• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembentukan Dan Penggunaan Kata Yang Menyatakan ‘Orang’ Dalam Kata Bahasa Jepang Melalui Proses Sufiksasi (Setsubigo) Setsubitenka De Nihongo No ‘Hito’ To Iu Kotoba No Sakusei To Shiyou

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembentukan Dan Penggunaan Kata Yang Menyatakan ‘Orang’ Dalam Kata Bahasa Jepang Melalui Proses Sufiksasi (Setsubigo) Setsubitenka De Nihongo No ‘Hito’ To Iu Kotoba No Sakusei To Shiyou"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Manusia sebagai makhluk sosial diharuskan untuk saling berinteraksi dan

saling bertukar informasi dengan manusia lainnya. Dalam hal ini, keberadaan

suatu bahasa diperlukan sebagai alatnya, karena bahasa merupakan salah satu alat

komunikasi manusia. Dengan bahasa, manusia dapat menyampaikan ide, pikiran,

perasaan, berita dan hal-hal yang lain kepada orang lain (Sudjianto, 2004:54).

Mempelajari bahasa bukan hanya sekedar untuk dapat berbicara dengan

menggunakan suatu bahasa dengan lancar, tetapi kita juga mempelajari

aspek-aspek kebahasaan yang terdapat di dalamnya.

Namun dalam penggunaan bahasa tidak lepas dari kaidah dan aturan dalam

penggunaan bahasa tersebut. Bahasa Jepang memiliki karakteristik yang berbeda

dengan bahasa Indonesia maupun dengan bahasa lainnya, baik itu huruf, kosakata,

partikel, maupun struktur kalimat. Hal ini tentunya menjadi kesulitan tersendiri

bagi para pembelajar bahasa Jepang dan berdampak pada kesalahan berbahasa.

Haryanta (2012: 28) menyatakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi

yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerja

sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.

Bahasa merupakan kumpulan bunyi, bentuk, dan maksud. Bunyi dalam

bahasa dikaji pada fonologi, bentuk dikaji dalam morfologi dan sintaksis, maksud

(2)

Ilmu yang mempelajari bahasa disebut linguistik. Dalam linguistik, yang

dikaji bisa berupa kalimat, kosakata, atau bunyi ujaran, bahkan sampai pada

bagaimana bahasa diperoleh, serta bagaimana sosio-kultural yang memengaruhi

masyarakat pengguna bahasa tersebut. Dengan adanya berbagai hal tersebut, maka

lahirlah berbagai cabang linguistik sebagai suatu ilmu yang bisa dipelajari,

seperti: fonetik , fonologi , morfologi , sintaksis , semantik , pragmatik , sosioloinguistik dan yang lainnya. (Sutedi, 2003:6)

Cabang linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan dasar bahasa

sebagai satuan gramatikal disebut Morfologi (Verhaar, 2001:97). Istilah morfologi

dalam bahasa Jepang disebut keitairon. Keitairon merupakan cabang dari linguistik yang menkaji tentang kata dan proses pembentukannya (Sutedi,

2003:42).

Pembentukan kata dalam bahasa Jepang terdiri atas 3 proses, yaitu:

1. Afiksasi (setsuji) 2. Reduplikasi (jufuku) 3. Komposisi (fukugo)

Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk

dasar. Dalam proses ini terlibat unsur-unsur (1) dasar atau bentuk dasar, (2) afiks,

dan (3) makna gramatikal yang dihasilkan. Proses ini dapat bersifat inflektif dan

dapat pula bersifat derivatif (Chaer, 2007:177).

Reduplikasi ialah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara

keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. Oleh

(3)

dasar meja), reduplikasi sebagian seperti lelaki (dari dasar laki), dan reduplikasi dengan perubahan bunyi, seperti bolak-balik (dari dasar balik) (Chaer, 2007: 182-183).

Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan

morfem dasar, baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk sebuah

konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda, atau yang baru.

Komposisi terdapat dalam banyak bahasa. Misalnya, lalu lintas, daya juang, dan

rumah sakit dalam bahasa Indonesia; akhirulkalam, malaikalmaut, dan

hajarulaswad dalam bahasa Arab, dan blackboard, bluebird, dan greenhouse

dalam bahasa Inggris (Chaer, 2007: 185).

