JURNAL PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DERMATITIS PADA NARAPIDANA DI RUTAN
KELAS I MAKASSAR
Oleh :
Mithia Rahimah1, Kartini2, Muzakkir3
1Mahasiswa S1 Ilmu Keperawatan STIKES Nani Hasanuddin
Makassar
2Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
3Dosen tetap Program Studi S1 Keperawatan STIKES Nani
Hasanuddin Makassar
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2013
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DERMATITIS PADA NARAPIDANA DI RUTAN
KELAS I MAKASSAR
Mithia Rahimah1, Kartini2, Muzakkir3 ABSTRAK
Mithia Rahimha “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Dermatitis Pada Narapidana Di Rutan Kelas I Makassar” (Dibimbing Oleh : Kartini dan Muzakkir)
Dermatitis kontak adalah respon dari kulit dalam bentuk peradangan yang dapat bersifat akut maupun kronik, karena paparan dari bahan iritan eksternal yang mengenai kulit. Kulit merupakan pembungkus yang elastik, yang melindungi tubuh dari pengaruh lingkungan, dan bersambungan dengan selaput lendir yang melapisi rongga-rongga dan lubang-lubang masuk kulit. Lingkungan adalah kesatuan ruangan dengan semua benda,daya, keadaan dan mahluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perkehidupan dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Gaya hidup adalah pola tingkah laku sehari-hari segolongan manusia di dalam masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian penyakit dermatitis pada narapidana di Rutan Kelas I Makassar. Jenis Penelitian ini adalah Survey Analitik menggunakan rancangan Cross Sectional Study dengan desain uji Chi Square Test dengan nilai kemaknaan α 0.05. Jumlah sampel sebanyak 50 orang sampel yang didapatkan dengan menggunakan teknik Total Sampling. Hasil penelitian menunjukkan hubungan kebersihan kulit (p value = 0.004), lingkungan (p
value = 0.001), dan pengetahuan (p value = 0.215) dengan kejadian dermatitis kontak. Kesimpulan penelitian ini adalah ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dan lingkungan dengan kejadian penyakit dermatitis pada narapidana di Rutan Kelas I Makassar. Tidak ada hubungan antara pengetahuan dengan kejadian penyakit dermatitis pada narapidana di Rutan Kelas I Makassar.
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan berkelanjutan merupakan bagian dari pembangunan nasional secara menyeluruh. Bangsa Indonesia tertantang untuk menciptakan Indonesia Sehat di tahun 2014 dengan tujuan utamanya adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat yang optimal, melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduk hidup dengan perilaku yang sehat, memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan merata serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah Republik Indonesia (Hendra, 2012).
Salah satu upaya untuk dapat mewujudkan derajat kesehatan yang optimal tersebut adalah dengan menyelenggarakan upaya kesehatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan kesehatan. Dengan demikian diharapkan dapat memberdayakan individu, keluarga, dan masyarakat untuk memelihara, meningkatkan, dan melindungi kesehatannya sendiri serta lingkungannya. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dimulai dari diri kita sendiri untuk memelihara dan menjaga kesehatan dengan mencegah terjadinya resiko penyakit dan melindungi diri dari berbagai ancaman penyakit, salah satunya adalah penyakit dermatitis.
Penyakit infeksi dermatitis atau biasa di sebut dengan eksim adalah jenis penyakit yang diakibatkan oleh gejala alergi. Kulit akan mengalami bintik-bintik kemerahan disertai rasa gatal.
Angka kejadian alergi di berbagai dunia dilaporkan meningkat drastis dalam beberapa tahun terakhir. World Health Organization (WHO) memperkirakan di dunia diperkirakan terdapat 50 juta manusia menderita asma. Tragisnya lebih dari 180.000 orang meninggal setiap tahunnya karena astma. BBC melaporkan penderita alergi di Eropa ada kecenderungan meningkat pesat. Angka kejadian alergi meningkat tajam dalam 20 tahun terakhir. Setiap saat 30% orang berkembang menjadi alergi. Anak usia sekolah lebih 40% mempunyai 1 gejala alergi, 20% mempunyai astma, 6 juta orang mempunyai dermatitis (alergi kulit). Penderita Hay Fever lebih dari 9 juta orang. (Who, 2009, di akses tanggal 27 Maret 2013).
