• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Urine dan Keluhan Kesehatan Pada Sopir Angkot Rahayu Medan Ceria 103 di Kota Medan Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Kadar Timbal (Pb) Pada Urine dan Keluhan Kesehatan Pada Sopir Angkot Rahayu Medan Ceria 103 di Kota Medan Tahun 2016"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 41 Tahun 1999

menyebutkan bahwa pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukannya zat, energi, dan/atau komponen lain kedalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak

dapat memenuhi fungsinya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama akan

mengganggu kehidupan manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan. Bila keadaan tersebut terjadi maka udara dikatakan tercemar (Mukhtasar, 2007).

Dengan adanya Peraturan Pemerintah tersebut maka dalam pelaksanaan

sudah dibuat ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan hal tersebut. Ketentuan yang dimaksud adalah ketentuan umum baku mutu ambien adalah

batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan pencemar yang ada di udara, namun tidak boleh menimbulkan gangguan terhadap mahluk hidup, tumbuhan dan atau benda, sedangkan baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperoleh

bagi zat atau bahan pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemaran ke udara sehingga tidak mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien. Selain itu,

pemerintah mengeluarkan ketentuan parameter apa saja yang harus di uji dalam beberapa nilai untuk menentukan kedua baku mutu tersebut (Achmadi, 2013).

Secara umum penyebab pencemaran udara ada dua, yaitu:

(2)

1. Alamiah (Faktor Internal)

a. Debu yang bertebangan akibat tiupan angin

b. Abu (debu yang dikeluarkan dari letusan gunung berapi berikut gas-gas vulkanik)

c. Pembusukan sampah organik

d. Zat pencemar yang terbentuk secara alamiah, dapat berasal dari tanah, hutan/pegunungan (radon, metana, uap air/kelembapan)

2. Aktivitas Manusia

a. Pencemaran akibat lalu lintas: CO, debu, karbon, Nitrogen Oksida

b. Pencemaran industri: NOx, SO2, Ozone, Pb. c. Rumah tangga: pembakaran

Menurut tempatnya pencemaran udara dapat dikategorikan ke dalam:

1. Indoor air pollution, yakni pencemaran udara yang terjadi di dalam rumah yang berkaitan dengan kegiatan memasak, merokok, kejadian di tempat

kerja (perkantoran), serta tempat-tempat umum seperti kendaraan umum, hotel, super market, dan lain-lain.

2. Outdoor air pollution, yakni pencemaran udara yang terjadi di luar,

sebagaimana lazimnya di kawasan perkotaan yang disebabkan karena kendaraan bermotor dan industri (Achmadi, 2013).

Kelembapan udara bergantung pada konsentrasi uap air, dan H2O yang berbeda-beda konsentrasinya di setiap daerah. Kondisi udara di dalam atmosfer tidak pernah ditemukan dalam keadaan bersih, melainkan sudah tercampur dengan

(3)

partikulat-partikulat yang berasal dari aktifitas manusia terus-menerus masuk kedalam udara dan mencemari udara dilapisan atmosfer khususnya lapisan

troposfer. Apabila bahan pencemar tersebut dari hasil pengukuran dengan parameter yang telah ditentukan oleh WHO konsentrasi bahan pencemarnnya

melewati ambang batas (konsentrasi yang bisa diatasi), maka udara dinyatakan dalam keadaan tercemar.

Pencemaran udara terjadi apabila mengandung satu macam atau lebih

bahan pencemar diperoleh dari hasil proses kimiawi seperti gas-gas CO, CO2, SO2,SO3, Pb, gas dengan konsentrasi tinggi atau kondisi fisik seperti suhu yang sangat tinggi bagi ukuran manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan. Adanya

gas-gas dan partikulat-partikulat tersebut, baik yang diperoleh secara alami dari gunung berapi, pelapukan tumbuh-tumbuhan, ledakan gunung berapi dan

kebakaran hutan, maupun yang diperoleh dari kegiatan manusia ini akan mengganggu siklus yang ada di udara dan dengan sendirinya akan mengganggu sistem keseimbangan dinamik di udara, sehingga dapat menyebabkan pencemaran

udara (Soemirat, 2009).

2.1.1 Sumber Pencemaran

Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Beberapa defenisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,

(4)

1. Pencemaran primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari

pencemar udara primer karena merupakan hasil dari pembakaran.

2. Pencemaran sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi

pencemar-pencemar primer di atmosfer. Pembentukan ozon dan smog fotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder.

Sumber pencemaran timbal dapat digolongkan ke dalam beberapa bagian,

antara lain:

1. Sumber Alami

Di alam, kadar timbal dapat ditemukan pada bebatuan sekitar 13 mg/kg, terkhusus timbal yang terkandung pada batu fosfat dan dalam batu pasir kadarnya sebesar 100 mg/kg. Pada tanah timbal ditemukan sekitar 5-25

mg/kg, serta pada air bawah tanah dengan kadar 1-60µg/l dan air permukaan dengan kadar 1-10µg/l.

