• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang ( Areca Catechu L ) 20% Dengan Waktu Perendaman Yang Berbeda Chapter III VI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman Dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang ( Areca Catechu L ) 20% Dengan Waktu Perendaman Yang Berbeda Chapter III VI"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratories.

3.2 Desain Penelitian

Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah Post test with control group design.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian 3.3.1 Tempat Penelitian

1. Tempat Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 20 % Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU

2. Pembuatan Sampel

Pembuatan sampel penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Fakultas Kedokteran Gigi USU.

3. Perendaman sampel dalam inkubator.

Perendaman sampel dalam inkubator dilakukan di Laboratorium Terpadu Fakultas Kedokteran USU (Laboratorium infeksius).

4. Pengujian kekuatan impak

Pengujian kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas dilakukan di Laboratorium Pusat Penelitian (FMIPA) USU.

3.3.2 Waktu Penelitian

(2)

3.4 Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.4.1 Sampel Penelitian

Adapun sampel penelitian ini adalah lempeng resin akrilik polimerisasi panas dengan ukuran sampel adalah 65 mm x 10 mm x 2,5 mm sesuai ADA specification no.12.2,28

Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel

3.4.2 Besar Sampel Penelitian

Pada penelitian ini besar sampel minimal diestimasi bedasarkan rumus Frederer:29

Keterangan:

t: Jumlah perlakuan r: Jumlah ulangan

Dalam penelitian ini, terdapat 5 kelompok perlakuan yaitu resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam larutan ekstrak biji pinang selama 2 jam, 4 jam, 6 jam, 8 jam serta satu kelompok kontrol (tanpa perendaman), Maka t = 5 dan jumlah sampel (r) setiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut:

( t – 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15 ( 5– 1 ) ( r – 1 ) ≥ 15

(3)

4( r – 1 ) ≥ 15 4r – 4 ≥ 15 4r ≥ 15 + 4 r ≥ 4,75 r = 5

Dari perhitungan diatas didapat jumlah sampel minimum untuk masing-masing kelompok adalah 5, dalam penelitian ini diambil besar sampel 6 buah untuk masing-masing kelompok perlakuan.

3.5 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel Bebas

Waktu perendaman Resin akrilik polimerisasi panas yang direndam dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

3.5.2 Variabel Tergantung

Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

3.5.3 Variabel Terkendali

1. Jenis resin akrilik polimerisasi panas. 2. Ukuran sampel 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.

3. Perbandingan powder dan liquid resin akrilik polimerisasi panas (polimer 9 gr : monomer 3,6 ml ).

4. Rasio gips dan air sesuai takaran pabrik 200 gr : 100 ml. 5. Suhu penggodokan ( proses kuring ).

6. Suhu perendaman (37 ͦ C).

7. Kecepatan pemolisan (bur frasser 500 rpm) 8. Waktu pemolisan (5 menit)

(4)

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali 1. Kecepatan pengadukan resin akrilik. 2. Kecepatan pengadukan gips.

3. Tekanan pengepressan kuvet.

3.6 Kriteria Sampel 3.6.1 Kriteria Inklusi

1. Sampel berbentuk balok dengan ukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm. 2. Sampel terpolis licin dan mengkilat.

3.6.2 Kriteria Ekslusi 1. Sampel terdapat poreus.

2. Sampel terkontaminasi bahan lain (sampel kotor). 3. Sampel retak.

3.7 Definisi Operational

1. Resin akrilik polimerisasi panas adalah bahan basis gigitiruan yang terbentuk melalui pencampuran bubuk yang mengandung polimer dan cairan yang mengandung monomer yang polimerisasinya melalui pemanasan.

2. Waktu perendaman adalah perendaman sampel resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

3. Larutan Ekstrak biji pinang 20% adalah biji pinang yang telah diekstrak dari simplisia (serbuk biji pinang) secara perkolator disertai pengadukan dengan pelarut etanol 96% dengan konsentrasi 20% dengan cara 20 gr ekstrak biji pinang dilarutkan dalam 100 ml aquades.