Data mengenai penderita dermatitis atopik di Indonesia belum diketahui secara pasti. Berdasarkan data di Unit Rawat Jalan Penyakit Kulit Anak RSUD Dr. Soetomo didapatkan jumlah pasien dermatitis atopik mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jumlah pasien dermatitis atopik baru yang berkunjung pada tahun 2006 sebanyak 116 pasien (8,14%) dan pada tahun 2007 sebanyak 148 pasien (11,05%), sedangkan tahun 2008 sebanyak 230 pasien (17,65%). (Zulkarnain, 2009, di akses tanggal 27 Maret 2013).
Berdasarkan peninjauan awal peneliti mendapatkan informasi dari pihak RUTAN di temukan Narapidana kelas I Makassar yang menderita penyakit dermatitis berjumlah 50 orang.
Data gambaran 10 (sepuluh) penyakit terbanyak di Rutan Kelas I Makassar yaitu, Dermatitis menempati urutan pertama dengan presentase 30%, kemudian C.Cold denyan persentase 28%, ISPA dengan persentase 23%, Insomnia dengan persentase 22%, kemudian Gastritis dengan persentase 12%, Diare dengan persentase 11%, vertigo dengan persentase 7%, OA dengan persentase 4%, Abses/Bisul dengan persentase 3%, dan Asmatitis dengan persentase 3%.
Kepadatan jumlah tahanan di RUTAN didukung dengan kondisi sel yang tidak layak, seperti cahaya atau penerangan yang minim, udara yang lembab dan dingin. Kondisi tersebut sangat mendukung berkembangnya virus atau kuman penyakit. Penyakit yang sering timbul dalam sel ini adalah typus, ISPA dan penyakit kulit.
Faktor- faktor yang dapat memicu terjadinya penyakit dermatitis adalah baik itu faktor dari luar (eksogen) misalnya: bahan kimia (contoh: detergen, asam, basah, oli, semen), fisik (contoh: air, suhu), mikroorganisme (contoh: bakteri, jamur), maupun faktor dari dalam (endogen), misalnya dermatitis atopic.
Keparahan dari kelainan kulit akibat dermatitis tergantung dari daya imunitas penderita. Bisa jadi keparahan dari reaksi satu orang berbaada dengan orang lainnya meskipun penyebabnya sama. Tetapi apabila seseorang yang menderita penyakit dermatitis yang sudah parah maka pada kulitnya yang terserang akan terjadi kelepuhan dan sangat berbahaya bagi kulit.
Keadaan sanitasi lingkungan dan kesehatan Narapidana selain ditentukan oleh individunya sendiri juga oleh sarana fasilitas yang tersedia. Dalam hal ini linkungan Lembaga Permasyarakatan sebagai bagian dari lingkungan masyarakat yang perlumendapat perhatian. Sanitasi lingkungan dalam Lembaga Permasyarakatan tentu saja erat kaitannya dengan kebutuhan peningkatan kesehatan bagi Narapidana karena Narapidana juga adalah bagian dari warga Negara Indonesia maka dengan demikian mereka juga mempunyai hak dalam jaminan kesehatan bagi kelanjutan serta perbaikan kesehatannya.
Kondisi LAPAS yang overkapasitas dengan sarana, prasarana, lingkungan dan juga sanitasi yang kurang memadai diduga merupakan factor pendukung yang menyebabkan tingginya angka kesakitan di LAPAS dan RUTAN.
Melihat dari uraian di atas maka calon peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Dermatitis Kontak Pada Narapidana Di Rutan Kelas 1 Makassar”.
BAHAN DAN METODE Lokasi, Populasi dan Sampel
Penelitian ini menggunakan metode survey Analitik dengan menggunakan pendekatan Cross Sectional dengan maksud untuk mengetahui hubungan antara kebersihan kulit, lingkungan dan pengetahuan dengan kejadian penyakit dermatitis. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Tahanan Kelas I Makassar pada tanggal 28 Juni sampai dengan tanggal 8 Juli 2013. Pengambilan data kedua untuk variabel pengetahuan dilaksanakan pada tanggal 25 Juli 2013. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang didapatkan dengan menggunakan teknik Total Sampling.
