• Tidak ada hasil yang ditemukan

S IKOM 1206403 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "S IKOM 1206403 Chapter1"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Penelitian

Penelitian terkait reputasi perusahaan merupakan suatu hal yang sangat perlu

dilakukan mengingat risiko paling tinggi yang mengiringi operasional suatu

perusahaan adalah risiko reputasi. Hal ini dibuktikan dalam sebuah survei global

pada tahun 2007 yang menilai bahwa risiko paling tinggi dalam bisnis adalah

risiko reputasi dan separuh dari responden mengakui mereka tidak siap untuk

menghadapinya (Nova, 2011, hlm. 309). Perusahaan ataupun organisasi yang

tidak siap menjaga reputasinya ini pada akhirnya akan hancur.

Salah satu kasusnya adalah Jakarta International School (JIS)yang terjerat

kasus pelecehan anak di bawah umur. JIS yang awalnya dipandang sebagai

sekolah ternama, hanya dalam hitungan jam sudah menjadi sekolah yang buruk di

mata publik. Hal ini menunjukan bahwa kesiapan organisasi maupun perusahaan

dalam menghadapi risiko reputasi haruslah selalu ada sebelum hal tersebut

menyebabkan krisis pada perusahaan.

Bila reputasi yang buruk dapat menimbulkan krisis dengan skala cukup besar

pada perusahaan, reputasi yang baik pun akan mendatangkan keuntungan dalam

skala besar. Reputasi perusahaan yang disukai oleh pemangku kepentingannya

berhubungan dengan keuntungan pada aset bisnis yang nampak seperti menarik

daya beli konsumen, memotivasi karyawan, mempertahankan karyawan,

mendorong minat investasi, meningkatkan kepuasan kerja, mendorong pendapat

positif dari analis keuangan, mendorong pemberitaan positif, menarik calon

karyawan yang unggul dan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Coombs

dan Holladay, 2012, hlm. 36).

Sedangkan untuk pemilihan program corporate social responsibility (CSR)

yang menjadi fokus penelitian ini dibandingkan aspek reputasi perusahaan lainnya

dikarenakan beberapa alasan. Pertama, pemangku kepentingan perusahaan

semakin meluas bukan hanya dalam cakupan investor dan konsumen saja

(Coombs dan Holladay, 2012, hlm. 36). Dalam sejarahnya, faktor finansial atau

(2)

Ira Susanti, 2016

dan Holladay, 2012, hlm. 35). Namun seiring dengan perkembangan zaman,

semakin banyak publik atau masyarakat yang menaruh perhatian pada

operasionalisasi perusahaan. Dan inilah yang menimbulkan adanya istilah

pemangku kepentingan (stakeholder). Di mana pemangku kepentingan adalah

mereka yang tertarik dan secara langsung maupun tidak memiliki kepentingan

terhadap suatu oraganisasi atau perusahaan, termasuk diantaranya adalah

masyarakat sipil (Gregory, 2005, hlm. 144) dan juga publik yang kontra dengan

operasionalisasi perusahaan.

Di sini, munculah fungsi humas sebagai jembatan yang menghubungkan

perusahaan dengan para pemangku kepentingannya melalui kegiatan ataupun

aktifitas perusahaan yang ditujukan kepada publik. Selain menjadi jembatan,

fungsi lain dari humas adalah manajemen atau pengelolaan perusahaan di mata

pemangku kepentingannya.

Bentuk pengolahan atau fungsi manajemen perusahaan dapat diciptakan

melalui berbagai cara, mulai dari pelayanan sampai tanggungjawab sosial atau

yang sering disebut Corporate Social Reponsibility (CSR). Dalam beberapa kasus,

CSR sering dikelompokan dalam kegiatan pemasaran, khususnya jika kegiatan

tersebut dirancang untuk mempengaruhi persepsi pemangku kepentingan terhadap perusahaan (Taghian, D’Souza dan Polonsky, 2015, hlm. 342). Namun, CSR pun dapat dikelompokan sebagai strategi bisnis yang berhubungan dengan proses

branding yang merupakan tugas seorang humas. Dalam pandangan CSR sebagai kegiatan strategis, Berman et. al. (dalam Taghian, D’Souza dan Polonsky, 2015, hlm. 339) menyatakan bahwa manajer perusahaan harus mempertimbangkan

minat pemangku kepentingannya untuk mengidentifikasikan faktor apa yang

penting bagi mereka.

Kedua, CSR bergerak dari belakang layar menuju depan layar dan menjadi

suatu kecenderungan tersendiri untuk menilai reputasi perusahaan. Hal ini

dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan kepada 285 perusahaan di Amerika

dalam kurun waktu lima tahun yang menemukan fakta bahwa perusahaan yang

memulai inisiatif CSR yang tinggi, cenderung menunjukan pertumbuhan reputasi

yang tinggi pula (Sirsly dan Lvina, 2016, hlm. 23). Bahkan Fombrun yang dikenal

(3)

aspek penting (integral aspect) dari penilaian reputasi perusahaan (Coombs dan

Holladay, 2012, hlm. 36). Ini terlihat dari masih digunakannya CSR menjadi salah

satu dimensi penilaian reputasi dari Reputation Quotient (RQ) hingga RepTrak

yang keduanya dikembangkan oleh Fombrun sejak tahun 2000.

Ketiga, CSR merupakan program perusahaan yang manfaatnya dapat

langsung dirasakan masyarakat atau publik secara umum. Reputasi perusahaan

lebih mudah terjaga ketika banyak pihak memiliki keterikatan emosional yang

positif dengan perusahaan (Nova, 2011, hlm. 319).Sependapat dengan hal

tersebut, Lord Browne (dalam Lewis, 2003, hlm. 356), Pimpinan Eksekutif dari

BP mengatakan bahwa untuk mendapatkan peningkatan yang berkelanjutan dalam

kinerja dan keuntungan yang merupakan tujuan utama bisnis, perusahaan harus

menunjukan bahwa perusahaan merupakan bagian dari proses pengembangan

masyarakat dan menguntungkan kepada semua pihak.