(5)

3.8 Alat dan Bahan penelitian 3.8.1 Alat Penelitian

1. Master plat berukuran 65 mm x 10 mm x 2,5 mm.

Gambar 5. Master plat 65 mm x 10 mm x 2,5 mm

2. Rubber bowl dan spatula pengaduk. 3. Kuvet (Smic, China®).

4. Pot Akrilik.

5. Alat press manual.

6. Waterbath (Schutzart DIN 40050- IP 20, Germany®).

Gambar 6. Waterbath

(6)

9. Mikromotor (Strong, Korea).

Gambar 7. Mikromotor 10.Bur Frasser.

11.Kertas pasir no: 600, 800, 1000. 12.Emery.

13.Pinset dan Lekron.

14.Inkubator. (Memmert)

Gambar 8. Inkubator

15.Alat Uji Kekuatan Impak Charpy (Amslerotto Walpret Werke GBHM, Germany)

(7)

16.Wadah perendaman yang terbuat dari plastik. 17. Plastik selopan.

18.Timbangan (Kenmaster, China)

19.Lemari pengering dengan suhu 40-50o C 20.Blender (Miyako, Japan)

21.Perkolator

Gambar 10. Perkolator

22.Vacuum rotary evaporator

(8)

3.8.2 Bahan Penelitian

a. Resin Akrilik Polimerisasi Panas (QC-20, England) b. Gips tipe 2 (Super Gips)

c. Biji Pinang

Gambar 12. Biji pinang d. Etanol 96%

e. Aquades

3.9 Prosedur Penelitian 3.9.1 Pembuatan Master Plat

Master plat dibuat dari logam stainless steel ditempah dengan ukuran 65 mm x10 mm x 2,5 mm2,28 sebanyak 3 buah.

3.9.2 Pembuatan Mould

1. Membuat adonan gips keras dengan perbandingan terhadap air 200 gr : 100 ml.

2. Adonan diaduk dengan spatula dan dipastikan semua tercampur homogen. 3. Adonan gips yang telah homogen dimasukan kedalam kuvet bawah yang telah disiapkan sambil digetarkan. (Gambar 13.a).

(9)

(a) (b)

Gambar 13. Adonan gips yang telah homogen dalam kuvet bawah (a), master plat diletakan sama rata dengan permukaan gips (b).

5. Gips dibiarkan mengeras ± 15-20 menit sampai panas gips hilang.

6. Setelah gips mengeras, permukaan atas gips dan master plat diolesi dengan vaselin. Kuvet bagian atas disatukan dengan kuvet bawah dan diisi dengan adonan gips (perbandingan gips dan air 200 gram : 100 ml), kemudian kuvet ditutup dan dipastikan kuvet atas dan bawah berkontak dengan rapat.

7. Setelah gips pada kuvet atas mengeras, kuvet dibuka dan master plat dikeluarkan dengan perlahan, sehingga didapat hasil cetakan mould yang sesuai dengan master plat. (Gambar 14.a)

8. Kuvet dicor dengan menggunakan air panas untuk menghilangkan sisa vaselin pada permukaan gips.

3.9.3 Pembuatan Sampel Resin Akrilik Polimerisasi Panas

1. Mould diolesi dengan could mould seal sebagai separating medium. (Gambar 14.b)

(a) (b)

(10)

2. Polimer dan monomer diaduk perlahan dalam pot akrilik dengan perbandingan polimer 9 gr : monomer 3,6 ml hingga homogen dan mencapai fase dough. Pada tahap ini adonan tidak akan lengket lagi bila disentuh dengan tangan ataupun spatula.

3. Setelah mencapai fase dough, adonan dimasukan ke dalam mould, kemudian tutup dengan plastik selopan dan kuvet atas dipasangkan. (Gambar 15.a).

