• Tidak ada hasil yang ditemukan

publikasi e-konsel

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "publikasi e-konsel"

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

e-Konsel

2004

Publikasi e-Konsel

Pelayanan konseling merupakan pelayanan yang strategis bagi gereja maupun orang percaya zaman kini. Di tengah kesulitan hidup yang semakin kompleks, banyak orang semakin membutuhkan nasihat, bimbingan, maupun pengarahan untuk menyikapi setiap masalah dengan hikmat dan bijaksana dari Tuhan. Pentingnya pelayanan konseling menuntut pula kualitas konselor yang baik. Oleh karena itu, setiap orang yang rindu terjun dalam pelayanan konseling harus memperlengkapi diri dalam bidang pelayanan ini agar dapat menjadi

"penasihat" yang berhikmat dan bijaksana. Tujuannya, agar kita dapat menjalankan pelayanan ini sesuai dengan yang telah diteladankan sang Konselor Agung, Tuhan Yesus Kristus..

Bundel Tahunan Publikasi Elektronik e-Konsel (http://sabda.org/publikasi/e-konsel) Diterbitkan oleh Yayasan Lembaga SABDA

(2)

2

Daftar Isi

Daftar Isi ... 2

e-Konsel 054/Januari/2004: Pandangan Kristen tentang Pekerjaan ... 8

Pengantar dari Redaksi ... 8

Cakrawala: Apakah Beberapa Pekerjaan Lebih Bersifat Kristiani Daripada Pekerjaan yang Lain? ... 10

Cakrawala 2: Pandangan Kristen Tentang Pekerjaan Sehari-Hari ... 11

TELAGA: Memilih Pekerjaan ... 14

Tips: Mengatasi Stress di Tempat Kerja ... 17

Surat dari Anda ... 18

Bimbingan Alkitabiah: Kerja ... 19

Tanya Jawab: Pekerjaan Saya Membosankan Sekali ... 19

e-Konsel 055/Januari/2004: Kehilangan Pekerjaan ... 21

Pengantar dari Redaksi ... 21

Cakrawala: Sekonyong-Konyong ... 22

TELAGA: Menghadapi PHK ... 25

Surat dari Anda ... 27

Bimbingan Alkitabiah: Kehilangan Pekerjaan ... 28

e-Konsel 056/Februari/2004: Pacaran Secara Kristen ... 30

Pengantar dari Redaksi ... 30

Cakrawala: Like dan Love ... 31

TELAGA: Peran Orangtua Menghadapi Anak Berpacaran ... 33

Tips: Menjaga Kesucian Pada Masa Berpacaran ... 36

Surat dari Anda ... 37

Bimbingan Alkitabiah: Standar Moral Pacaran ... 39

e-Konsel 057/Februari/2004: Jodoh ... 40

Pengantar dari Redaksi ... 40

Cakrawala: Bagi yang Sedang Berpacaran ... 41

TELAGA: Perjodohan ... 45

(3)

3

Beberapa tips yang berguna ... 49

Surat dari Anda ... 49

e-Konsel 058/Maret/2004: Manusia dan Dosa ... 51

Pengantar dari Redaksi ... 51

Cakrawala: Dosa Dalam Pengertian Alkitab ... 52

Tips: Menghadapi Dosa ... 58

Serba Info: Situs Mastering Life Ministries ... 58

Surat dari Anda ... 59

Bimbingan Alkitabiah: Dosa ... 60

e-Konsel 059/Maret/2004: Dosa yang Membelenggu ... 61

Pengantar dari Redaksi ... 61

Cakrawala: Empat Relasi Universal Dosa... 62

Tips: Penyesalan: Menolong Atau Menghambat? ... 66

Surat dari Anda ... 69

Bimbingan Alkitabiah: Buah-Buah Dosa ... 70

e-Konsel 060/April/2004: Arti Kematian dan Kebangkitan Kristus ... 71

Pengantar dari Redaksi ... 71

Cakrawala: Transformasi di Hari Paskah ... 72

Renungan: Anak Domba Paskah ... 74

TELAGA: Makna Kematian Buat Anak ... 75

Serba Info: Kumpulan Artikel/Renungan Paskah ... 77

Surat dari Anda ... 78

Bimbingan Alkitabiah: Kristus Mati Untuk Menyelamatkan Orang Berdosa ... 80

e-Konsel 061/April/2004: Kebangunan Rohani ... 82

Pengantar dari Redaksi ... 82

Cakrawala: Kebangunan Rohani di Dalam Rumah Tangga ... 83

Tips: Cinta Sejati Akan Hal-Hal Rohani ... 88

Surat dari Anda ... 89

Bimbingan Alkitabiah: Kebangunan Rohani ... 90

e-Konsel 062/Juni/2004: Kemarahan ... 91

(4)

4

Cakrawala: Sikap Terhadap Kemarahan ... 92

TELAGA: Kemarahan ... 96

Surat dari Anda ... 97

Bimbingan Alkitabiah: Marah: Kemarahan ... 99

e-Konsel 063/Mei/2004: Kepahitan ... 102

Pengantar dari Redaksi ... 102

Cakrawala: Menghadapi Kepahitan ... 103

Tips: Bahaya-Bahaya Kepahitan yang Tak Terampuni ... 108

Serba Info: Situs-Situs yang Melayani Masalah Kejiwaan ... 110

Surat dari Anda ... 110

Bimbingan Alkitabiah: Pulih Dari Luka Batin ... 112

Stop Press: Situs YLSA ... 112

e-Konsel 064/Juni/2004: Persahabatan ... 113

Pengantar dari Redaksi ... 113

Cakrawala: Mengenai Persahabatan Sebuah Wawancara Dengan Madeleine L'engle Isabel ... 114

Renungan: Waktu Untuk Persahabatan ... 118

TELAGA: Menjadi Sahabat Buat Anak ... 119

Surat dari Anda ... 121

Bimbingan Alkitabiah: Persahabatan ... 122

e-Konsel 065/Juni/2004: Unsur-unsur Persahabatan ... 123

Pengantar dari Redaksi ... 123

Cakrawala: Sifat-Sifat Seorang Sahabat Baik ... 124

Cakrawala 2: Langkah-Langkah Untuk Menjadi Seorang Sahabat... 126

Renungan: Jadilah Seorang Sahabat ... 128

TELAGA: Menjadi Sahabat Bagi Istri ... 129

e-Konsel 066/Juli/2004: Makna Uang Bagi Orang Kristen ... 133

Pengantar dari Redaksi ... 133

Cakrawala: Pandangan Kristen Tentang Uang ... 134

TELAGA: Anak dan Uang ... 137

(5)

5

Surat dari Anda ... 140

Bimbingan Alkitabiah: Keuangan: Kesulitan Keuangan ... 142

e-Konsel 067/Juli/2004: Mengelola Uang ... 145

Pengantar dari Redaksi ... 145

Cakrawala: Perumpamaan Tentang Bendahara yang Cerdik ... 146

Renungan: Uang dan Waktu ... 153

Surat dari Anda ... 153

Kesaksian: Anak: Mengatur Keuangan Sendiri ... 155

e-Konsel 068/Agustus/2004: Apakah Iman itu? ... 157

Pengantar dari Redaksi ... 157

Cakrawala: Apakah Iman Itu? ... 158

Cakrawala 2: Iman yang Bertumbuh ... 161

TELAGA: Iman ... 163

Serba Info: Situs Eunike ... 165

Surat dari Anda ... 165

e-Konsel 069/Agustus/2004: Hidup dalam Iman ... 167

Pengantar dari Redaksi ... 167

Cakrawala: Mulailah Melangkah Dengan Iman ... 168

Renungan: Mazmur 70 Iman yang Mampu Menerobos Keadaan Genting ... 172

Surat dari Anda ... 173

Bimbingan Alkitabiah: Iman: Masalah Kurang Iman ... 174

e-Konsel 070/September/2004: Seks dalam Kehidupan Kristen ... 177

Pengantar dari Redaksi ... 177

Cakrawala: Hidup Damai Dengan Seks ... 178

TELAGA: Seks di Tengah Kita ... 181

Surat dari Anda ... 183

Tanya Jawab: Seks ... 184

e-Konsel 071/September/2004: Seks Pra Nikah ... 187

Pengantar dari Redaksi ... 187

Cakrawala: Seks Pra Nikah ... 188

(6)

6

Surat dari Anda ... 192

Bimbingan Alkitabiah: Seks: Sebelum dan Sesudah Menikah ... 194

Stop Press: Ralat e-Konsel Edisi 070/2004 ... 196

e-Konsel 072/Oktober/2004: Pemuda Kristen ... 197

Pengantar dari Redaksi ... 197

Cakrawala: Mencegah Masalah-Masalah Pemuda ... 198

Tips: Selidikilah Alkitab, Hai Kaum Muda! ... 201

Surat dari Anda ... 203

Bimbingan Alkitabiah: Alkitab dan Masa Muda ... 205

Stop Press: Happy Birthday E-Konsel!! ... 205

e-Konsel 073/Oktober/2004: Pemuda dan Masalah-masalahnya ... 207

Pengantar dari Redaksi ... 207

Cakrawala: Ketika Yesus Masih Muda ... 208

TELAGA: Pemuda dan Tantangannya ... 211

Surat dari Anda ... 213

Bimbingan Alkitabiah: Janji-Janji Khusus - Kaum Muda ... 214

e-Konsel 074/November/2004: Kerohanian Seorang Konselor ... 215

Pengantar dari Redaksi ... 215

Cakrawala: Disiplin Rohani dan Konselor Alkitabiah ... 216

Renungan: Selamat Pagi ... 221

Serba Info: Booklet Telaga ... 221

Surat dari Anda ... 222

Bimbingan Alkitabiah: Titik Tolak Konseling Kristen ... 223

e-Konsel 075/November/2004: Kepribadian Konselor Kristen ... 225

Pengantar dari Redaksi ... 225

Cakrawala: Kepribadian Konselor ... 226

Cakrawala 2: Berfokus Pada Tuhan ... 229

Tips: Mengasihi -- Sebagai Dasar Melayani Konseli ... 231

Surat dari Redaksi: ICW Edisi Konseling ... 232

Bimbingan Alkitabiah: Yesus Sebagai Konselor Krisis ... 233

(7)

7

e-Konsel 076/Desember/2004: Menyambut Natal ... 236

Pengantar dari Redaksi ... 236

Cakrawala: Natal dan Kasih Allah ... 237

Renungan: Beban Berat di Saat Natal ... 242

Tips: Mintalah Maaf Bila Anda Bersalah ... 243

Serba Info: Seminar Konseling Dari LK3 ... 244

Surat dari Anda ... 245

Tanya Jawab: Apakah Anak-Anak Boleh Mengikuti Perayaan Natal : yang Menggunakan Sinterklas? ... 247

e-Konsel 077/Desember/2004: Selamat Natal ... 249

Pengantar dari Redaksi ... 249

Cakrawala: Menghargai Natal di Dalam Hati Kita ... 250

Puisi: Kelak Akan Berbeda ... 252

Serba Info: Seminar Konseling Dari LK3 ... 252

Surat dari Anda ... 253

Kesaksian: Badai Natal yang Mempersatukan Cinta ... 255

(8)

8

e-Konsel 054/Januari/2004: Pandangan

Kristen tentang Pekerjaan

Pengantar dari Redaksi

Selamat berjumpa lagi di tahun 2004! Tak lupa segenap staf Redaksi e-Konsel mengucapkan:

--- S E L A M A T T A H U N B A R U 2004 ---

Doa kami, kiranya tahun 2003 yang baru saja kita tinggalkan akan terus mengingatkan kita akan kasih setia Tuhan dalam hidup kita dan biarlah tahun 2004 yang baru saja kita masuki ini memberikan semangat baru untuk terus berharap kepada Tuhan.