Dalam proses pembentukan kata, terdapat proses pengimbuhan kata dalam

bahasa Jepang yang disebut setsuji yang memegang peranan penting. Setsuji

menurut Matsuka Takahashi dan Takubo Yukinori (1995:62) yaitu adalah suatu

unsur yang menyusun kata (kata jadian), yang merupakan tambahan pada kata

dasar (jadian kata dasar) yang berdiri sendiri. Kata yang berada di depan kata

dasar disebut settougo (prefiks/ awalan) dan yang berada di belakang kata dasar disebut setsubigo (sufiks/ akhiran). Sedangkan menurut Tokieda Saki (1995:583) pengertian setsuji adalah kata yang tidak digunakan sebagai kata tunggal yang berdiri sendiri, biasanya digabungkan dengan kata lain dan dilafalkan dalam suatu

kesatuan, yang ditambahkan pada suatu susunan kata baru.

(4)

(2000:396) setsuji adalah kata atau bagian yang membentuk inti kata yang melekat pada kata dasar (goki) dan marupakan bentuk yang menyatakan arti secara tata bahasa dan lain-lain, serta menunjukkan kata yang tidak berdiri sendiri.

Afiksasi (setsuji) terbagi atas prefiks (settouji), sufiks (setsubiji) dan infiks (secchuji). Dalam bahasa Jepang afiksasi yang paling dominan adalah prefiks dan sufiks. Prefiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan atau yang dimbuhkan di depan

atau di awal kata. Misalnya: /o-kyaku/ - 客/ „tamu‟, /go-kazoku/ - 家族/

„keluarga‟, dan lain-lain. Sufiks yaitu pengimbuhan yang diletakkan yang

diimbuhkan di sebelah kanan kata dalam proses yang disebut dengan sufiksasi,

contoh dalam bahasa Jepang yaitu : /Tanaka-san/ 中ー / „Tuan Tanaka‟, /kihon-teki/ 基 本 -的 /„pada dasarnya‟ dan lain-lain. Koizumi (1993:95) menyatakan dalam bahasa Jepang infiks secara umum kurang terlihat, hanya ada

beberapa infiks. Contoh infiks /-e-/ pada kata: /mi-e-ru/ 見-え- / „kelihatan‟/.

Dalam proses pembentukan kata akhiran yang menunjukkan „orang‟, dalam

sufiksasi bahasa Jepang memiliki beberapa akhiran, yaitu: -in 員, -jin人, -ka家, -ko工, -nin人, -sei生, -sha者, -shi士, -shi師 (Vance, 2004: 59-123).

Di antara akhiran yang memiliki arti ‟orang‟ di atas, walau memiliki arti yang

sama, namun sebenarnya masing-masing akhiran tersebut memiliki persamaan

tetapi berbeda kata yang mengikutinya. Apabila suatu nomina ditambahkan

dengan sufiks /-jin/ belum tentu padanannya tepat walaupun /-jin/ tersebut

memiliki makna yaitu „orang‟ sehingga selalu terjadi kesalahan bagi pembelajar

bahasa Jepang untuk menentukan sufiks yang menyatakan „orang‟ dalam bahasa

(5)

sekali. Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengadakan penelitian

tentang akhiran yang memiliki arti „orang‟ dalam kosa kata bahasa Jepang.

Adapun akhiran yang akan dibahas oleh penulis adalah setsubigo -in 員, -jin人, -ka家, -ko工, -nin人, -sei生, -sha者, -shi士, -shi師.