4. Kuvet di-press hingga kencang (proof press), kemudian kuvet yang telah di-press dibuka kembali. Kelebihan akrilik dibersihkan dan dibuang kemudian kuvet ditutup kembali.

5. Kuvet ditekan kembali menggunakan press manual sampai bagian kuvet atas dan bawah berkontak rapat (final press). (Gambar 15.b).

(a) (b)

Gambar 15. Plastik selopan yang diletakan diatas mould yang telah diisi resin akrilik polimerisasi panas (a), pengepressan kuvet (b).

6. Baut kuvet dipasang dan dikunci untuk mempertahankan kuvet atas dan kuvet bawah agar beradaptasi dengan baik.

7.Proses curing.

3.9.4 Curing (Pemanasan)

(11)

air di dalam waterbath diturunkan hingga mencapai suhu ruangan agar kuvet yang berisi sampel dapat dikeluarkan dari waterbath. Kemudian kuvet dikeluarkan dari waterbath dan biarkan dingin dalam suhu ruangan hingga sampel dapat dikeluarkan dari mould dan dapat dipoles. Proses curing yang tidak baik akan berpengaruh pada sampel yang dihasilkan hingga mempengaruhi uji yang akan dilakukan pada sampel tersebut.1

3.9.5 Penyelesaian Akhir (Poles)

Sample dirapikan menggunakan bur fraser dengan kecepatan 500 rpm dan dipoles dengan menggunakan kertas pasir water proof nomor 600 , 800 dan 1000 masing-masing selama 5 menit dan dilanjutkan dengan kertas emery. Kemudian sampel dicuci dengan air dan diberi nomor menggunakan spidol pada bagian ujung plat akrilik untuk memberi tanda pada masing-masing sampel sesuai dengan waktu perendaman. Pemolesan ini bertujuan untuk mendapatkan sampel resin akrilik polimerisasi panas dengan kontur yang rata, licin, mengkilat dan tidak poreus.

Gambar 16. Lempeng resin akrilik polimerisasi panas yang telah selesai dipoles

3.9.6 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 3.9.6.1 Pengumpulan Biji Pinang

(12)

3.9.6.2 Pengolahan Biji Pinang

1. Satu kilogram buah pinang dikupas dan diambil bijinya kemudian dicuci dibawah air mengalir hingga bersih dan tiriskan, lalu ditimbang berat basah, lalu potong dengan diiris-iris.

2. Kemudian keringkan dalam lemari pengering pada suhu 40-50 0C.

3. Biji pinang dianggap kering apabila sudah rapuh, lalu ditimbang berat kering. (Gambar 17.a)

4. Selanjutnya diserbukkan dengan menggunakan blender dan didapat serbuk serbuk halus (simplisia) sebanyak 250 gr lalu disimpan dalam wadah plastik di tempat yang terlindung dari cahaya sebelum digunakan. (Gambar 17.b)

(a) (b)

Gambar 17. Penimbangan berat kering biji pinang (a), Penimbangan simplisia biji pinang (b).

3.9.6.3 Pembuatan Ekstrak Biji Pinang 20%

1. Simplisia yang dihasilkan tersebut diletakkan di dalam wadah kaca dan direndam di dalam etanol 96% sebanyak 500 ml sampai seluruh permukaan simplisia menjadi basah. Massa tersebut disimpan dan kemudian dibiarkan sekurang-kurangnya selama 30 menit. (Gambar 18.a)

(13)

(a) (b)

Gambar 18. Simplisia diletakkan dalam wadah kaca selama 30 menit (a), Perkolasi (b)

3. Ekstrak cair diuapkan dengan vacuum rotary evaporator pada suhu 40oC dan dikeringkan hingga konsistensinya menjadi kental.( Gambar 19.a)

4. Untuk mendapatkan ekstrak biji pinang 20% maka dilakukan pegenceran larutan ekstrak pinang dengan aquades sebanyak 20 gr ekstrak biji pinang dilarutkan aquades sampai dengan 100 ml. (Gambar 19.b)