Seiring dengan semangat tahun baru ini e-Konsel juga ingin memberikan sesuatu yang baru. Mulai tahun 2004 ini e-Konsel akan hadir dengan tema-tema khusus yang

berganti-ganti setiap bulannya. Sedangkan masing-masing tema akan menampilkan dua topik atau dua edisi. Nah, tema yang kami pilih untuk bulan Januari ini adalah PEKERJAAN, dengan dua topik yang kami sajikan yaitu:

• Pandangan Kristen tentang Pekerjaan [edisi 054/2004] • Kehilangan Pekerjaan [edisi 055/2004].

Tidak dapat kita pungkiri bahwa masalah utama yang dihadapi banyak orang saat ini adalah sulitnya mendapatkan pekerjaan. Jumlah orang yang mencari pekerjaan

dibandingkan dengan lapangan kerja yang tersedia tidaklah seimbang sehingga banyak yang harus menunggu cukup lama untuk mendapatkan pekerjaan. Sebagai orang Kristen, masalah medapatkan pekerjaan memiliki kesulitan yang dua kali lebih banyak karena kita bukan hanya sekedar mencari pekerjaan tapi juga pekerjaan yang sesuai dengan kehendak dan rencana Tuhan bagi hidup kita. Kita sering berpikir bahwa pekerjaan yang sesuai dengan kehendak Tuhan tentulah pekerjaan yang memiliki sifat rohani/ pelayanan. Apakah harus demikian?

Nah, melalui sajian kami kali ini kita akan belajar mengerti bagaimana orang Kristen seharusnya memandang dan memilih pekerjaan. Apakah ada pekerjaan yang bersifat lebih kristiani daripada pekerjaan lainnya? Simak jawabannya dalam e-Konsel edisi awal tahun 2004 ini. Selain itu, simak juga tips bagaimana mengatasi kebosanan di tempat kerja dan bagaimana mengatasi stress di tempat kerja. Nah, kami harap edisi ini bisa memberikan semangat kerja baru bagi para pembaca di tahun 2004 ini. Selamat bekerja dan berkarya.

(9)
(10)

10

Cakrawala: Apakah Beberapa Pekerjaan Lebih Bersifat

Kristiani Daripada Pekerjaan yang Lain?

Kalau kita mengatakan bahwa setiap orang Kristen harus ikut dalam pelayanan, maka hal itu sesuai dengan Alkitab. Namun mengatakan bahwa satu pekerjaan lebih kristiani daripada pekerjaan yang lain tentu itu salah. Orang Kristen bisa melayani dalam

sejumlah pekerjaan.

Kita tidak boleh membayangkan sebuah tangga dengan pekerjaan paling kristiani berada di puncak tangga sedangkan yang kurang bersifat kristiani berada di bawah. Ini tidak sesuai dengan Alkitab. Tangga itu harus diletakkan rata dengan tanah, sehingga setiap lapangan kerja menjadi pelayanan yang potensial bagi orang Kristen. Saya memakai kata lapangan kerja dan bukan pekerjaan, sebab lapangan kerja mengandung arti panggilan.

Suatu hari ketika saya di Seattle Pasific University, saya berjalan menuju mobil saya dan melihat seorang gadis mencabut rumput di taman. Pada waktu saya menyapanya, saya ingat ia adalah salah satu lulusan perguruan tinggi itu tahun lalu. Saya tanyakan mengapa ia mencabut rumput. Ia menjawab, "Saya sedang menunggu panggilan menjadi guru bahasa Inggris. dan begitu banyak yang saya pelajari di sini -- untuk saat sekarang, inilah pelayanan saya." Alangkah positif pandangannya tentang pelayanan. Tidak ada seorang pun yang bisa mengatakan kepadanya bahwa pekerjaan mengajar itu lebih rohani daripada mengatur pertamanan.

Kita bisa menjadikan suatu pekerjaan "kristiani" melalui kualitas pekerjaan yang kita lakukan itu, kejujuran kita dan integritas kita. Ketika sebuah toko ban mobil di kota kami menemukan enam pekerjanya mencuri barang toko itu, mereka memecat orang yang melakukan kejahatan dan menghubungi seminari kami untuk bertanya apakah ada enam orang siswa yang ingin bekerja. Mengapa? "Sebab siswa-siswa Anda tahu bagaimana bekerja dan mereka jujur."

Itulah kesaksian Kristen. Bukan karena satu pekerjaan lebih bersifat kristiani dibanding pekerjaan lainnya, tetapi karena orang Kristen bisa membuat setiap pekerjaan menjadi tempat pelayanan dan alat untuk bersaksi.

Sumber:

Judul Buku: Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen Penulis : David McKenna

(11)

11

Cakrawala 2: Pandangan Kristen Tentang Pekerjaan

Sehari-Hari

Semua pekerjaan sehari-hari bisa bersifat suci. Alkitab mengatakan dalam Amsal 14:23, "Dalam tiap jerih payah ada keuntungan." Pekerjaan kita hendaknya merupakan berkat, bukan sumber kebosanan; merupakan kehormatan, bukan pekerjaan yang

menjemukan; merupakan pekerjaan yang berarti, bukan pekerjaan yang tidak menarik.

Secara tidak wajar kita telah membagi-bagi pekerjaan menjadi yang duniawi dan yang suci, tetapi Alkitab tidak mengatakan demikian. Pekerjaan kita seharusnya menjadi tempat kita melayani Tuhan Yesus. Tempat kita bekerja harus merupakan tempat ibadah kita dan tempat kita menaruh pelita kita untuk menjadi saksi.

Pada waktu Paulus menulis kepada orang-orang di Efesus tentang pekerjaan, dia berkata,

"Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia dengan takut dan gentar, dan dengan tulus hati, sama seperti kamu taat kepada Kristus." (Efesus 6:5)

Itu berarti bahwa setiap orang Kristen hendaknya menganggap pekerjaannya suci. Kita perlu menyadari bahwa ketika kita pergi bekerja, kita bekerja bukan hanya untuk

majikan kita tetapi juga untuk Yesus.

Sebagai seorang pendeta saya telah melihat banyak orang yang ingin meninggalkan pekerjaan mereka agar mereka bisa masuk dalam "pelayanan Kristen sepenuhnya". Menurut mereka, ini berarti menjadi pendeta atau penginjil atau staf dalam suatu organisasi Kristen. Tuhan memanggil orang-orang untuk melakukan pekerjaan semacam ini, dan ini baik sekali. Namun bagaimanapun hal itu tidak menjadikan pekerjaan ini lebih suci daripada pekerjaan lain.

Dalam Perjanjian Baru dikatakan bahwa setiap hari adalah hari yang kudus, setiap tempat adalah suci, dan setiap perbuatan merupakan pelayanan rohani jika seorang hidup dan berjalan di dalam Roh. Jika kita tidak mengerti hal itu, maka kita akan tidak senang dalam pekerjaan kita. dan kita tidak mau menyadari bahwa Tuhan ingin kita melayani Dia di mana pun kita berada.

Pekerjaan kita merupakan tempat yang terbaik untuk bersaksi bagi Yesus dan

melayani-Nya. Berikut ini beberapa petunjuk tentang bagaimana kita melakukannya:

1. Jangan sombong. Dalam Matius 5:16 Yesus berkata,

(12)

12

Pekerjaan merupakan tempat menaruh pelita yang bagus sekali, tetapi terang kita harus bercahaya, bukan semakin meredup. Orang lain harus melihat terang itu bukan pelitanya. Orang yang menganggap diri benar selalu menjengkelkan di mana-mana, tetapi khususnya dalam pekerjaan.

2. Jangan suka mengomel. Jangan selalu bicara dengan tinggi hati kepada mereka yang belum diselamatkan yang ada di sekitar saudara, mereka akan membenci bila melihat Saudara datang. Kolose 4:5,6 berkata,

"Hiduplah dengan penuh hikmat terhadap orang-orang luar, pergunakanlah waktu yang ada. Hendaklah kata-katamu senantiasa penuh kasih, jangan hambar, sehingga kamu tahu, bagaimana kamu harus memberi jawab kepada setiap orang."

Orang Kristen yang bekerja sambil berkhotbah kepada orang lain perlu mengerti bahwa mimbar adalah tempat untuk berkhotbah. Tidak seorang pun pernah bisa dibawa pada Yesus dengan jalan mengomelinya.

3. Jangan kendur. Orang Kristen yang bekerja harus dapat memikul lebih banyak daripada bagian pekerjaan mereka. Benar-benar merupakan dosa bagi orang percaya kalau mereka melakukan kurang daripada yang terbaik yang bisa mereka lakukan. Efesus 6:6 berkata,

"Jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan hati orang, tetapi sebagai hamba-hamba Kristus yang dengan segenap hati melakukan kehendak Allah."

Dengan kata lain, kita jangan hanya memperhatikan jam, melainkan menjadi hamba-hamba Kristus yang melakukan kehendak Allah dengan segenap hati. Kita seharusnya mempunyai reputasi karena pekerjaan yang baik sehingga bila seorang pengusaha pergi ke kantor tenaga kerja untuk mencari tenaga baru, ia akan berkata, "Jika kamu mempunyai seorang tenaga kerja Kristen, kirimkan ke tempat saya." Kolose 3:23 mengatakan kepada kita,

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia."

(13)

13

mereka melihat kemenangan dalam hidup Saudara, mereka akan ingin mengetahui penyebabnya.

Dalam 1Petrus 3:15 Rasul menulis,

"Dan siap sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang ada padamu."

Dan kita harus melakukannya dengan lemah lembut dan rasa hormat. Bila orang lain melihat kita hidup penuh kemenangan dalam pekerjaan kita maka kita akan memiliki kesempatan yang sangat efektif untuk bersaksi.

