• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Ideologi Goenawan Mohamad dalam Rubrik Catatan Pinggir Majalah Tempo: Analisis Wacana Kritis “Catatan Pinggir” Majalah Tempo Edisi AgustusOktober 2016 T1 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Representasi Ideologi Goenawan Mohamad dalam Rubrik Catatan Pinggir Majalah Tempo: Analisis Wacana Kritis “Catatan Pinggir” Majalah Tempo Edisi AgustusOktober 2016 T1 BAB II"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.

Media Massa

Media massa merupakan kependekan dari media komunikasi massa, fungsinya adalah sebagai sumber dan penyebar informasi. Cangara, (2007:126) menyebutkan bahwa :

“Media massa berupa alat yang digunakan dalam menyampaikan pesan dari sumber kepada khalayak (penerima) dengan menggunakan alat-alat mekanis seperti surat kabar, majalah, film, radio dan televisi”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka media pada dasarnya berfungsi sebagai media penyalur pesan komunikator ke komunikan (khalayak).

Ada empat fungsi media massa yaitu; penyalur informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Keempat fungsi tersebut pada dasarnya harus berjalan bersamaan dalam melaksanakan peran dan fungsinya. Berdasarkan peran dan fungsi media tersebut, Hamad (2004 : 10) menyebutkan bahwa:

“Pada dasarnya media massa menceritakan peristiwa-peristiwa dan menyusun realitas dari berbagai peristiwa menjadi sebuah cerita atau wacana yang bermakna”.

Dengan begitu, pesan dari suatu peristiwa yang disampaikan oleh media massa, tak lepas dari ideologi aktor atau komunikator yang terlibat di dalamnya. lebih jelasnya, Eriyanto (2001:58) mengatakan:

“Media disini dipandang sebagai instrumen ideologi, melalui mana satu kelompok menyebarkan pengaruh dan dominasinya kepada kelompok lain”.

(2)

7 1.1. Majalah

Majalah adalah bagian dari media cetak. Salah satu karakteristk majalah adalah memiliki fokus utama atau titik berat dalam istilah jurnalistik disebut sebagai the main content (isi utama). Isi majalah berada dalam fokus utama tersebut yang dapat diketahui dari dominasinya atas halaman demi halaman (Pareno, 2005:35).

Selain itu, majalah juga pada umumnya memuat artikel atau yang dikenal dengan “kolom” ataupun opini. Artikel ini ditulis oleh pakar (ahli dalam bidangnya) dan cenderung subyektif karena berupa curahan ide, atau solusi atas suatu fenomena (Pareno, (2005:39).

Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat dikatakan bahwa kolom dalam majalah adalah media bagi seorang komunikator untuk menyampaikan ide, gagasan ataupun solusi yang ditawarkan sesuai dengan pemahaman dan ideologi dari sember tersebut.

2. Konsep Wacana

Roger Fowler (Eriyanto, 2001:2) menjelaskan tentang konsep wacana sebagai berikut:

“Wacana adalah komunikasi lisan atau tulisan yang dilihat dari titik pandang kepercayaan, nilai dan kategori yang masuk di dalamnya; kepercayaan disini mewakili pandangan dunia; sebuah organisasi atau representasi dari pengalaman”.

Berdasarkan pengertian tersebut maka wacana dapat dilihat sebagai aktivitas komunikasi yang terjadi antara komunikator dan komunikan untuk memaparkan ide-ide juga ideologi yang dimiliki seseorang atau kelompok melalui praktik bahasa.

(3)

8 Tulisan-tulisan GM dalam Catatan Pinggir majalah Tempo bukanlah semata teks belaka yang berbentuk sastra namun, memiliki makna dan juga maksud yang perlu dibongkar maksud dan tujuannya. Selain itu Darma (2013:17) mengemukakan ada tiga pandangan analisis wacana yaitu;

“Pertama kaum positivisme-empiris yang mengatakan bahwa wacana merupakan tata aturan kalimat, bahasa dan pengertian bersama kebenaran wacana diukur dengan sintaksis dan semantik. Kedua adalah pandangan konstruktivisme, mengatakan bahwa analisis wacana adalah suatu analisis untuk membongkar maksud-maksud dan makna-makan tertentu, yaitu membongkar maksud-maksud sang subyek yang mengemukakan suatu pertanyaan atau pernyataan.

Ketiga adalah analisis wacana kritis yang menekankan pada konstelasi kekuatan yang terjadi pada proses produksi dan reproduksi makna. Dalam hal ini bahasa dipahami sebagai representasi yang berperan dalam membentuk subyek tertentu”.