Sampel tersebut kemudian dipilah berdasarkan karakteristik dan kriteria sampel berdasarkan :
a. Kriteria inklusi:
1) Narapidana yang hadir sewaku melakukan wawancara/pengumpulan informasi.
2) Narapidana yang menderita penyakit Dermatitis. 3) Narapidana yang bersedia menjadi Responden. b. Kriteria eksklusi:
1) Narapidana yang tidak hadir saat melakukan wawancara/ mengumpulkan informasi.
2) Narapidana yang tidak menderita penyakit Dermatitis. 3) Narapidana yang tidak bersedia menjadi Responden
Pengumpulan Data
Pengumpulan data terdiri dari : 1. Data Primer.
Data primer diperoleh dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari beberapa pertanyaan yang telah disediakan oleh peneliti kepada Responden. Pengumpulan data melalui kuesioner di maksudkan untuk mengetahui bagaimana hubungan antara lingkungan, personal hygiene dan alergi makanan dengan kejadian penyakit Dermatitis, sehingga dapat dipertanggung jawabkan.
2. Data Sekunder.
Analisa Data
Pengolahan data dilakukan secara manual (dengan mengisi kuesioner yang di sediakan). Adapun langkah langkah pengolahan data yaitu sebagai berikut.
1. Selecting.
Selecting merupakan pemilihan untuk mengklasifikasikan data menurut kategori.
2. Editing.
Editing di lakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah di isi, meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan konsistensi dari setiap jawaban.
3. Koding.
Koding merupakan tahap selanjutnya yaitu dengan memberi kode pada jawaban responden.
4. Tabulasi Data.
Setelah dilakukan editing dan koding dilanjutkan dengan pengolahan data kedalam suatu table menurut sifat sifat yang di miliki sesuai dengan tujuan penelitian.
Setelah data ditabulasi, selanjutnya dilakukan analisa data yaitu sebagai berikut :
a. Analisa Univariat
Dilakukan untuk mendapatkan gambaran umum dengan cara mendiskripsikan tiap variabel yang digunakan dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi, mean, median dan modus.
b. Analisa Bivariat.
Dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas secara sendiri sendiri dengan variabel terikat dengan menggunakan uji statistik Chi-Square, SPSS.
HASIL PENELITIAN 1. Analisa Univariat
Tabel 5.1
Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
No
. Umur Responden Frekuensi (n) Persentase (%)
1 20 s/d 29 Tahun 8 16
2 30 s/d 39 Tahun 25 50
3 ≥ 40 Tahun 17 34
Total 50 100
Sumber : Data Primer Juli 2013
sedangkan kelompok umur paling sedikit adalah umur 20 s/d 29 Tahun dengan jumlah responden sebanyak 8 orang responden (16%).
Tabel 5.2
Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
No
. Pendidikan Terakhir Frekuensi (n) Persentase (%)
1 SD 15 30
2 SMP 18 36
3 SMA 12 24
4 Tidak Sekolah 5 10
Total 50 100
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.2, maka diketahui bahwa pendidikan responden yang paling banyak adalah SMP dengan jumlah responden sebanyak 18 orang (36%), sedangkan pendidikan responden yang paling sedikit adalah yang tidak sekolah dengan jumlah responden sebanyak 5 orang responden (10%).
Tabel 5.4
Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kulit di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
No
. Kebersihan Kulit Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Bersih 22 44
2 Kurang Bersih 28 56
Total 50 100
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.4, maka diketahui bahwa kebersihan kulit responden yang dalam kategoti bersih sebanyak 22 orang responden (44%) sedangkan yang dalam kategori kurang bersih sebanyak 28 orang responden (56%).
Tabel 5.5
Distribusi Responden Berdasarkan Lingkungan di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
No
. Lingkungan Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Berisiko 41 82
2 Tidak Berisiko 9 18
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.5, makadiketahui bahwa responden yang pada lingkungan ketegori berisiko sebanyak 41 orang responden (82%) sedangkan responden yang pada lingkungan kategori tidak berisiko sebanyak 9 orang responden (18%).
Tabel 5.6
Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
No. Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Cukup 28 36
2 Kurang 22 64
Total 50 100
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.6, maka diketahui bahwa responden yang dalam pada pengetahuan yang cukup sebanyak 28 orang responden (36%), sedangkan responden yang pada pengetahuan yang kurang sebanyak 22 orang responden (64%).