Sebagai orang Kristen kita perlu melihat bahwa pekerjaan sehari-hari kita memiliki arti yang kekal, sebab kita melayani Yesus sementara kita bekerja.

Sumber:

Judul Buku: Penerapan Praktis Pola Hidup Kristen Penulis : Adrian Rogers

(14)

14

TELAGA: Memilih Pekerjaan

Bagi Anda yang saat ini masih sedang berusaha untuk mendapatkan pekerjaan, simak kolom TELAGA edisi kali ini dengan narasumber Pdt. Dr. Paul Gunadi Ph.D yang memberikan enam prinsip dalam memilih pekerjaan. Selamat menyimak!

T : Sebenarnya bagaimana memilih pekerjaan itu?

J : Saya membandingkan masyarakat kita pada umumnya dengan lebih berorientasi pada pekerjaan, sedangkan masyarakat kita lebih berorientasi pada sekolah. Anak-anak di sana setelah lulus SMA tidak terlalu didesak untuk masuk perguruan tinggi. Mereka lebih didesak untuk melakukan sesuatu atau bekerja. Mereka kebanyakan sudah tahu mau jadi apa, baru kemudian memikirkan sekolah apa agar sekolah itu mendukung atau mempersiapkan mereka mencapai tujuannya. Anak-anak di sini kebalikannya, pokoknya lulus SMA tapi pilih jurusan apa, dan ditanya mau jadi apa juga tidak tahu. Ini memang suatu penekanan yang keliru karena yang lebih tepat adalah kita seharusnya berorientasi pada kariernya, pekerjaannya. Nah baru bersekolah yang sesuai dengan mau jadi apa nantinya.

T : Itu yang kadang-kadang menghasilkan unsur keterpaksaan, misalnya saya sudah kuliah ini mau tidak mau saya harus bekerja ini?

J : Betul, kalau memang itu bukan bidang kita tetapi kita paksakan, kita akan kesulitan nantinya. PRINSIP PERTAMA dalam memilih pekerjaan yaitu sedapat mungkin pilihlah pekerjaan pertama kita yang paling mendekati jurusan studi dan sesuai dengan kemampuan kita. Alasannya adalah kita telah siap pakai. Kita kurang lebih sudah 4 tahun lebih dipersiapkan untuk bisa menguasai bidang itu. Saya mau mengingatkan bahwa karier itu suatu jenjang, suatu anak tangga. Kita hanya bisa naik ke anak tangga ke 10 kalau kita sudah menaiki yang ke 1, ke 2 sampai ke 9. Sekolah adalah anak tangga pertama. Jadi kita itu sudah melewati anak tangga pertama, sekarang kita masuk ke anak tangga ke 2 yang masih berkaitan dengan anak tangga sebelumnya. Jadi kepada yang mau mencari pekerjaan, pertama carilah pekerjaan yang mendekati jurusan studi kita, jangan langsung ambil atau langsung saja terima. PRINSIP KEDUA adalah jangan terlalu memilih-milih

pekerjaan. Pertama, memang seolah-olah ini berkontradiksi dengan yang baru saja kita bicarakan. Maksudnya adalah selama pekerjaan itu mendekati jurusan kita meski gajinya tidak besar atau pekerjaan itu letaknya agak jauh dari rumah sehingga harus ke kota lain saya anjurkan sebisanya diterima. Ingat prinsip bahwa kita ini sedang membangun karier dan karier dibangun di atas pengalaman kerja, tidak di atas gelar, tidak di atas sepucuk kertas, tanda kelulusan, ataupun di atas

pengetahuan teoritis. Terimalah pekerjaan itu meskipun lebih susah, harus

(15)

15

peluang bagi kita untuk mengembangkan keahlian yang spesifik. Dengan

bertambahnya jenis pekerjaan dewasa ini spesialisasi menjadi semakin penting. Jadi carilah beberapa pilihan pekerjaan yang memberi kita peluang mengembangkan kemampuan kita yang spesifik itu, jadilah pakar dalam satu bidang itu. PRINSIP KEEMPAT adalah ingat bahwa sikap kita terhadap pekerjaan itu akan

mempengaruhi performa kerja kita. Jadi bagi para pemula jangan menyepelekan pekerjaan dan berkata pekerjaan ini untuk sementara saja, untuk mengisi waktu saja. Karena yang kita hasilkan juga akan bernilai sepele atau disepelekan, tidak akan membawa kepuasan bagi kita ataupun orang yang telah mengkaryakan kita. Jadi semakin tinggi penghargaan kita terhadap pekerjaan kita, semakin tinggi dan bernilai performa kerja kita, maka yang kita hasilkan akan jauh lebih bermutu.

PRINSIP KELIMA, pilih pekerjaan yang sesuai dengan ketahanan tubuh kita. Jangan memilih pekerjaan itu kalau kita memang tidak tahan karena akhirnya nanti kita malah sering sakit atau stres. Jadi pilihlah pekerjaan yang memang bisa kita

tanggung secara fisik, meskipun bagus, menggiurkan tapi kalau memang tubuh kita tidak mampu untuk melakukannya terima fakta itu. PRINSIP KEENAM yaitu pilih pekerjaan yang mendukung keseimbangan hidup karena kalau pekerjaan membawa tekanan yang terlalu besar, itu akan menjungkirbalikkan keseimbangan hidup kita. Akhirnya hal itu akan mempengaruhi keluarga, kehidupan emosional, dan kehidupan rohani kita, kita menjadi jauh dari Tuhan dan sebagainya. Jadi ada baiknya kita berhenti sejenak, melihat, introspeksi apakah kita telah hidup seimbang, cukup waktu untuk diri sendiri, cukup waktu untuk anak dan istri atau suami kita dan terutama cukup waktu tidak untuk pekerjaan Tuhan, yang akan kita bawa ke sorga nanti sudah tentu bukan jam-jam kerja kita, tetapi apa yang kita perbuat untuk Tuhan.

T : Prinsip-prinsip tadi sangat penting untuk kita camkan dengan baik dan khususnya juga bisa dilakukan di dalam kehidupan sehari-hari. Lalu apa yang dikatakan Firman Tuhan?

J : Kolose 3:17, "Dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah Bapa kita." Jadi yang pertama adalah apapun yang kita kerjakan, lakukan untuk Tuhan Yesus, artinya berikan yang terbaik karena kita mau memberikannya untuk Tuhan Yesus. yang kedua adalah sikap kita dalam melakukannya, sikap mengucap syukur, sikap berterima kasih karena kita tahu kita memberikan ini untuk Tuhan dan dari Tuhan. Sikap penuh pengucapan syukur akan membuat kita bekerja dengan lebih baik dengan lebih bersemangat dan akan

memancarkan keramahtamahan kepada orang di sekitar kita pula.

Sumber:

Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #92B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.

(16)
(17)

17

Tips: Mengatasi Stress di Tempat Kerja

1. Mulailah dengan sarapan pagi yang bisa Anda lakukan baik di rumah atau di suatu tempat pada saat dalam perjalanan ke kantor. Agar tidak membosankan ajaklah rekan kerja untuk sarapan bersama.

2. Buatlah jadwal harian sehingga Anda memiliki suatu kesempatan untuk melakukan setidaknya satu kegiatan yang sesuai dengan kemampuan Anda. Jangan mencoba untuk melakukan dua atau tiga kegiatan dalam waktu yang bersamaan.

3. Hindari minum kopi atau minuman bersoda (soft drinks) sepanjang hari tetapi gantilah dengan air putih atau jus buah-buahan.

4. Sebisa mungkin ciptakan suasana kerja yang menyenangkan di sekeliling Anda. Bunga, foto keluarga, atau souvenir setelah liburan, atau benda-benda pribadi Anda. 5. Jangan bergosip atau membiarkan gosip mempengaruhi Anda selama bekerja. 6. Jadilah seseorang yang berbeda dengan yang lainnya, belajarlah bagaimana

mengungkapkan sesuatu yang berbeda, buatlah permintaan- permintaan, dan katakan "tidak" secara membangun.

7. Libatkan diri Anda setidaknya sekali dalam sehari dengan seseorang atau sesuatu yang bisa membuat Anda tertawa.

8. Tentukan tujuan-tujuan yang bisa dicapai. Jangan memaksakan diri dengan harapan-harapan yang sempurna dan tidak realistis.

9. Hindari membicarakan masalah kantor pada saat makan siang. Nikmati makan siang Anda di luar kantor dan bicarakan hal-hal lain. Hindari membawa pekerjaan pada saat istirahat. Buatlah waktu istirahat menjadi kreatif. Jalan-jalan di sekeliling lingkungan Anda, membaca buku, dll.

10.Berkhayallah sesuatu yang bisa membuat Anda merasa tenang (kira- kira 1 atau 2 menit).

11.Beristirahatlah secara berkala untuk melemaskan otot-otot, menghirup nafas dalam-dalam, dan melepaskan kelelahan. Ketahuilah bahwa meluangkan waktu sejenak untuk rileks membuat Anda menjadi lebih produktif.

12.Hindari persaingan-persaingan yang tidak perlu. Terlalu banyak memikirkan hal-hal dalam kehidupan justru membuat Anda merasa tegang dan cemas serta menjadikan Anda agresif yang sebenarnya tidak perlu terjadi pada diri Anda.

13.Setelah mengalami kegagalan, tingkatkan kemampuan Anda untuk mengembalikan kepercayaan diri Anda. Belajarlah dari kegagalan yang Anda peroleh.

14.Selesaikan masalah Anda pada saat Anda benar-benar dalam kondisi yang bagus baik secara mental maupun fisik.

15.Selesaikan tugas-tugas yang tidak menyenangkan di saat Anda memulai pekerjaan. 16.Buatlah jadwal kegiatan Anda -- pada saat di rumah maupun di kantor -- untuk

meyakinkan Anda memiliki waktu yang cukup untuk mencapai tujuan-tujuan Anda tanpa terburu-buru. Hal ini termasuk menjadwal atau membatalkan janji-janji sehingga Anda bisa menepatinya.

(18)

18

Surat dari Anda

Dari: handoko" <hdkicds@> >YKK pelayanan e-konsel,

>Terima kasih untuk materi-materi yang dikirimkan ke saya dan >menjadi berkat. Saya doakan agar pelayanan ini maju terus dan >menjadi berkat buat banyak orang.

>Tuhan memberkati, >Handoko NGadiman

Redaksi:

Kami bersyukur materi-materi yang kami sajikan melalui e-Konsel ini bisa menjadi berkat bagi banyak orang khususnya bagi Anda dan kami juga mengucapkan terima kasih atas dukungan doa Anda.