2. Sumber dari Industri

Berbagai kegiatan industri yang menggunakan timbal adalah industri pengecoran dan pemurnian, industri baterai, industri bahan bakar, industri

kabel dan industri bahan kimia.

2.1.2 Pencemaran Udara Akibat Kendaraan Bermotor

Kesadaran masyarakat dalam menggunakan kendaraan umum masih

sangat rendah. Banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi dalam melaksanakan aktivitas dan pergerakannya membuat peningkatan

(5)

Meningkatnya produksi kendaraan bermotor memperburuk keberadaan timbal di udara. Konstribusi asap kendaraan bermotor menyumbang polusi udara

sebesar 60%-70%. Di Sumatera Utara, tercatat pada tahun 2014 peningkatan jumlah kendaraan bermotor mencapai 5,46% atau sebesar 290.314 unit, yakni

dari 5.315.181 unit pada 2013 menjadi 5.605.495 unit hingga Desember 2014 (BPS, 2015). Dari jumlah itu, penambahan sepeda motor yang paling banyak. Sedangkan hasil pengukuran yang dilakukan oleh Badan Pengendalian Dampak

Lingkungan (Bapedal) Daerah Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 3 Februari 2003 menunjukkan hasil bahwa kadar timbal di udara ambien Kota Medan adalah

sebesar 3,5µg/Nm3. Angka ini telah melebihi baku mutu udara ambien untuk timbal, yaitu sebesar 2,0 µg/Nm3 berdasarkan PP RI No. 41 Tahun 1999.

2.2 Timbal

2.2.1 Sifat Fisik Dan Kimiawi

Timbal atau dalam keseharian dikenal dengan timah hitam, dan dalam

bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum dengan simbol Pb. Logam ini termasuk kedalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada Tabel Periodik unsur kimia. Timbal mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom

(BA) 207,2 adalah logam berat berwarna kelabu kebiruan dan lunak dengan titik leleh 327oC dan titik didih 1620oC. Pada suhu 550-600oC Pb menguap dan

membentuk timbal oksida. Bentuk oksida yang paling umum adalah timbel (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, Pb sangat rapuh dan mengkerut saat pendinginan, sulit larut dalam air, air panas dan air asam, timbal dapat larut dalam

(6)

sifat kimia yang aktif sehingga dapat digunakan untuk melapisi logam yang mencegah perkaratan dan bila dicampur dengan logam lain akan membentuk

logam campuran yang lebih bagus daripada logam murninya. Timbal mudah larut dalam larutan garam, misalnya larutan amonium asetat dan larut dalam minyak

dan lemak (Sartono, 2001).

Timbal secara alamiah terdapat dalam jumlah kecil pada batu-batuan, penguapan lava, tanah dan tumbuhan. Timbal komersial dihasilkan melalui

penambangan, peleburan, pengilangan dan pengolahan sekunder. Sumber-sumber lain yang menyebabkan timbal terdapat dalam udara ada bermacam-macam.

Diantara sumber alternatif ini yang tergolong besar adalah pembakaran batu bara, asap dari pabrik-pabrik yang mengolah senyawa timbal alkil, timbal oksida, peleburan biji timbal dan transfer bahan bakar kendaraan bermotor, karena

senyawa timbal alkil yang terdapat dalam bahan bakar tersebut dengan sangat mudah menguap. Kadar timbal dari sumber alamiah sangat rendah dibanding

dengan timbal yang berasal dari pembungan gas kendaraan bermotor. 2.2.2 Fungsi Timbal

Timbal merupakan hasil samping dari pembakaran berasal dari senyawa

tetraetil-Pb yang selalu ditambahkan kedalam bahan bakar kendaraan bermotor dan berfungsi meningkatkan daya pelumasan dan sebagai anti ketuk (anti-Knock)

pada mesin-mesin kendaraan sehingga dapat menurunkan kebisingan suara ketika terjadi pembakaran pada mesin-mesin kendaraan bermotor. Timbal juga sebagai zat peningkat oktan dalam produksi gasoline dengan pertimbangan bahwa Pb

(7)

tambahan 0,1 gram timbal dalam 1 liter gasoline mampu menaikkan angka oktan sampai dengan 1,5-2 satuan angka oktan.

Bahan aditif yang biasa dimasukan kedalam bahan bakar kendaraan bermotor pada umumnya terdiri dari 62% timbal tetra etil, dan bahan scavenger

yaitu 18% etilendikhlorida (C2H4C12), 18 % etilenbromida (C2H4Br2) dan sekitar 2% campuran tambahan dari bahan-bahan yang lain. Senyawa scavenger dapat mengikat residu timbal yang dihasilkan setelah pembakaran, sehinga didalam gas

buangan terdapat senyawa timbal dengan halogen. Jumlah senyawa timbal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan senyawa-senyawa lain dan tidak terbakar

musnahnya timbal dalam peristiwa pembakaran pada mesin menyebabkan jumlah timbal yang dibuang ke udara melalui asap buangan kendaraan menjadi sangat tinggi. Sumber inilah yang saat ini paling banyak memberi konstribusi kadar

timbal dalam udara (Darmono, 2001).