Berdasarkan ketiga konsep wacana di atas, maka dalam hal ini analisis wacana kritis diperlukan untuk melihat bentuk politik kebahasaan yang terdapat dalam teks-teks GM di rubrik catatan pinggir Tempo.

3. Wacana Kritis

Goenawan Mohamad (GM), sebagai penulis aktif dalam rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo yang berperan besar dalam mengarahkan opini publik lewat praktik kebahasaan dalam esai-esainya. Untuk melihat praktek kebahasaan ini maka analisis wacana pandangan kritis diperlukan.

Bahasa dianalisis bukan dengan menggambarkan semata dari aspek kebahasaan atau teks, tetapi juga menghubungkan dengan konteks atau kognisi penulis (Eriyanto, 2001:7).

(4)

9 Pinggir Tempo, tetapi juga memiliki latar belakang sebagai pendiri media ini, aktivis dalam gerakan revolusi orde baru dan praktik sosialnya dapat diamati lewat esai-esainya di rubrik Catatan Pinggir dengan merepresentasikan ideologinya ataupun mewakili ideologi kelompok dalam hal ini Majalah Tempo.

Untuk menganalisis representasi ideologi GM dan wacana yang berkembang dalam rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016, maka wacana kritis marupakan pendekatan yang dinilai mampu menganalisa pemikiran GM dan media Tempo. Wacana kritis memiliki beberapa karakteristik antara lain tindakan, konteks, histori, kekuasaan dan ideologi.

3.1 Karakteristik Wacana Kritis

Eriyanto dalam bukunya analisis wacana (2001:7-14) memaparkan lebih jauh tentang karakteristik analisis wacana kritis yaitu sebagai berikut:

a. Tindakan

Pertama, wacana dipandang sebagai sesuatu yang bertujuan, apakah untuk mempengaruhi, mendebat, membujuk, menyangga, beraksi, dan sebagainya. Seseorang berbicara atau menulis mempunyai maksud tertentu, baik besar maupun kecil (Eriyanto, 2001:8).

b. Konteks

Ada beberapa konteks yang penting karena berpengaruh terhadap produksi wacana. Pertama, partisipan wacana, latar siapa yang memproduksi wacana. Jenis kelamin, umur, pendidikan, kelas sosial, etnis, agama, dsb. Kedua, setting sosial tertentu, seperti tempat, waktu, posisi pembicara dan pendengar atau lingkungan fisik (termasuk dalam analisis kognis dan konteks sosial penulis) Eriyanto, (2001: 10).

Faktor-faktor inilah yang menjadi petimbangan sebuah analisis wacana kritis dalam mengkaji pemikiran atau ideologi sebuah subyek. Untuk menganalisis ideologi GM dan wacana yang berkembang dalam rubrik majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016, faktor-faktor dalam konteks perlu diperhatikan untuk menghasilkan sebuah analisis yang akurat.

(5)

10 c. Histori

Pemahaman mengenai wacana teks ini hanya akan diperoleh kalau kita memberikan konteks historis dimana teks itu diciptakan (hal ini menyangkut analisis kognisi sosial penulis). Bagaimana situasi politik, suasana pada saat itu (Eriyanto, 2001: 11).

Untuk mengetahui wacana yang berkembang dalam rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo perlu dilakukan analisis histori seperti isu-isu atau peristiwa apa yang tengah berlangsung dan bagaimana penulis mengemasnya atau memahami peristiwa tersebut.

d. Kekusaaan

Untuk melihat bentuk kekuasaan dalam sebuah wacana teks, Eriyanto (2001 :11) mengatakan bahwa :

“Setiap wacana yang muncul dalam bentuk teks, percakapan, atau apa pun, tidak dipandang sebagai sesuatu yang alamiah, wajar, dan netral tetapi merupakan bentuk pertarungan kekuasaan”.

Sebagai penulis aktif, GM dan hubungannya dengan majalah Tempo memiliki kekuasaan yang tak terbantahkan dalam mengontrol, membentuk opini khalayak. Dalam hal ini ditekankan bahwa setiap wacana yang diperbincangkan dalam rubrik Catatan Pinggir memiliki kuasa dan dominasi politik.

e. Ideologi

Salah satu bentuk karakteristik analisis wacana kritis adalah adanya unsur ideologi. Ideologi merupakan sebuah pandangan atau paham berpikir seseorang. Untuk memahami arti ideologi lebih jauh, Martin Seliger (Thompson, 2007: 131) merumuskan bahwa :

(6)

11 Thompson membedakan istilah ideologi dalam dua cara, pertama; ideologi digunakan oleh beberapa penulis sebagai sebuah istilah yang murni deskriptif yaitu sebagai „sistem berpikir‟, „sistem kepercayaan‟, „praktik-praktik simbolik yang berhubungan dengan tindakan sosial dan politik. Hal ini disebut sebagai konsepsi netral (lebih dikenal dengan istilah praktik sosial). Kedua adalah ideologi dilihat sebagai proses pembenaran hubungan kekuasaan dan dominasi. Dikenal dengan konsepsi kritis ideologi (Thompson, 2007: 17).