Selain melalui e-Konsel Anda juga bisa mendapatkan materi-materi mengenai konseling di Situs C3I (Christian Counseling Center Indonesia). Selain menyajikan materi-materi konseling situs ini juga menyajikan pelayanan konseling lewat email. Silakan Anda berkunjung di alamat:

==> http://www.sabda.org/c3i/

(19)

19

Bimbingan Alkitabiah: Kerja

Bekerja merupakan panggilan Allah kepada kita. Dalam hidup ini Allah tidak menghendaki kita hanya bermalas-malasan saja dan berharap Allah akan terus

memelihara kita tetapi Allah menghendaki kita untuk bekerja agar kita bisa mencukupi kebutuhan kita. Berikut ini kami sajikan ayat-ayat yang menyatakan kehendak Allah kepada kita untuk bekerja.

Perjanjian Lama

Kejadian 2:15

Keluaran 23:12; 35:2

Ulangan 5:13

Amsal 10:4-5; 12:11,24,27; 13:4,11,23; 14:4,23; 16:26

Amsal 20:13; 22:29; 27:23; 28:19; 30:25-26; 31:27; 21:5

Pengkhotbah 1:3; 2:10-11,17-22; 9:10; 11:4,6

Perjanjian Baru

Roma 12:11

Efesus 4:28

1Tesalonika 4:11-12

2Tesalonika 3:10-12

1Timotius 5:8

Sumber:

Judul : 200 Topik Penting Judul Artikel : Kerja

Nomor Topik : 09203 (CD SABDA)

Copyright : Yayasan Lembaga SABDA [Versi Elektronik (SABDA)]

Tanya Jawab: Pekerjaan Saya Membosankan Sekali

Pertanyaan

Saya bosan sekali dengan pekerjaan saya. Saya sudah bekerja selama delapan tahun di perusahaan yang sama. Saya bosan melakukannya. Begitu juga saya bosan dengan kehidupan pada umumnya. Saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan dengan diri saya. Saya belum menikah, usia saya 25 tahun dan saya sudah tidak tahan lagi dengan keadaan saya yang seperti ini. Saya merasa seakan-akan sedang tercekik. Apakah Bapak juga pernah mengalami keadaan yang seperti ini? Apa nasehat Bapak bagi saya?

Jawab

Tidakkah Anda menyadari, betapa untungnya Anda mempunyai pekerjaan? Berjuta-juta orang saat ini akan bekerja dengan gembira kalau mereka

(20)

20

pekerjaan itu. Saya setuju dengan Anda bahwa pekerjaan bisa sangat membosankan.

Ya, saya pernah mengalami keadaan yang serupa. Saya pernah bekerja di Bank. Walaupun posisi saya sedang menanjak di bank itu, karena saya dapat berbicara dengan bahasa Inggris dan Spanyol, saya merasa benar-benar bosan dengan rutinitas pekerjaan di situ. Perkenankan saya menceritakan apa yang saya lakukan untuk mengatasi kebosanan itu.

Pertama-tama, ambilah secarik kertas dan tulislah semua tujuan hidup Anda. Pada usia yang kedua puluh lima tahun tentunya Anda sudah mempunyai tujuan yang lebih penting daripada hanya bekerja delapan jam sehari. Bekerja adalah baik. Tanpa pekerjaan, Anda akan merasa lebih bosan lagi. Namun, dalam doa, Anda perlu memikirkan kehendak Allah bagi kehidupan Anda.

Untuk memulainya, cobalah yang berikut ini. Duduklah dan ambillah banyak waktu untuk memikirkan dan berdoa mengenai tujuan-tujuan hidup Anda yang Anda yakini sesuai dengan kehendak Tuhan. Kemudian tuliskanlah semuanya itu di dalam buku catatan Anda. Jangan lakukan itu hanya dalam waktu setengah jam saja. Kerjakanlah itu dalam satu, dua minggu, atau lebih. Selanjutnya, tentukan apa yang harus Anda lakukan, juga apa yang harus Anda lepaskan untuk dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut.

Mungkin Anda belum pernah melakukan hal itu, tetapi yang ingin Bapak

tekankan ialah bicarakanlah dengan Tuhan mengenai tujuan-tujuan Anda. Tuhan tidak menghendaki kita menjalani hidup dengan setengah hati. Yesus Kristus berkata, "Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan" (Yohanes 10:10).

Jika Anda hidup sesuai dengan kehendak Allah sebagaimana tertulis di dalam Alkitab, Anda tidak akan pernah lagi mengalami kebosanan! Tuhan mempunyai rencana yang menarik bagi Anda.

Peganglah janji-Nya:

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan. Dan apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu

akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati." (Yeremia 29:11-13)

Jadi tulislah tujuan-tujuan hidup Anda; carilah Tuhan dan rencana-rencana-Nya dalam hidup Anda.

Sumber:

Judul Buku : Pertanyaan yang Sulit

Judul Artikel: Pekerjaan Saya Membosankan Sekali Penulis : Luis Palau

(21)

21

e-Konsel 055/Januari/2004: Kehilangan

Pekerjaan

Pengantar dari Redaksi

Seperti yang telah kita beritahukan pada edisi yang lalu, e-Konsel membahas tema-tema per bulan. Pada bulan Januari ini tema-tema yang kami pilih adalah tentang

"Pekerjaan". Untuk tema ini ada dua topik yang kita bahas. Edisi yang lalu telah membahas topik "Pandangan Kristen Terhadap Pekerjaan", maka edisi kali ini kami menyajikan topik tentang "Kehilangan Pekerjaan".

Dalam hidup ini kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita. Suatu saat kita bisa saja tiba-tiba kehilangan pekerjaan, entah karena hasil yang tidak sesuai dengan yang diharapkan, kena fitnah, kurang dana, sudah saatnya berhenti dari

pekerjaan itu (pensiun), dsb. Orang yang paling terpengaruh oleh kehilangan pekerjaan ini pastilah orang-orang yang terdekat -- bisa suami atau istri atau anak atau

orangtua/mertua atau anggota keluarga yang lain yang dekat. Bagaimana kita dapat memberikan penghiburan atau dukungan kepada mereka? Nah, kami harap sajian edisi ini bisa memberikan gambaran kepada kita bagaimana menolong, terutama suami atau istri kita, untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi karena kehilangan pekerjaan.

Tanpa banyak basa-basi lagi, segera saja simak edisi kali ini untuk mendapatkan jawabannya.

(22)

22

Cakrawala: Sekonyong-Konyong

Oleh: Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.

Tokoh Yusuf dalam Alkitab adalah seorang pemuda yang luar biasa. Bayangkan, dalam sekejap ia berubah status: dari seorang anak kecil yang dimanja ayahnya, sekonyong-konyong ia menjadi seorang budak yang dijual saudaranya. Dari seorang anak yang mempunyai segalanya, ia meluncur turun menjadi seorang budak yang kehilangan segalanya. Namun ia tidak selalu berada di dasar kehidupan, perlahan namun pasti ia merangkak naik menjadi kepala rumah tangga di rumah majikannya. Tetapi sekali lagi, ia harus mengalami bantingan yang menghempaskannya ke lantai dasar kehidupan: ia difitnah istri majikannya karena ia menolak berzinah dengan istri yang tidak setia itu. Terlemparlah Yusuf ke penjara dan di sanalah ia mendekam seraya menantikan hari pelepasannya. Hari itu pun tiba tatkala Raja Firaun bermimpi dan ia dipanggil untuk menerjermahkan makna mimpi itu. Dari seorang budak sekaligus tahanan, sekonyong-konyong ia melesat ke atas menjadi seorang perdana menteri -- orang kedua setelah Firaun!

Ada satu pengamatan tentang Yusuf yang layak kita perhatikan. Kendati ia harus mengalami bantingan dan lonjakan -- yang selalu terjadi dengan sekonyong-konyong -- Yusuf tidak pernah berubah: Ia tetaplah Yusuf yang takut akan Tuhan. Karier atau tugas apa pun yang disandangnya, ia tetap sama: Ia mengerjakan semuanya dengan sebaik- baiknya dan dengan penuh tanggung jawab. Dan, ini yang penting: pada masa duka ia tidak mengkerut, pada masa suka ia tidak mencelat. Ia tetaplah Yusuf yang baik hati dan bagi saya, ini yang membuatnya luar biasa.

Donald Super menjelaskan bahwa pembentukan karier berawal di usia remaja -- tahap yang disebutnya TAHAP KRISTALISASI -- masa di mana kita mulai memikirkan

pelbagai pilihan karier. Selanjutnya, kita memasuki TAHAP SPESIFIKASI yakni kurun dimana kita menyempitkan pilihan pada satu atau dua bidang saja dan ini biasanya terjadi di akhir masa remaja. Kemudian kita membulatkan tekad dan menindaklanjuti pilihan itu dengan, misalnya berkuliah atau mengikuti pelatihan -- fase yang disebut Donald Super sebagai TAHAP IMPLEMENTASI.

Setelah usai berkuliah, kita pun turun ke lapangan kerja dan mulailah kita membuat fondasi guna membangun karier. Tahap ini -- yang disebut TAHAP STABILISASI -- berlangsung pada masa dewasa awal dan berjalan sampai usia pertengahan. Pada bagian puncak dari perkembangan karier sebelum kita akhirnya mulai beranjak turun, biasanya kita melewati TAHAP KONSOLIDASI -- tahap di mana kita mengembangkan karier yang telah kita dirikan. Begitulah kira-kira perjalanan karier kita pada umumnya.

(23)

23

seharusnya kita berada dalam garis karier ini. Kita masih merenung dan mungkin menyesali langkah-langkah yang pernah kita ambil. Kita tersesat di hutan belantara kehidupan dan tidak tahu bagaimana dapat keluar.

Beberapa waktu yang lalu saya bercakap-cakap dengan seorang pengemudi taksi yang bercerita tentang masa lalunya. Ternyata ia keluaran sekolah lanjutan yang kondang di kotanya; bahkan ia pun pernah berkuliah di sebuah perguruan tinggi yang baik namun sebelum tamat, ia meninggalkan bangku kuliah. Ia tidak menjelaskan alasannya namun ia menyesali hidupnya. Sekarang pada usia menuju 40 ia terpaksa menumpang lagi dengan orangtuanya; ia merasa malu dan bersalah.

Bagi kita yang pernah atau tengah menikmati karier, kita menyadari bahwa pada

akhirnya kita mengaitkan karier dengan diri kita sendiri. Misalkan, seorang dokter medis kerap memanggil dirinya dengan sebutan "dokter" tatkala ditanya siapa namanya. Atau, seorang pendeta akan menyebut gelar kependetaannya sewaktu sedang

memperkenalkan dirinya. Baik secara tersurat atau tersirat, kita mengidentikkan diri dengan pekerjaan yang kita lakukan sebab bukankah kita mencurahkan porsi terbesar dari waktu kita pada pekerjaan? Itu sebabnya mengubah garis karier kadang menjadi sebuah tugas yang berat. Saya kira salah satu penyumbang kesukarannya adalah karena perubahan karier bermuara pada perubahan identitas diri -- suatu gambar pengenal yang telah melekat pada diri selama bertahun-tahun.

