesional oleh tenaga

kesehatan (dokter, perawat, dan tenaga profesi lainnnya) dan interaksinya dengan

pasien, meliputi metode atau tata cara pelayanan kesehatan dan pelaksanaan

fungsi manajemen

c.Output

Aspek output adalah mutu pelayanan yang diberikan melalui tindakan dokter,

pearawat yang dapat dirasakan oleh pasien dan memberikan perubahan kearah

tingkat kesehatan dan kepuasan yang diharapkan pasien.

2.9 Kerangka Pemikiran

(32)

Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten Asahan. Kerangka pikir ini dibuat

berdasarkan teori pendekatan penilaian mutu Donabedian (2005)

Berikut kerangka pikir yang dibuat peneliti untuk mempermudah cara berfikir

dan pemaparan hasil penelitian ini:

\

2.1 Kerangka Pikir Faktor- Faktor Yang Memengaruhi Rendahnya Posyandu yang Aktif

2.10 Hipotesis

Dari gambar kerangka konsep diatas, maka hipotesis penelitian ini terdapat

pengaruh input, proses dan output terhadap rendahnya posyandu yang aktif di

wilayah kerja puskesmas Gambir Baru Kecamatan Kisaran Timur Kabupaten

Asahan.

INPUT

- Ketersediaan Sarana dan Prasarana.

- Ketersediaan Sumber Daya Manusia

PROSES

- Metode / Tata Cara Pelayanan

- Pelaksanaan Fungsi Menajemen

OUTPUT

- Keaktifan Posyandu

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Berdasarkan hasil implementasi algoritma AHP dan k-means pada recommendation system, dengan menerapkan algoritma AHP dan K-Means pada data produk komputer personal,

Tahap ini dilakukan penyatuan unit antena serta. perakitan

Skripsi yang berjudul “STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MEREKRUT ANGGOTA (Studi Deskriptif Kualitatif tentang Strategi Komunikasi KOMPAS-USU dalam Merekrut

Dari gejala G02, sistem akan memberikan pertanyaan gejala (P201) yang harus dijawab oleh user, jika user menjawab [Ya] maka solusi (S201) untuk memecahkan masalah

adalah dengan menggunakan antena yang berfungsi sebagai.. pengirim dan penerima gelombang elektromagnetik

Meskipun cukup banyak isu-isu kurang baik yang didengar oleh mahasiswa baru yang dapat menghambat organisasi ini untuk merekrut anggota, akan tetapi itu juga tidak menjadi

Solo Km 8 Yogyakarta dengan tema Hidup Rukun Saat Bermain Bersama Teman – teman di Lingkunganku pada hari Kamis 4 September 2014, dan Bank Indonesia, Pasar Beringharjo