Tabel 5.7
Distribusi Responden Berdasarkan Kejadian Dermatitis Kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
No. Kejadian Dermatitis Kontak Frekuensi (n) Persentase (%)
1 Menderita 36 72
2 Tidak Menderita 14 28
Total 50 100
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.7, maka diketahui bahwa responden yang pada kejadian dermatitis kontak kategori menderita didapatkan sebanyak 36 orang responden (72%), sedangkan yang dalam kategori tidak menderita didapatkan sebanyak 14 orang responden (28%).
2. Analisa Bivariati
a. Hubungan antara kebersihan kulit dengan kejadian dermatitis kontak Tabel 5.8
Hubungan Antara Kebersihan Kulit dengan Kejadian Dermatitis Kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
Kebersihan Kulit Kejadian Dermatitis Total p
Menderita Tdk.
n % n % n %
Berdasarkan tebel 5.8, maka diketahui bahwa dari total 22 orang responden (44%) yang pada kebersihan kulit kategori yang bersih, didapatkan 11 orang responden (22%) menderita dermatitis dan juga 11 orang responden (22%) yang tidak menderita dermatitis. Sedangkan dari total 28 orang responden (56%) yang pada kebersihan kulit kategori kurang bersih, didapatkan 25 orang rsponden (50%) menderita dermatitis dan 3 orang lainnya (6%) tidak menderita dermatitis.
Setelah dilakukan analisis uji statistic menggunakan uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test didapatkan nilai p = 0.004 dimana p < α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar
b. Hubungan antara lingkungan dengan kejadian dermatitis kontak Tabel 5.9
Hubungan Antara Lingkungan dengan Kejadian Dermatitis Kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar Tahun 2013
Lingkungan
c. Hubungan antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak Tabel 5.10
Hubungan Antara Pengetahuan dengan Kejadian Dermatitis Kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar tahun 2013
Pengetahuan
Kejadian Dermatitis
Total
p Menderita MenderitaTdk.
n % n % n %
Cukup 18 36 10 20 28 56
0.215
Kurang 18 36 4 8 22 44
Total 36 72 14 28 50 100
Sumber : Data Primer Juli 2013
Berdasarkan tabel 5.10, maka diketahui bahwa dari total 28 orang responden (36%) yang dalam kategori pengetahuan yang cukup, didapatkan 18 orang responden (36%) menderita dermatitis kontak dan 10 orang lainnya (20%) tidak menderita dermatitis kontak. Sedangkan dari total 22 orang responden (44%) yang dalam kategori pengetahuan yang kurang baik, didapatkan 18 orang (36%) responden menderita dermatitis kontak dan 4 orang lainnya (8%) tidak menderita dermatitis kontak.
Setelah dilakukan analisis uji statistic menggunakan uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test didapatkan nilai p = 0.215 dimana p < α 0.05, maka dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar.
PEMBAHASAN
1. Hubungan antara kebersihan kulit dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar.
Berdasarkan hasil analisa data, maka di ketahui bahwa sebagian besar responden yaitu berjumlah 28 orang (56%) kebersihan kulitnya dalam kategori kurang bersih. Dan sebagian kecil responden yaitu 22 orang (44%) kebersihan kulitnya dalam kategori yang bersih. Setelah dilakukan analisis uji statistic menggunakan uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test
dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar dinyatakan diterima karena p < α 0.05.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berasumsi bahwa semakin baik kebersihan kulit seseorang maka kecenderungan untuk menderita penyakit kulit seperti dermatitis akan semakin kecil. Begitupun dengan sebaliknya.
Hygiene perorangan adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhannnya guna mempertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu hygiene personalnya jika tidak dapat melakukan perawatan diri. Dampak yang muncul pada masalah hygiene perorangan adalah dampak fisik dan dampak psikologis. Salah satu bagian tubuh manusia yang cukup sensitif terhadap berbagai macam penyakit adalah kulit. Karena itu, klien yang dapat menjaga kesehatan kulitnya berarti klien itu juga akan dapat menjaga kesehatannya secara menyeluruh (Indra, C. 2012).
