BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1Uraian Tumbuhan 2.1.1 Habitat tumbuhan
Buah merah termasuk tanaman endemik. Secara umum habitat asal tanaman ini adalah hutan sekunder dengan kondisi tanah lembap. Di wilayah Papua, tanaman buah merah ditemukan tumbuh di daerah dengan ketinggian antara 2 – 2.300 meter di atas permukaan laut. Ini berarti bahwa tanaman buah merah dapat tumbuh dimana saja di wilayah Papua, mulai dataran rendah hingga dataran tinggi. Beberapa sentra tanaman buah merah yang terkenal antara lain Puncak Jaya, Timika, Tolikara, Sarmi, Manokwari, Jayawijaya dan Yahukimo (Budi dan Paimin, 2005).
2.1.2 Morfologi tumbuhan
Tanaman buah merah mempunyai daun tunggal berbentuk lanset sungsang (oblanceolate), berwarna hijau tua dan letaknya berseling. Ujung daun runcing (acute). Pangkal daun memeluk batang. Permukaan daun licin. Tepi daun berduri atau tidak berduri, tergantung jenisnya (Budi dan Paimin, 2005).
Batang tanaman bercabang banyak, tegak, bergetah, dan berwarna coklat berbercak putih. Tinggi tanaman mencapai 16 m dengan tinggi batang bebas cabang 5 – 8 m diatas permukaan tanah (Budi dan Paimin, 2005).
Secara garis besar diketahui ada empat varietas yang banyak dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis, yakni jenis merah panjang, merah pendek, coklat, dan warna kuning. Warna, bentuk, dan ukuran buah masing-masing jenis berbeda-beda (Budi dan Paimin, 2005).
Varietas merah panjang memiliki buah berbentuk silindris, ujung tumpul, dan pangkal meruncing. Panjang buah mencapai 96 – 102 cm dengan diameter 15 – 20 cm. Bobot buah mencapai 7 – 8 kg. Warna buah merah bata saat muda dan merah terang setelah matang. Buah dibungkus daun pelindung berbentuk melancip dengan duri pada tulang utama sepanjang 8/10 bagian dari ujung (Budi dan Paimin, 2005).
Buah merah atau kuansu yang disebut masyarakat Wamena Papua, tersusun dari ribuan biji yang berbaris rapi membentuk kulit buah. Biji kecil memanjang sepanjang 9 – 13 mm dengan bagian atas meruncing. Bagian pangkal biji menempel pada bagian jantung, sedangkan ujungnya membentuk totol-totol dibagian kulit buah. Biji berwarna hitam kecoklatan dibungkus daging tipis berupa lemak. Warna daging kuning, coklat, atau merah bata, tergantung jenisnya (Budi dan Paimin, 2005).
2.1.3 Kandungan kimia
2.1.4 Sistematika tumbuhan
Taksonomi buah merah (Budi dan Paimin, 2005): Divisi : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae Sub kelas : Monocotyledonae Ordo : Pandanales Famili : Pandanaceae Genus : Pandanus
Species : Pandanus conoideus Lam.
Tabel 2.1 Kandungan senyawa aktif dalam sari buah merah
Senyawa Aktif Kandungan
Total karotenoid 12.000 ppm
Total tokoferol 11.000 ppm
Betakaroten 700 ppm
Alfa-tokoferol 500 ppm
Asam oleat 58%
Asam linoleat 8,8%
Asam linolenat 7,8%
Dekanoat 2,0%
(Budi dan Paimin, 2005)
Tabel 2.2 Komposisi zat gizi per 100 gram buah merah
Senyawa Aktif Kandungan
Energi 394.00 kalori
Protein 3.300,00 mg
Lemak 28.100,00 mg
Serat 20.900,00 mg
Kalsium 554.000,00 mg
Fosfor 30,00 mg
Besi 2,44 mg
Vitamin B1 0,90 mg
Vitamin C 25,70 mg
Nialin 1,80 mg
Air 34,90%
(Budi dan Paimin, 2005)
2.2 Kosmetik
2.2.1 Pengertian kosmetik
Kosmetik berasal dari kata kosmetikos (Yunani) yang artinya keterampilan menghias, mengatur. Jadi, kosmetik pada dasarnya adalah campuran bahan yang diaplikasikan pada anggota tubuh bagian luar seperti epidermis kulit, kuku, rambut, bibir, gigi, dan sebagainya dengan tujuan untuk menambah daya tarik, melindungi, memperbaiki, sehingga penampilan lebih indah (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.2.2 Kosmetik dekoratif
Tujuan awal penggunaan kosmetik adalah mempercantik diri yaitu usaha untuk menambah daya tarik agar lebih disukai orang lain. Usaha tersebut dapat dilakukan dengan cara merias setiap bagian tubuh yang terpapar oleh pandangan sehingga terlihat lebih menarik dan menutupi kekurangan yang ada (Wasitaatmadja, 1997).