Kesukaran berikutnya berhulu pada kenyataan bahwa pembangunan karier tidak terjadi dengan sekonyong-konyong. Sebagaimana diuraikan Donald Super, fase penaburan dimulai pada masa remaja dan pada umumnya kita baru mencicipi hasil tuaian pada masa mendekati paro-baya suatu rentang waktu yang mencakup sekurangnya dua dekade. Perubahan karier berarti meninggalkan investasi waktu, tenaga, dan uang yang tidak sedikit. Namun, hidup tidak selalu berjalan seperti yang kita bayangkan.

Adakalanya kita dibuat kaget karena sekonyong-konyong kita harus membelokkan arah perjalanan dan kita tidak siap. Ketidaksiapan bisa berbuntut panjang dan tragis: ada yang frustrasi, ada yang depresi, dan ada yang mengakhiri hidupnya.

Saya kira Yusuf pun tidak pernah siap menyambut perubahan "karier" yang selalu menyapa hidupnya dengan sekonyong-konyong (Kejadian 37- 50). Dari seorang anak yang dihangati kasih sayang ayah, ia tidak siap dilempar ke dalam sumur untuk dibunuh oleh saudara kandungnya sendiri. Ia pun tidak siap menggantikan kondisi hidupnya dari seseorang yang merdeka menjadi seorang budak. Ia juga tidak siap difitnah dan

dibuang ke penjara tanpa proses peradilan yang menurut perhitungan manusia di situlah ia akan terus mendekam sampai ajal menjemputnya.

Terakhir, saya kira ia pun tidak siap menerima promosi yang tidak kepalang tanggung: menjadi penguasa salah satu negara terjaya pada zamannya.

(24)

24

menyulitkan kita untuk melepaskan apa pun itu yang kita sayangi, termasuk karier. Keengganan atau ketidaksiapan kita melepaskan genggaman karier bisa menimbulkan korban: kita sendiri atau orang lain yang kita tuding tengah mengancam karier kita.

Meski ia tidak pernah siap, Yusuf bertahan dalam kondisi apa pun sebab ia tetap

percaya bahwa masih ada Tuhan dalam hidup ini dan bahwa Ia tetaplah Allah yang baik yang masih melihat dan memelihara anak yang dikasihi-Nya. Situasi

"sekonyong-konyong" tidak harus meluluhkan iman dan karakter kristiani kita. Apa pun kondisinya, ingatlah, jangan menggenggam karier, genggamlah tangan Tuhan saja!

Sumber:

Judul Buku: Parakleo, Edisi Juli-September, Vol.X, No.3 Penulis : Pdt. Paul Gunadi, Ph.D.

(25)

25

TELAGA: Menghadapi PHK

Kehilangan pekerjaan secara tiba-tiba pasti menyebabkan kekecewaan yang mendalam pada orang yang mengalaminya. Bagaimana jika kejadian itu menimpa suami atau istri atau teman kita? Apa yang harus kita lakukan agar kejadian seperti itu tidak

menimbulkan luka yang mendalam pada orang mengalaminya? Simak ringkasan perbincangan dengan Pdt. Dr. Paul Gunadi berikut ini!

T : Banyak orang terpaksa mengalami pemutusan hubungan kerja atau PHK, entah karena pensiunnya dipercepat atau karena perusahaan sudah tidak mampu lagi untuk membayar. Bagaimana pengaruhnya terhadap sebuah keluarga?

J : Kita harus memahami proses atau dampak PHK pada keluarga. Waktu suami kehilangan pekerjaan, dia kehilangan jati diri, dia kehilangan dirinya. Nah, cukup umum pria-pria yang kehilangan pekerjaan juga mulai mengucilkan diri dari pergaulan sosial karena dia merasa tidak lagi mempunyai sesuatu yang bisa dibanggakan atau ditawarkan untuk masyarakat kecuali misalkan dalam

tim/kelompok yang sama, ada orang-orang yang senasib dengan dia dan itu menjadi kekuatan bagi dia. Jika tidak, dia cenderung menarik diri. Tapi masalahnya bukan saja dari lingkungan dia menarik diri, ada kecenderungan para suami ini juga menarik diri bahkan dari istri mereka.

T : Misalnya seorang ayah di-PHK, kira-kira dukungan moril atau sikap apa yang harus diperbuat oleh seorang istri untuk mendukung supaya dia tidak terlalu frustrasi? J : Kita memang harus menyadari bahwa pada masa PHK apalagi kalau

berkepanjangan pria bisa lebih labil secara emosional. Jadi mudah marah, mudah tersinggung tidak panjang sabar. Nah di sini dituntut pengertian yang sangat tinggi dari para istri. Pria pun harus sadar dia tidak boleh berdukacita dalam

kelemahannya, dia harus juga belajar untuk sabar, jangan sampai terlalu mudah tersinggung dan sebagainya. Namun pada saat ini ada baiknya istri menjauhkan diri dari hal-hal yang berbau tuntutan sebab tuntutan mengingatkan si suami pada ketidakmampuannya memenuhi tuntutan tersebut. Jadi sewaktu si istri

mengeluarkan kata-kata yang dapat ditafsir menuntut dia untuk menghasilkan uang lagi, hal itu bisa memicu kemarahannya atau membuat dia tersinggung dan

sebagainya. Jadi yang saya anjurkan adalah untuk si istri mendekati si suami dari kacamata, "Mari kita bersama-sama membangun kembali rumah tangga ini. Mari kita bersama-sama memikirkan apa yang kita berdua bisa lakukan." Jadi, bukannya saya mau begini, saya mau begitu, saya mau kerja supaya rumah tangga ini bisa ada makanan lagi dan sebagainya itu juga harus dihindarkan karena sewaktu si istri mulai mengatakan kata-kata seperti itu membuat si suami makin terpojok dan makin terlihat lemah, dia akan merasa tidak lagi berfungsi sebagai suami dan sebagainya. T : Dalam menghadapi keadaan seperti itu apakah bisa kalau seorang istri itu mencari

teman untuk menasihati suaminya?

J : Boleh saja, asalkan memang teman itu teman yang bisa diterima oleh si suami, namun sebetulnya peran istrilah yang paling penting.

(26)

26

korban PHK itu?

J : Kita harus memperkuat yang di dalam dulu yaitu si istri jangan panik, harus tetap mendekati si suami, mengajak si suami untuk jalan-jalan, terus memberikan suatu sentuhan-sentuhan kepada si suami sehingga akhirnya si suami menangkap isyarat dari si istri bahwa si istri sedang bersama dengan dia dan si istri terus

membangunkan semangatnya. Jadi hal ini terus menguatkan rasa percaya dirinya. yang kedua adalah si istri dan suami harus mulai memikirkan langkah kreatif, misalkan si istri bisa masak atau si suami bisa masak maka bisa buka warung atau kedai makan jadi benar-benar kreatif untuk bisa menutupi lubang, apakah ini akan permanen atau tidak, tidak tahu. Tapi yang harus kita sadari sekarang ini kita harus melakukan sesuatu yang kreatif. dan yang ketiga adalah meskipun kita belum

melihat pemenuhan janji Tuhan, kita tidak meninggalkan Tuhan sebab janji Tuhan itu pasti terpenuhi namun kapan tidaklah kita ketahui.

T : Apakah benar kalau dalam menghadapi masalah itu wanita lebih tabah daripada pria?

J : Cenderungnya begitu, karena wanita itu mempunyai endurance level, yaitu

kemampuan menahan sakit untuk waktu yang panjang, yang tinggi. Sedangkan pria bisa menahan sakit yang besar tapi jangka waktunya pendek sehingga peranan wanita sangat besar di sini untuk bisa terus mengangkat si pria. Saya mau memberikan satu Firman Tuhan diambil dari Mazmur 91:14-15,

"Sungguh, hatinya melekat kepada-Ku, maka Aku akan meluputkannya, Aku akan membentenginya sebab ia mengenal nama-Ku. Bila ia berseru kepada-Aku akan menjawab, Aku akan menyertai dia dalam kesesakan, Aku akan meluputkannya dan memuliakannya."

Saya suka sekali dengan perkataan "hatinya melekat kepada-Ku dan ia mengenal-Ku," jadi kuncinya adalah pada masa PHK ini hati kita harus terus melekat pada Tuhan dan kita mengenal siapa Tuhan kita, bahwa nama Tuhan kita adalah penyelamat, Yesus adalah penyelamat dan Dia adalah penolong kita. Jadi kita terus berseru kepada-Nya dan Tuhan berjanji Dia akan menjawab, "Aku akan menyertai dia dalam kesesakan." Orang yang depresi, orang yang tertekan seolah-olah dadanya sesak, jadi memang Firman Tuhan menggunakan istilah yang sangat grafik sekali di sini tapi Tuhan berkata Dia akan menyertai kita dalam kesesakan dan Dia akan meluputkan kita dan memuliakan kita, jadi tugas kita terus lekat dengan hati Tuhan, terus cari kerajaan sorga dan kebenaran-Nya, seperti janji-Nya maka Dia akan menambahkan. Jadi memang diperlukan sekali ketabahan dan diperlukan sekali kerelaan untuk mencoba yang baru, yang lainnya.

Sumber:

Sajian di atas, kami ambil/edit dari isi kaset TELAGA No. #13B yang telah diringkas/disajikan dalam bentuk tulisan.

(27)

27

Surat dari Anda

Dari: rusli winata <r.winata@>

>Kepada saudara yang terhormat, aku rusli mau meminta tolong, bisa >tidak aku mendapatkan list dari judul-judul yang telah paket telaga >buat. Dan transkrip apa saja yang telah sabda khususnya e-konsel >sudah terbitkan? apakah saya bisa mendapatkan transkrip yang saya >perlukan dari paket telaga tertentu? begitu saja salam dalam

>Kristus, >rusli

Redaksi:

Untuk mendapatkan list judul-judul transkrip Telaga sekaligus transkrip lengkapnya, Anda bisa berkunjung ke Situs Telaga yang beralamat di:

==> http://www.telaga.org/

(28)

28

Bimbingan Alkitabiah: Kehilangan Pekerjaan

Ayat Alkitab

Mazmur 37:25, Filipi 4:6,7, Filipi 4:13,19

Latar Belakang

Kita perlu peka akan trauma yang dihadapi seseorang yang kehilangan pekerjaannya, gagal mencari yang baru, bon-bon hutangnya yang menumpuk, dan surat-surat

gadainya yang sudah lewat waktu. Orang sedemikian kehilangan harga diri, mengalami kecut hati, frustrasi dan depresi. Dari beberapa penyelidikan diketahui adanya kaitan erat antara masalah pengangguran dengan akibat-akibat negatif berikut:

• bertambahnya jumlah orang yang harus dirawat di rumah sakit jiwa; • bertambahnya jumlah orang bunuh diri;

• bertambahnya tindak kekejaman sampai pada pembunuhan; • bertambahnya kejahatan dan pemenjaraan;

• bertambahnya jumlah kematian karena serangan jantung, sakit liver, dan penyakit-penyakit akibat stress lainnya;

• bertambahnya kasus penyiksaan anak.

