BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Aspek kesejahteraan masyarakat suatu wilayah baik Nasional, Provinsi maupun Kabupaten/Kota dapat diukur dari pertumbuhan ekonomi wilayah terkait, pendapatan perkapita, laju inflasi, ketimpangan kemakmuran, pemerataan pendapatan maupun ketimpangan regional. Suatu wilayah dikatakan maju dan mengalami pembangunan daerah apabila telah memiliki tolak ukur tersebut di atas dengan nilai tinggi dalam suatu periode secara berkelanjutan.
Sejak berlakunya otonomi daerah di Indonesia yang paling penting bagi pembangunan daerah dewasa ini adalah meningkatnya motivasi antar daerah, mengaktualisasikan diri sebagai daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi melalui pemberdayaan potensi ekonomi lokal dengan mengembangkan kegiatan-kegiatan ekonomi yang bersandarkan kepada kekuatan-kekuatan daerah dan memanfaatkan peluang-peluang yang ada untuk meningkatkan kesejahteraan sosial yaitu kemakmuran dan keadilan (Tri, 2014).
pengelolaan (manajeman perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan) penggunaan sumber daya-sumber daya tersebut dalam produksi, konsumsi dan distribusi.
Dalam pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumber daya lokal. Identifikasi sektor/ subsektor ekonomi potensial menjadi kebutuhan bagi optimalisasi proses dan keberhasilan pembangunan ekonomi dimaksud. Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensial serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan lambatnya proses pertumbuhan ekonomi daerah yang bersangkutan (Harahap, 2014).
Bila dilihat dari potensi ekonomi daerah, Kabupaten Nias Selatan merupakan salah satu Kabupaten yang memiliki kekayaan sumber daya di Provinsi Sumatera Utara. Dan tentu hasil kekayaan alam tersebut berkontribusi pada Produk Domestik Regional Bruto di tingkat daerah maupun provinsi.
Tabel 1.1 PDRB ADHB menurut Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera Utara (milyar rupiah), Tahun 2012-2014
No. Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
1. Nias 1.299,65 1.439,73 1.638,83
2. Mandailing Natal 4.288,09 4.851,57 5.573,13 3. Tapanuli Selatan 3.574,75 3.988,80 4.485,93 4. Tapanuli Tengah 2.572,24 2.880,75 3.304,28 5. Tapanuli Utara 4.157,53 4.564,75 5.121,10 6. Toba Samosir 3.857,58 4.395,21 5.010,99 7. Labuhanbatu 8.550,34 9.602,61 10.894,86 8. Asahan 13.650,24 15.376,29 17.525,62 9. Simalungun 11.627,58 13.055,30 14.694,53
10. Dairi 4.226,28 4.731,42 5.345,42
11. Karo 7.634,39 8.512,71 9.550,52
12. Deli Serdang 45.125,83 50.674,73 59.862,75 13. Langkat 19.565,25 22.166,50 25.189,51 14. Nias Selatan 2.442,56 2.678,83 2.947,37 15. Humbang
Hasundutan
2.791,90 3.179,57 3.612,23 16. Pakpak Bharat 373,19 420,52 479,46 17. Samosir 1.835,40 2.019,69 2.240,76 18. Serdang Bedagai 10.905,56 12.313,15 14.041,79 19. Batubara 18.994,98 20.905,89 22.418,91 20. Padang Lawas
Utara
1.957,90 2.189,62 2.487,98 21. Padang Lawas 1.850,14 2.067,67 2.333,84 22. Labuhanbatu
Selatan
7.101,85 8.027,79 9.189,50 23. Labuhanbatu Utara 8.094,36 9.169,79 10.501,60 24. Nias Utara 1.293,29 1.428,39 1.618,49
25. Nias Barat 673,15 747,01 844,57
26. Sibolga 1.698,29 1.884,71 2.125,85
27. Tanjungbalai 3.365,07 3.677,38 4.025,36 28. Pematangsiantar 4.517,92 4.877,52 5.281,37 29. Tebing Tinggi 2.608,54 2.964,02 3.453,99 30. Medan 93.462,49 105.110,72 119.715,48
31. Binjai 5.701,43 6.593,39 7.428,96
32. Padangsidempuan 2.304,04 2.561,64 2.866,37 33. Gunungsitoli 2.305,74 2.543,60 2.927,31 Jumlah 314.372,44 351.091,36 403.933,05 Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014
yang sangat berbeda antara satu wilayah dengan wilayah lainnya. PDRB tertinggi ditunjukkan oleh daerah kota Medan lalu disusul Kabupaten Deli Serdang dan Langkat. Sedangkan untuk Kabupaten Nias Selatan terlihat masih menunjukkan angka PDRB yang cukup rendah dari tahun ke tahun secara keseluruhan.