Ekstrak 20% = 20 ��

100 �� x 100 gr = 20 gr

(a) (b)

Gambar 19. Ekstrak kental biji pinang (a), Larutan ekstrak biji pinang 20% (b)

3.9.7 Perendaman Sampel dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20% 1. Kelompok kontrol.

(14)

2. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20% dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC. Biarkan selama 2 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue.Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

3. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 4 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman . Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20% dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC. Biarkan selama 4 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

4. Perendaman sampel dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 6 jam. Sebanyak 6 sampel lempeng resin akrilik polimerisasi panas dimasukan ke dalam wadah perendaman. Kemudian isi wadah perendaman dengan 100 ml larutan ekstrak biji pinang 20% dan dimasukan kedalam inkubator dengan suhu 37 ͦC. Biarkan selama 6 jam, kemudian sampel dikeluarkan dari larutan, dicuci dengan air, dikeringkan diatas kertas tissue. Kemudian dilakukan uji kekuatan impak.

(15)

(a) (b)

Gambar 20. Sampel yang diletakan dalam wadah perendaman berisi larutan ekstrak biji pinang 20% (a), wadah perendaman yang dimasukan kedalam inkubator

3.9.8 Uji Kekuatan Impak

Pengukuran kekuatan impak dengan alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test (Gambar 21.a) Sampel ditempatkan dengan posisi horizontal dan bertumpu pada kedua ujung alat penguji kemudian lengan pemukul pada alat penguji dikunci. Setelah itu lengan pemukul dilepaskan dan lengan pemukul membentur sampel hingga patah. Energi yang tertera pada alat penguji dibaca dan dicatat lalu dilakukan perhitungan kekuatan impak.30 (Gambar 21.b).

(a) (b)

Gambar 21. Alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test (a), Sampel diletakkan pada posisinya (b)

3.10 Analisis Data

(16)
(17)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pengukuran Kekuatan Impak Resin Akrilik Polimerisasi Panas Setelah Perendaman dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20%

Pada penelitian ini kekuatan impak didapat dengan cara memberikan energi yang menyebabkan patahnya sampel resin akrilik polimerisasi panas menggunakan alat Uji Kekuatan Impak Charpy impact test dinyatan dalam satuan Joule/mm2.

Nilai kekuatan dan rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam , 6 jam dan 8 jam dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

(18)

Tabel 2. Nilai rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam , 6 jam dan 8 jam

Pada tabel 2 terlihat rata-rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok kontrol adalah 8,667 ± 0,653 x 10-3 J/mm2, rata-rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok perendaman 2 jam adalah 8,133 ± 0,864 x 10-3 J/mm2, rata- rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok perendaman 4 jam adalah 8,000 ± 1,102 x 10-3 J/mm2, rata- rata dan standar deviasi kekuatan impak kelompok perendaman 6 jam adalah 7,333 ± 1,400 x 10-3 J/mm2, sedangkan rata-rata dan standar deviasi kekuatan Impak kelompok perendaman 8 jam adalah 6,333 ± 1,505 x 10-3 J/mm2.

Pada penelitian ini terlihat bahwa nilai rata-rata kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% memiliki nilai lebih rendah dibanding nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol (Gambar 22).

Gambar 22. Grafik nilai rata-rata kekuatan impak kelompok kontrol dan kelompok

perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam ,4 jam ,

(19)

Hasil uji kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% ini menunjukan bahwa semakin lama perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% maka semakin berkurang nilai kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas.