Strategi Bimbingan

1. Kuatkan hatinya dan katakan bahwa Anda senang dapat melayani dia, dan bahwa Anda memperhatikan dia.

2. Ingatkan bahwa dia tidak sendirian, tetapi banyak orang mengalami kesulitan yang sama. Kehilangan pekerjaan bukan hal luar biasa. Dengan mengerti ini, dia tidak perlu lagi merasa bahwa hanya dia seorang yang mengalami kemalangan itu.

3. Katakan padanya bahwa dia tidak perlu merasa hilang harga diri, tidak perlu merasa hilang hormat diri, dan merasa diri tidak berarti.

4. Nasihatkan dia untuk berkeyakinan dan tidak panik, sebab Allah tahu, mengasihi, dan memelihara. Dia harus belajar mempercayai Tuhan.

5. Anjurkan dia untuk berdoa meminta Allah menolong masalah keuangannya, mencukupi kebutuhan keluarganya, dan membuka kesempatan kerja baru. 6. Usulkan dia untuk menceritakan masalahnya kepada sahabat-sahabat

Kristennya yang juga akan berdoa, dan kepada pendeta yang bersimpati yang mungkin bisa menawarkan bantuan mencarikan pekerjaan. (Gereja-gereja tertentu memiliki saluran khusus untuk membantu pencarian lowongan kerja anggotanya).

7. Nasihatkan dia untuk tidak melampiaskan frustrasinya pada istri/ suami dan anak-anaknya. Semua akan mendukungnya dalam situasi darurat itu. Semua ikut menanggung, dan krisis tadi sebenarnya dapat mempererat suasana

(29)

29

8. Perkenalkan orang yang Anda layani kepada Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat, jika dalam percakapan nampak bahwa dia belum mengenal Dia. Jelaskan "Damai dengan Allah", "Damai dengan Allah" -- Traktat untuk

menolong/menuntun orang non- Kristen agar dapat menerima Kristus (dari LPMI/PPA); atau Buku Pegangan Pelayanan, halaman 5; CD-SABDA: Topik 17750.

Sumber:

Judul Buku: Buku Pegangan Pelayanan Penulis : Billy Graham

Penerbit : Persekutuan Pembaca Alkitab, 1993 Halaman : 100 - 101

(30)

30

e-Konsel 056/Februari/2004: Pacaran

Secara Kristen

Pengantar dari Redaksi

Bulan Pebruari dikenal sebagai bulan penuh kasih. di bulan ini kita temui banyak toko yang menjual permen-permen coklat, berbagai hadiah romantis dengan warna merah atau pink, dan juga bunga-bunga yang melambangkan cinta kasih. Orang muda, khususnya mereka yang sedang berpacaran, pasti tahu mengapa bulan ini disebut sebagai bulan yang penuh kasih sayang. Tidak salah lagi jawaban Anda karena tanggal 14 bulan Pebruari dirayakan sebagai Hari Kasih Sayang atau Valentine.

Dalam merayakan hari Valentine ini, e-Konsel juga ikut ambil bagian dengan

menyajikan tema PACARAN untuk dua edisi yang terbit di bulan penuh kasih ini. Topik "Pacaran Secara Kristen" akan ditampilkan pada edisi 056 dan di edisi 057 akan kami sajikan topik "Jodoh".

Pada edisi "Pacaran Secara Kristen" ini artikel yang kami sajikan adalah "Like and Love". Melalui artikel ini kita dapat belajar untuk membedakan antara perasaan "suka" dan "kasih". Emang ada bedanya...? Nah, simak baik-baik, ya. Tak ketinggalan kami juga akan memberi petunjuk, khususnya bagi para orangtua yang saat ini sedang resah menghadapi anak-anak mereka yang sudah mulai berpacaran. dan bagi Anda yang saat ini sedang berpacaran, hal-hal apa yang tidak boleh kita lakukan ketika

berpacaran? Silakan menyimak kolom Bimbingan Alkitab dan Tips yang akan membahas tentang bagaimana berpacaran secara Kristen.

Topik Hari Valentine tahun lalu yang pernah disajikan oleh e-Konsel adalah edisi 009/2002, dengan tema "Mencari Pasangan Hidup". Jika Anda belum mendapatkan sajian edisi ini, segera saja Anda membuka arsip e-Konsel di: ==>

http://www.sabda.org/publikasi/e-konsel/009/

Tunggu apa lagi, segera simak sajian kami!

(31)

31

Cakrawala: Like dan Love

Dalam bahasa Inggris, kata "to like" berarti menyukai sedangkan kata "to love" berarti mengasihi. Sekarang apa perbedaan mendasar antara dua kata ini dalam hal memilih pasangan hidup? Menurut saya, menyukai mengacu pada kesenangan pribadi yakni menginginkan seseorang karena ia baik untuk kita dan menyenangkan hati kita. Sebaliknya, mengasihi merujuk kepada memberikan diri untuk seseorang.

Cara lain untuk membedakannya ialah, menyukai hanya meminta kita menjadi pengamat, sedangkan mengasihi mengharuskan kita menjadi pelaku. Misalnya, kita menyukai mainan, kendaraan, dan rumah, tetapi kita mengasihi adik, orangtua serta istri kita. Mainan dan kendaraan bertujuan untuk menyenangkan atau memudahkan

kehidupan kita tanpa kita harus terlibat di dalamnya (menjadi bagian dari mainan atau mobil itu). Mengasihi keluarga menuntut kita untuk terlibat di dalamnya (menjadi bagian dari kehidupan mereka); dengan kata lain, kita mesti menjadi pelaku, bukan sekedar pengamat yang mencicipi kenikmatan objek tersebut.

Adakalanya kita dibingungkan dengan kata "suka" dengan "cinta". Tidak bisa disangkal, pada tahap awal pertemuan, rasa suka akan mendominasi hubungan kasih kita. Kita menyukai wajahnya, cara bicaranya, tertawa renyahnya, kelembutannya,

kepemimpinannya, atau wibawanya. Namun seyogianya rasa suka ini bertumbuh menjadi rasa cinta yakni kerelaan untuk memberi yang terbaik dari diri kita demi yang terbaik untuknya. Jika metamorfosis ini tidak terjadi, maka kita pun akan terlibat dalam suatu relasi yang kerdil dan dangkal. Kita akan berhenti pada peran pengamat yang hanya menikmati tontonannya dengan penuh kekaguman. yang lebih berbahaya lagi, kita akan menuntutnya untuk bersikap dan melakukan hal-hal yang dapat terus melestarikan kenikmatan dan kekaguman kita terhadapnya.

Berbeda dengan suka, kasih masih menyisakan benih-benih kekaguman tanpa

membuat kita terpukau kaku dan pasif. Kasih melibatkan kita dalam hidupnya sebagai pelaku yang rela mengotorkan tangan, bukan sekedar sebagai penonton yang

disenangkan oleh pertunjukkan yang indah.

Kasih bertanya, "Apa yang dapat kuberikan?", sedangkan suka bertanya, "Apa yang dapat kau berikan?". Saya kira istilah C.S. Lewis, "need-love", mencerminkan definisi menyukai yang telah saya jabarkan. Menurut Lewis, "need-love" merupakan kasih yang keluar dari kebutuhan dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan itu. Dengan kata lain, kita memilihnya menjadi istri atau suami karena ia akan dapat memberikan yang kita butuhkan. C.S. Lewis tetap menyebutnya, kasih, tetapi saya cenderung

memanggilnya, suka.

Sekali lagi saya tegaskan bahwa suka pada dasarnya sesuatu yang alamiah dan

(32)

32

pohon kasih. Pernikahan yang seperti ini akan ditandai dengan dua nada: frustasi dan kejam.

Kita merasa frustasi karena kita mengalami delusi sebab ternyata yang kita harapkan tidak menjadi kenyataan. Kita terbangun dari mimpi dan melihat rupa pasangan kita yang sebenarnya -- ternyata dia bukan pangeran yang mengherankan kita. Dia tidak memberikan yang kita butuhkan bahkan kitalah yang harus mengisi kebutuhannya.

Kita juga bisa berubah kejam. Kita dapat terus menghujamnya dengan tuntutan demi tuntutan secara bertubi-tubi dan membabi buta. Kita tidak mau tahu akan realitas sebab kita merasa terpedaya dan terperangkap. Kita menganggap bahwa ia berhutang

pemberian kepada kita. Kita menjadi kejam karena ternyata tontonan itu tidak menarik sama sekali. Rasa suka pun berubah menjadi benci.

Kembali kepada konsep "need-love" yang diutarakan C.S. Lewis, ternyata hubungan kasih memang sarat dengan kebutuhan, misalnya kebutuhan untuk dikasihi, dihargai, dan keamanan. Ternyata pemilihan pasangan hidup juga tidak terlepas dari penentuan akan siapa yang kira-kira dapat memenuhi kebutuhan kita itu. Kita tidak memilih siapa saja; kita memilih dia yang berpotensi atau yang kita duga akan sanggup mencukupi kebutuhan kita. Selama kebutuhan itu tidak terlalu besar, biasanya hubungan nikah akan dapat berjalan langgeng. Namun jika kebutuhan itu terlalu menggunung, konflik pasti akan meletus.

Kesimpulannya adalah, sadarilah kebutuhan yang kita miliki itu dan akuilah harapan yang terkandung di dalam hati kita. Komunikasikanlah harapan itu kepada pasangan kita dan carilah jalan tengah agar kebutuhan itu dapat dipenuhinya tanpa harus terlalu melelahkannya. Semakin dini kita menyadari dan mengkomunikasikannya, semakin besar kemungkinan kita menyelamatkan pernikahan kita kelak.

Sumber:

Judul Buletin: Parakaleo, Vol VI/3, Juli - September 1999 Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.

