• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengenalan Gerakan Tangan Manusia Menggunakan Deep Neural Network

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengenalan Gerakan Tangan Manusia Menggunakan Deep Neural Network"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Nearest Neighbor

Nearest neighbor merupakan salah satu teknik interpolasi paling sederhana dan cepat

dengan memindahkan ruang yang kosong dengan piksel yang berdekatan (the nearest

neighboring pixel) pada saat pengecilan atau pembesaran skala gambar (Safinaz,

2014).

Menurut Malepati (2010), nearest neighbor menggunakan nilai piksel terdekat

pada gambar awal untuk memberikan nilai piksel pada gambar awal yang akan

diperbesar atau diperkecil. Sebagai contoh terdapat sebuah gambar dengan ukuran 4 x

4 dengan jumlah piksel 16 dimana setiap pikselnya diwakilkan dengan nilai A, B, C,

D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P. Kemudian gambar akan diperbesar menjadi

ukuran 6 x 8 dengan jumlah piksel 48 menggunakan nearest neighbor. Ilustrasi

gambar awal dengan ukuran 4 x 4 beserta nilai pikselnya dapat dilihat pada Gambar

2.1. Hasil gambar setelah diperbesar menjadi ukuran 6 x 8 beserta nilai pikselnya

menggunakan neareast neighbor dapat dilihat pada pada Gambar 2.2.

Gambar 2.1. Nilai-Nilai Piksel Gambar Awal (Malepati, 2010) i

j 1 2 3 4

1 A B C D

2 E F G H

3 I J K L

(2)

x

y 1 2 3 4 5 6

1 A B B C D D

2 A B B C D D

3 E F F G H H

4 E F F G H H

5 I J J K L L

6 I J J K L L

7 M N N O P P

8 M N N O P P

Gambar 2.2. Nilai Piksel Setelah Gambar Diperbesar (Malepati, 2010)

Adapun contoh proses perhitungan untuk mendapatkan setiap nilai piksel pada

gambar dengan ukuran 6 x 8 yaitu:

Perbandingan lebar (ratio weight) = 4 : 6 = 2 : 3.

Perbandingan panjang (ratio height) = 4 : 8 = 1 : 2.

- Untuk posisi piksel dengan nilai x = 1, y = 1

Pikselx = ceil(x * ratio weight) = ceil(1 * 2/3) = 1

Piksely = ceil(y * ratio height) = ceil(1 * ½) = 1

Nilai piksel pada gambar ukuran 6 x 8 dengan x = 1 yang menghasilkan Pikselx =

1dan y = 1 yang menghasilkan Piksely = 1disesuaikan dengan nilai piksel pada

gambar awal dengan i = 1 dan j = 1 yaitu A.

- Untuk posisi piksel dengan nilai x = 1, y = 2

Pikselx= ceil(x * ratio weight) = ceil(1 * 2/3) = 1

Piksely = ceil(y * ratio height) = ceil(2 * ½) = 1

Nilai piksel pada gambar ukuran 6 x 8 dengan x = 1 dan y = 2 juga memiliki nilai

A.

- Untuk posisi piksel dengan nilai x = 6, y = 8

Pikselx = ceil(x * ratio weight) = ceil(6 * 2/3) = 4

(3)

Nilai piksel pada gambar ukuran 6 x 8 dengan x = 6 yang menghasilkan Pikselx =

4dan y = 8 yang menghasilkan Piksely = 4disesuaikan dengan nilai piksel pada

gambar awal dengan i = 4 dan j = 4 yaitu P.

Ceil (ceiling) merupakan proses pembulatan sebuah bilangan ke atas.

2.2. Grayscaling

Grayscaling dilakukan untuk mengkonversi ruang warna ke ruang warna keabuan.

Grayscaling mengubah citra warna yang memiliki ruang warna RGB (Red Green

Blue) menjadi citra keabuan. Ketiga channel red, green, dan blue diubah menjadi satu

channel gray (keabuan) menggunakan persamaan 2.1 (Bradski & Kaehler, 2008).