Hasil penelitian ini didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Evita Halim (2012) yang menyatakan bahwa kulit merupakan bagian tubuh kita yang bersentuhan langsung dengan segala hal di luar tubuh, seperti misalnya cuaca, sinar matahari atau yang lainnya. Merawat kulit merupakan hal yang sangat penting. Untuk mencegah terjangkitnya penyakit kulit maka perawatan dan perlindungan kulit sangat penting. Salah satu cara paling efektif adalah dengan senantiasa menjaga kebersihan kulit.
Tera Alvika (2013) mengemukakan bahwa kulit adalah bagian tubuh manusia yang cukup sensisitif terhadap berbagai macam penyakit. Penyakit kulit bisa disebabkan oleh banyak faktor. Di antaranya, faktor lingkungan dan kebiasaan sehari-hari. Kulit yang dalam keadaan sehat dan bersih akan membawa efek yang baik bagi kulit itu sendiri. Pencegahan dermatitis kontak berarti menghindari berkontak dengan bahan yang dapat memicu terjadinya dermatitis kontak. Program perawatan kulit sebaiknya diikutsertakan dalam program pendidikan, memuat informasi tentang kulit sehat dan penyakit kulit yang terkait.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Fatma Lestari, dkk (2008) yang dalam penelitiannya berjudul “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri” yang menyatakan bahwa Dematitis kontak alergik didasari oleh reaksi imunologis berupa reaksi hipersensitivitas tipe lambat (tipe IV) dengan perantara sel limfosit T. Terdapat dua tahap dalam terjadinya dermatitis kontak alergik, yaitu tahap induksi (sensitivitasi) dan tahap elisitasi. Sebanyak empat dari tujuh faktor yang diteliti dengan uji chi-square pada tingkat kepercayaan 95% memiliki hubungan yang bermakna dengan dermatitis kontak. Empat faktor yang memiliki hubungan bermakna dengan dermatitis kontak yaitu jenis pekerjaan dengan p value 0,02 dan odds ratio 3,4 (1,305-8.641), kebersihan kulit dengan p value
0,042 dan odds ratio 2,8 (1,136-7,019), lama bekerja dengan p value 0,014 dan
dengan p value 0,042 dan odds ratio 5,9 (1,176-29,103). Sedangkan tiga faktor lainnya yaitu riwayat alergi, usia dan penggunaan APD tidak menunjukan adanya hubungan yang bermakna.
Hasil penelitian ini juga relevan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Indra Cahaya (2012) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit” yang menyatakan bahwa kebersihan kulit sehari-hari yang baik proporsi yang mengatakan ada keluhan ganguan kulit sebanyak 43 responden (57,3%) dan yang tidak ada keluhan 19 reponden (25,4%) sedangkan pada kebersihan kulit sehari-hari yang tidak baik proporsi yang mengatakan ada keluhan gangguan kulit 9 responden (12%) dan tidak ada keluhan 12 responden (5,3%). Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji chi square pada variabel kebersihan kulit sehari-hari dengan variabel keluhan gangguan kulit didapat nilai p < 0,05, artinya ada hubungan yang bermakna antara kebersihan kulit sehari-hari dengan keluhan gangguan kulit. Kesimpulan penelitian adalah kebersihan kulit sehari-hari yang tinggi ataupun rendah sangat mempengaruhi keluhan gangguan kulit yang terjadi.
Juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Susilawati (2008) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis Pada Pemulung Di Tpa Jatibarang Semarang Tahun 2008” yang menyatakan bahwa Kulit merupakan organ terbesar pada tubuh manusia yang membungkus otot-otot dan organ-organ dalam serta merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf dan kelenjar tak berujung. Semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit yang salah satunya adalah penyakit kulit. Hasil analisi bivariat menunjukkan bahwa kebersihan perorangan (p value = 0.002) yang berarti ada hubungan yang bermakna kebersihan perorang dengan dermatitis.
2. Hubungan antara Lingkungan dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahan Kelas I Makassar
Berdasarkan hasil analisa data, maka di ketahui bahwa sebagian besar responden yaitu berjumlah 41 orang (82%) berada pada lingkungan yang berisiko terhadap terjadinya dermatitis, sedangkan sebagian kecil yaitu berjumlah 9 orang responden (18%) berada pada lingkungan yang tidak berisiko terhadap terjadinya dermatitis kontak. Setelah dilakukan analisis uji statistic menggunakan uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test didapatkan nilai p = 0.001. Maka hipotesa alternative yang disajikan oleh peneliti yang menyatakan bahwa ada hubungan lingkungan dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar dinyatakan diterima karena p < α 0.05.
