Perjumpaan Tradisi Agama dan Sains Modern
Dalam suatu peradaban, pasti, mau tidak mau manusia harus melewati berbagai tahap perubahan, proses perpaduan, dan pembedaan. Kekuatan atau kelemahannya akan dinilai dari kemampuan atau ketidakmampuannya menyesuaikan diri dengan lingkungan yang mengalami perubahan itu, tanpa kehilangan identitas dan parameter aslinya.
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, peradaban adalah kemajuan (kecerdasan, kebudayaan) lahir batin atau hal yang menyangkut sopan santun, budi bahasa, dan kebudayaan suatu bangsa. Nah, perilaku ini sangat bersangkutan erat dengan nilai-nilai agama yang sudah tentu dipercaya kebenarannya.
Kita sebagai manusia yang berada di peradaban abad 20, abad yang menyajikan banyak godaan. “Hendaknya pandai-pandai memilah segala hal yang masuk di pikiran kita supaya perilaku kita terhindar dari pengaruh negatif. Memang, tak ada salahnya mengikuti perkembangan zaman tetapi selalu ingat dan terapkanlah apa yang sudah menjadi tradisi agamamu yang kemudian akan membawamu ke surga, yaitu tradisi untuk mencontoh perilaku Rasulullah sebagai uswatun hasanah serta senang menyebarkan kebermanfaatan ilmu yang telah kau peroleh,” ucap salah seorang oemat.
Sejarah peradaban Islam telah mencatat perkembangan ilmu pengetahuan yang begitu maju pada abad ke 8 hingga 9 Masehi. Kemajuan sains di Baghdad dan Andalusia dicatat berhasil membangkitkan pencerahan kepada bangsa-bangsa Eropa, sehingga muncullah zaman Renaisance, suatu era baru saat mereka membangkitkan kembali peradaban lama menjadi kemajuan baru. Seandainya itu tidak terjadi, akan seperti apa wujud dunia saat ini? Maka dari itu, persoalan sains ini tidak dapat dipisahkan dari nilai tradisi yang terkandung dalam ilmu agama. Berdasarkan hasil pemahaman, bukankah antara kedua hal itu bertujuan menjadikan manusia lebih maju dan bertakwa?
Agama sebagai dasar keimanan, pemahaman, dan tingkah laku moral manusia. Sedangkan sains merupakan penjelasan detail dari ilmu agama itu sendiri. Konsep yang perlu dibangun dan diaplikasikan adalah harmonisasi antara kedua aspek tersebut sehingga dapat terwujud hamba yang insyaaAllah dekat dan dicintai olehNya.
Diharapkan, di tengah hiruk pikuk kemajuan peradaban ini, semoga tidak ada orang yang mengurungkan niat untuk selalu dekat dengan Sang Kuasa. Mengapa demikian? Penting bagi kita untuk menguatkan tradisi agama yaitu melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Contohnya adalah menjaga hijab atau batasan-batasan antara kaum adam dengan kaum hawa;
qaulan ma’rufa atau tutur kata dan tingkah laku yang sopan, halus, indah, benar, penuh penghargaan, menyenangkan, serta sesuai dengan hukum dan logika.