Y = 0.299.R + 0.587.G + 0.114.B (2.1)

Dimana: Y = citra hasil konversi RGB menjadi Grayscale

R = nilai red channel pada piksel

G = nilai green channel pada sebuah piksel

B = nilai blue channel pada sebuah piksel

Proses mengkonversi citra RGB menjadi citra keabuan (grayscale) dilakukan agar

pemrosesan lebih cepat dan efisien dengan menggunakan citra 8 bit (Chairunnisa,

2015).

2.3.Frame Differencing

Frame differencing adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mendeteksi perbedaan

piksel antara dua frame gambar dalam satu video. Teknik ini dapat mendeteksi

pergerakan objek berdasarkan perbedaan piksel pada dua frame dalam satu video

dengan interval waktu yang singkat. Perbedaan frame dalam sebuah video diperoleh

menggunakan perhitungan pada persamaan 2.2, 2.3 dan 2.4 (Alex & Wahi, 2014).

Differential:

Dk = { (2.2)

Negative Differential:

(4)

Fully Differential:

Dk = (2.4)

Dimana: Dk = hasil citra frame differencing

= citra frame

= citra frame sebelumnya dengan interval waktu

Teknik frame differencing telah diimplementasikan dalam beberapa penelitian

sebelumnya. Kang & Hayes (2015) menggunakan teknik frame differencing dalam

penelitian mengenai pengenalan wajah untuk personalisasi kendaraan. Chairunnisa

(2015) melakukan perbandingan antara citra frame awal dan frame selanjutnya pada

citra hasil konversi warna grayscale dengan menggunakan fungsi frame differencing

pada OpenCV yaitu absdiff(). Fungsi tersebut dapat menghitung perbedaan mutlak

antar dua array atau matriks ketika kedua matriks memiliki ukuran dan jenis yang

sama. Adapun penjelasan tentang fungsi absdiff() yaitu:

absdiff(src1,src2,dst)

Parameter:

- src1: input frame awal yang akan dibandingkan

- src2: input frame selanjutnya yang akan dibandingkan

- dst: hasil keluaran perbandingan frame berupa matriks citra

Berikut ini merupakan pseudecode proses frame differencing yang diimplementasikan

pada penelitian:

Inisialisasi frame awal, frame selanjutnya dan frame perbedaan

Inisialisasi jumlah frame = 0

IF (jumlah frame = 0) THEN

SET frame perbedaan = frame selanjutnya ELSE

SET absdiff(frame awal, frame selanjutnya,frame perbedaan) jumlah frame = jumlah frame + 1

ENDIF

(5)

2.4.Principal Component Analysis

Principal Component Analysis (PCA) merupakan teknik statistika untuk

mentransformasi himpunan sekumpulan variabel menjadi himpunan variabel dengan

jumlah yang lebih kecil, tetapi tetap mampu merepresentasikan informasi yang

terdapat pada himpunan variabel sebelum ditransformasi. Adapun tujuan mengurangi

dimensionalitas dari data asli menggunakan PCA adalah agar data lebih mudah

dimengerti dan lebih mudah diproses (Dunteman, 1989).

Apabila diketahui X = {xnRd | n = 1, 2, ..., N} yang merepresentasikan sebuah

dataset dengan dimensi d, dari dataset X tersebut, PCA akan menghasilkan dataset Z,

dimana Z = {znRk | n = 1, 2, ..., N} dengan dimensi k, dimana nilai k adalah lebih

kecil dari d. Langkah-langkah yang dilakukan dalam PCA terdiri atas (Jolliffe, 2002):

1. Normalisasi setiap dimensi data dengan menggunakan rumus normalisasi Z-score:

A i i

A v v

  

' (2.5)

Setelah melalui proses ini, dataset akan memiliki nilai mean atau rata-rata nol.