2.2.3 Penggunaan Timbal Pada Bahan Bakar

Timbal digunakan dalam berbagai bentuk yaitu bentuk murni maupun bentuk alloy. Penggunaan timbal terbesar yaitu:

1. Industri pengecoran maupun pemurnian, industri ini menghasilkan timbal

konsentrat (primary lead maupun secondary lead) yang berasal dari potongan logam

2. Industri baterai yaitu industri yang banyak menggunakan timbal terutama

(8)

3. Industri bahan bakar yaitu timbal yang berupa tetra ethil lead dan methil lead banyak dipakai anti knock pada bahan bakar, sehingga baik industri

maupun bahan bakar yang dihasilkan merupakan sumber pencemar timbal 4. Industri kabel yaitu kabel yang memerlukan timbal untuk melapisi kabel.

Saat ini pemakai timbal di industri kabel mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk mahkluk hidup

5. Industri kimia yang mengandung bahan pewarna bentuk. Bentuk-bentuk dari persenyawaan yang dibentuk oleh timbal dengan unsur kimia lainnya,

serta fungsi dari bentuk persenyawaan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Bentuk Persenyawaan Timbal dan Kegunaannya

No Bentuk Persenyawaan Kegunaan

1. Pb + Sb Kabel telepon

2. Pb + As + Sn + Bi Kabel listrik

3. Pb + Ni Senyawa Azida untuk bahan peledak 4. Pb + Cr + Mo + Cl Untuk pewarnaan pada cat

5. Pb – asetat Pengkilap keramik dan bahan anti api 6. Pb + Te Pembangkit listrik tenaga panas 7. Tetrametil-Pb (CH3)4-Pb

tetraetil-Pb (C2H5)4-Pb

Aditif untuk bahan bakar kendaraan bermotor

Sumber: Palar, 2008

Timbal ditambahkan pada bahan bakar kendaraan bermotor dalam bentuk

senyawa organik tetraalkyllead, terdiri dari tetramethyllead (TML), tetraethyllead

(TEL), dan campuran alkil Triethylmethyllead, diethylmethyllead dan

ethyltrimethillead. Tidak ada timbal yang ditambahkan pada bahan bakar solar

(9)

TEL dan TML secara bersama-sama ditambahkan kedalam bensin sebagai aditif anti ketukan mesin dan menaikkan angka oktan bensin. TEL berbentuk

cairan berat dengan kerapatan 1,659 g/ml, titik didih 200oC=390oF dan larut dalam bensin.

Berdasarkan pada analisis yang pernah dilakukan dapat diketahui kandungan bermacam-macam senyawa timbal yang ada dalam asap kendaraan bermotor, seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Timbal (Pb) dalam Gas Buangan Kendaraan Bermotor

Senyawa Pb (%) Persen dari total partikel Pb di asap

0 Jam 18 Jam

Kandungan PbBrCL dan PbBrCl2PbO merupakan kandungan senyawa timbal yang utama. Kedua senyawa tersebut telah dihasilkan pada saat pembakaran pada mesin kendaraan dimulai, yaitu saat waktu 0 jam. Selanjutnya

(10)

berkurang jauh (50% untuk PbBrCL) dan menjadi sangat sedikit untuk PbBrCl2PbO. Sedangkan kandungan oksida-oksida timbal (PbOx) dan

PbCO32PbO mengalami peningkatan yang sangat tinggi dan menggantikan posisi kandungan pertama setelah masa pembakaran sampai 18 jam.

2.3 Pencemaran Timbal Pada Lingkungan

Konsentrasi dari timbal di udara ambien ditentukan pada daerah dengan populasi yang padat, makin besar suatu kota makin tinggi konsentrasi timbal di

udara ambien. Kualitas udara di jalan raya dengan lalu lintas yang sangat padat mengandung timbal yang lebih tinggi dibandingkan dengan udara di jalan raya

dengan kepadatan lalu lintas yang rendah. Konsentrasi timbal di udara bervariasi dari 2-4µg/m3 di kota besar dengan lalu lintas yang padat sampai kurang dari 0,2µg/m3 di daerah pinggiran kota dan lebih rendah lagi di daerah pedesaan.

Konsentrasi tertinggi terjadi di sepanjang jalan raya bebas hambatan selama jam-jam sibuk dimana konsentrasinya bisa mencapai 14-25µg/m3.

2.4 Dampak Timbal Terhadap Lingkungan 2.4.1 Udara

Pencemaran timbal di udara dapat disebabkan oleh asap yang berasal dari

cerobong pabrik yang mengolah senyawa timbal dan knalpot kendaraan. Senyawa-senyawa timbal dalam keadaan kering dapat terdispersi di dalam udara,

(11)

2.4.2 Air

Timbal dapat masuk ke badan perairan melalui pengkristalan timbal di

udara dengan bantuan air hujan. Pencemaran timbal di perairan juga dapat disebabkan oleh berbagai aktivitas manusia seperti dari air buangan (limbah) dari

industri yang berkaitan dengan timbal. Limbah tersebut akan jatuh pada jalur-jalur perairan dan akan merusak tata lingkungan perairan yang dimasukinya. Badan perairan yang telah kemasukan senyawa atau ion-ion timbal dengan jumlah

melebihi konsentrasi semestinya, dapat menyebabkan kematian bagi biota perairan tersebut. Konsentrasi timbal yang mencapai 188 mg/l dapat membunuh

ikan-ikan (Palar, 2008). Baku mutu timbal di perairan berdasarkan PP No. 20 tahun 1990 adalah 0,1 mg/l.