1.2 Rumusan Masalah

Dalam bahasa Jepang sufiks yang menyatakan „orang‟ sangat banyak namun

penulis hanya akan membahas sufiks yang paling banyak digunakan secara umum,

yaitu -in 員, -jin 人, -ka 家, -ko工, -nin 人, -sei生, -sha 者, -shi 士, -shi師dan untuk membentuk sufiks bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ memiliki

aturan-aturan tertentu. Masing-masing sufiks tersebut memiliki penggunaan yang

berbeda-beda, misalnya pada sufiks -ka 家 dan -sha 者 keduanya dapat

membentuk kata yang memiliki makna „pekerja‟ tetapi apakah setiap kata dasar

yang memiliki makna „pekerjaan‟ dapat selalu diikuti oleh sufiks tersebut,

kebanyakan pembelajar bahasa Jepang mengalami kesulitan untuk menentukan

sufiks apakah yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu pekerjaan maupun

status seseorang dalam lingkungan bermasyarakat. Padahal menguasai afiks dan

sufiks merupakan salah satu cara untuk memperbanyak kosakata bahasa Jepang

seperti yang diungkapkan oleh Timothy. J. Vance dalam bukunya “Prefiks dan

Sufiks Dalam Bahasa Jepang”.

Berdasarkan latar belakang yang penulis utarakan di atas, maka penulis

(6)

1. Bagaimana pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang menggunakan

setsubigoyang menyatakan „orang‟ ?

2. Bagaimana penggunaan setsubigo -in 員, -jin人, -ka家, -ko工, -nin人, -sei生, -sha者, -shi士, -shi師 yang menyatakan “orang” dalam kosa kata

bahasa Jepang?

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan rumusan masalah d atas maka penulis hanya membahas

pembentukan dan pemakaian setsubigo -in 員, -jin人, -ka家, -ko工, -nin人, -sei 生, -sha者, -shi士, -shi師 dalam kosa kata bahasa Jepang.

Dalam penelitian ini akan membahas permasalahan yang berkaitan dengan

proses morfemis melalui setsubigodalam bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟

yaitu setsubigo -in 員, -jin 人, -ka家, -ko工, -nin 人, -sei 生, -sha者, -shi士, -shi師 yang terdapat pada:

1. Niponia No.38 tahun 2006 dan No.46 tahun 2008.

2. Niponika No.8 tahun 2012.

3. News ga Wakaru No.270 edisi Januari 2007.

4. Wink Up No.11 tahun 2009, No.3 tahun 2010, No.4 tahun 2010.

Untuk masing-masing sufiks akan dilakukan pembahasan mengenai proses

(7)

digunakan sebanyak 1 contoh kata, sufiks -nin 人 akan digunakan sebanyak 3 contoh kata, sufiks -sei生 akan digunakan sebanyak 7 contoh kata, sufiks -sha

akan digunakan sebanyak 13 contoh kata, sufiks -shi士 akan digunakan sebanyak 4 contoh kata, dan -shi師 akan digunakan sebanyak 7 contoh kata.

1.4 Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

1.4.1 Tinjauan Pustaka

Dalam proses morfemis dan morfologi tidak lepas dari morfem. Menurut

Samsuri (1981: 170), yang disebut dengan morfem adalah komposit

bentuk-pengertian yang terkecil yang sama atau mirip yang berulang. Dalam bahasa

jepang, morfem ini disebut dengan keitaisou 形態奏. Menurut Sutedi (2003:41) morfem (keitaisou) adalah satuan bahasa terkecil yang memiliki makna dan tidak bisa dipisahkan lagi ke dalam satuan makna yang lebih kecil lagi.

Samsuri (1981:190) menyatakan bahwa yang disebut dengan proses

morfologis/ morfemis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

morfem yang satu dengan morfem yang lain. Cahyono (1995:145) menyatakan

proses morfologis merupakan proses pembentukan kata dengan menghubungkan

morfem yang satu dengan morfem lain yang merupakan bentuk dasar.

Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah

bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan

(dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan

(dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi).

(8)

(sebagai satuan sintaksis) menjadi bagian-bagian atau satuan-satuan yang lebih

kecil. Jadi, kalau dalam analisis morfologi; seperti menggunakan teknik

Immediate Constituen Analysis (ICAnalysis), terhadap kata berpakaian, misalnya, mula-mula kata berpakaian dianalisis menjadi bentuk ber- dan pakaian; lalu bentuk pakaian dianalisis lagi menjadi pakai dan –an. Maka dalam proses morfologi prosedurnya dibalik: mula-mula dasar pakai diberi sufiks –an menjadi

pakaian. Kemudian kata pakaian itu diberi prefiksber- menjadi berpakaian. Jadi, kalau analisis morfologi mencerai-ceraikan data kebahasaan yang ada, sdangkan

proses morfologi mencoba menyusun dari komponen-komponen kecil menjadi

sebuah bentuk yang lebih besar yang berupa kata kompleks atau kata yang

polimorfemis (Chaer, 2008:25).