Berdasarkan keputusan DPRD Kabupaten Nias Nomor: 02/KPTS/2000 tanggal 1 Mei 2000 tentang persetujuan pemekaran Kabupaten Nias menjadi dua Kabupaten, Keputusan DPRD Propinsi Sumatera Utara Nomor: 19/K/2002 tanggal 25 Agustus 2002, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 2002 tanggal 25 Februari 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Nias Selatan, Kabupaten Pakpak Bharat, dan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2002 tanggal 28 Juli 2003, maka Kabupaten Nias resmi dimekarkan menjadi dua Kabupaten yaitu Kabupaten Nias dan Kabupaten Nias Selatan.
Setelah pemekaran, maka Kabupaten Nias Selatan terdiri atas cakupan wilayah 18 Kecamatan, yaitu: Hibala, Pulau-Pulau Batu, Pulau-Pulau Batu Timur, Telukdalam, Fanayama, Toma, Maniamolo, Mazino, Amandraya, Aromo, Lahusa, Gomo, Susua, Mazo, Umbunasi, Lolomatua, Lolowau dan Hilimegai.
pertanian seperti kelapa, karet, kakao, kelapa sawit yang juga masih dalam proses pengambangan (Badan Pusat Statistik, 2014).
Kondisi alam/topografi Kabupaten Nias Selatan pada umumnya berbukit-bukit yang sempit dan terjal serta pegunungannya di atas permukaan laut bervariasi antara 0-800 m, terdiri dari dataran rendah sampai bergelombang mencapai 20 %, dari tanah bergelombang sampai berbukit-bukit 28,8 % dan dari berbukit sampai pegunungan 51,2 % dari keseluruhan luas daratan.
Tabel 1.2 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan, Tahun 2013
No. Kecamatan Luas
Jumlah 1.825,20 295.968
Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014
km2 dan Susua adalah wilayah tersempit pada tahun tersebut 22,15 km2. Sedangkan untuk jumlah penduduk kecamatan Lahusa memiliki populasi terbanyak dibandingkan kecamatan lainnya sebesar 35.435 jiwa dan Pulau Pulau Batu Timur merupakan kecamatan yang memiliki populasi terendah pada tahun 2013 sebesar 2.520 jiwa. Luas wilayah menentukan jumlah populasi tertentu setiap kecamatan dalam kurun waktu tertentu.
Tabel 1.3 PDRB ADHB Menurut Kabupaten/Kota Sekepulauan Nias Provinsi Sumatera Utara (milyar rupiah), Tahun 2011-2013
No. Kabupaten/Kota 2011 2012 2013
1. Nias 1.299,65 1.439,73 1.638,83
2. Nias Selatan 2.442,56 2.678,83 2.947,37
3. Nias Utara 1.293,29 1.428,39 1.618,49
4. Nias Barat 673,15 747,01 844,57
5. Gunungsitoli 2.305,74 2.543,60 2.927,31 Jumlah 8.014,39 8.837,56 9.976,57 Sumber: Nias Selatan Dalam Angka, 2014
Berdasarkan Perpres No. 78 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pembentukan, Penghapusan dan Penggabungan Daerah bahwa pemekaran daerah adalah pemecahan Provinsi atau Kabupaten/Kota menjadi dua daerah atau lebih. Dengan tujuan mewujudkan kemandirian daerah yang diantaranya: 1) meningkatkan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat. 2) memperkokoh basis ekonomi rakyat. 3) mengatur perimbangan keuangan daerah dan pusat. 4) membuka peluang dan lapangan pekerjaan, dan 5) memberikan peluang daerah mendapatkan investor secara langsung.
sektoral dalam perekonomian sekecamatan Kabupaten Nias Selatan dengan judul “Analisis Potensi Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Nias Selatan”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan potensi ekonomi geografi wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan di setiap sektor dan level komoditi ?
2. Bagaimana perkembangan demografi dan ketenagakerjaan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ?
3. Bagaimana perkembangan potensi dari komoditi kejenuhan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ?
4. Bagaimana daya dukung pasar input dan output wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ?
5. Bagaimana kesempatan kerja, infrastruktur dasar dan kelembagaan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ?
6. Bagaimana membangkitkan kegiatan ekonomi kedepan dan kebelakang wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan ?
7. Bagaimana keterkaitan daerah untuk wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dengan daerah lainnya ?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Perkembangan potensi ekonomi geografi wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan di setiap sektor dan level komoditi.
2. Perkembangan demografi dan ketenagakerjaan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.
3. Perkembangan potensi dari komoditi kejenuhan di kecamatan Kabupaten Nias Selatan.
4. Daya dukung pasar input dan output wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.
5. Kesempatan kerja, infrastruktur dasar dan kelembagaan wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.
6. Bagaimana membangkitkan kegiatan ekonomi kedepan dan kebelakang wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan.
7. Keterkaitan daerah untuk wilayah kecamatan di Kabupaten Nias Selatan dengan daerah lainnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi pemerintah, untuk mengevaluasi arah kebijakan ekonomi pemerintah daerah, terutama dalam rangka perencanaan ekonomi makro regional khususnya kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Nias Selatan.