2.4.3 Tanah

Pencemaran timbal di tanah dapat disebabkan oleh buangan sampah sisa produk konsumen yang mengandung timbal. Keberadaan timbal di dalam tanah

dapat juga berasal dari emisi kendaraan bermotor yang mana partikel timbal yang terlepas ke udara secara alami dengan adanya gaya gravitasi membuat timbal turun ke tanah. Rata-rata timbal yang terdapat di dalam tanah adalah sebesar 5-25

mg/kg. Jika timbal telah mencemari permukaan tanah, maka timbal dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang

(12)

2.4.2 Tanaman

Organ tanaman dapat mengakumulasi timbal melalui daun, batang, dan

akar. Perpindahan timbal dari tanah ke tanaman tergantung komposisi dan pH tanah. Konsentrasi timbal yang tinggi (100-1000 mg/kg) akan mengakibatkan

pengaruh toksik pada proses fotosintesis dan pertumbuhan. Timbal hanya mempengaruhi tanaman bila konsentrasinya tinggi. Tanaman dapat menyerap logam timbal pada saat kondisi kesuburan dan bahan organik tanah rendah. Pada

keadaan ini logam berat timbal akan terlepas dari ikatan tanah dan berupa ion yang bergerak bebas pada larutan tanah sehingga dapat menyebabkan terjadinya

serapan timbal oleh akar tanaman. Bila tanaman seperti sayuran yang mengandung timbal dikonsumsi manusia, maka akan menyebabkan terjadinya penyerapan timbal di dalam tubuh manusia. Kadar timbal secara alamiah pada

daun adalah sebesar 2,5 mg/kg berat daun kering. Adapun jenis tumbuhan yang tinggi kandungan timbalnya adalah beras, gandum dan kentang.

2.4.5 Makanan dan Minuman

Semua bahan pangan alami mengandung timbal dalam konsentrasi kecil, dan selama persiapan makanan mungkin kandungan timbal akan bertambah.

Timbal dalam makanan dapat berasal dari peralatan masak, alat-alat makanan dan wadah-wadah penyimpanan yang terbuat dari alloy timbal atau keramik yang

(13)

2.5 Distribusi Timbal Pada Tubuh

Penyerapan timbal melalui pernapasan tergantung pada tiga proses yaitu

deposisi, pembersihan muskosilier, dan pembersihan alveolar. Deposisi (penumpukan) partikal timbal dalam paru-paru maksimal (63%) ukuran sebesar 1

µm dan minimal (39%) pada 0,l µm. Orang sedang istrahat, volume pernapasan sebesar 10 L/menit. untuk pembersihan timbal yang ada pada paru-paru dibutuhkan pembersihan silier yang merupakan kombinasi aliran selaput lendir

dan aktivitas silier melalui proses pemindahan partikel-partikel yang ada pada laring dan faring. Pembersihan alveolar memerlukan tiga tahap yaitu:

1. Memindahkan gerakan mukosilier

2. Berjalan melalui membran-membran sampai pada jaringan paru 3. Berjalan melalui jaringan paru sampai ada kelenjar limpa dan darah

Proses fagositosis oleh makrofag alveoli merupakan mekanisme penting bagi memindahan partikel-artikel dengan gerakan mukosilier (Anies, 2005).

Protosentase timbal di udara yang terhirup akan mencapai darah diperkirakan sekitar 30% sampai 40% (rata-rata 37%) tergatung pada:

1. Ukuran partikel

2. Daya larut

3. Volume pernapasan

4. Variasi psikologis individu

5. Kondisi psikologis yang memengaruhi penyerapan paru-paru

Pembersihan mukosilier pada perokok lebih lambat daripada yang bukan

(14)

menghambat aktivitas silier. Berbagi faktor yang mempengaruhi terhirupnya timbal kemudian masuk ke paru-paru, tidak hanya secara teoritis akan tetapi

kenyataan perlu mendapat perhatian terhadap tingkat konsentrasi timbal dalam udara, sehingga dapat merubah atau menekan kandungan timbal dalam darah

pada pekerja yang tidak terlindungi (Siswanto, 1999).