Ridha Fariady (2009) menyatakan bahwa Lingkungan yang sehat akan memberikan dampak positif bagi kesehatan manusia, dan sebaliknya lingkungan yang tidak sehat akan memberikan dampak negatif terhadap kesehatan manusia. Dampak negatif tersebut di antaranya ialah Sebagai pendukung, yaitu menunjang berjangkitnya suatu penyakit. Faktor lingkungan mempunyai pengaruh yang paling besar terhadap status dan derajat kesehatan, kemudian berturut-turut faktor prilaku, pendidikan dan faktor pelayanan kesehatan dan yang paling kecil adalah faktor keturunan.
Ririn Yudhastuty (2012) menyatakan bahwa Status kesehatan seseorang merupakan refleksi dari hasil akhir interaksi kompleks dengan lingkungan secara keseluruhan. Hal ini tidak terlepas dari asumsi umum yang menyatakan bahwa status kesehatan seseorang sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar tempat mereka tinggal. Lingkungan yang sehat akan merujuk kepada karakteristik dan kondisi lingkungan yang dapat mengganggu kesehatan, terutama aspek gaya hidup, bahan toksik, bahan fisik dan bahan lainnya. Yang perlu diperhatikan dalam menjaga kesehatan lingkungan sekitar adalah Bare Survival terutama pada pengendalian wabah dan pengendalian sanitasi makanan dan minuman, Control of disease and injury meliputi pengendalian penyakit, gizi dan luka, efficient performance meliputi pemeliharaan lingkungan, kenyamanan hipud dan kenyamanan hidup.
Hasil penelitian ini juga didukung oleh pendapat yang dikemukakan oleh Nurul, B (2012) yang menyatakan bahwa ingkungan bersih akan memberikan kenyamanan buat penghuninya tinggal, selain itu lingkungan bersih juga bisa menghindarkan seseorang dari penyaki seperti infeksi kulit, muntahber dan lain sebagainya. Lingkungan bersih ini juga bisa memberikan semangat untuk melakukan aktivitas yang dikerjakan. Lingkungan yang kotor akan membawa dampak kurang baik bagi kesehatan seseorang. Kesehatan tubuh sangat penting bagi kelangsungan rutinitas sehari-hari misalnya bekerja, bermain dan aktivitas-aktivitas lainnya. Jika sampai sakit maka rutinitas sehari-hari akan terganggu. Dalam hal ini akan membahas tentang pengaruh lingkungan terhadap kesehatan. Lingkungan yang kumuh akan memberikan rasa ketidak nyamanan dalam beristirahat, karena beristirahat itu sangat penting bagi tubuh setelah bekerja ataupun melakukan banyak aktifitas.
dermatitis dan tidak beresiko terhadap faktor kebersihan lingkungan sebesar 6 (15,78%). Hasil uji statistic menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakana antara faktor kebersihan lingkungan dengan kejadian dermatitis.
Juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Brahmanti, H (2010) yang dalam peneltiiannya berjudul “Hubungan Antara Sensitisasi Alergen Lingkungan Dengan Derajat Keparahan Dermatitis Atopik Anak Dan Dewasa Muda Di Rsup dr. Sardjito Yogyakarta” yang menyatakan bahwa sensitisasi terhadap alergen lingkungan berhubungan dengan derajat keparahan DA anak dan dewasa muda di RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. Hal ini berdasarkan hasil tes tempel atopi dan tes tusuk, tidak terdapat hubungan antara sensitisasi alergen dengan derajat keparahan DA. Bila ketiga metode digunakan secara kombinasi untuk meningkatkan sensitivitas tes sensitisasi, maka hubungan antara sensitisasi dengan derajat keparahan DA menjadi bermakna pada semua allergen.
