Lampiran 1
Hasil Wawancara Dengan Goenawan Mohamad Jumat 31 Maret 2017
1. Pada periode Agustus-Oktober 2016 terdapat 11 judul di Catatan Pinggir majalah Tempo seperti Rivera, Batik, Fobia, Huesca, Tiga Dara, Molek, Angsa, Rakyat, Aura, Bhima dan terkahir Dylan. Dalam teks ini saya mencoba mengkaji bahwa Pak GM berbicara tentang keadilan, toleransi yang juga berhubungan dengan isu agama saat ini, kemudian politik, dan yang terakhir kebebasan.
Mengapa dalam periode tersebut pak GM membahas tema-tema ini?
Jawaban :
Khusus periode ini saya banyak berbicara tentang kebebasan. Sejak masa Soeharto (orde baru), dulu ada yang mengkritik saya bahwa saya lebih memprioritaskan kemerdekaan (dalam hal ini kebebasan) ketimbang keadilan. Jawaban saya; antara kemerdekaan dan keadilan tak ada yang secara permanen nomor satu. Tanpa kemerdekaan, ketidakadilan akan mudah diabaikan, sebaliknya tanpa keadilan, bagaimana mungkin ada kemerdekaan bagi yang dianiaya?
Jawaban:
Ya, masa-masa yang anda sebut ketika saya terus berbicara tentang kebebasan hingga kini mungkin sekali masa ketika kebebasan itu terancam (kondisi politik saat ini). Kini bukan oleh negara lagi terutama, tapi oleh orang-orang yang memandang diri berhak membungkam orang lain. Terutama yang marak saat ini yang mengatasanamakan agama.
3. Dalam tulisan pak GM seperti “Molek, Dylan, Tiga Dara, Batik, Rivera, Huesca, Molek dan Angsa. Bapak berbicara tentang ketimpangan sosial dan kebebasan. Dalam hal ini apakah pak GM melihat adanya kebijakan-kebijakan pemerintah saat ini yang kurang tepat misal, dalam penataan kota dan pembangunan?
Jawaban :
Ya, sudah lama ketimpangan sosial ini membentuk struktur dan gerak masyarakat kita salah satunya dalam hal pembangunan. Namun baru-baru ini Presiden Jokowi menyatakan tekadnya melawan itu. Misal dengan pembebasan lahan masyarakat adat. Itu baik dan patut diapresiasi.
4. Dari sudut pandang seorang Goenawan Mohamad, dari masa menjadi aktifis di zaman orde baru hingga saat ini, apa sebenarnya yang bapak harapkan dan cita-citakan untuk bangsa Indonesia yang masih belum terwujud?
Saya mengharapkan sebuah Indonesia yang terbuka untuk perbaikan setiap kali.
Wawancara Dengan Redaktur Tempo: Agung Sedayu
1. Apakah Catatan Pinggir isi dan seluruh konsep sudah diatur demikian oleh redaksi?
Jawaban: