• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS STRATEGI DIRECTED READING TH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EFEKTIVITAS STRATEGI DIRECTED READING TH"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS STRATEGI DIRECTED READING THINKING ACTIVITY (DRTA) DALAM PEMBELAJARAN MEMBACA PEMAHAMAN

KARYA SASTRA DAN BERPIKIR KRITIS SISWA SEKOLAH DASAR Panji Maulana dan MT Hartono Ikhsan

STKIP Sebelas April Sumedang panji_akatsuki@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pendapat ahli dan hasil penelitian yang menyatakan bahwa masih rendahnya kemampuan membaca pemahaman dan berpikir kritis siswa sekolah dasar di Indonesia. Dalam upaya mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan membaca pemahaman dan berpikir kritis tersebut, peneliti menggunakan strategi DRTA yang memiliki prinsip dasar melibatkan keaktifan siswa mulai dari melatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, menunda penghakiman, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis (1) pola rancangan pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi DRTA; (2) proses pembelajaran membaca pemahaman dengan strategi DRTA; (3) keefektifan pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi DRTA terhadap membaca pemahaman karya sastra siswa sekolah dasar; dan (4) keefektifan pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi DRTA terhadap meningkatnya kemampuan berpikir kritis siswa sekolah dasar.

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain Nonequivalent Control Group Design. Dalam desain ini dua kelompok diberi prates untuk mengetahui keadaan awal adakah perbedaan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah adanya perlakuan pada setiap kelompok, dilakukan pascates untuk mengetahui peningkatan yang diperoleh oleh masing-masing kelompok. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tes pemahaman membaca bacaan, tes berpikir kritis, lembar observasi, dan lembar tanggapan guru. Analisis data dilakukan dengan uji-t.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran membaca dengan strategi DRTA efektif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karya sastra dan berpikir kritis siswa sekolah dasar. Hal ini terlihat dari uji-t yang menunjukan bahwa kemampuan membaca pemahaman karya sastra dan berpikir kritis siswa di kelas eksperimen mengalami peningkatan lebih tinggi daripada kelas kontrol. Berdasarkan hasil penelitian ini, pembelajaran membaca dengan strategi DRTA dapat menjadi strategi pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan terutama membaca pemahaman karya sastra dan berpikir kritis siswa. Oleh karena itu, strategi ini dapat direkomendasikan untuk diterapkan dalam pembelajaran membaca di sekolah dasar. Selanjutnya, strategi ini juga dapat direkomendasikan untuk diterapkan pada semua mata pelajaran di sekolah dasar.

Kata kunci: Kata kunci: Strategi Directed Reading Thinking Activity (DRTA), Membaca Pemahaman Karya Sastra, Berfikir Kritis

1. PENDAHULUAN

(2)

Sekolah Dasar. Membaca akan memberikan informasi-informasi penting yang dapat menjadi sarana untuk memperoleh kehidupan yang lebih baik dimasa yang akan datang. Jadi, tidaklah berlebihan jika pengajaran membaca perlu mendapatkan posisi yang sangat penting karena dengan membaca kita dapat mengakses informasi-informasi yang berguna, menambah wawasan, dan pengetahuan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup di masa-masa mendatang.

Dewasa ini, siswa dihadapkan pada kesulitan untuk memahami suatu bacaan secara efektif dan rendahnya minat baca pada anak Sekolah Dasar di Indonesia, sehingga berimbas pada rendahnya mutu atau sumber daya masyarakat. Rendahnya minat baca juga berimbas pada rendahnya kualitas pendidikan kita, sehingga berimbas pada kualitas sumber daya manusianya sendiri. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil data tes dari PIRLS (Progress in International Reading Literacy Study) yang merupakan studi internasional dalam bidang membaca pada anak-anak di seluruh dunia yang disponsori oleh The International Association for the Evaluation Achievement (IAEA), menghasilkan bahwa Indonesia berada pada urutan keempat dari bawah yang diikuti oleh 45 negara pada tahun 2006 (IEA, 1992; Asia’s Weeks, 1997 dalam Iskandarwassid dan Dadang Sunendar: 2008: 245-245).

Berdasarkan hasil riset tersebut, Badan Pusat Statistik pada tahun 2006 juga mempublikasikan data yang menginformasikan bahwa masyarakat Indonesia belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Masyarakat lebih memilih menonton televisi (85,9%) dan mendengarkan radio (40,3%) ketimbang membaca (23,5%). Artinya, membaca untuk mendapatkan informasi baru dilakukan oleh 23,5% dari total penduduk Indonesia. Masyarakat lebih suka mendapatkan informasi dari televisi dan radio ketimbang membaca. Dengan data ini terbukti bahwa membaca belum menjadi kebutuhan bagi masuarakat.

Hasil penelitian-penelitian yang telah disebutkan diatas sangat memprihatinkan dan merupakan tantangan bagi para pendidik untuk memperbaiki keadaan tersebut. Salah satu yang menjadi sorotan tentang fenomena rendahnya kualitas membaca pemahaman ini yaitu guru. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran guru memegang peranan penting dalam membimbing, mengembangkan serta meningkatkan keterampilan siswa dalam membaca. Banyak anak yang disuruh oleh guru untuk lebih rajin dan giat untuk membaca, tetapi gurunya sendiri masih enggan untuk menjadikan kagiatan membaca sebagai sebuah kebutuhan.

Seorang pakar psikologi kognitif, Robert J. Sternberg (dalam Cottel, 1995:187), menyatakan bahwa untuk dapat mengolah kemampuan berpikir secara kritis maka perlu dilakukan sejumlah langkah, diantaranya adalah memperluas landasan pengetahuan. Perluasan landasan pengetahuan ini dapat dicapai melalui aktivitas membaca sebagaimana pendapat Arief Ahmad (2007) yang menyatakan bahwa individu dapat memperluas wawasan, meningkatkan pengetahuan dan memperkaya pengalaman melalui aktivitas membaca.

Relevansi antara aktivitas membaca siswa dengan pemikiran kritisnya terlihat dari adanya fenomena baik pada siswa maupun masyarakat luas yang menunjukkan bahwa siswa atau orang yang kritis umumnya adalah individu yang gemar dan aktif membaca. Aktivitas membaca memberikan pengetahuan sebagai landasan pemikiran kritis karena informasi yang ditransfer melalui membaca dapat meningkatkan kualitas isi dan bobot pemikiran individu. Keluasan perspektif atau cara pandang yang membentuk kerangka pemikiran pun bisa dikembangkan melalui membaca. Membaca merupakan aktivitas konstruktif untuk merangsang perkembangan potensi individu termasuk pembangunan sikap dan pikiran individu (Suprapto 2008) sehingga membentuk individu yang kritis baik sikap maupun pemikirannya.

(3)

tujuan yang telah ditetapkan. Pengupayaan pencapaian tujuan akhir digunakan sebagai acuan di dalam menata kekuatan serta menutup kelemahan yang kemudian diterjemahkan menjadi program kegiatan yang merupakan makna strategi dari Joni dalam (Rahim, 2007: 36). Membaca bukanlah sebuah kegiatan yang pasif yang hanya sekedar memahami lambang-lambang tertulis, melainkan pula memahami, menerima, menolak, membandingkan dan meyakini pendapat-pendapat yang ada dalam bacaan, membaca pemahaman inilah yang dibina dan dikembangkan secara bertahap di sekolah.

Salah satu metode pembelajaran yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan strategi DRTA (Directed Reading Thinking Activity). Metode ini merupakan suatu rencana membaca yang terdiri dari mensurvei isi, membuat pertanyaan, membaca isi, menceritakan isi bacaan dan meninjau kembali bacaan (Tarigan, 1994: 35). Stauffer dalam Sabarti, Maidar, dan Sakura (1999) menciptakan kegiatan (DRTA) yang digunakan untuk kemampuan membaca pemahaman. Program ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa anak-anak dapat berpikir, bertindak dengan sadar, menyelidik, menggunakan pengalaman dan pengetahuannya, menilai fakta dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta, dan menghakimi atau membuat keputusan. Selain itu mereka terlibat secara emosional, memiliki berbagai minat, mampu belajar, dapat membuat generalisasi, dan mampu memahami sesuatu.

2. METODE DRTA, MEMBACA PEMAHAMAN KARYA SATRA, DAN BERPIKIR KRITIS

a. Metode DRTA (Directed Reading Thinking Activity)

Strategi Membaca dan Berpikir Secara Langsung atau DRTA (Direct Reading Thinking Activities) adalah untuk melatih siswa untuk berkonsentrasi dan berpikir keras guna memahami isi bacaan secara serius. Stauffer dalam Rahim (2007:47) menciptakan kegiatan “Directed Reading Thinking Activity” (DRTA) yang digunakan untuk kemampuan berpikir kritis. Program ini dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa anak-anak dapat: berpikir, bertindak dengan sadar, menyelidik, menggunakan pengalaman dan pengetahuannya, menilai fakta dan menarik kesimpulan berdasarkan fakta-fakta, dan menghakimi atau membuat keputusan. Selain itu mereka terlibat secara emosional, memiliki berbagai minat, mampu belajar, dapat membuat generalisasi, dan mampu memahami sesuatu.

Adapun langkah-langkah kegiatannya antara lain:

 Guru meminta siswa membaca judul teks bacaan. Apabila mungkin, siswa diminta memperhatikan gambar, dan subjudul secara cepat. Setelah itu guru bertanya kepada siswa sebagai pembangkit prediksi dan penciptaan konsentrasi saat membaca. Pertanyaan tersebut misalnya “Apa kira-kira isi paragraf selanjutnya? Mengapa kalian membuat pemikiran demikian?”

 Guru meminta siswa untuk membaca dalam hati, satu atau dua paragraf bacaan dengan berkonsentrasi untuk menemukan kebenaran atau kesalahan peramalan yang dilakukan semula.

 Bagian lanjut bacaan yang belum dibaca atau ditanyakan ditutup dulu dengan kertas. Setelah membaca dalam hati guru mengajukan pertanyaan, “Apa kira-kira isi paragraf berikutnya?” “Mengapa kalian memperkirakan demikian?”

(4)

Kegiatan DRTA menekankan kegiatan berpikir pada waktu membaca. Anak-anak dilatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, menunda penghakiman, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Kegiatan ini dilaksanakan dalam pengajaran kelompok dan individual. Kegiatan DRTA dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah. Bahan yang digunakan dapat berupa cerita fiktif atau tulisan nonfiktif. Secara lebih rinci tujuan-tujuannyan mencakup:

 Pengembangan pemahaman. Kegiatan latihan keterampilan dasar yang mencakup diskusi, membaca lebih lanjut, dan menulis.

 Pengembangan tujuan membaca. Tujuan membaca setiap individu dan kelompok ditentukan oleh pengalaman, kecerdasan, pengetahuan bahasa, minat, serta kebutuhan siswa.

 Penyesuaian antara kecepatan membaca dengan tujuan yang ingin dicapai dengan taraf kesulitan bahan. Penyesuaian ini menghasilkan berbagai jenis membaca.

 Pengamatan bacaan. Pengamatan ini mencakup kegiatan memperhatikan kesanggupan untuk menyesuaikan kecepatan membaca dengan tujuan dan kesulitan bacaan, konsep, dan keperluan untuk membaca ulang.

Strategi DRTA menuntut siswa terlibat aktif dengan pembelajaran. Hal itu dikarenakan strategi DRTA melibatkan siswa dengan bacaan secara intensif. Sebelum membaca, siswa membuat prediksi-prediksi dari petunjuk judul dan gambar, setelah itu mencocokkan prediksi tersebut dengan teks. Barulah setelah itu, siswa membaca teks utuh, lalu mengerjakan tes yang berkaitan dengan bacaan.

b. Membaca Pemahaman

M.E. Suhendar (2001: 16) berpendapat bahwa “Membaca pemahaman adalah membaca bahan bacaan dengan menangkap pokok-pokok pikiran yang lebih tajam dan dalam, sehingga terasa ada kepuasan tersendiri setelah bahan bacaan itu dibaca sampai selesai”.

Sedangkan Henry Guntur Tarigan berpendapat bahwa, “Membaca pemahaman ialah sejenis membaca yang bertujuan untuk memahami standar-standar atau norma-norma kesastraan, resensi kritis, drama tulis, dan pola-pola fiksi”. Membaca pemahaman atau istilahnya Reading Comprehension atau ‘mengerti dan memahami’ sangat penting karena jika seseorang belajar mendengarkan atau membaca dan dia tidak mengerti atau tidak memahami apa yang didengar dan dibaca dan tidak melakukan tindakan atau usaha yang tepat untuk emperoleh pemahaman maka dari sudut pandang bahasa orang ini dapat dikatakan tidak sedang belajar. Muara akhir belajar adalah pemahaman, jika tidak paham dan tidak melakukan usaha untuk memperoleh pemahaman maka dapat dikatakan kegiatan belajar yang dilakukan sia-sia atau paling tidak dapat dikatakan tidak banyak manfaat yang dapat dipetik dari usaha belajar tersebut.

Untuk keterampilan pemahaman, hal yang paling tepat digunakan adalah membaca dalam hati, yang dapat dibagi dalam:

a) Membaca ekstensif, yang berarti membaca secara luas. Membaca ekstensif mencakup: - Membaca Survei

Yaitu membaca dengan meneliti terlebih dahulu apa yang akan kita telaah dengan jalan melihat judul yang terdapat dalam buku-buku yang ada hubungannya, kemudian memeriksa atau meneliti bagan skema yang bersangkutan.

- Membaca Sekilas

Yaitu membaca yang membuat kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis untuk mencari arti, mendapatkan informasi/penerangan.

- Membaca Dangkal

(5)

b) Membaca Intensif, yang berarti studi seksama telaah, teliti dan penanganan terperinci yang dilaksanakan di dalam kelas terhadap suatu tugas yang pendek kira-kira dua sampai empat halaman setiap hari.

Membaca Intensif mencakup:

1. Membaca telaah isi yang mencakup:

- Membaca teliti yaitu membaca yang menuntut suatu pemutaran atau pembalikan pendidikan yang menyeluruh.

- Membaca kritis yaitu membaca yang dilakukan secara bijaksana, penuh tenggang hati, mendalam, evaluatif, serta analitis dan bukan hanya mencari kesalahan.

- Membaca ide yaitu membaca yang ingin mencari, memperoleh serta memanfaatkan ide-ide yang terdapat pada bacaan.

- Membaca pemahaman yaitu membaca yang penekanannya diarahkan pada keterampilan memahami dan menguasai isi bacaan.

Oleh karena itu pembaca atau siswa dituntut untuk: - Memahami kata-kata yang dibacanya dan memahami arti

- Mampu mengidentifikasi arti yang sudah dikenal dalam konteks yang dibaca. - Mampu untuk menerka arti kata yang belum dikenal dalam konteks yang dibaca. - Mampu menangkap ide pokok bacaan.

- Mampu menangkap perincian. - Mampu memahami maksud penulis.

2. Membaca telaah bahasa, yang mencakup:

- Membaca bahasa asing yaitu kegiatan membaca yang tujuan utamanya adalah memperbesar daya kata dan mengembangkan kosakata.

- Membaca sastra yaitu membaca yang bercermin pada karya sasta dari keserasian keharmonisan antara bentuk dan keindahan isi.

c) Berpikir Kritis

Max Black (1952) dan Robert Ennis (1962) dalam Arifin (2003) menyatakan berpikir kritis adalah kernampuan menggunakan logika. Logika merupakan cara berpikir untuk rnendapatkan pengetahuan yang disertai pengkajian kebenarannya yang efektif berdasarkan pola penalaran tertentu. Berpikir kritis menggunakan dasar proses berpikir untuk menganalisis argumen dan memunculkan wawasan terhadap tiap-tiap makna dan interpretasi, untuk mengembangkan pola penalaran yang kohesif dan logis memahami asumsi.

(6)

Pemikiran yang reflektif dan independen dapat menghindari keterikatan kepada keyakinan yang salah, sehingga memperkecil risiko untuk pengambilan keputusan salah yang didasarkan pada keyakinan yang salah tersebut.

Tabel Proses Berpikir Kritis

Langkah 1 Mengidentifikasi masalah, informasi yang relevan dan semua dugaan tentang masalah tersebut. Ini termasuk kesadaran akan kemungkinan adanya lebih dari satu solusi.

Langkah 3 Mengeksplorasi interpretasi dan mengidentifikasi hubungan yang ada. Ini termasuk mengenali bias/prasangka yang ada, menghubungkan alasan yang terkait dengan berbagai alternatif pandangan dan mengorganisir informasi yang ada sehingga menghasilkan data yang berarti.

Langkah 3 Menentukan prioritas alternatif yang ada dan mengkomunikasikan kesimpulan. Ini termasuk proses menganalisis dengan cermat dalam mengembangkan panduan yang dipakai untuk menentukan faktor, dan mempertahankan solusi yang terpilih. Langkah 4 Mengintegrasikan, memonitor dan menyaring strategi untuk penanganan ulang masalah. Ini termasuk mengetahui pembatasan dari solusi yang terpilih dan mengembangkan sebuah proses berkelanjutan untuk membangkitkan dan menggunakan informasi baru.

d) Karya Sastra

Karya sastra adalah refleksi dari kehidupan. Manfaat karya sastra tersebut lebih banyak dibandingkan dengan jangkauan program membaca. Bloin, dkk. (1956) dalam Rahim (2007:88) mengembangkan sistem pengklasifikasian khusus (taxonomy) pada sasaran pendidikan. Pengklasifikasian itu mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor.

Pengertian tentang sastra sangat beragam. Berbagai kalangan mendefinisikan pengertian tersebut menurut versi pemahaman mereka masing-masing. Menurut A. Teeuw, sastra dideskripsikan sebagai segala sesuatu yang tertulis; pemakaian bahasa dalam bentuk tulis. Sementara itu, Jacob Sumardjo dan Saini K.M. mendefnisikan sastra dengan 5 buah pengertian, dan dari ke-5 pengertian tersebut dibatasi menjadi sebuah definisi. Sastra adalah ungkapan pribadi manusia yang berupa pengalaman, pemikiran, semangat, dan keyakinan dalam suatu bentuk gambaran konkret yang membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Secara lebih rinci lagi, Faruk mengemukakan bahwa pada mulanya pengertian sastra amat luas, yakni mencakup segala macam hasil aktivitas bahasa atau tulis-menulis.

Seiring dengan meluasnya kebiasaan membaca dan menulis, pengertian tersebut menyempit dan didefinisikan sebagai segala hasil aktivitas bahasa yang bersifat imajinatif, baik dalam kehidupan yang tergambar di dalamnya, maupun dalam hal bahasa yang digunakan untuk menggambarkan kehidupan itu.

3. METODE PENELITIAN a. Desain Penelitian

(7)

Implementasi metode penelitian dilakukan dengan menentukan siswa kelas V SDN Margalaksana 3 sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas V SDN Margalaksana 4 sebagai kelas kontrol. Dua kelas ini kemudian mendapatkan tes awal untuk mengukur kemampuan membaca siswa (pretest). Perlu dijelaskan bahwa dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Sebagaimana Sudjana (1989:24) mengemukakan pendapatnya:

Variabel penelitian dibedakan menjadi dua kategori, yakni variabel bebas dan terikat atau variabel independent dan variabel dependent. Variabel bebas adalah variabel perlakuan atau sengaja dimanipulasi untuk mengetahui intensitasnya terhadap variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang timbul akibat variabel bebas, oleh sebab itu variabel terikat menjadi tolak ukur atau indikator keberhasilan variabel bebas. Berdasarkan pendapat di atas, penggunaan metode DRTA dalam pembelajaran bahasa Indonesia ditempatkan sebagai variabel bebas, peningkatan kemampuan menyimak dan membaca pemahaman sebagai variabel terikat. Metode DRTA merupakan kelas eksperimen yang mendapat perlakuan dan kelas kontrol yang tidak mendapat perlakuan. Lebih jelas desain ini adalah sebagai berikut.

Tabel Desain Penelitian

KELOMPOK PRATES PERLAKUAN PASCATES

Eksperimen O X1 O2

Kontrol O3 X2 O4

Keterangan:

O1 : Prates kelompok eksperimen O2 : Pascates kelompok eksperimen O3 : Prates kelompok kontrol O4 : Pascates kelompok kontrol

X1 : Penerapan Metode DRTA (direct reading and thinking activity) X2 : Pembelajaran dengan model konvensional

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pembahasan penelitian dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang dicermati dalam studi ini. Faktor-faktor tersebut meliputi pemahaman terhadap bacaan sastra, kemampuan berpikir kritis siswa, aktivitas siswa dan guru serta tanggapan guru terhadap pembelajaran dengan strategi DRTA.

a. Pemahaman Membaca Karya Sastra

(8)

dengan strategi DRTA pada kelompok eksperimen dan pembelajaran pembelajaran konvensional (ceramah) pada kelompok kontrol, lalu dilakukan pascates pada kedua kelompok penelitian. Rerata skor pascates kelompok kontrol meningkat menjad 68, sedangkan pada kelompok eksperimen meningkat menjadi 87,5 pada tes I. Pada tes II rerata skor kelompok kontrol sebesar 68 dan rerata skor kelompok eksperimen sebesar 76, dan pada tes III rerata skor kelompok kontrol sebesar 89,5. Hal ini berarti pada kedua kelompok terjadi peningkatan tetapi pada kelompok eksperimen diperoleh skor peningkatan yang lebih tinggi. Dengan melihat hasil pascates antar kedua kelompok terdapat selisih rerata skor yang cukup jauh, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi DRTA lebih baik dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karya sastra siswa terhadap wacana.

Peningkatan yang signifikan pada kelompok eksperimen dikarenakan dalam pembelajaran di kelas selama pengamatan, guru menerapkan prinsip dari strategi DRTA, yaitu berkaitan dengan membangun skemata atau pengetahuan awal siswa tentang topik yang akan dibahas. Guru membangun pengetahuan awal dengan menanyakan apa yang diketahui tentang topik yang akan dibahas dengan cara melatih memeriksa, membuat hipotesis, menemukan bukti, menunda penghakiman, dan mengambil keputusan berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Oleh karena itu, hal ini pun akan berpengaruh semakin tingginya perolehan skor membaca pemahaman masing-masing siswa pada kelas eksperimen.

b. Kemampuan Berpikir Kritis Siswa

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh terlihat bahwa berpikir kritis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan strategi DRTA mengalami peningkatan yang lebih baik dibanding siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Berdasarkan analisis data rerata skor prates berpikir kritis pada kelompok kontrol sebesar 62,1, dan rerata skor prates kelompok eksperimen sebesar 62,9. Dari hasil rerata skor prates berpikir kritis kedua kelompok tersebut menunjukan bahwa kemampuan berpikir kritis siswa pada kelompok kontrol dan eksperimen pada saat prates masih sesuai dengan capaian masing-masing kelompok apa adanya. Bahkan terlihat bahwa rerata skor kemampuan berpikir kritis kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada kelompok kontrol. Namun, setelah dilakukan pembelajaran dengan strategi DRTA pada kelompok eksperimen dan pembelajaran konvensional (ceramah) pada kelompok kontrol, lalu dilakukan pascates kemampuan berpikir kritis pada kedua kelompok penelitian, rerata skor pascates kelompok kontrol meningkat menjadi 67,9 sedangkan pada kelompok eksperimen meningkat menjadi 86,4, dari hasil peningkatan yang terjadi rerata skor kelompok kontrol meningkat dari 62,1 menjadi 67,9, ini berarti kenaikan rerata sebesar 5. Sedangkan pada kelompok eksperimen rerata skor kemampuan berpikir kritis membaca meningkat dari 62,9. Menjadi 86,4, ini berarti kenaikan rerata skor kemampuan berpikir kritis pada kelompok eksperimen sebesar 23,4. Hal ini berarti pada kedua kelompok terjadi peningkatan tetapi pada kelompok eksperimen diperoleh skor peningkatan yang lebih tinggi. Dengan melihat hasil pascates antar kedua kelompok terdapat selisih rerata skor yang besar, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi DRTA lebih baik dalam meningkatkan berpikir kritis siswa.

(9)

Jika dilihat secara keseluruhan pertemuan, aktivitas guru cenderung meningkat walaupun terkadang mengalami penurunan. Namun dari rata-rata hasil observasi terhadap guru ternyata cukup baik karena nilai yag diperoleh lebih dari 3. Rerata di atas 3 ini menandakan pengajaran guru menurut prosesnya adalah baik (Ruseffendi, 2001). Peningkatan tersebut terutama terjadi pada upaya guru dalam mempersiapkan seluruh perangkat pembelajaran, mulai dari membuat rencana pelaksanaan pembelajaran sampai pada tahap pembelajaran. Penerapan pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pelajaran membaca dengan strategi DRTA ini menuntut guru memiliki komitmen untuk mengikuti perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran secara konsisten. Jika guru mencoba untuk mengabaikan perencanaan yang telah dibuat maka kemungkinan besar kegiatan pembelajaran tidak aka sesuai dengan apa yang diharapkan.

Aktivitas siswa selama proses pembelajaran juga berjalan dengan baik. Ini terlihat dari rata-rata nilai yang diperoleh terhadap penilaian aktivitas siswa dalam kelas. Rata-rata nilai yang diperoleh lebih dari 3, ini menandakan bahwa aktivitas siswa dalam setiap pertemuan dalam kelas adalah baik.

Dilihat dari proses pembelajaran yang telah dilakukan dalam penelitian tersebut, dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, pembelajaran dengan strategi DRTA menunjukan peran yang berarti dalam peningkatan kemampuan membaca pemahaman dan berpikir kritis siswa. Berdasarkan hasil observasi, pembelajaran membaca dengan strategi DRTA mampu menciptakan suasana belajar yang aktif dan membuat siswa tidak tegang. Dengan demikian, maka hasil pembelajaran yang mengharapkan siswa mampu mencapai nilai pemahaman yang tinggi dan semakin meningkat kemampuan berpikir kritisnya dapat dicapai.

d. Tanggapan Guru terhadap Pembelajaran dengan Strategi DRTA

Respon guru yang diungkapkan melalui lembar tanggapan guru, diperoleh temuan bahwa guru model di kelas eksperimen baru mendengar dan mengenal strategi DRTA. Mereka merasa tertarik dan ingin lebih jauh memahami untuk mengembangkannya. Dari hasil lembar tanggapan guru ditemukan bahwa selama ini guru model tidak banyak mengenal model-model pembelajaran apalagi strategi DRTA. Oleh karena itu yang menjadi model dalam penelitian ini sekaligus sebagai guru kelas, guru model tersebut menanyakan kepada penulis bahwa apakah strategi DRTA juga bisa diterapkan pada pembelajaran mata pelajaran selain bahasa Indonesia. Penulis menjelaskan bahwa strategi DRTA dapat digunakan pada mata pelajaran lain selain Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. Pendapat guru model mengenai strategi DRTA adalah bahwa strategi DRTA lebih efektif dalam mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, penyampaian materinya lebih terarah dan sistematis. Oleh karena itu, guru tertarik pada strategi membaca DRTA (directed reading thinking activity). Selain itu, menciptakan suasana belajar yang kondusif dan bermakna.

5. KESIMPULAN

a. Simpulan

Sejalan dengan rumusan masalah penelitian, studi ini memperoleh kesimpulan berkenaan dengan hasil studi empirik tentang eksperimen strategi DRTA dalam pembelajaran membaca pemahaman karya sastra. Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

(10)

Proses pembelajaran membaca dengan menggunakan strategi DRTA yang dimulai dengan kegiatan awal yaitu pembukaan proses belajar mengajar dan apersepsi, kemudian kegiatan inti yaitu pelaksanaan pembelajaran membaca dengan menerapkan strategi DRTA, dan kegiatan penutup dengan memberikan kesimpulan berjalan dengan baik. Sebagian besar siswa menunjukkan sikap positif terhadap pembelajaran membaca dengan strategi DRTA. Hal ini terlihat dengan adanya peningkatan nilai siswa yang semakin lama semakin baik selama pembelajaran, sehingga memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karya sastra dan berpikir kritis siswa yang menuju pada ketercapaian tujuan pembelajaran.

Pembelajaran membaca dengan strategi DRTA efektif untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karya sastra. Dengan strategi DRTA juga siswa semakin meningkat kemampuan berpikir kritis membacanya. Siswa akan semakin kritis untuk membaca suatu bacaan ketika ia mendapatkan sesuatu dari apa yang ia baca.

Pembelajaran membaca dengan strategi DRTA efektif untuk meningkatkan berpikir kritis siswa. Ini berarti strategi DRTA dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman karya sastra dan berpikir kritis siswa sekolah dasar.

b. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian, dapat dikemukakan beberapa rekomendasi sebagai berikut. Pertma, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pembelajaran membaca dengan strategi DRTA lebih baik dalam meningkatkan membaca pemahaman dan berpikir kritis siswa di sekolah dasar. Oleh karena itu, penulis menjabarkan beberapa rekomendasi sebagai berikut.

Bagi para guru yang mengajarkan pelajaran membaca di sekolah dasar, strategi DRTA adalah strategi alternatif yang bisa digunakan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan terutama membaca pemahaman dan berpikir kritis siswa. Sebelum strategi ini diimplementasikan, terlebih dahulu perlu dipersiapkan kemampuan guru dalam mengelola strategi DRTA dan mengembangkan materi dan teknik strategi DRTA, serta kesiapan mental guru untuk melaksanakan strategi ini. dalam strategi DRTA keberhasilan siswa dalam suatu proses pembelajaran tidak cukup diukur hanya melalui tes tertulis saja. Akan tetapi penilaian dilakukan secara menyeluruh terhadap aktivitas siswa selama proses pembelajaran. Oleh karena itu, dalam pengimplementasian strategi ini bukanlah berapa hasil skor siswa yang menjadi tujuan, melainkan bagaimana siswa memperoleh hasil tersebut. Artinya, proses yang dilalui oleh siswa dalam memahami materi pelajaran adalah hal yang diutamakan.

Bagi kepala sekolah, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajaran membaca dengan strategi DRTA dapat diimplementasikan di semua mata pelajaran. Oleh karena itu, hendaknya para pemegang kebijakan menganjurkan para guru yang siswanya mengalami kesulitan dalam memahami suatu pelajaran dapat menjadikan strategi DRTA sebagai strategi alternatif dalam proses pembelajaran.

Bagi instansi terkait keterbatasan strategi DRTA adalah sering terjadi kevakuman siswa pada tahap ketiga dari strategi DRTA, yaitu tahap peramalan atau penebakan isi paragraf selanjutnya yang dibaca. Bagi guru yang kurang kreatif akan mengalami kesulitan dalam tahap ini. Oleh karena itu, untuk mengatasi permasalahan ini terlebih dahulu perlu disiapkan kemampuan guru dalam mengelola strategi DRTA, mengembangkan materi, teknik penyampaian, dan kesiapan mental guru untuk melaksanakan strategi ini dengan program-program pembinaan untuk para guru tersebut.

(11)

UCAPAN TERIMA KASIH

Paper ini merupakan bagian dari hasil Penelitian Dosen Pemula tahun 2017. Terima kasih penulis sampaikan kepada STKIP Sebelas April Sumedang maupun DIKTI yang telah mensupport penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2010). Strategi Membaca: Teori dan Pembelajarannya. Bandung: Rizqi Press Ahuja, Pramila. Ahuja, G.C. (2010). Membaca Secara Efektif dan Efisien. Bandung: PT.

Kiblat Buku Utama.

Cahyani, Isah, dkk. ( 2006 ). Kemampuan Berbahasa Indonesia di Sekolah Dasar. Bandung: UPI PRESS.

Damaianti, Vismaia, Syamsudin AR, M.S. (2007). Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Farida. (2011) tersedia di http://farida.blogspot.com/2011/03/peningkatan-kemam puan-membacapemaham an_917.html

Harjasujana. Dkk. (2006). Materi Pokok Keterampilan Membaca. Jakarta: Karunika. Harris, A. J & E.R. Sipay. 1981. How to Increase Reading Ability. New York: Longman Indriana, Dina. (2011). Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif. Jogjakarta: DIVA

Press.

Iskandarwassid dan Sunendar, D. (2009) Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Penilaian Pembelajaran Bahasa. BPFE Yogyakarta

Nurhadi. (2005). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca?: Suatu Teknik Memahami Literatur yang Efisien). Bandung: Sinar Baru Algesindo..

Rahim, Farida. (2008). Pengajaran Membaca Di Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Bumi Angsara. Rahman. (2011). Model Mengajar dan Bahan Pembelajaran. Bandung: Alqa Print.

Resmini, N. dan Hartati, T. (2006). Kapita Selekta Bahasa Indonesia. Bandung: UPI Press. Sanjaya, Wina (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana, Prenada Media Group Sanjaya, Wina. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran: Teori dan Praktik Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP). Bandung: Kencana.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Suhendar dan Pien Supinah. Bahasa Indonesia : Pengajaran dan Ujian Keterampilan

Menyimak dan Keterampilan Berbicara. 1997. Bandung. Pioni Jaya.

Tampubolon. (2008). Kemampuan Membaca: Teknik Membaca Efektif dan Efisien. Bandung: Angkasa.

Tarigan, H. (1987). Pengajaran membaca. Bandung: Ganesa.

Tarigan, H. (2008). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

Tarigan, H. (2009). Strategi Pengajaran dan Pembelajaran Bahasa. Bandung: Penerbit Angkasa.

(12)

Gambar

Tabel Desain Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Proses informasi promkes menggambarkan proses yang terjadi pada aplikasi sms reminder dimana user telah menerima pesan promosi kesehatan dari Dinas Kesehatan

Penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allh SWT yang telah memberikan kemudahan dan kelancaran serta rahmat, karunia dan hidayah-Nya yang selalu terlimpahkan sehingga

Model analisis regresi linier berganda dalam penelitian ini menggunakan uji asumsi terhadap data yang meliputi uji normalitas data berdasarkan anallisis grafik (normal P-P

[r]

Kegiatan Internasionalisasi di kawasan Timur Laut ini dijalankan melalui bantuan Kementerian Pembangunan Kawasan Timur Laut (The Ministry of Development of North

Setelah melalui beberapa tahap, yang dimulai dari tahap penelitian hingga tahap implementasi bilateral filter untuk mencari koefisien terbaik maka dapat disimpulkan

manajemen, produksi dan pemasaran bisnis UKM Bandeng Presto Kembar Sumber rejeki dan UKM Bandeng tanpa duri Primadona yang kemudian dipilih berdasarkan prioritas

Dari hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini didapatkan kesimpulan bahwa pemahaman masyarakat Desa Kiarasari mengenai sampah organik dan non organik