2. Cari matriks kovarian menggunakan rumus:

X X m

T 1

 (2.6)

, dimana  adalah matriks kovarian; m merupakan banyak data pada dataset asli;

X adalah dataset asli yang disusun dalam bentuk matriks dengan setiap kolom

merupakan fitur, dan setiap baris merupakan kumpulan fitur untuk satu objek; XT

merupakan transpos dari matriks X. Hasil matriks kovarian adalah matriks dengan

ukuran dxd, dimana d merupakan dimensi dari X.

3. Hitung nilai eigenvalue serta eigenvector dari matriks kovarian, dengan

melakukan Single Value Decomposition pada matriks kovarian. Eigenvalue dan

eigenvector merupakan vektor-vektor yang mengkarakterisasikan dataset X.

Apabila dimiliki data awal dengan dimensi d, maka akan didapatkan eigenvector

sebanyak d.

4. Urutkan eigenvector sesuai dengan nilai eigenvalue yang dimiliki secara menurun,

dimana eigenvector dengan nilai eigenvalue yang lebih tinggi berada pada sisi kiri

matriks dan eigenvector dengan nilai eigenvalue yang lebih rendah berada pada

(6)

5. Pilih eigenvector sebanyak k untuk membentuk vektor fitur U, dimana dari vektor

fitur U akan dihasilkan data hasil PCA dengan dimensi k. Pemilihan eigenvector

dilakukan berdasarkan nilai eigenvalue dari eigenvector. Akan dipilih eigenvector

dengan nilai eigenvalue tinggi, sehingga informasi data asli tetap akan terjaga

pada data hasil PCA. Hal ini dikarenakan eigenvector dengan eigenvalue tinggi

menunjukkan data yang direpresentasikan eigenvector tersebut adalah signifikan.

Penentuan nilai dimensi k untuk dataset hasil PCA ditentukan berdasarkan

retain rate. Retain rate adalah persentase informasi yang yang tetap terjaga pada

data hasil PCA dari dataset asli. Pemilihan nilai dimensi k pada umumnya dipilih

dengan menjaga retain rate pada nilai 99%, yakni memenuhi persamaan 2.7. Hal

ini dilakukan agar seluruh informasi pada dataset asli tetap dapat

direpresentasikan oleh dataset hasil PCA.

99

Si adalah eigenvalue pada posisi ke-i. Seluruh nilai dari eigenvector yang dipilih

kemudian disusun sebagai kolom sebuah matriks vektor fitur U.

6. Hasil dataset PCA dihasilkan menggunakan rumus:

X U

ZT (2.8)

, dimana Z merupakan matriks dataset hasil PCA; U adalah matriks vektor hasil

pemilihan eigenvector yang didapatkan pada tahap sebelumnya; X adalah matriks

dataset asli.

Metode PCA menghasilkan dataset yang mampu mendeskripsikan dataset asli

dengan tetap menjaga informasi yang tersimpan sebanyak mungkin (Amirani, et al.

2008).

2.5.Artificial Neural Network

Negnevitsky (2005) mendefinisikan Artificial Neural Network atau jaringan saraf

tiruan sebagai model logika yang bekerja berdasarkan otak manusia. Cara kerja otak

yang dengan menggunakan sejumlah neuron sederhana dan saling terhubung dengan

sebuah nilai bobot yang meneruskan signal dari satu neuron menuju neuron lainnya

(7)

neuron melalui hubungannya. Sebuah output yang sesuai dengan nilai bobot pada

hubungan tersebut akan dihasilkan oleh neuron tersebut, kemudian output akan

diteruskan kembali ke neuron yang lain. Setiap neuron pada jaringan saraf tiruan

terdiri dari beberapa layer atau lapisan. Sebuah jaringan saraf tiruan pada umumnya

terdiri dari tiga layer, yakni: input layer yaitu node-node yang menerima signal input,

middle layer yang juga disebut sebagai hidden layer yaitu node yang menghubungkan

node pada input layer dengan node pada output layer, dan output layer yaitu

node-node yang menghasilkan signal output. Jaringan saraf tiruan belajar dengan

melakukan penyesuaian nilai bobot yang digunakan untuk mengirimkan nilai dari satu

neuron ke neuron lain. Arsitektur umum dari sebuah jaringan saraf tiruan dapat dilihat

pada Gambar 2.3.

Gambar 2.3. Arsitektur Umum Sebuah Jaringan Saraf Tiruan (Negnevitsky, 2005)

Sebuah fungsi yang disebut sebagai fungsi aktivasi digunakan untuk menentukan

output dari sebuah neuron. Ada empat jenis fungsi aktivasi yang secara umum

digunakan, yakni: step function, sign function, sigmoid function, dan linear function.

Setiap jenis fungsi aktivasi berserta grafik yang menggambarkan fungsi dapat dilihat

(8)

Gambar 2.4. Fungsi Aktivasi Neuron (Negnevitsky, 2005)

Step function dan sign function disebut sebagai fungsi pembatasan kasar yang

digunakan secara umum pada permasalahan klasifikasi dan pengenalan pola. Sigmoid

function digunakan pada jaringan propagasi balik dan dapat mengubah input yang

memiliki jangkauan nilai [-∞, ∞] menjadi output dengan jangkauan nilai [0,0, 1,0].

Linear activation function digunakan pada pendekatan linear dan dapat menghasilkan

output yang sama dengan input yang diterima oleh neuron.

Jaringan saraf tiruan dapat digunakan untuk dua jenis konsep pembelajaran, yakni:

1. Pembelajaran supervised, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan menerima

sekumpulan contoh yang ditandai sebagai data pelatihan dan membuat prediksi

untuk seluruh titik yang tidak diketahui. Pembelajaran ini sudah terlebih dahulu

mengetahui output yang diharapkan berdasarkan input yang diberikan (Mohri, et

al., 2012).

2. Pembelajaran unsupervised, yaitu pembelajaran yang dilakukan dengan menerima

sekumpulan data pelatihan yang tidak ditandai dan membuat prediksi untuk

seluruh titik yang tidak diketahui. Pembelajaran ini tidak dapat terlebih dahulu

mengetahui output dari input yang diberikan sehingga memerlukan metode lain

untuk mengelompokkan input yang diberikan (Mohri, et al., 2012).

2.6.Deep Neural Network

Deep Neural Network merupakan sebuah jaringan saraf tiruan (Neural Network) yang

memiliki lebih dari satu hidden layer, sehingga DNN juga dikenal sebagai multilayer

(9)

rumus fungsi aktivasi sigmoid function. Arsitektur dari sebuah multilayer perceptron

dengan dua hidden layer dapat dilihat pada Gambar 2.5 (Negnetvisky, 2005).

Gambar 2.5. Arsitektur Multilayer Perceptron dengan Dua Hidden Layer (Negnevitsky, 2005)

Deep Neural Network juga menggunakan arsitektur deep (deep architectures).

Arsitektur deep terdiri atas beberapa tingkat operasi non-linear, seperti jaringan saraf

tiruan dengan banyak hidden layer atau dalam sebuah rumusan yang menggunakan

banyak sub-rumusan (Bengio, 2009).

Deng & Yu (2014) mendefenisikan DNN adalah generasi baru dari jaringan saraf

tiruan yang menggunakan konsep deep learning. Deep learning adalah sebuah

kumpulan teknik pembelajaran mesin yang memanfaatkan banyak lapisan pemrosesan

informasi linear untuk ekstraksi fitur dan transformasi yang supervised dan

unsupervised, serta untuk analisis pola dan klasifikasi. Deep learning terbagi menjadi

tiga kategori, yakni:

1. Deep networks untuk pembelajaran unsupervised atau generatif, bertujuan untuk

mendapatkan korelasi atau keterkaitan antara data yang dapat diobservasi untuk

analisis pola pada saat informasi tentang hasil yang seharusnya didapatkan tidak

ada.

2. Deep networks untuk pembelajaran supervised, bertujuan menyediakan

kemampuan untuk membedakan klasifikasi pola secara langsung, dilakukan

(10)

3. Hybrid deep networks, memiliki tujuan sebagai pembeda dimana secara signifikan

dibantu dengan hasil yang didapatkan dari deep network untuk pembelajaran

unsupervised.

Heaton (2015) mendefinisikan deep learning adalah sebuah pengembangan baru

dalam bidang pemrograman jaringan saraf tiruan yang memberikan cara untuk melatih

DNN. Jaringan saraf tiruan dengan lebih dari dua lapisan (layer) disebut sebagai deep.

Kemampuan untuk membuat DNN telah muncul sejak 1943 dimana Pitts mengenalkan

multilayer perceptron. Jaringan saraf tiruan pada awalnya belum dapat dilatih secara

efektif hingga Hinton berhasil menjadi peneliti pertama yang melatih jaringan saraf

tiruan yang rumit pada tahun 1984.

2.7.Backpropagation

Backpropagation atau propagasi balik adalah salah satu algoritma yang digunakan

dalam pelatihan multilayer perceptron. Adapun tahapan yang dilakukan pada

algoritma ini, yakni (Negnetvisky, 2005):

1. Inisialisasi

Setiap bobot yang menghubungkan seluruh neuron yang ada diberikan nilai acak

dengan distribusi yang merata dan jangkauan yang kecil (Haykin, 1999).

Inisialisasi untuk nilai setiap bobot dihitung dengan persamaan 2.9.



dalam jaringan saraf tiruan untuk menghasilkan output. Aktivasi dari jaringan

saraf tiruan dilakukan dengan menggunakan input x1(p), x2(p), ..., xn(p) dan output

yang diharapkan yd1(p), yd2(p), …, ydn(p), dengan p adalah jumlah perulangan

yang sudah dilakukan dan p memiliki nilai awal 0.

Output sebenarnya dari setiap neuron pada hidden layer dihitung dengan

(11)

Dimana: n = banyak input dari neuron j pada hidden layer

sigmoid = fungsi aktivasi sigmoid

Output sebenarnya dari setiap neuron pada output layer dihitung dengan

Dimana: m = banyak input dari neuron k pada output layer

sigmoid = fungsi aktivasi sigmoid

3. Pelatihan bobot

Update atau pembaruan nilai dari setiap bobot pada jaringan saraf tiruan akan

dilakukan dengan melakukan propagasi balik terhadap kesalahan (error) pada

output layer.

Error pada setiap neuron pada output layer dihitung dengan persamaan 2.12.

)

Kemudian perbaikan bobot dihitung menggunakan persamaan 2.13.

)

algoritma propagasi balik (learning rate)

µ = konstanta yang menentukan besar perubahan update dari bobot

(momentum)

Update untuk setiap bobot yang terhubung dengan neuron pada output layer

dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.14.

)

Error pada setiap neuron pada hidden layer dihitung dengan persamaan 2.15.

(12)

Kemudian perbaikan bobot dihitung menggunakan persamaan 2.16.

algoritma propagasi balik (learning rate)

µ = konstanta yang menentukan besar perubahan update dari

bobot (momentum)

Update untuk setiap bobot yang terhubung dengan neuron pada hidden layer

dilakukan dengan menggunakan persamaan 2.17.

)

dilakukan apabila kriteria error belum sesuai yang diharapkan. Algoritma

pelatihan propagasi balik selesai dilakukan apabila kriteria error telah sesuai yang

diharapkan.

2.8.Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai pengenalan gerakan tangan manusia dan metode Deep Neural

Network telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Neto, et al. (2013)

melakukan penelitian mengenai penempatan gerakan tangan yang statis secara

real-time dan berlanjut menggunakan metode Artificial Neural Network (ANN). Penelitian

ini dilakukan dengan tujuan agar robot dapat melakukan gerakan tangan yang sama

dengan gerakan tangan manusia. Bentuk gerakan yang dilatih terdiri dari gerakan yang

memiliki arti (communicative) dan gerakan yang tidak memiliki arti

(non-communicative). Hasil penelitian menunjukkan tingkat pengenalan yang sangat baik

(99,8% untuk sepuluh gerakan tangan dan 96,3% untuk tiga puluh gerakan). Selain

itu, penelitian ini juga menggunakan waktu yang singkat untuk pelatihan dan

pembelajaran, memiliki kemampuan untuk mengeneralisasi dan kemampuan untuk

mengoperasikan secara independen dari kondisi di sekitar lingkungan.

Tang, et al. (2013) melakukan penelitian mengenai pengenalan postur tangan yang

(13)

algoritma skin color model dan depth model untuk deteksi tangan, algoritma kalman

untuk melacak tangan (hand tracking) serta mengimplementasikan DNN yakni Deep

Belief Network (DBN) dan Convolutional Neural Network (CNN) untuk mengenal

postur tangan. Hasil penelitian ini menunjukkan performa yang baik (akurasi

menggunakan DBN: 98,063% dan CNN: 93,995%) dalam pendeteksian dan pelacakan

tangan, dapat mengatasi masalah terhalangnya tangan serta dapat megenal postur

tangan dengan sangat cepat dan real-time. Namun, metode deteksi tangan yang

digunakan masih bergantung pada data warna dan kedalaman sehingga akurasi

bergantung pada konten dan pencahayaan gambar.

Erhan, et al. (2014) mengajukan metode untuk melakukan pelacakan lokasi objek

pada suatu gambar dan memprediksi beberapa kotak penanda pada satu waktu.

Metode yang digunakan adalah Deep Multi Box yang mengimplementasikan Deep

Convolutional Neural Network sebagai basis ekstraksi fitur dan model pembelajaran

untuk memprediksi lokasi kotak penanda. Adapun rata-rata akurasi yang didapatkan

untuk deteksi adalah 58,48% dan untuk klasifikasi adalah 77,29%, dengan jumlah

window yang digunakan 1-25.

Ramjan, et al. (2014) melakukan penelitian mengenai pengenalan dan

pendeteksian gerakan tangan dinamis secara real-time menggunakan interaksi

manusia dan komputer. Adapun proses yang dilakukan adalah penangkapan gambar

dari video, ekstrasi objek yang terdapat di tangan pada background gambar yang

tertangkap serta penggunaan kamera web untuk menelusuri gerakan objek. Objek

yang tertangkap kemudian diproses dengan blurring, grayscaling, HSV (Hue

Saturation Value) model, dan blob detection. Setelah proses-proses tersebut dilakukan,

gambar akan dicocokkan dengan gambar yang tersimpan dalam database untuk

menentukan gerakan. Melalui penelitian ini, interaksi yang melibatkan penambahan

tulisan baru, pengontrolan media seperti pemutar musik, slide presentasi, photo viewer

dan operasi pada PC dapat dilakukan.

Chairunnisa (2015) melakukan penelitian tentang pengenalan gerakan tangan

manusia yang statis dengan mengimplementasikan teknik-teknik computer vision,

Hs-CbCr (HueSaturation-ChromaBlueChromaRed) untuk mendeteksi warna kulit dan

teknik average background untuk mengatasi masalah background. Penelitian ini

menunjukkan bahwa dengan kondisi tangan kosong dan latar belakang yang kompleks

(14)

pemutar musik, pemutar video dan PDF reader. Selain itu, tingkat akurasi 96,87%

dalam mengenali gerakan tangan manusia dengan syarat kondisi pencahayaan yang

baik juga dicapai.