4.2 Pengaruh Perendaman dalam Larutan Ekstrak Biji Pinang 20% terhadap Kekuatan Impak

Dalam menganalisis data hasil penelitian ini sebelum dilakukan uji One Way Anova ( p ≤ 0,05), terlebih dahulu data yang sudah ditabulasi akan dilakukan uji normalitas dengan menggunakan uji Saphiro Wilk ( p > 0,05) dan uji homogenitas menggunakan uji Levene ( p > 0,05) sehingga didapatkan hasil bahwa data penelitian ini terdistribusi normal dan homogen. Oleh karena itu dapat dilakukan uji One Way Anova ( p ≤ 0,05 ), untuk membandingkan kelompok kontrol dengan kelompok perendaman dan uji Least Significant Difference ( p ≤ 0,05 ) untuk melihat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok perendaman. Hasil uji statistik selengkapnya dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.

Tabel 3. Hasil Uji One Way Anova kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam , 4 jam ,6 jam dan 8 jam

Sum of Square df Mean Square F Sig.

Between Groups 19,258 4 4,821 3,642 0,018

Within Groups 33,093 25 1,324

Total 52,379 29

(20)

Untuk mengetahui pasangan kelompok mana yang berbeda bermakna, maka dilakukan uji post hoc dengan menggunakan uji Least Significant Difference (LSD).

Tabel 4. Hasil Uji Least Significant Difference ( p ≤ 0,05 ) kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas pada kelompok kontrol dan setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, 6 jam dan 8 jam.

No. Kelompok Mean Difference Signifikansi (p) 1. Kontrol - 2 jam

* ada perbedaan yang signifikan setelah diuji dengan uji Least Significant Difference (LSD) dengan p ≤ 0,05.

Pada tabel 4 dapat dilihat dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 2 jam adalah p = 0,430 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 2 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 4 jam adalah p = 0,325 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 4 jam.

(21)

= 0,056 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 6 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 8 jam adalah p = 0,002 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman 8 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 4 jam adalah p = 0,843 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 4 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 6 jam adalah p = 0,240 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok 2 jam perendaman dengan kelompok perendaman 6 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 8 jam adalah p = 0,012 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 2 jam dengan kelompok perendaman 8 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 4 jam dengan kelompok perendaman 6 jam adalah p = 0,325 (p > 0,05) artinya tidak ada perbedaan signifikan antara kelompok 4 jam perendaman dengan kelompok perendaman 6 jam.

Dari hasil perhitungan uji Least Significant Difference (LSD) didapatkan nilai p value antara kelompok perendaman 4 jam dengan kelompok perendaman 8 jam adalah p = 0,019 (p < 0,05) artinya terdapat perbedaan signifikan antara kelompok perendaman 4 jam dengan kelompok perendaman 8 jam.

(22)

BAB 5 PEMBAHASAN

Hasil uji menggunakan One Way Anova menunjukan adanya perbedaan kekuatan impak yang signifikan antar kelompok kontrol (tanpa perendaman) dan kelompok perlakuan (perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%). Sedangkan pada uji LSD tidak ada perbedaan yang signifikan pada kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas antara kelompok kontrol dengan kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam dengan p = 0,430 (p > 0,05), pada perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 4 jam dengan p = 0,325 (p > 0,05) , pada perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 6 jam dengan p = 0,056 (p > 0,05), namun terdapat perbedaan yang signifikan pada kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam dengan p = 0,002 (p < 0,05). Kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam memiliki rata-rata kekuatan impak paling rendah yakni 6,333 x 10-3 J/mm2. Artinya, perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam menyebabkan penurunan kekuatan impak paling tinggi. Sedangkan kelompok kontrol memiliki rata-rata kekuatan impak 8,667 x 10-3 J/mm2,kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam memiliki rata-rata kekuatan impak 8,133 x 10-3 J/mm2, kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% selama 4 jam memiliki rata-rata kekuatan impak 8,000 x 10-3 J/mm2, kelompok perendaman dalam ekstrak biji pinang 20% 6 jam memiliki rata-rata kekuatan impak 7,333 x 10-3 J/mm2, maka disimpulkan bahwa rata-rata kekuatan impak kelompok perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam, dan 6 tidak berbeda signifikan dengan kelompok kontrol. Sehingga berdasarkan hasil penelitian LSD dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20%, maka kekuatan impak semakin menurun.

