• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelayanan Publik bagi Pencari Keadilan Melalui Program Peradilan Pemulihan Terpadu di Pengadilan Negeri Salatiga T1 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Pelayanan Publik bagi Pencari Keadilan Melalui Program Peradilan Pemulihan Terpadu di Pengadilan Negeri Salatiga T1 BAB III"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

79

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) berdasarkan penetapan Pengadilan

Negeri Nomor 100/Pen.Pid/2015/PN.Slt., dalam perkara ini pencari keadilan

dalam hukum pidana yakni tedakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman memiliki

tujuan untuk pemulihan secara mental agar terdakwa dapat kembali melaksanakan

fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat yang dalam hal ini juga

bertujuan untuk meningkatkan kualitas perilaku dan pengendalian diri. Peradilan

Pemulihan Terpadu (P3T) bagi pencari keadilan dalam hukum pidana sendiri

yakni untuk mengetahui suatu kondisi seseorang demi membantu proses

persidangan serta untuk pemulihan mental.

Walaupun demikian Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) tidak sesuai

dengan substansi yang ada dalam Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh

Mahkamah Agung yakni Surat Keputusan Ketua Mahkamah Agung Nomor 026

tahun 2012 tentang Standart Pelayanan Peradilan dan juga tidak sesuai dengan

prosedur serta tatacara yang ada dalam Surat Keputusan Ketua Pengadilan Negeri

Salatiga No. W 12-U12/152/ HK008/9/2015 tentang Pembentukan Peradilan

Pemulihan Terpadu pada Pengadilan Negeri Salatiga. Implementasi Peradilan

Pemulihan Terpadu (P3T) pada tataran filosofis sudah sesuai dengan teori

keadilan bermartabat, dan teori pemidanaan terkhusus pada teori relative atau teori

(2)

80

Pemulihan Terpadu (P3T) dikhawatirkan akan mengganggu asas – asas , yakni

sebagai berikut :

 asas – asas dalam pelayanan publik yakni kepastian hukum, kesamaan hak,

keprofesionalan, dan ketepatan waktu

 asas praduga tak bersalah (presumption of innocence)

 asas – asas dalam peradilan, yakni asas pemeriksaan berlangsung terbuka

 asas kebebasan hakim yang terkait dengan independensi hakim dan

keaktifan hakim.

 Asas keadilan, dan

 Asas peradilan cepat, sederhana, biaya ringan.

Terkait dengan KUHAP bahwa Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T)

menyalahi dan melanggar ketentuan yang ada dalam KUHAP. Disamping itu juga

Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) juga melanggar asas – asas yang terdapat

dalam KUHAP terkhusus melanggar Pasal 2 dan Pasal 3 KUHAP.

Analisis mengenai Pemulihan Terpadu (P3T) berdasarkan Penetapan

Pengadilan Negeri Nomor 100/Pen.Pid/2015/PN.Slt., yang dikeluarkan oleh

pengadilan bagi pencari keadilan hanyalah berupa gagasan saja. Dimana

berdasarkan penetapan tersebut terdakwa Feri Tri Wahyudi Bin Sudirman selaku

pencari keadilan tidak mendapatkan hak – haknya seperti yang disampaikan

(3)

81

B. Saran

Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) yang diperuntukkan bagi pencari

keadilan memiliki tujuan untuk mengetahui latar belakang, suatu kondisi

seseorang demi membantu proses persidangan. Konseling dalam Peradilan

Pemulihan Terpadu (P3T) dalam tataran ide dan filosofis sudah sesuai dengan

teori, tapi dalam tataran praktis menyalahi dan melanggar aturan dan ketentuan

yang berlaku dalam Peraturan Perundang – undangan yakni KUHAP, SK MA

Republik Indonesia Nomor 026 tahun 2012 tentang Standar Pelayanan Peradilan,

serta asas – asas yang berlaku.

Oleh karenanya menurut penulis Konseling tersebut seharusnya dilakukan

tidak pada saat proses persidangan. Aspek konseling bagi ketercapaian keadilan

dalam Peradilan Pemulihan Terpadu (P3T) sebaiknya dihapus saja, hal ini

dikarenakan Peradilan Pemulihan Terpadu melanggar aturan dan ketentuan yang

ada dalam peraturan perundang – undangan yakni KUHAP terkhusus pada Pasal 2

dan Pasal 3 KUHAP. Dapat dikatakan bahwa selama masih bertentangan dan

melanggar KUHAP dan SK MA nomor 026 tahun 2012 tentang Standar

Pelayanan Peradilan maka tidak tercipta kejelasan mengenai aspek konseling

dalam Peradilan Pemulihan Terapadu (P3T) dalam pelayanan publik sehingga

Referensi

Dokumen terkait

Berbeda dengan pasal 56 KUHAP, dalam pasal 6 Ayat (2) UU Bantuan Hukum, pihak penyelenggara bantuan hukum adalah Menkumham sedangkan pelaksanaan bantuan hukum adalah lembaga

Ayat 3: “Dalam hal isi perjanjian kerja bersama bertentang an dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku sebagaimana dimaksud dalam Ayat (2), maka ketentuan

unit analisis dalam hal ini adalah peran ASEAN Convention Against Trafficking in Persons, peraturan perundang-undangan dan peraturan daerah mengenai tindak pidana

Achmad Ali.. subsumtif ini adalah memasukkan peristiwanya dalam peraturan perundang- undangan. 2) Metode interpretasi formal atau disebut juga interpretasi otentik,

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif normatif, dengan maksud bahan hukum primer yakni peraturan perundang – undangan yang mengatur

Di dalam Peraturan Perundang- undangan yang berlaku di Indonesia tentang tindak pidana Narkotika di golongkan kedalam tindak pidana khusus dengan alasan tidak

Menurut ketentuan dalam peraturan perundang-undangan Pasal 49 ayat (2) Undang-undang Nomor 7 tahun 1989 tentang Peradilan Agama, bahwa Pengdilan Agama hanya

4 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Diversi Dalam SPPA yang berdasarkan dengan hierarki Peraturan Perundang-undangan yang diatur dalam Pasal 7 ayat 1 UU Pembentukan PUU memiliki