(33)

33

TELAGA: Peran Orangtua Menghadapi Anak Berpacaran

Mau tidak mau pada suatu saat anak-anak kita juga akan sampai pada proses pacaran. Suatu tahap yang wajar terjadi dalam kehidupan setiap orang. Sebagai orangtua sudah menjadi kewajiban kita untuk tetap membimbing mereka dalam setiap kehidupan

mereka. Ada banyak hal yang harus kita perhatikan bila anak-anak ini sudah sampai pada tahap berpacaran. Anda penasaran hal-hal apa saja itu? Simak saja kolom TELAGA berikut ini bersama Pdt. Dr. Paul Gunadi Ph.D!

T : Apa yang membedakan antara berpacaran dan berteman akrab selain perbedaan jenis kelamin?

J : Yang menjadi perbedaan utama adalah ketertarikan secara romantis dan emosional. Persahabatan biasanya diikat oleh rasa kebutuhan emosional yang dipenuhi oleh seorang sahabat, sedangkan berpacaran mengandung unsur suatu ketertarikan secara romantis.

T : Apakah kalau mereka sering pergi berduaan lalu mengambil kesempatan-kesempatan hanya berdua saja, lalu kita bisa mengatakan mereka sedang berpacaran?

J : Kemungkinan kalau dengan lawan jenis dan sudah mulai bepergian berdua, saya kira sudah menjurus ke situ. Sebab dalam persahabatan seringkali itu tidak kita lakukan, biasanya bersahabat itu berdua, bertiga, apalagi pada anak-anak remaja, jarang sekali yang eksklusif hanya berdua dengan lawan jenis. Jadi kalau mulai berdua dengan lawan jenis, mereka mungkin juga pada awalnya mengatasnamakan persahabatan, namun dalam hati -- meskipun mereka belum tentu mau mengakuinya -- mereka sudah memiliki ketertarikan yang romantis. Karena untuk penjajakan pada tahap awal, masing-masing tidak mau mengungkapkan perasaan sebetulnya. Jadi mereka hanya bepergian dan berpikir ini adalah persahabatan. Setelah melewati jangka waktu tertentu mereka makin menyadari betapa tergantungnya mereka satu sama lain, betapa butuhnya mereka akan kehadiran pasangannya itu. Akhirnya mungkin salah satu akan mengungkapkan isi hatinya dan resmilah mereka pacaran. T : Kalau kita tahu anak kita sudah mulai berpacaran, apa yang bisa kita lakukan

sebagai orangtua?

J : Jauh sebelum anak kita mulai berpacaran, kita seharusnya sudah mulai berbicara kepada dia tentang calon pacarnya, tentang suami atau istri yang baik. Kita

berbicara tentang hal-hal seperti ini tidak harus secara terencana dan sistematik tetapi lakukan serileks mungkin namun mengandung pesan moral yang jelas. Misalnya dengan berkata kepada dia: "Nanti saya mengharapkan kamu akan

menikah dengan seseorang yang lebih baik dari saya. Maksudnya, saya hanya minta kamu mencintai dan memilih orang yang mencintai Tuhan Yesus dan kamu dengan sepenuh hati." Hal- hal inilah yang mulai perlu kita sampaikan kepadanya, sehingga dia mempunyai kerangka atau standar atau tolok ukur ketika dia mulai dekat dengan seorang pria. Akhirnya tanpa disadarinya prinsip-prinsip atau kriteria tersebut sudah melekat padanya dan menjadi panduan yang akan dia gunakan. Sebaiknya

(34)

34

kamu harus begini, dan sebagainya." Larangan-larangan itu bisa efektif namun dampaknya kurang begitu konstruktif karena anak itu cenderung tidak begitu tanggap terhadap larangan-larangan. Justru bisa-bisa anak itu merasa ingin tahu mengapa tidak boleh berpacaran dengan orang yang dilarang oleh orangtua,

akhirnya malah melakukannya. Jadi sampaikanlah pesan-pesan moral kita itu secara positif bukannya secara negatif.

T : Tapi apakah mereka tidak canggung untuk diajak bicara seperti itu?

J : Memang ada kecenderungan anak tidak akan menunjukkan sikap bahwa dia itu sungguh-sungguh memperhatikan karena ada rasa malu. Namun sebetulnya dalam hatinya dia akan mendengarkan dengan serius. Beritahu dia bahwa merupakan hal yang alami baginya jika suatu hari kelak dia menyukai seseorang yang berlawanan jenis dan tidak usah merasa malu. Orangtua perlu mengambil inisiatif untuk

memunculkan dan membicarakan hal ini dengan tujuan agar anak mempunyai keberanian untuk bercerita.

T : Kadang-kadang sesudah anak ini menginjak dewasa, mereka justru tertarik pada orang-orang yang tidak seiman. Bagaimana mengatasinya?

J : Harus kita akui kematangan iman kita seringkali dipengaruhi oleh kematangan usia dan jiwa kita. Maksudnya, memang ada anak-anak remaja usia 11-13 tahun yang memiliki kematangan rohani. Pada umumnya, kebanyakan kita mulai memikirkan dengan serius tentang iman kepada Tuhan sekitar usia 17-18 tahun ke atas. Ini cukup alamiah sebab ada tahapannya. Artinya adalah pada usia sebelumnya hal-hal rohani itu kurang menempati posisi yang penting di dalam kehidupannya,

kecenderungannya adalah dia ikut dengan kita ke gereja karena kewajiban. Pada saat ini mungkin saja dia tertarik dengan lawan jenisnya. Harus kita akui bahwa pada umumnya pintu pertama yang menjadi penghubung antara kita dengan yang kita sukai adalah ketertarikan fisik. Seringkali unsur seiman atau tidak seiman menjadi soal kedua, sama dengan unsur kecocokan kepribadian atau sifat-sifatnya. Dari pengertian ini kita bisa menyimpulkan bahwa sewaktu anak kita itu menjalin hubungan dengan lawan jenisnya yang kebetulan tidak seiman, itu dilakukannya dengan tidak sengaja karena memang prosesnya begitu.

T : Kalau kita sudah tahu bahwa mereka sedang pacaran dengan orang yang tidak seiman, apa yang harus kita lakukan?

J : Reaksi yang umum, kita merasa panik karena tidak sesuai dengan apa yang kita harapkan dan kita takut hal ini membawa kerugian pada anak kita. Cobalah untuk berdialog dengan dia. Larangan yang keras kurang begitu efektif. Justru kalau kita larang dengan keras, dia malah berbalik membela pacarnya dan merasa bahwa kita itu tidak adil. Jadi kembalikan tanggung jawab ini ke pundaknya dan dorong untuk mempertanggungjawabkan tindakannya itu di hadapan Tuhan. Misalnya, kita

bacakan Amsal 19:14, "Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi istri yang berakal budi adalah karunia Tuhan." Sebab sebagai seorang Kristen kita harus berkata bahwa pasangan hidup kita itu adalah pemberian Tuhan, berarti yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Kita tahu bahwa Firman Tuhan meminta kita menikah dengan yang seiman, kita tidak diizinkan untuk menikah dengan yang tidak seiman. Namun sekali lagi kita tidak menekankan pada kehendak kita tetapi lebih

(35)

35

Tuhan.

T : Jika dia mengambil keputusan untuk putus dengan pacarnya yang tidak seiman itu, bagaimana supaya ia tidak terluka hatinya atau bagaimana jika ia tidak mau pacaran lagi, bagaimana kita menolongnya?

J : Kita bisa menyampaikan kepadanya bahwa setelah kita putus, luka itu akan terus tinggal dalam hati kita untuk jangka waktu yang lama. Jadi lumrah kalau dia itu tidak mau mencoba kembali. Namun setelah luka itu sembuh, keinginan itu akan muncul secara lebih alamiah. Amsal 20:18,

"Rancangan terlaksana oleh pertimbangan, sebab itu berperanglah."

Ayat ini bisa dibagikan kepada anak kita bahwa lain kali harus mempertimbangkan dengan baik sebelum melangkah masuk dalam hubungan yang lebih serius, karena toh yang terluka adalah kita dan Tuhan mau melindungi kita dari luka dan kerugian-kerugian. Oleh sebab itu, sebelum melangkah kita dasari langkah itu atas

(36)

36

Tips: Menjaga Kesucian Pada Masa Berpacaran

Menjaga kesucian menuntut disiplin diri yang kuat dan disiplin ini hanya bisa ada apabila ada niat yang sama kuatnya pula. Tidak hanya itu, faktor utama untuk tetap menjaga kesucian selama masa pacaran hendaknya didasarkan pada rasa takut akan Allah sebab pada akhirnya kita tetap harus memberi pertanggungjawaban kepada Allah sendiri (1 Tesalonika 5:23). Berikut ini beberapa saran untuk menolong kita menjaga kesucian pada masa berpacaran.

Sirami hati kita dengan Firman Allah.

Firman Allah akan memberi peringatan dan sekaligus kekuatan bagi kita untuk melawan godaan seksual. Bacalah dan renungkanlah firman-Nya setiap hari; jadikan saat teduh sebagai aktivitas rohani rutin kita. Jangan biarkan iblis atau diri kita menipu dengan mengatakan bahwa kita sudah tidak layak menerima firman Tuhan. Ketidaklayakan adalah suatu sikap yang selalu harus ada namun kita butuh firman Tuhan guna bertahan dalam kehendak Tuhan.

Pertahankan batas sejauh-jauhnya dan sepanjang-panjangnya.

Jangan mulai sentuhan fisik terlalu dekat dan terlalu cepat. Barang siapa memulai terlalu cepat akan mengakhirinya dengan cepat dan sangat jauh pula. Hindarkan ciuman di bibir, sebisanya berhenti pada ciuman di pipi. Sentuhan-sentuhan pada anggota tubuh selain tangan, misalnya pinggul dan dada, harus dihindarkan. Hindarkan pelukan muka dengan muka, batasi hanya pada pelukan dari samping yakni tangan kanan memeluk bahu dari samping.

Bicarakan godaan seksual secara terbuka dan doakan bersama.

Jangan merasa sungkan atau tidak enak hati melukai pasangan kita. Keterbukaan menunjukkan kedewasaan dan kesadaran untuk menghadapi secara matang. Sepakati batas fisik dan hormati keputusan itu sebab dengan cara itulah kita menghormati tubuh pasangan kita sebagai rumah Allah yang kudus.

Hindarkan keberduaan dan keterpisahan.

Bertemulah di tempat terbuka dan umum; jangan mencari-cari kesempatan untuk menyendiri guna melaksanakan niat seksual kita. Membicarakan hal pribadi tidak perlu dalam kamar atau di rumah yang sepi; kita dapat melakukannya di tempat ramai yang tetap memberi kita kesempatan berbicara dengan serius.

Bicarakan masalah dengan seorang bapa atau ibu rohani.

