• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Efektivitas Mengonsumsi Yoghurt yang Mengandung Probiotik Dua Strains Dengan Satu Strain Terhadap Ion Kalsium dan pH Saliva Pada Siswa SD Islam Namira Meda Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perbedaan Efektivitas Mengonsumsi Yoghurt yang Mengandung Probiotik Dua Strains Dengan Satu Strain Terhadap Ion Kalsium dan pH Saliva Pada Siswa SD Islam Namira Meda Chapter III VI"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

18 BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium klinis, dengan rancangan pretest-posttest control group design.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Sekolah Islam Namira dan pengukuran ion kalsium dan pH saliva dilakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Waktu penelitian ini bulan Oktober 2016 sampai Mei 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi pada penelitian ini adalah siswa kelas 5 SD Islam Namira Medan.Perhitungan jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan rumus penelitian yaitu:

(2)

19 10%

n = 13,66 ≈ 15 orang

Dimana :

n = Besar sampel S2 = Variasi gabungan

n1 = Jumlah populasi pada kelompok 1 penelitian terdahulu n2 = Jumlah populasi pada kelompok 2 penelitian terdahulu S11 = Varians pada kelompok 1 penelitian terdahulu

S22 = Varians pada kelompok 2 penelitian terdahulu μ1-μ2 = Derajat ketelitian peneliti

Z1-α/2 = Nilai Z pada derajat kemaknaan yang dikehendaki Z1-β = Nilai Z pada kekuatan uji yang dikehendaki

Dari hasil perhitungan, besar sampel minimal setiap kelompok perlakuan adalah 15 orang. Dalam penelitian ini sampel di ambil sebanyak 30 orang yang diambil sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi :

1. Subjek bersedia berpartisipasi dengan mengisi informed consent 2. DMFT maksimal 1

3. Subjek tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama 1 jam sebelum penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH saliva

Kriteria Eksklusi :

1. Tidak mempunyai penyakit sistemik

2. Sedang mengkonsumsi obat-obatan seperti antibiotik

(3)

20

3.4 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.4.1 Variabel Penelitian

1.Variabel perlakuan:

a.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains (Lactobacillus spp dan S. Thermophilus) merk Cimory 100 ml selama tujuh hari.

b.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain (Lactobacillus spp) merk Yakult 100 ml yang setara dengan dua botol merk Yakult selama tujuh

hari.

2. Variabel efek:

Ion kalsium dan pH saliva.

3.4.2 Definisi Operasional 1. Mengonsumsi yoghurt

a.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains adalah meminum yoghurt yang mengandung probiotik dua strains selama tujuh hari.

b.iMengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain adalah meminum yoghurt yang mengandung probiotik satu strain selama tujuh hari.

2. Ion kalsium saliva

Besar ion kalsium saliva diukur dengan metode Spektofotometer Serapan Atom (SSA) sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains atau satu strain selama tujuh hari.

3. pH saliva

Besar pH saliva diukur dengan menggunakan pH meter sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains atau satu strain selama tujuh hari.

(4)

21 3.5 Prosedur Penelitian

1. Pada hari penelitian, pukul 09.45 pagi peneliti menginstruksikan subjek untuk tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam sebelum penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH saliva.

2. Subjek sebanyak 30 orang dikumpulkan di koridor sekolah pada pukul 11.00 pagi. Peneliti dibantu oleh tim yang terdiri dari empat orang pada saat penelitian ini dilakukan.

3. Pengambilan sampel saliva awal dengan metode spitting, yaitu subjek menundukkan kepala, tidak menggerakkan lidah dan menjaga bibirnya tetap tertutup, serta tidak melakukan gerakan menelan selama 5 menit. Kemudian subjek diminta meludah saliva yang telah terkumpul dengan posisi kepala menunduk dan ditampung ke dalam pot yang telah diberi label dan disimpan di icebox yang berisi icepack.

