• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Intrinsik dan Nilai-Nilai Moral Terhadap Cerita Rakyat Karo Deleng Pertektekken

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Intrinsik dan Nilai-Nilai Moral Terhadap Cerita Rakyat Karo Deleng Pertektekken"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN I

DAFTAR INFORMAN Informan 1

1. Nama informan : Rokin Sembiring Pandia

2. Umur : 66 tahun

1. Nama informan :Jakaria Purba 2. Umur : 41 tahun 3. Pekerjaan : Bertani 4. Pendidikan terakhir : SMA

5. Alamat : Desa Doulu

6. Agama : Kristen Protestan

(2)

LAMPIRAN II

DAFTAR PERTANYAAN

1. Apakah Anda pernah mendengar cerita rakyat Deleng Pertektekken? 2. Jika pernah, dari siapa dan pada saat apa cerita rakyat terrsebut didapat? 3. Untuk apa cerita rakyat tersebut diceritakan?

4. Apa masyarakat mempercayai cerita rakyat tersebut?

5. Apakah cerita rakyat tersebut ditandai dengan terjadinya sesuatu?

(3)

LAMPIRAN III

Transkrip Teks Hasil Rekaman

Cerita rakyat Deleng Pertektekken dalam Bahasa Karo

Jaman siadi, I bas Kuta Doulu, lit sada guru si mbisa, gelarna Guru Penawar Remai. Ia mgasup nambari berbagai macam pinakit, khususnya pinakit cacar ibas waktu ah lenga lit tambarna. Labo e saja, Guru Panawar e beritana ngasup pegeluh kalak si enggo mate. Perban mbisana Guru Penawar e la nambari i Kuta Doulu saja, tapi laws ka ia ku kuta si ndeban nambari ras tadingkenna dua anak diberuna gelarna Tandang Kumerlang ras Tandang Suasa.

Nggo ia ndekah nambar-nambari bas kuta si ndauh, ibas sada wari, reh nge sada dilaki Tanah Karo nari mbritaken sakit keras kap dua anak diberuna ndai. Kepeken la mediate Guru Penawar e. Nggo piga-piga bulan, reh ka dilaki Tanah Karo nari, ngatakenca bahwa dua anak diberu Guru Penawar e nggo mate. Kepeken seri saja, e pe labo ia mediate, perban pemetehna si mbisa, nina bage:

“Ula mbiar adi lit denga tulanna asa suri, maka banci denga ku pegeluh ulihi.”

Maka si mbaba berita ndai mulihken alu pusuh si mberjut ras nembeh.

(4)

idah anak kuta e. Maka Guru Penawar ndai erban upacara raleng tendi. Reh la Nini Kertah Ernala, iberekenna waktu sekali nari gelah banci ngerana man anakna, alu syarat.

“Kembangken uwis dagangen adi ate dnu jumpa ras anak ndu. Inget ula kuit ndu uwis dagangen e, sabab adi kuit ndu mbena kap ia.”

Maka idalenken Guru Penawar ndai kai si perintahken Nini Kertah Ernala, maka nen na dua anak diberuna, imulaina ngerana-ngerana. Kepeken pengerana dua anaknya erbahanca ia erkadiola.

“Ergan nge akapndu emas perak asangken kesah bapa. Ergan nge akapndu kebayaken asangken anakndu bapa. Enggo me bapa, je nge ingan kami.”

Mbegiken kai nina anakna ndai, ceda kel ukur Guru Penawar, perban tedehkel atena nandangi anakna ndai, idakepina atena uwis dagangen ndai, erbahanca dua tendi anakna ndai mbene.

“Kai gunna pemeteh ras kebayakenku enda adi anakku pe la nai bo banci ku

pegeluh, madin me keu ambeken pemetehku e.” Nina Guru Penawar Remai.

Alu pusuh si getem, ersura-sura Guru Penawar Remai ngambeken kinigurunna, alu itektekna batang ketang maka ersumpah nge ia i teruh deleng Sibayak.