(37)

37

kesediaannya untuk menjadi pengawas yang akan terus mengecek kemajuan kita. Keberadaan seorang pengawas akan menolong kita hidup kudus dan bertanggung jawab. Dosa yang disembunyikan niscaya membuat kita lebih liar dan tak terkendali, dosa yang diakui justru memperkuat ketahanan kita.

Jangan menyerah.

C.S. Lewis, seorang penulis Kristen, pernah berujar bahwa kita tidak akan tahu besarnya kekuatan dosa sampai kita mencoba melawannya. Godaan seksual merupakan godaan besar yang adakalanya membuat kita putus asa melawannya. Namun nasihat C.S. Lewis adalah jangan menyerah. Lewis melukiskan suatu contoh yang indah. Jika kita mengosongkan kertas ujian kita, pasti kita mendapatkan nilai 0. Namun, jika kita mencoba menjawab setiap pertanyaan, kita pasti memperoleh nilai meski jawabannya salah. Lewis mengingatkan kita bahwa Tuhan ingin melihat usaha kita melawan dosa dan Ia menghargai upaya yang keras. Jangan menyerah atau membenarkan diri. Akui kejatuhan kita dan bangunlah kembali; setiap hari merupakan hari pengujian, sebab itulah esensi kehidupan Kristen.

Sumber:

Judul Buletin: Seks Pranikah -- Seri Psikologi Praktis Judul Artikel: Menjaga Kesucian

Penulis : Pdt. Dr. Paul Gunadi, Ph.D.

Penerbit : Seminari Alkitab Asia Tenggara, Malang, 2001 Halaman : 6 - 8

Surat dari Anda

Dari: <Judith@>

>Shalom tim e-Konsel! Pagi ini saya dapat berkat besar dengan >artikel di bawah ini. Thank's alot yaa. Betapa uniknya kehidupan >orang Kristen bahkan soal pola kerja pun Bapa mengaturnya. Thanks >God for taking care of us. God bless you all forever!!!! Selamat

>bekerja=melayani! >@Judith

Redaksi: Kami juga tidak henti-hentinya mengucapkan syukur kepada Tuhan jika kami bisa membagikan berkat Tuhan kepada semua orang. Tak ketinggalan kami juga mengucapkan terimakasih atas segala dukungan yang telah diberikan kepada kami. Maukah Anda mensharingkan pengalaman Anda dalam hal pola kerja kepada teman-teman Anda atau mengirimkannya kepada Redaksi. Siapa tahu pengalaman Anda dapat menjadi berkat bagi para pembaca e-Konsel lainnya.

(38)
(39)

39

Bimbingan Alkitabiah: Standar Moral Pacaran

Untuk membedakan apa yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan ketika kita berpacaran, Tuhan memberikan batasan yang jelas. Dia tak pernah takut untuk menyebut dosa sebagai dosa. Mari kita lihat apa yang Alkitab katakan tentang hal ini. (Anda mungkin ingin mencari ayat-ayat ini di Alkitab Anda sendiri dan

menggarisbawahinya.)

Mazmur 101:2,3 Galatia 5: 16-21

Mazmur 119:9,11 Galatia 6:7,8

Ayub 31:1 Efesus 5:3-5

Matius 5:27-29 1Tesalonika 4:3-8

Matius 7:13,14 2Timotius 2:22

1Korintus 6:9,10 Wahyu 18:4,5

1Korintus 6:18-20 Wahyu 22:14,15

Standar moral Tuhan adalah satu-satunya standar moral yang kita butuhkan. Bahkan pada suatu hari nanti ketika generasi penerus kita menjadi buta seolah-olah tidak ada standar moral seperti itu, kita harus menegakkannya dan menjadikan itu sebagai bagian dari kita. Elaine Battles, seorang misionaris, pernah berkata,

"Hanya ikan mati yang mengapung dan terbawa arus sampai ke hilir."

Anak muda harus hidup dan bersemangat untuk bisa berenang melawan arus.

Sumber:

Judul Buku: Dare to Date Differently Penulis : Fred Hartley

(40)

40

e-Konsel 057/Februari/2004: Jodoh

Pengantar dari Redaksi

Khusus untuk menyambut Hari Kasih Sayang atau lebih akrab disebut Hari Valentine, tanggal 14 Pebruari, maka e-Konsel sengaja muncul lebih awal dari biasanya. Bagi Anda yang akan merayakannya dengan pasangan terkasih, kami yakin Anda pasti sedang mempersiapkan banyak acara menarik untuk dinikmati bersama. Tapi bukan berarti Hari Valentine hanya bisa dirayakan dengan pasangan terkasih/pacar. Anda juga bisa merayakan hari istimewa ini dengan orang-orang yang Anda kasihi, baik itu

orangtua, kakak, adik, teman, sahabat atau siapa saja yang dekat dengan hati Anda.

Meneruskan edisi lalu yang mengangkat topik tentang "Pacaran Secara Kristen", maka edisi ini kami membahas topik "Jodoh". Kami sengaja menghadirkan dua topik ini untuk menghangatkan pembicaraan kita tentang Hari Valentine. Memang harus kita akui bahwa topik "Jodoh" memang tidak akan lekang oleh waktu. Tidak heran jika semakin hari semakin banyak dan beragam artikel-artikel, tips, atau bahkan

pandangan-pandangan yang menyoroti masalah perjodohan. di antara isu- isu perjodohan yang muncul, maka pernyataan kontroversi yang sering muncul adalah yang mengatakan bahwa jodoh itu ada di tangan Tuhan dan Dia pasti akan memberikannya pada waktunya nanti. Betulkah demikian? Bagi Anda yang saat ini masih sedang

menggumulkan tentang siapa yang akan menjadi pendamping hidup Anda, maka ada baiknya jika Anda menyimak sajian-sajian dalam edisi ini. Nah, tunggu apa lagi? Cepatlah simak sajian kami.

Tak lupa, kami mengucapkan: Selamat Hari Valentine!

(41)

41

Cakrawala: Bagi yang Sedang Berpacaran

Setiap orang yang berpacaran cepat atau lambat harus mengambil keputusan! Pada umumnya dilema yang dihadapi sama, yakni memastikan bahwa kekasih kita adalah pasangan hidup kita yang tepat. Nah, memastikan inilah yang sering kali menjadi masalah, sebab adakalanya hari ini kita merasa yakin, besoknya malah merasa bingung. Untuk mereka yang sedang berpacaran dan termasuk dalam kategori "ya-bing" (ya yakin, ya bingung), di bawah ini ada beberapa butir petunjuk yang mudah-mudahan bermanfaat.

PERTAMA, nikahilah seseorang yang mengasihi Tuhan. Mungkin ada sebagian Saudara yang berteriak, "Saya tidak setuju! Orangtua saya adalah orang Kristen, namun pernikahan mereka tidak harmonis." Kepada Saudara yang berkata demikian, saya menjawab, "Saya setuju dengan keberatan Saudara!" Tidak dapat dipungkiri, di dunia ini ada pernikahan Kristen yang harmonis, namun ada pula yang tidak harmonis. Pernikahan bukan hanya berkaitan dengan hal sorgawi, pernikahan juga merupakan ajang dimana hal yang sorgawi dijelmakan dalam interaksi dengan sesama manusia. di sinilah kita bergumul karena kita tidak senantiasa hidup dalam kehendak Tuhan yang menekankan pentingnya hidup damai satu sama lain.

Namun demikian, izinkan saya sekarang menjelaskan pandangan saya ini. Dalam

1Korintus 7:39, Rasul Paulus menyampaikan firman Tuhan kepada para istri yang suaminya telah meninggal,

"... ia bebas kawin dengan siapa saja yang dikehendakinya,asal orang itu adalah seorang yang percaya."

Menikah dengan sesama orang yang percaya kepada Tuhan Yesus adalah kehendak Tuhan sendiri. Dengan kata lain, unsur ketaatan memang diperlukan untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya.

Selain itu, pilihlah pasangan hidup yang bukan sekedar mengaku bahwa ia seorang Kristen, melainkan seseorang yang mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budinya. Saya dan Santy (istri saya) tidak berani mengklaim bahwa kami

senantiasa mengasihi Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Namun, kami berani berkata bahwa kami berupaya untuk senantiasa mengasihi (mengutamakan) Tuhan dengan segenap hati, jiwa, dan akal budi. Tatkala saya memintanya untuk kembali ke Indonesia, ia mengalami pergumulan yang berat (adakalanya masalah ini masih mencuat sampai sekarang) sebab situasi kami saat itu sudah lebih berakar di Amerika Serikat. Secara manusiawi, kedua pandangan ini sukar ditemukan karena kami berdua tidak mau sembarangan menggunakan nama Tuhan untuk mengesahkan

keinginan pribadi masing-masing. Faktor mengasihi Tuhanlah yang akhirnya

(42)

42

Hati yang rindu menyenangkan hati Tuhan, yang keluar dari kasih kita kepada-Nya adalah faktor pertama yang harus dimiliki oleh pasangan kita (sudah tentu oleh kita pula). Keharmonisan dalam pernikahan bergantung pada kemampuan kita

menyesuaikan diri satu sama lain. Kemampuan kita menyesuaikan diri tidaklah terlepas dari keinginan untuk menyesuaikan diri; sedangkan keinginan untuk menyesuaikan diri sering kali harus timbul dari ketaatan kita pada Tuhan.

KEDUA, nikahilah seseorang yang mengasihi diri Saudara. Pasti ada di antara Saudara yang bergumam, "Sudah pasti ia mengasihi saya, kalau tidak, mana mungkin ia

bersedia menjadi pacar saya sekarang." Komentar saya untuk tanggapan Saudara adalah, "ya dan tidak", dalam arti tergantung pada pemahaman kita akan makna kasih itu sendiri. Dalam salah satu episode kisah "Return of The Condor Heroes", si Gadis Naga Kecil berkata kepada Yoko, "Asalkan aku dapat bersamamu, aku akan bahagia." (Saya tidak ingat secara persis kalimatnya, tapi kira-kira

Referensi

Dokumen terkait

Model pembelajaran inkuiri menurut Joyce, Weil, dan Calhoun (2011) terdiri dari 4 fase yaitu: 1) fase pertama, siswa disajikan bidang penelitian berupa fenomena

atawa métodeu anu dimaksud ka subjek anu dibéré Pre-test salila jangka waktu anu tangtu. 2) Ngalaksanakeun Post-test � ) salaku tés ahir jeung ngitung rata-rata

[r]

Berdasarkan perjanjian CTA, saya mohon agar karya ilmiah tersebut dipublikasikan di repository UNPAR secara terbatas (hanya dapat diakses oleh yang berhak dan

[r]

[r]

Pengertian tersebut menunjukkan bahwa hukum adat dimasa sebelum kemerdekaan Republik Indonesia adalah hukum yang berlaku bagi golongan penduduk