Namun dalam pembahasan ini ideologi dilihat dari keduanya yaitu sebagai konsepsi netral dan juga adanya kekuasaan dan dominasi penulis dalam setiap teks di rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo yang sekaligus mempresentasikan ideologi media dan penulis.

Lebih jauh Thompson (2007: 278) mengatakan bahwa:

“Ideologi dalam hal ini mengarah pada kekuasaan dan dominasi. Dimana “makna” dibangun untuk melakukan representasi diri. Ideologi juga merupakan satu fenomena positif yang mengekspresikan kebutuhan beberapa kelompok untuk membangun image tentang dirinya, untuk mengisi kesenjangan dan aktualitasnya”.

Berdasarkan pengertian di atas maka, ideologi dalam konteks wacana kritis mengarah pada kekuasaan dan dominasi.

(7)

12 3.2 Representasi

Representasi dalam hal ini dimaksudkan sebagai praktik sosial yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang untuk membentuk citra diri. lebih jauh Eriyanto (2001: 113-14) mengatakan bahwa :

“Istilah representasi menunjuk bagaimana seseorang, satu kelompok, dengan gagasan atau pendapat tertentu ditampilkan dalam pemberitaan. Persoalan utama dalam representasi adalah bagaimana realitas atau objek tersebut ditampilkan”.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa media berperan dalam membentuk citra diri seseorang atau kelompok tertentu dalam konteks pemberitaannya. Selanjutnya Eriyanto (2001:113) menyebutkan bahwa :

Representasi juga mengacu pada dua hal yaitu pertama ; apakah seseorang, kelompok, atau gagasan tersebut ditampilkan sebagaimana mestinya. Kedua; bagaiamana representasi tersebut ditampilkan”.

Representasi adalah peristiwa kebahasaa dan melalui bahasa representasi diri ditampilakan. Dalam hal ini teks adalah bagian dari bentuk kebahasaan.

(8)

13 4. Penelitian Terdahulu

Hasil Penelitian :

Hasil penelitian menunjukkan ada empat jenis diksi yang terdapat dalam rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo edisi Juni-Agustus 2014, yaitu: (1) kata konotatif, (2) kata khusus, (3) kata ilmiah, dan (4) kata populer

2) Nama Peneliti : IVAN AULIA AHSAN

Judul penelitian :

Pergulatan Si Malin Kundang;

Pemikiran Goenawan Mohamad tentang Kebebasan, Kekuasaan, dan Demokrasi dalam catatan pinggir majalah Tempo (1977-1994) catatan pinggir majalah Tempo; suatu tinjauan semantik

Tujuan Penelitian :

Untuk mengetahui penggunaan bahasa yang bervariatif terutama dalam hal diksi dan gaya bahasa, serta makna, pesan dan kritik-kritik yang terdapat dalam rubrik

Catatan Pinggir majalah Tempo.

(9)

14 Tujuan Penelitian :

Penelitian ini bertujuan untuk menelaah dan memahami sejarah pemikiran politik seorang esais bernama Goenawan Mohamad dalam menyikapi rezim Orba yang dinilai represif dan otoriter.

Metode Penelitian :

Menggunakan metode sejarah.

Hasil Penelitian :

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemikirannya dalam ketiga bidang itu dipengaruhi oleh kondisi rezim Orde Baru yang represif, dan memperlihatkan bahwa Goenawan adalah salah satu tokoh yang konsisten dalam menentang rezim otoriter Orde Baru.

3) Nama Peneliti : INAYATUL ASMAIYAH

Judul penelitian :

(10)

15 Tujuan Penelitian :

Pertama; untuk mendapatkan arsip, dokumen, atau surat kabar/ majalah Tempo sejaman.

Kedua; Untuk mendapatkan data sejarah yang harus diverivikasi dengan sumber yang sesuai untuk menemukan fakta sejarah.

Ketiga: interpretasi untuk menganalisa sumber yang saling berkaitan sesuai tema penelitian.