4.iSampel saliva awal (saliva pre-test) dibawa ke laboratorium penelitian Fakultas Farmasi USU untuk dilakukan pengukuran ion kalsium dan pH saliva dalam kurun waktu kurang dari satu jam setelah saliva diambil. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada saliva.18

5.iPengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel saliva dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam pot. Kemudian dilakukan pengukuran ion kalsium saliva dengan metode SSA (saliva baseline). Dilakukan kalibrasi pada alat oleh laboran dengan cara: larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Larutan tersebut (10μg/ml) dipipet sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 ml, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1,2,3,4,5 μg/ml. Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

(5)

22

6. Pengukuran pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter digital ke dalam pot saliva hingga sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu dibiarkan beberapa detik hingga menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter digital harus dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan bufer setiap kali setelah digunakan mengukur saliva.

7. Subjek dibagi menjadi dua kelompok perlakuan, yaitu mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains (Lactobacillus spp dan S. Thermophilus) 100 ml dengan yoghurt satu strain (Lactobacillus spp) 100 ml selama tujuh hari.

8. Masing-masing kelompok diinstruksikan untuk mengonsumsi yoghurt selama tujuh hari setiap pukul 11.00 WIB. Yoghurt di konsumsi satu jam sebelum makan siang. Setelah mengonsumsi yoghurt selama tujuh hari subjek diminta meludah saliva dengan metode spitting kedalam pot saliva yang telah terkumpul dengan posisi kepala menunduk dan ditampung ke dalam pot yang telah diberi label kemudian disimpan di dalam icebox yang berisi icepack. (saliva post-test)

9.iSampel saliva dibawa kelaboratorium penelitian Fakultas Farmasi USU untuk dilakukan pengukuran ion kalsium dan pH saliva.

10.iPengukuran ion kalsium saliva dilakukan dengan mengambil sampel saliva dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam labu takar 25 ml, diencerkan dengan akuades sampai garis tanda dan larutan dihomogenkan. Larutan sampel kemudian disaring dengan kertas saring ke dalam pot. Kemudian dilakukan pengukuran ion kalsium saliva dengan metode SSA. Dilakukan kalibrasi pada alat oleh laboran dengan cara: larutan baku kalsium (1000 μg/ml) dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabu takar 100 ml lalu diencerkan dengan akuades hingga garis tanda. Larutan tersebut (10μg/ml) dipipet sebanyak 2,5; 5; 7,5; 10; dan 12,5 ml, kemudian masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 25ml dan diencerkan dengan akuades sampai tanda dan diperoleh larutan berkonsentrasi 1,2,3,4,5 μg/ml. Larutan tersebut diukur dengan SSA pada panjang gelombang absorbansi maksimum 422,7 nm dan dibuat kurva kalibrasi untuk larutan standar kalsium.

11. Pengukuran pH saliva diukur dengan cara memasukkan alat pH meter digital ke dalam pot saliva hingga sensor elektroda terendam dalam saliva, lalu

(6)

23

dibiarkan beberapa detik hingga menunjukkan derajat pH saliva tersebut. pH meter digital harus dibersihkan dan dikalibrasi dalam larutan bufer setiap kali setelah digunakan mengukur saliva.

(7)

24 3.6 Alur Penelitian

Subjek penelitian dikumpulkan di koridor sekolah pada pukul 11.00 WIB.

Subjek diinstruksikan mengonsumsi yoghurt dua

strains selama tujuh hari

Subjek diinstruksikan mengonsumsi yoghurt satu

strain selama tujuh hari

Sampel saliva ditampung dengan metode spitting ke dalam pot dan disimpan didalam icebox

Pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva di lakukan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Sampel saliva baseline ditampung dengan metode spitting ke dalam pot kemudian disimpan didalam icebox yang berisi

icepack

Pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva sebelum perlakuan di Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU

Pada pukul 09.45 pagi peneliti menginstruksikan subjek untuk tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam sebelum penelitian di mulai untuk menghindari perubahan pH

saliva

(8)

25 3.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan secara komputerisasi yaitu data dimasukkan kedalam program komputer untuk dianalisis dengan uji statistik.

a. Univariat: untuk menghitung rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains dengan satu strain.

b. Bivariat: uji t berpasangan untuk menghitung perbedaan rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains dengan satu strain. Uji t tidak berpasangan untuk menghitung perbedaaan selisih ion kalsium dan pH saliva antara kedua kelompok perlakuan.

(9)

26 BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Ion Kalsium dan pH Saliva Awal Perlakuan (Baseline)

Pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata ion kalsium saliva sebelum mengonsumsi adalah 2,89±0,20 mmol/L sedangkan rerata ion kalsium saliva kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 2,93±0,18 mmol/L. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara ion kalsium awal saliva (baseline) kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,526) (Tabel 5).