3. Hubungan antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar
Berdasarkan hasil analisa data, maka di ketahui bahwa sebagian besar responden yaitu berjumlah 28 orang (56%) pengetahuannya dalam kategori cukup, sedangkan sebagian kecil responden yaitu berjumlah 22 orang (44%) pada pengetahuan kategori yang kurang. Setelah dilakukan analisis uji statistic menggunakan uji Chi Square, maka berdasarkan nilai Fisher’s Exatc Test
didapatkan nilai p = 0.215. Maka hipotesa nol yang disajikan oleh peneliti yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak di Rumah Tahanan Kelas I Makassar dinyatakan diterima karena p < α 0.05.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti berasumsi bahwa tingkat pengetahuan yang cukup baik tidak akan menjamin seseorang terhindar dari penyakit karena pengetahuan hanya sebatas domain pembentuk perilaku. Perilakulah yang kemudian menjadi pencetus seseorang berperilaku sehat ataupun tidak.
Pengetahuan adalah informasi yang telah dikombinasikan dengan pemahaman dan potensi untuk menindaki; yang lantas melekat di benak seseorang. Pada umumnya, pengetahuan memiliki kemampuan prediktif terhadap sesuatu sebagai hasil pengenalan atas suatu pola. Manakala informasi dan data
sekedar berkemampuan untuk menginformasikan atau bahkan menimbulkan kebingungan, maka pengetahuan berkemampuan untuk mengarahkan tindakan. Ini lah yang disebut potensi untuk menindaki (Anonim, 2013).
seseorang dapat mengubah perilaku yang kurang benar sehingga dapat mencapai kesehatan secara maksimal dan terhidar dari berbagai macam penyakit.
Hal senada juga diungkapkan oleh Yuli Kusumawati (2008) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi tentang kesehatan. Dengan pendidikan yang baik diharapkan seseorang dapat menciptakan perilaku yang lebih sehat.
Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erliana (2008) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan Karakteristik Individu dengan Kejadian Dermatitis pada Pekerja Paving Block CV. F. Lhoksumawe” menyatakan bahwa variabel pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian dermatitis. Tidak dapat memberikan jaminan bahwa seseorang yang berpengetahuan baik akan terhindar dari penyakit seperti penyakit kulit akibat kerja.
Juga penelitian yang dilakukan oleh Budiani, R (2009) yang dalam penelitiannya berjudul “Hubungan antara Pengetahuan tentang Dermatitis Pendidikan dan Pekerjaan dengan Kejadian Dermatitis Kontak Alergik di Puskesmas Turi Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta” yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak mempunyai hubungan yang bermakna dan secara statistik juga tidak bermakna. Implementasi dari sebuah pengetahuan adalah perilaku. Pengetahuan yang baik tidak selalu sejalan dengan perilaku yang baik. Hal ini terlihat dari nilai RR = 0.98 dimana p value 0.917.
KESIMPULAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan tujuan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian dermatitis kontak pada narapidana di Rumah Tahanan Kelas I Makassar, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain :
1. Ada hubungan yang signifikan antara kebersihan kulit dengan kejadian dermatitis kontak pada narapidana di Rumah Tahanan Kelas I Makassar.
2. Ada hubungan yang signifikan antara lingkungan dengan kejadian dermatitis kontak pada narapidana di Rumah Tahanan Kelas I Makassar
3. Tidak Aada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan kejadian dermatitis kontak pada narapidana di Rumah Tahanan Kelas I Makassar
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian yang ada, maka peneliti memberikan beberapa saran antara lain :
1. Kepada para panghuni Lapas agar selalu menjaga kebersihan diri, lingkungan dan gaya hidup serta selalu menggali informasi tentang penyakit dermatitis agar kejadian dermatitis dalam Lapas dapat dihindari sedini mungkin.
langsung mendapatkan pengobatan sehingga kejadian dermatitis dapat diminimalisir.
3. Kapada peneliti selanjutnya agar meneliti faktor lain yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya penyakit dermatitis guna perkembangan ilmu pengetahuan yang jauh lebih baik lagi di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Agny, A. 15 Maret 2013. Pengetahuan Kesehatan. (Online) (http://aghnyauliya.blogspot.com/2013/03/pengetahuan-kesehatan.html, di akses pada 15 Juni 2013).