Proses morfologi melibatkan komponen (1) bentuk dasar, (2) alat pembentuk

(afiksasi, reduplikasi, komposisi, akronimisasi, dan konversi), (3) makna

gramatikl, dan (4) hasil proses pembentukan.

Hasil dari proses morfemis bahasa Jepang terdiri dari empat jenis yaitu:

haseigo (penggabungan dengan setsuji), fukugougo/ goseigo (kata majemuk),

shouryaku/ karikomi (akronim yang berupa suku kata/ silabis dari kosa kata aslinya), dan toujigo (singkatan huruf pertama yang dituangkan dalam huruf romaji) (Sutedi, 2003: 44-46).

Menurut Chaer (1994:178), sufiks adalah afiks yang diimbuhkan pada posisi

akhir bentuk dasar. Kemudian menurut Keraf (1984:110), sufiks adalah semacam

morfem terikat yang diletakkan di belakang morfem dasar. Sementara menurut

(9)

Dalam bahasa Jepang juga terdapat banyak setsubiji. Dan ada kalanya dalam sebuah kata terdapat banyak setsubiji.

Contoh:

Tatasareta = tat = gokan

As = shieki

Are = ukemi

Ta = kala/ kako

Maka pada kata /tatasareta/ memiliki sufiks yang menyatakan kako no shieki ukemi (bentuk pasif menyuruh kala lalu).

1.4.2 Kerangka Teori

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan linguistik bidang

morfolog khususnya mengenai afiksasi (setsuji). Sutedi (2003: 45) mengatakan bahwa setsuji/ afiks memegang peranan penting dalam pembentukan kata. Menurut Koizumi (1993: 95) afiks dalam bahasa Jepang terbagi atas 3 jenis yaitu:

a. Settouji

b. Setsubiji

c. Setsuchuuji

Kata yang terbentuk dari penggabungan naiyou-keitaiso dengan setsuji

(10)

Koizumi (1993: 96) menyatakan bahwa setsubiji yaitu setsuji yang ditambahkan setelah gokan (kata dasar).

Harlpen dalam “The Kodansha Kanji Learners Dictionary” (1999: 318-839),

menyatakan bahwa sufiks dalam bahasa Jepang yang menyatakan „orang‟ adalah

-in 員, -jin 人, -ka 家, -ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi.

Penggunaan sufiks-sufiks tersebut adalah sebagai berikut:

a. shi 師 (also suffix) means member of a profession or performer of an action. “anggota dari suatu profesi, pelaku dari suatu kegiatan”.

b. In 員 (also suffix) means member of staff (profession), personnel, person in charge. Member of an organization. “anggota staf (dalan profesi), personil, seseorang yang bertugas, anggota dari suatu organisasi”.

c. Ka 家(also suffix) means professional, member of a profession. Performer of an action or person associated with something. “profesional, anggota dari suatu profesi, pelaku dari suatu tindakan atau seseorang yang terkait

dengan sesuatu”.

d. Sha 者 (also suffix) means person (one) who performs an action or holds an occupation; -er (as in reader). “orang yang melakukan suatu tindakan

atau memegang suatu jabatan”.

e. Jin 人 (also suffix) means human being, person, man; people, mankind. Counter for people. “manusia, orang, seseorang, orang-orang, makhluk

hidup, satuan untuk orang”.

(11)

g. Shi 士 (also suffix) means for members of a profession, especially for a licensed profession. “anggota dari suatu profesi, khusunya bagi profesi yang berlisensi”.

h. sei(also suffix) means student, pupil, scholar. “siswa, murid, pelajar”.

Menurut Renariah, setsubigoyang menyatakan „orang‟ adalah –jin, sha, ka, -in, dan –shi (2005: 4-5) adapun setsubigo tersebut digunakan untuk:

a. 人 : suffik ini memiliki 3 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. asal usul orang, dengan kata lain adalah orang yang berasal dari suatu

negara, daerah.