(23)

Bahan resin akrilik mempunyai sifat menyerap air secara perlahan dalam jangka waktu tertentu dan mekanisme penyerapan melalui difusi molekul air sesuai dengan hukum difusi. Difusi diduga terjadi di antara makromolekul, hal ini akan memisahkan makromolekul yang satu dengan yang lain, akibatnya kekuatan resin akrilik berkurang. Terjadinya penyerapan air dalam resin akrilik merupakan salah satu faktor penyebab penurunan kekuatan impak pada resin akrilik.6,7

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Handajani S, dkk (2013) lama perendaman resin akrilik heat cured dalam jus buah kiwi (mengandung senyawa fenol) berpengaruh terhadap kekutan impak, semakin lama resin akrilik heat cured direndam dalam jus buah kiwi maka semakin menurun kekuatan impaknya. Hal ini disebabkan karena flavonoid (senyawa fenol) bila berkontak dengan resin akrilik menyebabkan kerusakan kimiawi pada permukaan resin akrilik. Senyawa fenol dapat berdifusi ke dalam lempeng akrilik dan mulai menyebabkan kerusakan kimiawi dan terjadi pemutusan rantai panjang polimer resin akrilik resin akrilik. Perusakan secara kimia menimbulkan kekasaran pada permukaan resin akrilik sehingga dapat menyebabkan retak atau crazing dan penurunan kekuatan serta kekerasan.2,3

(24)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Semakin lama perendaman resin akrilik polimerisasi panas dalam larutan ekstrak biji pinang 20% maka semakin menurun kekuatan impaknya.

2. Terdapat perbedaan kekuatan impak yang signifikan pada lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 8 jam namun tidak ada perbedaan kekuatan impak yang signifikan pada lempeng resin akrilik polimerisasi panas setelah perendaman dalam larutan ekstrak biji pinang 20% selama 2 jam, 4 jam dan 6 jam.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai bahan desinfektan ekstrak biji pinang dengan konsentrasi dan waktu perendaman yang berbeda-beda terhadap kekuatan impak lempeng resin akrilik polimerisasi panas.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh ekstrak biji pinang terhadap stabilitas warna resin akrilik polimerisasi panas.

Gambar

Gambar 4. Bentuk dan ukuran sampel
Gambar 6. Waterbath
Gambar 7. Mikromotor
Gambar 10. Perkolator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya kombinasi jadwal dan berbagai constraint yang diberikan, antara lain : dosen yang memiliki jabatan struktural tidak dapat dijadwalkan pada waktu tertentu,

Wahyu Ade Saputra,2012.Analisis Pengaruh Aplikasi Post Weld Heat Treatment (PWHT) Pada Pengelasan Cast Steel (Sc 42) Dengan Carbon Steel (Grade E) Terhadap

Karena itu dibutuhkan suatu sistem yang dapat memberikan informasi skala prioritas dari beberapa daerah penerima bantuan dengan penentuan beberapa parameter atau

Pengaruh Kesempatan Kenaikan Pangkat Dan Pengalaman Kerja Auditor Senior Terhadap Kepuasan Kerja Auditor Yunior Dengan Perlakuan Auditor Senior Dan Tindakan Supervisi

Armour layer memiliki ukuran butir yang hampir s~ragam, namun bergradasi butir yang bervariasi diantara butiran penyusunnya, Struktur amlOur layer yang terbentuk,

1. The teacher gives greeting to students. Teacher asks students to prepare their English book. The teacher checks the students‘ attendance list. The teacher gives questions

Perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP dan LKS pembelajaran disusun berdasarkan KD dan KI pada kurikulum 2013 dengan menggunakan model STS dengan sintaks

Karakteristik responden berdasarkan kejadian dispepsia pada ibu rumah tangga yang tinggal didalam rumah dengan salah satu anggota keluarga merokok, sebagian besar