Anonim, 2012, Pengertian Narapidana, (online),
(http://psychologymania.com/2012/10/pengertian-narapidan.html diakses tanggal 21 Maret 2013)
Anonim, 2012, Rumah Tahanan, (online), (http://metro.polri.go.id/rumah-tahan. diakses tanggal 21 Maret 2013)
Anonim, 2010, Pengertian Suhu, (online),
(http://scribd.com/doc/561112765/pengertiansuhu. diakses tanggal 21 Maret 2013)
Anonim, 20 Mei 2013. Pengetahuan. (Online)
(http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan, di akses pada 15 Juni 2013). Anonim, 2009, Penyakit Kulit Di Lembaga, (online),
( http://keperawatankomunitas.blogspot.com/2009/02/penyakit-kulit-di-lembaga.html. di akses tanggal 31 Maret 2013).
Anonim, 2010, Patofisiologi Dermatiis Atopik, (online), (http://scribd.com/doc/114583520/Patofisiologi-Dermatitis-Atopik.
diakses tanggal 04 April 2013).
Anonym, 2012. Kembali Ke Dasar Untuk Pengobatan Dermatitis Seboroik. (Online) (http://id.prmob.net/dermatitis-seboroik/infeksi-kulit/eksim-519917.html, di akses pada 16 Juli 2013).
Bambang P, dkk. 2013. Dasar-Dasar Pengetahuan. (Online)
(http://www.slideshare.net/bambangpurnama/sumber-pengetahuan, di
akses pada 15 Juni 2013).
Bustan MN, 2009. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular. Rineka Cipta : Jakarta
Evita, H. 2012. Penyakit Kulit Akibat Kerja. (Online) (
http://www.psychologymania.com/2012/10/penyakit-kulit-akibat-kerja.html, di akses pada 13 Juli 2013).
Fatma Lestari, dkk. 2008. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dermatitis Kontak Pada Pekerja Di PT Inti Pantja Press Industri. Makalah Kesehatan Vol. II. No. 2. Desember 2008. Departemen Keselamatan dan Kesehatan kerja FKM UI.
Firdaus, 2009. Dermatitis. (Online) (http://eprints.ums.ac.id./1031/1/2008vln2pdf, di akses pada 14 April 2013).
Indra Cahaya, 2012. Hubungan Hygiene Perorangan Dan Pemakaian Alat Pelindung Diri Dengan Keluhan Gangguan Kulit. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatra Utara Departemen Kesehatan Lingkungan.
Isro’in, Lailay. 2012.Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu. Mundiri, 2008. Logika. PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta
M.Mulia, Ricki. 2005.Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu..
Marga Wahana, Ardian. 2012. Serba Lengkap Tentang Alergi. Jakarta: Mizan pustaka. Meliono, Irmayanti, dkk. 2008. MPKT Modul 1. Jakarta: Lembaga Penerbitan FEUI. Michael, 2008. Penyakit Dermatitis Kontak. (Online) (http://www.zonakritis.com, di
akses pada 04 April 2013).
Murthada Mutahhari, 2009. Mengenal Epistemologi : Sebuah Pembuktian Terhadap Rapuhnya Pemikiran Asing dan kokohnya Pemikiran Islam. Penerbit Lentera : Jakarta.
Nurul, B. 2012. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. (Online) (
http://wajahlukrejo.blogspot.com/2012/12/pengaruh-lingkungan-terhadap-kesehatan.html, di akses pada 13 Juli 2013).
Rida Fariady, 2009. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. (Online) ( http://pakjalpidie.blogspot.com/2013/03/pengaruh-lingkungan-terhadap-kesehatan.html, di akses pada 13 Juli 2013).
Ririn, Yudhastuty, DR. drh, MSc. Pengaruh Lingkungan Terhadap Kesehatan. Bahan Ajar Departemen Kesehatan Lingkungan FKM Universitas Airlangga.. Shahibul, A. 24 Februari 2012. Pengertian Pengetahuan. (Online)
(http://shahibul1628.wordpress.com/2012/02/24/pengertian-pengetahuan/, di akses pada 15 Juni 2013).
Susilawati, 2008. Hubungan Kebersihan Perorangan Dan Penggunaan Alat Pelindung Diri Dengan Kejadian Dermatitis Pada Pemulung Di Tpa
Jatibarang Semarang Tahun 2008. (Online)
(http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2319, di akses pada 16 Juli 2013).