Berdasarkan bagian tubuh yang dirias, kosmetika dekoratif dapat dibagi menjadi (Wasitaatmadja, 1997):
a. Kosmetik rias kulit (wajah) b. Kosmetik rias bibir
c. Kosmetik rias rambut d. Kosmetik rias mata e. Kosmetik rias kuku
Pembagian kosmetik dekoratif (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kosmetik dekoratif yang hanya menimbulkan efek pada permukaan dan pemakaiannya sebentar. Misalnya: bedak, pewarna bibir, pemerah pipi, eye shadow dan lain-lain.
b. Kosmetik dekoratif yang efeknya mendalam dan biasanya dalam waktu yang lama baru luntur. Misalnya: kosmetika pemutih kulit, cat rambut, dan pengeriting rambut.
2.2.3 Zat pewarna
a. Warna yang menarik
b. Bau yang harum menyenangkan c. Tidak lengket
d. Tidak menyebabkan kulit tampak berkilau
e. Tidak merusak atau mengganggu kulit, rambut, bibir, kuku dan lainnya.
Zat warna berasal dari dua sumber, yaitu berasal dari alam dan sintesis. Zat warna alami umumnya lebih aman digunakan, tetapi zat warna alami lebih sulit disintesa serta sulit untuk distandarisasi. Zat warna sintesis lebih mudah diatur tingkat intensitas warnanya. Harga zat sintesis juga lebih murah sehingga lebih disukai oleh produsen dan konsumen (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Jenis-jenis zat pewarna yang terdapat pada kosmetik dibagi dalam beberapa kelompok yaitu:
a. Zat warna alam yang larut
Zat warna jenis ini lebih aman bagi kulit. Namun, pada produk-produk kosmetik modern dewasa ini, zat warna alam sudah jarang digunakan. Zat warna alam larut ini memiliki beberapa kelemahan, diantaranya yaitu kekuatan pewarnaannya relatif lemah, tidak tahan lama dan relatif mahal. Beberapa contoh zat warna alam yang larut adalah:
i. Alkalain, yaitu zat warna merah yang diekstrak dari kulit akar alkana (Radix alcannae)
ii. Karmin, yaitu zat warna merah yang diperoleh dari serangga tertentu yang telah dikeringkan
iv. Henna, yaitu zat warna yang biasanya digunakan untuk pewarna kuku dan rambut. Diekstrak dari daun Lawsonia inermis.
v. Karoten, yaitu zat warna kuning yang diekstrak dari bagian tanaman tertentu yang mengandung zat warna kuning (Muliyawan dan Suriana, 2013).
a. Zat warna sintesis
Zat warna sintesis adalah zat warna yang dihasilkan melalui proses sintesa senyawa kimia tertentu. Zat warna jenis ini dikenal dengan sebutan anilina atau Coal-tar. Adapun sifat-sifat zat warna sintesis antara lain:
i. Intensitas warnanya sangat kuat
ii. Larut dalam air, minyak, alkohol, atau salah satu darinya
iii. Zat warna untuk rambut dan kuku biasanya daya rekatnya lebih kuat daripada zat warna untuk kulit
iv. Beberapa bersifat toksik, sehingga perlu hati-hati menggunakan produk kosmetik yang mengandung zat warna jenis ini (Muliyawan dan Suriana, 2013).
c. Pigmen-pigmen alam
d. Pigmen-pigmen sintesis
Dewasa ini banyak juga ditemukan besi oksida sintesis yang sering digunakan sebagai pengganti zat warna alam. Berikut adalah beberapa contoh pigmen sintesis yang digunakan dalam industri kosmetik, antara lain:
i. Besi oksida sintesis menghasilkan warna antara lain kuning, cokelat, merah dan beragam warna violet
ii. Zinc oxide dan Titanium oxide (pigmen sintesis putih) iii. Bismuth oxychloride sebagai warna putih mutiara iv. Bismuth carbonate sebagai pigmen putih
v. Cobalt digunakan sebagai pigmen sintesis warna biru, sementara Cobalt hijau untuk pigmen hijau kebiru-biruan
vi. Beberapa zat warna asal Coal-tar juga digolongkan sebagai pigmen sintesis vii. Beberapa pigmen sintesis tidak dibenarkan pemakaiannya dalam kosmetik
karena bersifat toksis, contohnya Cadmium sulfide.
viii. Lakes alam dan sintesis. Lakes merupakan zat warna yang sering digunakan dalam bedak, lipstik, dan kosmetik lainnya. Penggunaan Lakes lebih umum karena menghasilkan warna yang lebih cerah daan cocok dengan kulit (Muliyawan dan Suriana, 2013).