Contoh : 日本人

2. orang yang berkecimpung dalam suatu bidang tertentu

Contoh : 経済人

3. orang yang berperan dalam suatu hal.

Contoh : 保証人

b. 者 : suffik ini memiliki 2 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. orang yang melakukan pekerjaan

contoh : 研究者

2. orang yang memiliki suatu sifat, hubungan

contoh : 関係者

c. 家 : suffik ini memiliki 2 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. orang yang memiliki keahlian, profesi

(12)

2. orang yang memiliki kecenderungan yang kuat dalam bidang tersebut

contoh : 勉強家

d. 員 : suffik ini memiliki 1 makna, digunakan untuk menyatakan :

orang yang bekerja atau bertugas dalam suatu kantor atau lembaga

Contoh : 職員

e. 士 : suffik ini memiliki 3 makna, digunakan untuk menyatakan :

1. orang yang memiliki karakter, sifat, jiwa dan berprofesi untuk membela

sesuatu kebenaran, keadilan dan kebaikan.

contoh : 弁護士

2. Samurai

Contoh : 武士

3. Orang yang memiliki pendidikan tinggi dan moral yang mulia.

Vance (2004: 59-123) mengatakan bahwa setsubigo yang memiliki arti „orang‟

adalah -in 員, -jin 人, -ka家, -ko 工, -nin 人, -sei 生, -sha 者, -shi 士, -shi 師. Adapun penggunaannya adalah sebagai berikut:

a. -in 員: kata yang dibentuk dengan –in adalah kata benda yang mengacu pada orang yang merupakan anggota dari kelompok tertentu yang

terorganisasi. Kata dasarnya mengacu pada kegiatan di mana anggota

kelompok terlibat. Kelompok itu sering kali merupakan organisasi

pemerintahan atau bisnis, dan dalam contoh semacam itu kata yang

bersufiks –in secara khusus mengacu kepada pegawai.

(13)

dasarnya. Elemen ini dikenal dengan penerapannya yang reguler dengan

kata-kata dasar yang mengacu pada nama negara (seperti dalam /カナダ

-人/ kanada-jin / „orang kanada‟/ atau kelompok etnis (seperti dalam /アイ ヌ-人/ ainu-jin / „orang ainu‟/. Dalam beberapa kasus kata dasarnya

menyatakan era atau tempat yang tersurat. Dalam kasus lainnya, kata

dasarnya menyatakan bidang kehidupan atau kelompok-kelompok dalam

masyarakat yang tersirat, baik dengan menunjuk bidang atau kelompok itu

sendiri atau bebrapa bagian menonjol dari bidang atau kelompok tersebut

dan kata dasarnya menyatakan atribut yang dipakai bersama yang

mendefinisikan keanggotaan dalam subgroup.

c. -ka 家: kata yang dibentuk dengan –ka mengacu pada seseorang yang memiliki status sosial tinggi atau keahlian atau pengetahuan istimewa

tertentu. Dalam kasus lainnya, mengacu kepada seseorang yang memiliki

sebuah antusiasisme atau watak tertentu.

d. -ko 工: kata yang dibentuk dengan –ko mengacu pada pekerja, khususnya pekerja pabrik. Kata dasarnya memberi spesifikasi jenis pekerjaan, yang

mengacu pada kegiatannya sendiri, memberi spesifikasi status pekerja.

e. -nin 人: kata yang dibentuk dengan –nin menunjuk pada orang yang terlibat dalam satu kegiatan seperti yang disebutkan kata dasarnya. Dalam

hampir semua kasus, orang itu merupakan pelaku kegiatan tersebut.