(5)

Terjemahan cerita rakyat Deleng Pertektekken dalam Bahasa Indonesia

Dahulu kala, ada seorang dukun sakti, bernama Guru Penawar Remai di Desa Doulu. Dia mampu mengobati berbagai penyakit termasuk penyakit cacar yang pada saat itu belum ada obatnya. Bukan hanya itu, Guru Penawar ini kabarnya mampu menghidupkan lagi orang yang sudah meninggal dunia. Karena kesaktiannya, Guru Penawar ini tidak hanya mengobati di kampungnya saja, tetapi ia juga pergi mengobati orang yang sedang sakit ke luar desa dan meninggalkan dua putrinya bernama Tandang Kumerlang dan Tandang Suasa.

Pada suatu hari, setelah sekian lama Guru Penawar Remai pergi mengobati orang-orang yang sakit di luar desa, maka datang seseorang laki-laki dari Tanah Karo memberitahukan kepada Guru Penawar bahwa dua anaknya dalam keadaan sakit keras. Namun Guru Penawar kurang peduli. Hingga sudah beberapa bulan. laki-laki dari Tanah Karo itu datang lagi dan membawa berita dukacita, memberitahukan bahwa dua putri Guru Penawar telah meninggal dunia, tetapi tetap saja guru tersebut kurang peduli dan karena merasa bahwa dia memiliki ilmu yang begitu hebat, maka dia berkata.

“Tak usah sangsi, asalkan masih ada tulangnya sebesar sisir, dia masih dapat ku hidupkan lagi.”

Akhirnya si pembawa beritapun pulanglah dengan hati yang kecewa dan kesal.

(6)

letak kuburan kedua putrinya, dan mulai mencari, namun tulang-tulang dua putrinya itu sudah tidak ada lagi. Sehingga para masyarakat atau tetangga sekitar ikut mencari, tetap saja tulang-benulang kedua putrinya tidak ditemukan. Sampai akhirnya Guru Penawar hebat itu melakukan upacara memanggil roh. Maka, muncullah Nini Kertah Ernala, ia memberi kesempatan kepada Guru Penawar untuk berbicara dengan dua putrinya, namun dengan syarat.

“Bila ingin bertemu dengan kedua putrimu, bentangkan kain putih. Ingat, jangan menjamah kain itu karena bayangan tersebut akan lenyap.”

Guru Penawar Remai melakukan apa yang disuruh oleh Nini Kertah Ernala, ia melihat kedua putrinya, dan memulai percakapan dengan putrinya. Namun percakapan terakhir yang dikatakan oleh dua putrinya begitu membuat hati Guru Penawar Remai menyesal.

“Lebih mahal kam rasa emas perak daripada nyawa bapak. Lebih berharga lagi

kam rasa harta daripada anakmu bapak. Sudahlah Bapak, mungkin memang di sinilah tempat kami.”

Mendengarkan perkataan itu, tersentaklah hati Guru Penawar dan karena rindu yang begitu mendalam, Guru Penawar itu memeluk dua anaknya sehingga disentuhlah kain putih itu dan bayangan kedua putri Guru Penawar Remai itu tiba-tiba menghilang.

(7)

Lalu dengan hati yang begitu sedih berniatlah Guru Penawar Remai membuang segala ilmu yang dimilikinya, dengan cara mematahkan batang rotan dan bersumpah di bawah kaki Gunung Sibayak.

(8)

LAMPIRAN IV

FOTO-FOTO

Gambar 1. Memasuki kawasan Desa Doulu

(9)

Gambar 4. Masyarakat Pendukung Cerita

(10)
(11)

Gambar

Gambar 1. Memasuki kawasan Desa Doulu
Gambar 4. Masyarakat Pendukung Cerita
Gambar 6. Deleng Pertektekken

Referensi

Dokumen terkait

Banyak definisi mengenai folklor yang disampaikan oleh para ahli salah satunya adalah yang disampaikan oleh James Danandjaja (1984:2) yang menyatakan bahwa