Metode Penelitian :

Menggunakan metode sejarah

Hasil Penelitian :

Catatan pinggir diklarifikasikan menjadi lima tema besar. Yakni ideologi, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Peristiwa yang diangkat mengenai peristiwa aktual dan peristiwa tidak aktual, karena semua disesuaikan dengan menarik atau tidaknya suatu peristiwa. Catatan Pinggir telah menjadi ikon majalah Tempo. Rubrik khusus ini memiliki beberapa keistimewaan dan ciri khas yang menjadikannya sebagai suatu karya jurnalisme yang unik dan menarik. Keunikan catatan pinggir meliputi bahasa, gaya penyajian, tema yang diangkat dan lain sebagaianya. Catastan Pinggir berfungsi sebagai media yang tidak hanya memberikan informasi, pengetahuan, tetapi juga sebagai hiburan.

Dari ketiga penelitian terdahulu yang mengkaji tentang Goenawan Mohamad, memperlihatkan bahwa para peneliti tersebut memfokuskan kajian dan teori pada bidang ilmunya masing-masing. Peneliti pertama Nur Holis, Kusnadi, Agus

Sariono mengkaji GM dari segi bahasa yang digunakan, ini berkaitan dengan

(11)

16 Sedangkan peneliti kedua Ivan Aulia Ahsan dan peneliti ketiga Inayatul Asmaiyah mengkaji GM dari segi sejarah baik itu sejarah pemikiran tokoh (GM) sejarah arsip dan dokumen-dokumen terkait majalah Tempo. Hal ini berkaitan dengan bidang ilmu yang didalami oleh peneliti yaitu pendidikan Sejarah.

Sementara itu penelitian ini yang berjudul “REPRESENTASI IDEOLOGI GOENAWAN MOHAMAD DALAM RUBRIK CATATAN PINGGIR MAJALAH TEMPO” (Analisis Wacana “catatan Pinggir” majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016) adalah penelitian yang belum pernah dilakukan dan berbeda dari penelitian sebelumnya.

(12)

17 5. Kerangka Pikir

Kerangka pikir dalam penelitian ini dimulai dari teks-teks di rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo edisi Agustus-Oktober 2016. Kemudian hubungannya dengan Goenawan Mohamad sebagai penulis.

Untuk mengetahui ideologi GM dan wacana yang berkembang di rubrik Catatan Pinggir majalah Tempo, maka analisis metode kualitatif pendekatan wacana kritis model Teun A. van Dijk dipakai untuk mengkaji dan mengungkap

Teks-teks di rubrik Catatan Pinggir Majalah Tempo Edisi Agustus-Oktober 2016

Goenawan Mohamad Penulis di Catatan Pinggir majalah Tempo

edisi Agustus-Oktober 2016

Analisis Wacana kritis Teun. A. Van Dijk

1. Kualitatif

2. Menggambarkan, menganalisa, dan menginterprestasikan

3. Dimensi Teks, Kognisi sosial, konteks sosial

Representasi ideologi GM dan Wacana yang

berkembang dalam Rubrik Catatan Pinggir

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai pendidikan yang terkandung dalam humor pada wacana rubrik hiburan majalah sekolah berdasarkan interpretasi siswa meliputi nilai

Objek penelitian ini adalah wacana fenomena Kelas Konsumen Baru dalam tulisan feature pada majalah mingguan Tempo edisi 20-26 Februari 2012.. Tujuan penelitian

Di Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 16 januari 2011 mengilustrasikan sebuah karikatur yang menggambarkan ketua PSSI Nurdin Halid memakai baju yang biasa dikenakan oleh

Dengan konten pemberitaannya yang lugas dan berani hal ini telah melekat sebagai ciri khas media ini, serta memiliki pengaruh besar dalam mengarahkan opini publik. Terbukti

Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan bentuk dan jenis metafora yang digunakan pada rubrik Opini dalam majalah Tempo, (2) mendeskripsikan kemiripan antara

Penelitian ini berjudul Jurnalisme Investigasi Majalah Tempo( Analisis Wacana Jurnalisme Investigasi Edisi Teka Teki Wiji Thukul ) adapun tujuan dari penelitian

Di Rubrik Gaya Hidup Majalah Tempo Edisi 16 januari 2011 mengilustrasikan sebuah karikatur yang menggambarkan ketua PSSI Nurdin Halid memakai baju yang biasa dikenakan oleh

Dengan analisis wacana Kritis, peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana Majalah Online TEMPO dalam mengonstruksi wacana korupsi dalam pemberitaan kasus Setya Novanto Analisis Wacana