(14)

g. -sha 者: kata dasarnya merupakan sebuah perbuatan atau kegiatan dan orang itu merupakan pelakunya. Beberapa kata dengan setsubigo –sha

memiliki kata dasar yang mengacu pada atribut (contoh: / 権力-者 /

kenryoku-sha / „pengusaha‟/ ). Dalam hal lain, setsubigo –sha memiliki pengertian suatu perbuatan tetapi tidak mengacu kepada si pelaku (contoh:

/ 容疑-者/ yougi-sha/ „orang yang dicurigai‟/).

h. -shi士: kata yang dibentuk dengan setsubigo –shi士mengacu pada orang yang melakukan pekerjaan yang membutuhkan pengetahuan atau keahlian

khusus. Kata dengan setsubigo –shi士mengandung arti lisensi dari jenis tertentu (contoh: /建築-士/kenchiku-shi/‟arsitek berlisensi‟/). Namun ada

pula kasus-kasus di mana ia mengacu pada bidang keahlian. Kata-kata

dengan setsubigo –shi 士 berbeda dalam hal bahwa mereka merupakan istilah penghormatan.

i. -shi師: kata yang dibentuk dengan setsubigo –shi師 mengacu pada orang yang pekerjaan atau kegiatannya menuntut pengetahuan atau keahlian

khusus. Dalam cakupan pemakaian, setsubigo –shi師 bertumpang tindih dengan 士-shi, namun -shi 師 kurang memiliki nuansa penghormatan. Banyak kata dengan -shi 師 mengacu pada orang yang kegiatannya tidak diinginkan atau ilegal. Elemen - shi 師 juga digunakan sebagai titel pemimpi agama.

Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Harlpen, Renariah, dan Vance

(15)

-sei生, -sha者, -shi士, -shi師. Sufiks yang menyatakan „orang‟ tersebut sebagian

besar memiliki makna yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang. Namun dalam penggunaannya sendiri banyak sufiks

yang dapat bertumpang tindih antara sufiks yang satu dengan sufiks lainnya.

1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.5.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu untuk menjawab seluruh permasalahan yang telah

dirumuskan. Bertitik tolak dari hal tersebut, maka tujuan penelitian ini

dirumuskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui proses pembentukan kata dalam bahasa Jepang yang

menggunakan setsubigoyang menyatakan “orang”

b. Untuk mendeskripsikan penggunaan setsubigo yang menyatakan “orang”

dalam kosa kata bahasa Jepang.

1.5.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

a. Memberikan sumbangan kepada pembelajar bahasa Jepang khususnya

mengenai arti dan penggunaan setsubigo, sehingga kesalahan penggunaan

setsubigo dapat dikurangi.

b. Dapat dijadikan sebagai acuan untuk penelitian berikutnya khususnya bagi

pembelajar yang ingin meneliti setsuji dalam bahasa Jepang.

c. Memberikan informasi faktual mengenai proses morfologi khususnya

(16)

1.6 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif. Menurut Whitney (1960: 160), metode deskriptif adalah pencarian

fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari

masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta

situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,

pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan

pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.

Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan,

menjabarkan suatu fenomena yang ada dengan menggunakan prosedur ilmiah

untuk menjawab masalah secara aktual. Langkah-langkah penelitian ini adalah

menentukan masalah aktual, pengumpulan data, pengolahan data, dan penarik

kesimpulan untuk menjawab masalah tersebut (Sutedi, 2005:16).

Winarno Surakhmad (1982:147) seperti yang dikutip dari Rina Rosiana

(2001:23) juga mengemukakan bahwa metode deskriptif adalah salah satu metode

yang memiliki ciri:

1. Memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada masa

sekarang, pada masalah-masalah aktual.

2. Data yang dkumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan, dan kemudian

dianalisa secara morfologis.

Data-data diperoleh melalui metode penelitian pustaka (library research), yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah secara parsial persepsi gender, pengalaman mengajar, tingkat pendidikan dan prestasi belajar memiliki pengaruh

[r]

KEGIATAN DITJEN PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN (06) DAN APBD TAHUN ANGGARAN

Diharapkan aplikasi dapat mengoptimalkan kinerja daripada Windows XP dan membantu User dalam settingan registry agar kinerja sistem dari Windows XP

Pada penulisan ilmiah ini penulis membahas pembuatan web untuk informasi bioteknologi molecular farming, bagaimana kita menampilkan gambar dan teks ke dalam perangkat komputer

Fitur,Menyimpan dan melihat informasi setiap sapi dalam kelompok, Mengingatkan pengguna pada moment penting seperti waktu injeksi obat, waktu kawin,dll, Semua data dapat

Guru Profesional: Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru.. Jakarta