Sumber: Palar, 2008

Gambar 1. Distribusi timbal dalam tubuh

2.6 Metabolisme Timbal Pada Tubuh

Timbal masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernafasan,

melalui saluran pencernaan yang melalui makanan dan minuman serta perembesan pada selaput atau lapisan kulit, terutama pada anak-anak dan orang dewasa dengan kebersihan perorangan yang kurang baik. Absorbsi timbal di

(15)

fisik, dan faktor genetik. Absorbsi melalui pernafasan merupakan jalur utama pada pemaparan timbal akibat kerja. Timbal yang diabsorbsi tubuh akan mengikat

sel darah merah, kemudian didistribusi kedalam darah, cairan ekstraseluler, beberapa tempat deposit yang jaringan lunak (hati, ginjal dan saraf) dan jaringan

mineral (tulang dan gigi). Timbal dalam darah diperkirakan 90% dari jumlah keseluruhan timbal dalam tubuh.

Senyawa timbal tertrametil dan timbal tetra-etil diserap oleh kulit. Hal ini

disebabkan kedua senyawa tersebut dapat larut dalam minyak dan lemak. Sedangkan dalam lapisan udara tertraetil terurai dengan cepat karena adanya sinar

matahari. Timbal tetraetil akan terurai membentuk timbal trietil, timbal dietil dan timbal monoetil. Semua senyawa uraian dari timbal tetraetil tersebut memiliki bau yang spesifik seperti bau bawang putih, sulit larut dalam minyak akan tetapi

semua senyawa turunan ini dapat larut dengan baik dalam air.

Sebagian besar dari timbal yang terhirup pada saat bernafas akan masuk ke

dalam pembuluh darah paru-paru. Absorbsi timbal melalui saluran napas dipengaruhi oleh tiga proses yaitu deposisi pembersihan mukosiliar dan pembersihan alveolar. Deposisi terjadi di nesofaring, saluran trankeobronkhial

dan alveolus. Deposisi sangat dipengaruhi oleh ukuran partikel dari senyawa timbal yang ada, volume udara yang mampu dihirup pada saat peristiwa bernapas

berlangsung dan daya larut. Makin kecil ukuran partikel debu, serta makin besar volume udara yang mampu terhirup, maka akan semakin besar pula konsentrasi timbal yang diserap oleh tubuh. Partikel yang lebih kecil 10 µm dapat tertahan di

(16)

bagian atas. Pembersihan mukosiliar membawa partikel ke faring lalu ditelan. Partikel besar lebih cepat dibersihkan dibanding partikel yang kecil. Fungsi

pembersihan alveolar yaitu membawa partikel ke ekskalator mukosiliar, menembus jaringan paru, dan menuju jaringan limfe dan aliran darah. Sebanyak

30-40% timbal yang diabsorbsi melalui saluran napas akan masuk kedalam aliran darah dan berikatan dengan darah paru-paru untuk kemudian diedarkan keseluruh jaringan dan organ tubuh (Palar, 2008).

Absorbsi melalui saluran cerna dipengaruhi oleh daya larut, bentuk dan ukuran partikel, status gizi dan tipe diet. Pada orang dewasa sekitar 10% dari

cemaran timbal yang masuk melalui saluran cerna akan diabsorbsi oleh tubuh, pada bayi dan anak absorbsi dapat mencapai 50%. Pada keadaan puasa absorbsi juga akan meningkat. Demikian pula pada diet yang rendah kalsium, Fe dan

protein meningkatkan absorbsi timbal.

Timbal yang bersirkulasi dalam darah akan didistribusikan ke dalam

jaringan lunak seperti tubulus ginjal dan sel hati, tetapi berinkoporasi dalam tulang, rambut, dan gigi untuk disimpan. 90% timbal akan disimpan dalam tulang dan hanya sebagian kecil tersimpan dalam otak. Rata-rata 10-30% timbal yang

terinhalasi diabsorbsi melalui paru-paru, dan sekitar 5-10% dari yang tertelan diabsorbsi melalui saluran cerna. Uap timbal tetra etil diabsorbsi dengan baik

melalui paru-paru. Absorbsi timbal yang meningkat menyebabkan: 1. Penurunan kandungan hemoglobin

2. Penurunan jumlah dan pemendekan masa hidup eritrosit

(17)

4. Peningkatan jumlah eritrosit berbintik basofilik.

Jadi, pemeriksaan darah untuk mendeteksi efek-efek ini dapat digunakan sebagai

pengukur paparan timbal. Sementara pengukuran timbal dalam urin dan darah memberi petunjuk terhadap paparan timbal dalam tubuh.

Timbal diekskresikan terutama melalui saluran air seni, yang kandungan timbalnya dalam plasma dan di dalam air seni terlihat proporsional. Biasanya ekskresi timbal dari tubuh sangat kecil meskipun intake timbal tiap hari naik,

sehingga dapat menaikkan kandungan timbal dalam tubuh. Rata-rata intake timbal perhari sekitar 0,3 mg, apabila intake mencapai 0,6 mg/hari akan

menunjukkan,gejala yang positif. Karena timbal lama dideposit dalam tulang, dosis tersebut tidak akan memperlihatkan gejala keracunan pada orang selama hidupnya. Timbal di ekskresi melalui beberapa cara terutama melalui ginjal dan

dan saluran cerna.

Jika intake timbal cukup besar sedang deposit timbal terlalu lambat maka

akan mengakibatkan kesulitan untuk mencegah terjadinya kerusakan jaringan lunak. Hal tersebut mengakibatkan waktu yang diperlukan untuk mengakumulasi sejumlah timbal yang toksik menjadi lebih pendek dan tidak proporsional dengan

kenaikan jumlah timbal yang dimakan. Penyerapan timbal sebesar 2,5 mg/hari akan memerlukan waktu terakumulasi dalam jaringan lunak. Sedangkan

penyerapan 3,5 mg/hari akan mengakibatkan kandungan timbal yang toksik dalam beberapa bulan saja.

Ekskresi timbal melalui urin sebanyak 75-80%, melalui feces15% dan

(18)

timbal melalui saluran cerna dipengaruhi oleh saluran aktif dan pasif kelenjar saliva, pankreas dan kelenjar lainnya di dinding usus, regenerasi sel epitel, dan

ekskresi empedu. Sedangkan ekskresi timbal melalui ginjal adalah melalui filtrasi glomerulus. Kadar timbal dalam urin dipakai untuk pajanan okupasional.

Pada umumnya ekskresi timbal berjalan sangat lambat. Timbal butuh waktu paruh didalam darah kurang lebih 25 hari, pada jaringan lunak 40 hari sedangkan pada tulang 25 tahun. Ekskresi yang lambat ini menyebabkan timbal

mudah terakumulasi dalam tubuh, baik pada pajanan okupasinal maupun non okupasional (Sari, 2013).

2.7 Keracunan Timbal

2.7.1 Gejala Klinis Keracunan Timbal

Keracunan timbal yang dapat menimbulkan suatu gejala keracunan pada

setiap orang baik anak maupun orang dewasa begitu juga asal dan jenis kontaminasi timbal tersebut. Gejala maupun tanda-tanda klinis akibat terpapar

timbal akan timbul berbeda-beda. Gejala yang terjadi pada bayi dan anak usia pra sekolah pada pemaparan timbal yang lama adalah nafsu makan berkurang, sakit perut dan muntah, bergerak terasa kaku, tidak ingin bermain, lemah, sulit

berbicara, gangguan pertumbuhan otak dan koma. Sedangkan pada orang dewasa adalah anemia yang menimbulkan lelah, letih, lesu, kurang konsentrasi, gangguan

(19)

Faktor-faktor yang mempengaruhi keracunan oleh timbal adalah faktor lingkungan dan faktor manusia (Kurniawan, 2008). Faktor lingkungan terdiri dari:

1. Dosis dan lama pemaparan. Konsentrasi yang besar dan pemaparan yang lama dapat menimbulkan efek yang berat dan bisa berbahaya.

2. Kelangsungan pemaparan. Berat ringan efek timbal tergantung pada proses pemaparan timbal yaitu pemaparan secara terus menerus atau terputus-putus. Pemaparan terus menerus akan memberikan efek yang lebih berat dan

fatal.

3. Jalur pemaparan. Timbal akan memberikan efek yang berbahaya terhadap

kesehatan bila masuk melalui jalur yang tepat. Orang-orang dengan sumbatan hidung mungkin juga beresiko lebih tinggi, karena pernapasan lewat mulut mempermudah inhalasi partikel debu yang lebih besar.

Sedangkan untuk faktor manusia terdiri dari: 1. Umur

Usia muda pada umumnya lebih peka terhadap aktivitas timbal, hal ini berhubungan dengan perkembangan organ dan fungsinya belum sempurna. Semakin tua umur seseorang, akan semakin tinggi pula konsentrasi timbal

yang terakumulasi pada jaringan tubuh. 2. Status kesehatan

Status gizi dan tingkat kekebalan (imunologi). Keadaan sakit atau disfungsi dapat mempertinggi penyerapan timbal dan mempermudah terjadinya kerusakan organ. Kurang gizi akan meningkatkan kadar timbal yang bebas

(20)

timbal dalam jaringan lunak dan efek racun pada sistem hematopoeitik. Diet rendah kalsium dan fosfor juga akan meningkatkan absorbsi timbal pada

usus. Defisiensi besi, diet rendah protein dan diet tinggi lemak akan meningkatkan absorbsi timbal, sedangkan pemberian zinc dan vitamin C

secara terus menerus akan menurunkan kadar timbal dalam darah, walaupun pajanan timbal terus berlangsung.

Tabel 2.3 Kadar Timbal dalam Jaringan Tubuh Orang yang Tidak Terpapar Timbal

Nilai Ambang Batas

Jaringan mg Pb/100gr Jaringan Basah

Tulang 0,67 – 3,59

Efek toksik pada laki-laki dan perempuan mempunyai pengaruh yang berbeda. Perempuan lebih rentan daripada laki-laki. Hal ini disebabkan oleh perbedaan faktor ukuran tubuh, keseimbangan hormonal dan perbedaan

metabolisme. 4. Jenis jaringan.

(21)

2.7.2 Keracunan Akut

Keracunan akut akibat timbal sangat jarang terjadi. Keracunan akut akibat

timbal biasanya disebabkan oleh inhalasi timbal oksida (PbOx) dalam jumlah besar di industri atau pada anak kecil yang disebabkan karena tertelannya cat yang

mengandung timbal dalam dosis besar. Bila absorbsi timbal lebih lambat, maka kolik abdomen dan ensefalopati dapat ditemukan dalam beberapa hari. Gangguan yang menyerupai keracunan timbal adalah appenditis dan pankreatitis

(Wardhana,02001).

2.7.3 Keracunan Kronis

Manifestasi keracunan timbal yang paling sering adalah kelemahan, anoreksia, keguguran, tremor, turunnya berat badan, sakit kepala dan gejala-gejala saluran pencernaan. Efek pertama pada keracunan timbal kronis sebelum

mencapai target organ adalah adanya gangguan pada biosintetis hem, apabila hal ini tidak segera diatasi akan terus berlanjut mengenai target organ lainnya.

Hubungan nyeri abdomen yang berulang dan kelemahan otot penggerakan tanpa nyeri menunjukkan kemungkinan adanya keracunan timbal.

Beberapa efek dari keracunan timbal pada berbagai organ-organ tubuh

sebagai berikut:

1. Efek timbal pada sistem saraf

Sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap daya racun yang dibawa oleh logam timbal. Pengaruh dari keracunan timbal dapat menimbulkan kerusakan otak. Penyakit-penyakit yang berhubungan

(22)

halusinasi, kerusakan pada otak besar dan delirium. Kelainan otak jarang sekali terjadi pada orang dewasa tetapi sering terjadi pada anak-anak.

Kelainan bervariasi dari penurunan intelektual, gangguan kejiwaan yang ringan sampai pada pembengkakan otak yang berat yang dapat

berkembang dengan sangat cepat walaupun akumulasi timbal berlangsung lambat bertahun-tahun. Kejang, koma dan kematian dapat segera terjadi apabila fungsi otak terganggu. Pada penderita yang masih hidup efek

neurologia yang menetap sering terjadi (Laila, 2013). Neuropati perifer lebih sering terjadi pada orang dewasa, kelainan ini terutama bersifat

motorik dan meliputi otot-otot yang masih aktif, sehingga tanda-tanda yang khas adalah menyebabkan pergelangan tangan terkulai (wrist drop) dan pergelangan kaki terkulai (foot drop).

2. Efek timbal pada sistem urinaria

Efek timbal terhadap sistem urinaria (ginjal) dapat mengakibatkan

terjadinya kerusakan pada saluran ginjal. Kerusakan yang terjadi disebabkan terbentuknya inkranuclear inclution body yang disertai dengan membentuknya aminociduria yaitu terjadinya kelebihan asam amino

dalam urin. Pada fase akut keracunan timbal, seringkali ada gangguan ginjal fungsional tetapi tidak dapat dipastikan apakah ada kerusakan ginjal

yang permanen (Azhari, 2014).

3. Efek timbal pada sistem reproduksi, sistem endokrin dan jantung

Efek timbal terhadap sistem reproduksi, menyebabkan menurunnya

(23)

tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap dan ditimbun dalam tulang dan masuk kedalam peredaran darah, melaui plasenta dan kemudian akan

ikut masuk dalam sistem peredaran darah janin dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan rendah, menghambat perkembangan otak dan

intelegensia janin. Selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama dengan air susu (ASI). Sedangkan efek timbal terhadap sistem endokrin dapat mempengaruhi fungsi dari tiroid. Fungsi dari tiroid sebagai

hormon akan mengalami tekanan bila manusia kekurangan youdium isotop. Untuk pengaruh keracunan timbal pada otot jantung baru

ditemukan pada anak.

4. Efek timbal pada sistem saluran cerna

Kolik usus (spasme usus halus) adalah manifestasi klinis tersering dari

keracunan timbal lanjut. Nyeri terlokalisir disekitar atau dibawa umbilekus. Tanda paparan timbal (tidak berkaitan) adalah pigmen kelabu

pada gusi (garis-garis timbal).

5. Efek timbal pada sistem hematopoeietik

Timbal menghambat aktivitas enzim δ-aminolevulinat dehidaratase

(ALAD) dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit pada kadar 10 µg/dL. Kadar ALAD yang tinggi dapat menimbulkan aksi neurotoksik

(Adnan, 2001). Timbal menyebabkan 2 macam anemia. Dalam keracunan timbal akut terjadi anemia hemolitik, sedangkan pada keracunan timbal kronis terjadi anemia makrositik hipokromik, hal ini karena menurunnya

(24)

hemoglobin dan juga terjadi peningkatan corproporfirin dalam urin. Menurut Adnan, kadar timbal dalam darah yang dapat menyebabkan

anemia klinis adalah sebesar 70µg/dL atau 0,7mg/L.