2.3Bedak
Suatu bedak harus mencapai efek buram untuk dapat menutupi atau menyamarkan kekurangan pada kulit wajah, tapi hal ini tidak harus memberikan efek seperti topeng. Selain itu, bedak harus bersifat tahan lama sehingga tidak dibutuhkan pembedakan berulang kali. (Balsam dan Sagarin, 1972).
Hampir semua orang memiliki kerutan dan garis-garis yang menunjukkan perubahan pada usia, tanda lahir yang kecil, pembesaran pori-pori, bekas jerawat, luka akibat lesi kulit dan sebagainya. Kekurangan-kekurangan inilah yang ingin ditutupi oleh seorang wanita agar penampilannya lebih menarik. Efek penutupan ini dicapai dengan penggunaan bedak wajah, make-up cair (seperti foundation, blush on, eye shadow) dan lainnya (Balsam dan Sagarin, 1972).
Ada dua bentuk bedak wajah, yaitu: a. Bedak tabur (Loose powder)
b. Bedak kompak (Compact powder)
Bedak kompak adalah bubuk yang dikompres menjadi padatan. Penggunaan bedak kompak biasanya dengan memakai spons bedak. Bedak kompak harus dapat menempel dengan mudah pada spons bedak dan padatan bedaknya harus cukup kompak, tidak mudah pecah atau patah dengan penggunaan normal (Butler, 2000).
Bahan baku dasar bedak kompak sama seperti bahan dasar bedak tabur namun, pada bedak kompak menggunakan pengikat agar bedak dapat dipress memjadi padatan. Sifat dari pengikat yaitu, membantu dalam kompresi, adhesi dan mengembangkan pewarna. Jika tingkat pengikatnya banyak, bedak akan semakin mengeras sehingga menyebabkan bedak menjadi sukar untuk dipoleskan pada wajah. Tingkat pengikat yang baik digunakan antara 3 hingga 10%, tergantung pada variabel formulasi. Pigmen pewarna dapat ditambahkan pada bedak kompak (Barel, 2001).
Komponen bedak (Balsam dan Sagarin, 1972; Butler, 2000): a. Talkum
Secara kimiawi, talkum adalah magnesium silikat (3MgO. 4SiO₂.H₂O). Ini
b. Seng oksida
Terdapat 2 bahan golongan oksida logam yang biasa digunakan dalam formulasi bedak wajah yaitu seng oksida dan titanium dioksida. Penggunaan yang berlebihan dapat menghasilkan efek seperti topeng dimana efek ini tidak diinginkan, bila bahan yang digunakan sedikit bedak tidak dapat menempel pada wajah. Diketahui bahwa seng oksida memiliki beberapa sifat terapeutik dan membantu menutupi kekurangan pada kulit. Seng oksida memiliki kecenderungan untuk mengepalkan partikel, oleh karena itu harus diayak sebelum pencampuran dengan bahan lain dalam formulasi.
c. Magnesium karbonat
Magnesium karbonat memiliki sifat absorben dan terbukti memiliki sifat mendistribusi parfum yang baik. Penggunaan magnesium karbonat dalam jumlah yang banyak dapat menyebabkan kulit kering.
d. Parfum
Parfum merupakan konstituen penting dari kebanyakan bedak wajah. Tingkat aroma bedak wajah harus tetap rendah. Karena luas permukaan bedak yang besar, oksidasi produk wewangian dapat terjadi. Oleh karena itu, penting untuk menggunakan wewangian yang dirancang khusus mengandung bahan yang tidak mudah teroksidasi.
e. Zat warna
f. Pengikat
Beberapa jenis bahan pengikat yang digunakan dalam bedak wajah adalah bervariasi dan banyak. Oleh karena itu, terdapat 5 tipe dasar pengikat (Balsam dan Sagarin, 1972):
i. Pengikat kering
Penggunaan dari pengikat kering seperti logam stearat (Zn atau Mg) stearat dibutuhkan untuk meningkatkan tekanan bagi kompaknya bedak kompak.
ii. Pengikat minyak
Minyak tunggal, seperti minyak mineral, isopropil miristat dan turunan lanolin, dapat digunakan untuk dicampurkan dalam formula sebagai pengikat.
iii. Pengikat larut air
Pengikat larut air yang biasa digunakan umumnya adalah larutan gum seperti tragakan, karaya, dan arab. Penambahan pengawet penting dalam medium gum dan juga dalam semua larutan pengikat dari tipe ini untuk mengatasi pertumbuhan bakteri.