Molchanov, et al. (2015) meneliti mengenai pengenalan gerakan tangan secara

dinamis pada saat mengemudi mobil dengan menggunakan metode Convolutional

Neural Network (CNN). Penelitian ini menggunakan dataset dari Vision for Intelligent

Vehicles and Applications (VIVA). Hasil dari penelitian ini mencapai tingkat akurasi

77,5 % untuk klasifikasi. Rangkuman penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Tahun Metode Keterangan

1 Neto, et al. 2013 Artificial Neural Network (ANN)

Pengenalan gerakan tangan statis

(15)

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu (lanjutan)

No. Peneliti Tahun Metode Keterangan

cukup lama terutama 5 Chairunnisa 2015 Hs-CbCr, average

background

Perbedaan penelitian yang dilakukan dengan penelitian terdahulu adalah penelitian

ini berfokus pada pengenalan gerakan tangan manusia yang terdiri dari enam yaitu

gerakan tangan dari kiri ke kanan, dari kanan ke kiri, dari atas ke bawah, dari bawah

ke atas, dari depan ke belakang dan dari belakang ke depan. Kemudian, hasil

pengenalan gerakan tangan manusia akan digunakan untuk mengendalikan beberapa

aplikasi komputer. Adapun metode yang diimplementasikan dalam penelitian ini,

(16)

 Melakukan beberapa tahap preprocessing untuk mengurangi parameter input

dimana bertujuan untuk mempercepat proses pelatihan dan pengenalan gerakan

tangan. Adapun tahap pre-processing yang dilakukan yaitu:

- pemisahan video gerakan tangan menjadi beberapa frame gambar,

- setiap frame gambar diperkecil dengan algoritma nearest neighbour,

- setiap frame gambar dilakukan proses grayscaling,

- setiap frame gambar dilakukan proses frame differencing dengan gambar

pertama,

- empat gambar akan dipilih dari kumpulan gambar yang telah melalui proses

frame differencing,

- proses Principal Component Analysis (PCA) dilakukan pada empat gambar

yang telah dipilih.

 Menggunakan metode Deep Neural Network untuk mengenali gerakan tangan

Gambar

Gambar 2.1. Nilai-Nilai Piksel Gambar Awal (Malepati, 2010)
Gambar 2.2. Nilai Piksel Setelah Gambar Diperbesar (Malepati, 2010)
Gambar 2.3. Arsitektur Umum Sebuah Jaringan Saraf Tiruan (Negnevitsky,
Gambar 2.4. Fungsi Aktivasi Neuron (Negnevitsky, 2005)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Mata Kuliah ini juga memberikan pemahaman tentang elemen-elemen pembentuk permintaan dan penawaran agregatif, teori pertumbuhan ekonomi serta kebijakan ekonomi, baik fiskal

Bagian ini bermanfaat untuk mengaktifkan beberapa fungsi yang diperlukan dari paket tertentu, namun paket tersebut tidak bisa dipanggil secara keseluruhan karena

Pertumbuhan tanaman produksi benih kedelai Varietas Anjasmoro di lahan sawah irigasi, tinggi tanaman lebih rendah tetapi jumlah cabangnya lebih banyak dibandingkan dengan

Mengingat hal demikian maka di ciptakanlah sebuah sistem yang mampu membantu user dalam menerima informasi mengenai data penduduk ataupun aktifitas kependudukan pada

Meskipun interaksinya berpengaruh tidak nyata, namun berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1) memperlihatkan adanya kecenderungan bahwa pada setiap taraf perlakuan

Sesuai dengan hasil observasi peneliti di lokasi penelitian, maka peneliti melihat bah- wa unsur pimpinan SKPD dalam hal ini Kepala Badan Perencanaan Pembangunan

Positioning atau menentukan posisi pasar adalah suatu kegiatan merumuskan penempatan produk dalam persaingan dan.. menetapkan bauran pemasaran yang rinci. Penentuan

menunjukan bahwa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam pada tahun 2016 s/d 2020 membutuhkan dosen untuk melaksanakan pendidikan dan pengajaran sebanyak 76 orang