2.8 Angkutan Umum

Berdasarkan Undang-Undang No. 14 tahun1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, menyebutkan bahwa pelayanan angkutan orang dengan kendaraan umum terdiri dari:

1. Angkutan antar kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain,

2. Angkutan kota yang merupakan pemindahan orang dari suatu kota ke kota lain,

3. Angkutan pedesaaan yang merupakan pemindahan orang dalam dan atau

antar wilayah pedesaan,

4. Angkutan lintas negara yang merupakan angkutan orang yang melalui

lintas batas negara lain.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, sopir adalah pengemudi mobil. Sementara angkutan adalah barang-barang (orang-orang dan sebagainya) yang

diangkut. Kendaraan umum adalah setiap kendaraan bermotor yang disediakan untuk dipergunakan oleh angkutan umum dengan dipungut bayaran

(Undang-Undang Lalu Lintas No.14 Tahun1992). Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sopir angkutan umum adalah individu yang mengangkut barang ataupun orang dengan menggunakan salah satu kendaraan umum yang

(25)

2.9 Angkutan Kota

Angkutan kota atau angkot adalah salah satu sarana perhubungan dalam

kota dan antar kota yang banyak digunakan di masyarakat, berupa mobil jenis minibus yang dikendarai oleh sopir. Setiap jurusan dibedakan melalui warna

armadanya atau melalui angka. Terdapat banyak jenis armada angkutan kota di kota Medan, diantara adalah PT. Rahayu Medan Ceria (RMC). Rahayu Medan Ceria memiliki ±10 trayek yang mengantar penumpang dalam kota dan antar kota

yang diantaranya adalah Rahayu Medan Ceria 103. Banyak jenis dan trayek dimiliki angkot membuat sumber pencemaran semakin meningkat sehingga sopir

angkot juga banyak terdapat di kota Medan. Jumlah asap angkot yang banyak menjadi pencemar udara menimbulkan gangguan kesehatan kepada para sopir angkot. Salah satunya adalah angkutan kota Rahayu Medan Ceria 103 banyak

ditemukan di kota Medan dengan trayek Pancur Batu – Padang Bulan – Pringgan – Aksara – UNIMED. Karakteristik angkutan kota Rahayu Medan Ceria

1. Memiliki jarak panjang trayek ± 25 km

2. Lama tempuh yang bisa dicapai adalah 1 hingga 2 jam.

3. Memiliki jumlah armada terbanyak diantara trayek Rahayu Medan Ceria

lain

4. Lama sopir bekerja dalam sehari bisa mencapai 20 jam

(26)

terpapar oleh asap kendaraan bermotor yang lain hasil pembakaran bahan bakar bensin yang keluar dari knalpot di jalan raya yang padat arus lalu lintas.

Adanya kandungan timbal dalam tubuh lebih khusus pada urin seseorang, ini disebabkan adanya pemajanan yang lama, maka kadar timbal yang

terakumulasi di dalam tubuh juga ada peningkatan. Hal ini disebabkan lingkungan yang mengandung polusi, serta defisiensi besi, diet rendah protein dan diet tinggi lemak akan meningkatkan absorbsi timbal ke dalam tubuh. Karena hal tersebut

perlu dilakukan pemeriksaan timbal pada urin pengemudi angkutan kota. Ambang batas kadar timbal pada urin seseorang yang diperbolehkan menurut Kepmenkes

RI Tahun 2002 adalah sebesar 150µm/mL atau 0,15 mg/L. 2.10 Kerangka Konsep

Gambar

Tabel 2.1 Bentuk Persenyawaan Timbal dan Kegunaannya
Tabel 2.2 Kandungan Senyawa Timbal (Pb) dalam Gas Buangan Kendaraan
Gambar 1. Distribusi timbal dalam tubuh
Tabel 2.3 Kadar Timbal dalam Jaringan Tubuh Orang yang Tidak Terpapar
+2

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian ini yaitu : (1) Mendapatkan informasi bahwa dengan menggunakan sumber air irigasi yang mengandung logam berat timbal (Pb) pada kadar ambang kualitas air

Dari hasil penelitian yang diperoleh pada seluruh sampel ikan pelagis kecil dari PPS Belawan dan sampel air lautmenunjukkan kandungan logam timbal sangat tinggi.Hal ini

Telah dilakukan penetapan kadar logam Cd (kadmium) dan Pb (timbal) dalam air !aut dan Kerang Lorjuk (Solen vagina) yang diambil dari Pantai Kenjeran Surabaya pada bulan

Hal ini juga yang menjadi latar belakang penulis melakukan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Low Back Pain (Nyeri Punggung Bawah)

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsentrasi logam berat timbal dalam air laut dan tubuh ikan pelagis kecil (ikan Layang, ikan Kembung dan ikan Tembang) yang didaratkan

Adapun manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah memberikan informasi tentang kadar kandungan logam seng (Zn) dan Timbal (Pb) yang terdapat pada air limbah kelapa

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis kandungan logam Besi (Fe) Timbal (Pb) Mangan (Mn) dan Seng (Zn) pada air bersih yang terdapat di Laboratorium Kesehatan Daerah

Tujuan penelitian kali ini adalah untuk mengetahui penurunan konsentrasi logam timbal (Pb) pada rambut supir bus rute Mojokerto-Surabaya dengan perendaman ekstrak