Pada kelompok mengonsumsi yoghurt duastrains, rerata pH saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,56±0,26 sedangkan rerata pH saliva kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 6,58±0,20. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara pH saliva awal (baseline) kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,759) (Tabel 5).

Tabel 5. Rerata ion kalsium dan pH saliva sebelum mengonsumsi yoghurt dua iistrains dan kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain.

(10)

27

4.2 Ion Kalsium Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata ion kalsium saliva sebelum mengonsumsi adalah 2,89±0,20 mmol/L dan sesudah mengonsumsi selama tujuh hari meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L. Pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain, rerata ion kalsium saliva sebelum mengonsumsi adalah 2,93±0,18 mmol/L dan sesudah mengonsumsi selama tujuh hari meningkat menjadi 3,05±0,19 mmol/L. Hasil uji t berpasangan menunjukkan terjadi peningkatan ion kalsium saliva yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains (p=0,000). Hasil uji t berpasangan menunjukkan terjadi peningkatan ion kalsium saliva yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,000) (Tabel 6).

Tabel 6. Rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.

Kelompok n

Rerata Ion Kalsium Saliva

(x±SD)(mmol/L) Hasil Uji Statistik Sebelum Sesudah tujuh

hari

Selisih rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua strains selama tujuh hari adalah 0,39±0,02 sedangkan selisih rerata ion kalsium saliva

sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt satu strain selama tujuh hari adalah 0,12±0,01. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan terdapat perbedaan selisih rerata ion kalsium saliva yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan yoghurt satu strain (p=0,005) (Tabel 7).

(11)

28

Tabeli7. Selisih ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurtidua istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.

Kelompok n Selisih Rerata Ion Kalsium Saliva Sebelum dan Sesudah

Hasil Uji

4.3 pH Saliva Sebelum dan Sesudah Perlakuan

Tabel 8 menunjukkan kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains, rerata pH saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,56±0,26 dan sesudah mengonsumsi selama tujuh hari menurun menjadi 6,28±0,18. Pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain, rerata pH saliva sebelum mengonsumsi adalah 6,58±0,20 dan sesudah

mengonsumsi selama tujuh hari menurun menjadi 6,33±0,15. Hasil uji t berpasangan menunjukkan terjadi penurunan pH saliva yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains (p=0,000). Hasil uji t berpasangan menunjukkan terjadi penurunan pH saliva yang signifikan pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain (p=0,000).

Tabeli8.iiRerata pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua iiiiiiiiiiiiiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.

Kelompok n

Rerata pH Saliva

(x±SD) Hasil Uji

Statistik Sebelum Sesudah tujuh

(12)

29

Pada Tabel 9 diperoleh selisih rerata pH saliva antara sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua strains selama tujuh hari adalah 0,28±0,08 sedangkan selisih rerata pH saliva antara sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt satu strain selama tujuh hari adalah 0,25±0,05. Hasil uji t tidak berpasangan menunjukkan tidak terdapat perbedaan selisih rerata pH saliva yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan yoghurt satu strain (p=0,464).

Tabel 9. Selisih pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua iiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari.

Kelompok n Selisih Rerata pH Saliva Hasil Uji Statistik Mengonsumsi

yoghurt dua strains

15 0,28±0,08

p=0,464 Mengonsumsi

yoghurt satu strain

15 0,25±0,05

(13)

30 BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil uji statistik ion kalsium dan pH saliva sebelum perlakuan menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains dengan satu strain (p>0,05). Ion kalsium saliva sebelum perlakuan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains 2,89±0,20 mmol/L dan pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 2,93±0,18 mmol/L (Tabel 5). pH saliva sebelum perlakuan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains 6,56±0,26 dan pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain 6,58±0,20 (Tabel 1). Hal ini disebabkan karena pemilihan subjek dilakukan dengan teknik purposive sampling yang memenuhi kriteria inklusi, yaitu subjek bersedia mengisi informed consent, DMFT ≤ 1, subjek tidak makan dan minum yang memiliki rasa selama satu jam sebelum penelitian di mulai.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan ion kalsium saliva yang signifikan pada kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt dua strains 2,89±0,20 mmol/L dan sesudah tujuh hari mengonsumsi meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L (p<0,05) (Tabel 6). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan ion kalsium saliva yang signifikan pada kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt satu strain 2,93±0,18 mmol/L dan sesudah tujuh hari mengonsumsi meningkat menjadi 3,05±0,19 mmol/L (p<0,05) (Tabel 6). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Poureslami dkk yang menunjukkan terdapat perubahan ion kalsium saliva antara sebelum mengonsumsi yoghurt 2,19±0,85 mmol/L dan sesudah mengonsumsi meningkat menjadi 2,44±0,67 mmol/L.15 Peningkatan ion kalsium saliva terjadi karena pada saat mengonsumsi, yoghurt melepaskan ion kalsium ke dalam saliva berupa casein phosppopeptides-amorphous calciumphospphate (CPP-ACP) yang berperan dalam mekanisme antikariogenesis, yaitu proses penggabungan dan difusi ion kalsium dan fosfat inorganik dari saliva ke plak gigi yang berguna untuk mencegah terjadinya demineralisasi dan meningkatkan remineralisasi.8,26

(14)

31

Hasil uji statistik menunjukkan terdapat perbedaan selisih rerata ion kalsium saliva yang signifikan antara sebelum dan sesudah tujuh hari mengonsumsiyoghurt dua strains adalah 0,39±0,02 dengan mengonsumsi yoghurt satu strain adalah 0,12±0,01 (p<0,05) (Tabel 7). Peningkatan yoghurt dengan dua strains lebih tinggi dibandingkan yoghurt satu strain disebabkan yoghurt dua strains memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibanding yoghurt satu strain. Protein yang tinggi menyebabkan terjadinya peningkatan ion kalsium saliva. Selain itu, yoghurt dua strains memiliki efek bakterisidal yang lebih baik dalam menghambat bakteri patogen dibandingkan yoghurt satu strain. Strains probiotik pada yoghurt mampu mensekresikan substansi anti mikroba yang akan mencegah pertumbuhan bakteri kariogenik di rongga mulut.2,5,8,26

Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan pH saliva yang signifikan pada kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt dua strains 6,56±0,26 dan sesudah tujuh hari mengonsumsi menurun menjadi 6,28±0,18 (p<0,05) (Tabel 8). Hasil penelitian menunjukkan terdapat perubahan pH saliva yang signifikan pada kelompok sebelum mengonsumsi yoghurt satu strain 6,58±0,20 dan sesudah tujuh hari mengonsumsi menurun menjadi 6,33±0,15 (p<0,05) (Tabel 8). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ilyas yang menyatakan bahwa terdapat penurunan pH saliva yang signifikan antara sebelum mengonsumsi yoghurt dua strains 6,92±0,18 dan sesudah mengonsumsi yoghurt menjadi 6,18±0,19.14 Beberapa saat sesudah mengonsumsi yoghurt, probiotik akan bersaing secara langsung dengan bakteri kariogenik dalam mulut. Probiotik didalam yoghurt akan memproduksi asam laktat yang menyebakan penurunan pH saliva.Penelitian ini didukung Sonmez dan Aras (cit Ilyas) yang menyatakan bahwa yoghurt tidak mengakibatkan penurunan pH saliva dibawah 5,7.15

Hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan selisih rerata pH saliva yang signifikan antara sebelum dan sesudah tujuh hari mengonsumsi yoghurt dua strains 0,28±0,08 dengan mengonsumsi yoghurt satu strain 0,25±0,05 (p>0,464) (Tabel 9). Hasil ini dikarenakan sesudah mengonsumsi yoghurt terjadi penurunan pH saliva tetapi tidak sampai ke batas kritis sehingga mengonsumsi yoghurt tidak

(15)

32

menyebabkan proses demineralisasi gigi dan pH saliva masih berada dalam zona normal.15 Selain itu, yoghurt memiliki kandungan kalsium yang paling tinggi dibandingkan dengan susu yang baik untuk meremineralisasi gigi.30

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dilakukan pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva pada hari pertama sesudah mengonsumsi yoghurt sehingga tidak diketahui retensi dari ion kalsium dan pH saliva.

(16)

33 BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

1. Ion kalsium saliva siswa SD Islam Namira Medan pada kelompok mengonsumsi yoghurt duastrains sebelum perlakuan adalah 2,89±0,20 mmol/L dan sesudah tujuh hari mengonsumsi meningkat menjadi 3,28±0,22 mmol/L. Ion kalsium saliva siswa SD Islam Namira Medan pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain sebelum perlakuanadalah 2,93±0,18 mmol/L dan sesudah tujuh hari mengonsumsi meningkat menjadi 3,05±0,19 mmol/L (p<0,05).

2. Terdapat perbedaan yang signifikan selisih rerata ion kalsium saliva yang signifikan antara sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua strains selama tujuh hari 0,39±0,02 dengan mengonsumsi yoghurt satu strain 0,12±0,01 (p<0,05).

3. pH saliva siswa SD Islam Namira Medan pada kelompok mengonsumsi yoghurt dua strains sebelum perlakuan adalah 6,56±0,26 dan sesudah tujuh hari mengonsumsi menurun menjadi 6,28±0,18. pH saliva siswa SD Islam Namira Medan pada kelompok mengonsumsi yoghurt satu strain sebelum perlakuan adalah 6,58±0,20 dan sesudah tujuh hari mengonsumsi menurun menjadi 6,33±0,15 (p<0,05).

4. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan selisih rerata pH saliva yang signifikan antara sebelum dan sesudah tujuh hari mengonsumsi yoghurt dua strains 0,28±0,08 dengan mengonsumsi yoghurt satu strain 0,25±0,05 (p>0,05).

5.iiYoghurt dua strains dan yoghurt satu strain terbukti efektif dalam meningkatkan ion kalsium saliva.

6. Yoghurt dua strains dengan yoghurt satu strain menurunkan pH saliva tetapi masih berada di zona normal.

(17)

34 6.2 Saran

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai :

1. Informasi tambahan kepada masyarakat dianjurkan untuk mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik satu strain atau dua strains karena baik sebagai alternatif pencegahan karies. Akan lebih baik jika mengonsumsi yoghurt yang mengandung probiotik dua strains karena dapat meningkatkan ion kalsium saliva yang lebih tinggi dan mempunyai efek bakterisidal yang lebih baik dibandingkan yoghurt yang mengandung probiotik satu strain.

2. Kepada Balitbang agar memfasilitasi penelitian lebih lanjut mengenai yoghurt yang mengandung probiotik lebih dari dua strains.

3. Keterbatasan penelitian ini adalah tidak dilakukan pemeriksaan ion kalsium dan pH saliva pada hari pertama sesudah mengonsumsi yoghurt.

4. Panduan untuk penelitian lanjutan mengenai pengaruh mengonsumsi yoghurt terhadap penyakit periodontal dan halitosis.

Gambar

Tabel 6.  Rerata ion kalsium saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua        istrains dengan yoghurt satu strain selama tujuh hari
Tabel 9. Selisih pH saliva sebelum dan sesudah mengonsumsi yoghurt dua iiiistrainsidengan yoghurt satu strain selama tujuh hari

Referensi

Dokumen terkait

Dalam pendapat Mahkamah yang dibacakan oleh Wakil Ketua MK Anwar Usman, Mahkamah berpendapat mengenai dalil Pemohon yang menginginkan agar Pasal 83 ayat (1) KUHAP sepanjang

Menakar Kinerja Partai Politik Era Transisi di Indonesia, Yogyakarta:

Tidak terdapat hubungan antara karakteristik (umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, status pekerjaan, dan tingkat pendapatan) penderita TB paru dengan kepatuhan

institusi Pemerintali/BUMN/BUMD maupun sektor privat, maka berikut ini kami sampaikan jadual Seri Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa yang akan diselenggarakan di BP-Unit

Evaluasi pelaksanaan pembelajaran oleh dosen adalah dengan mengevaluasi SAP, Silabus serta bahan ajar, adapun kendala dalam pelaksanaan pendidikan karakter pada FKIP Uniska

Metode penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian deskriptif, yaitu suatu tipe penelitian untuk memberikan gambaran objek penelitian berdasarkan

(return) yang diberikan sumber daya manusia kepada perusahaan sebagai akibat. dari modal- human capital yang

Jurnal penerimaan kas kurang efisien karena dalam satu transaksi harus melakukan pencatatan dua kali.. Perhitungan bunga simpanan, pinjaman dan tabungan belum dimasukkan