iv. Pengikat tidak larut air
Pengikat tidak larut air digunakan secara luas dalam bedak kompak. Minyak mineral, lemak ester dari segala tipe dan turunan lanolin, dapat digunakan dan dicampur dengan sejumlah air untuk membantu pembentukan bedak padat yang halus dan kompak. Penambahan bahan pembasah akan membantu untuk menyeragamkan distribusi kelembaban bedak.
v. Pengikat emulsi
yang sekarang telah banyak digunakan. Emulsi memberikan distribusi yang seragam baik pada fase minyak maupun fase air, dimana hal ini penting dalam pengempaan serbuk. Pengikat emulsi tidak akan kehilangan kelembaban secepat pengikat tidak larut air. Penggunaan minyak dalam bentuk emulsi bertujuan untuk mencegah penggumpalan yang dapat terjadi ketika minyak tunggal digunakan sebagai pengikat dalam bedak wajah.
f. Pengawet
Tujuan penggunaan pengawet adalah untuk menjaga kontaminasi produk selama pembuatan dan juga selama digunakan oleh konsumen, dimana mikroorganisme dapat mengkontaminasi produk setiap kali penggunaannya, baik dari tangan atau dari alat yang digunakan. Oleh karena itu, ditambahkan pengawet untuk menghindari kemungkinan terjadi kontaminasi mikroba.
2.4Kulit
Kulit adalah bagian tubuh yang paling luar yang berhubungan langsung dengan lingkungan. Kulitlah yang pertama kali menghadapi berbagai dampak buruk lingkungan seperti polusi, radiasi sinar UV, bakteri dan sebagainya. Gangguan pada kulit juga disebabkan oleh penggunaan kosmetik yang tidak sesuai (Muliyawan dan Suriana, 2013).
Kulit tersusun atas 3 lapisan utama yaitu: a. Lapisan epidermis atau kutikel
b. Lapisan dermis (korium, kutis vera, true skin) c. Lapisan subkutis (hipodermis)
epidermis merupakan bagian kulit yang menarik karena kosmetik dipakai pada epidermis itu. Meskipun ada beberapa jenis kosmetik yang digunakan sampai ke dermis, namun tetap penampilan epidermis yang menjadi tujuan utama (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).
Dengan kemajuan teknologi, dermis menjadi tujuan dalam kosmetik medik. Lapisan dermis jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapis subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak di dalamnya (Tranggono dan Latifah, 2007; Wasitaatmadja, 1997).
Secara umum, keadaan kulit dibagi menjadi 3 jenis yaitu (Tranggono dan Latifah, 2007):
a. Kulit kering
Ciri-ciri yang terlihat pada kulit kering, yaitu: i. Kulit kusam dan bersisik
ii. Mulai tampak kerutan-kerutan iii. Pori-pori tidak kelihatan b. Kulit normal
Ciri-ciri fisik yang terlihat pada kulit normal, yaitu: i. Kulit tampak segar dan cerah
ii. Bertekstur halus
iii. Pori-pori kelihatan, tetapi tidak terlalu besar
iv. Kadang kelihatan berminyak di daerah dahi, dagu dan hidung c. Kulit berminyak
ii.Pori-pori besar
iii.Mudah kotor dan berjerawat
Warna kulit terutama ditentukan oleh oxyhemoglobin yang berwarna merah, hemoglobin tereduksi yang berwarna merah kebiruan, melanin yang berwarna coklat, keratohyalin yang memberikan penampakan opaque pada kulit, serta lapisan stratum corneum yang memiliki warna putih kekuningan atau keabua-abuan. Karoten, suatu pigmen warna kuning yang sedikit sekali jumlah dan efeknya, serta eleidin dalam stratum lucidum yang hanya terlihat pada kulit yang menebal dari telapak kaki bagian tumit (Tranggono dan Latifah, 2007).
Dari semua bahan-bahan pembangun warna kulit, yang paling menentukan warna kulit adalah pigmen melanin. Jumlah, tipe, ukuran dan distribusi pigmen melanin ini akan menentukan variasi warna kulit berbagai golongan ras atau bangsa di dunia (Tranggono dan Latifah, 2007).
Intensitas warna kulit secara fundamental ditentukan oleh:
a. Jumlah melanosom yang terdapat di dalam keratinosit dan melanosit b. Kecepatan melanogenesis di dalam melanosit
c. Kecepatan transfer di dalam populasi keratinosit Oleh karena itu dikenal 2 macam warna kulit:
a. Warna kulit konstitutif, yaitu yang secara genetik diturunkan tanpa dipengaruhi faktor sinar ultraviolet dan hormon