Selain itu, program CSR pun dapat dibilang sebagai satu-satunya program

perusahaan yang dapat menjangkau pemangku kepentingan dengan sentimen

negatif terhadap operasionalisasi perusahaan. Mengingat cakupan program CSR

tidak sebatas pada produk atau pun jasa yang dihasilkan perusahaan, melainkan

lebih kearah peningkatan taraf hidup masyarakat di berbagai bidang kehidupan

seperti pendidikan, kesehatan dan lain sebagainya.

Pada beberapa kasus, sebuah industri telah dianggap memiliki reputasi buruk

karena praktik bisnisnya pada masa lampau atau karena publik berpandangan

berbeda terhadap produk yang dihasilkan industri tersebut (Butterick, 2012, hlm.

69). Salah satunya adalah industri tembakau yang selalu mendapat kecaman dari

berbagai organisasi non-pemerintahan khususnya yang bergerak di bidang

kesehatan. Dan untuk mengatasi atau paling tidak meminimalisasi reputasi negatif

karena produknya ini, sebuah perusahaan rokok mengalihkan pandangan publik

atas produknya dengan melakukan kegiatan CSR dengan skala besar.

Contoh kasusnya adalah perusahaan Philip Moris yang banyak mendapat

tekanan dari organisasi non-pemerintahan maupun pemerintah itu sendiri dengan

kebijakan-kebijakannya. Hal ini menimbulkan krisis yang cukup berat bagi Philip

Moris. Untuk menangani tekanan dari berbagai pihak ini, Philip Moris

(4)

Ira Susanti, 2016

yang telah dijelaskan oleh N. Hirschhorn dalam jurnalnya berjudul Corporate

social responsibility and tobacco industry: hope or hype?.Di mana Philip Moris

berhasil mencegah kehancuran yang disebabkan praktik bisnisnya dengan CSR

sebagai pemulus jalannya.

Dalam melakukan kegiatan CSR, Philip Moris lebih fokus pada isu sosial dan

lingkungan yang lebih luas yang tertuang dalam Sembilan prinsip CSR yang

dikembangkan dan salah satunya adalah melindungi hak orang dewasa yang

merokok saat bekerja dan mengurangi risiko kesehatan yang disebabkan rokok.

Selain itu, David Nicoli, wakil presiden manajemen isu dan strategi dan

tanggungjawab sosial PM, berpendapat bahwa sebagai perusahaan global, PM

harus lebih fokus pada isu-isu di luar rokok, seperti pekerja di bawah umur, hak

asasi dan isu lain yang penting di kalangan sosial secara luas untuk melawan

serangan anti-perusahaan (Hirschhorn, 2004, hlm. 450).

CSR selain inisiatif perusahaan juga merupakan suatu hal yang diatur melalui

peraturan pemerintah. Di Indonesia sendiri, kegiatan tanggungjawab sosial dan

lingkungan oleh perusahaan diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

tentang Perseroan Terbatas (UUPT) serta Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun

2012 (PP 47/2012) tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan

Terbatas. Dalam UUPT Pasal 74 ayat 1 disebutkan bahwa perseroan yang

menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya

alam wajib melakukan kegiatan CSR.

Salah satu contoh perseroan terbatas yang bergerak dalam produksi rokok di

Indonesia dan memiliki banyak program CSR adalah PT Djarum. Dalam

menjalankan kegiatan CSR perusahaan, Djarum mendirikan organisasi tersendiri

di luar perusahaan yang diberi nama Djarum Foundation. Program yang dilakukan

Djarum Foundation ini terdiri dari lima pokok kegiatan yaitu Djarum Beasiswa

Bulutangkis yang bergerak dibidang olahraga, Djarum Apresiasi Budaya yang

bergerak pada bidang kebudayaan, Djarum Trees For Life dalam bidang

pelestarian lingkungan, Djarum Sumbangsih Sosial dalam bentuk bantuan jika

terjadi bencana dan Djarum Beasiswa Plus dalam bidang pendidikan.

Diantara lima program tersebut adalah Djarum Beasiswa Plus yang bergerak

(5)

berprestasi namun kurang secara ekonomi yang menarik untuk dikaji karena

melibatkan beberapa pemangku kepentingan yang bersifat kontra terhadap PT

Djarum seperti mahasiswa kesehatan.

Selain mendapat dana bantuan selama setahun, Beswan Djarum (sebutan

untuk mahasiswa penerima Djarum Beasiswa Plus) mendapat beberapa kegiatan

pengembangan soft skill seperti nation building, character building, leadership

development, competition challenge, community empowerment dan international

exposure.

Gambar 1.1 Logo Djarum Beasiswa Plus

Program CSR yang menjalin hubungan dengan pendidikan ini bisa dikatakan

menguntungkan kedua belah pihak yang bersangkutan, akademisi serta pihak

perusahaan. Banyak tujuan dan teknik serta masalah pedidikan merupakan realitas

dalam bisnis. Perusahaan bisnis menyumbangkan sejumlah besar dana untuk

pendidikan, dana modal untuk bangunan baru, hadiah dan bantuan pelajar atau

mahasiswa. Moore (dalam Ardianto, 2011, hlm. 109) menjelaskan bahwa bisnis

mempunyai kepentingan langsung, baik dalam kesehatan perekonomian maupun

kegiatan intelektual di akademika, lembaga teknik negeri dan universitas.

Akademisi sebagai opinion leader atau pemuka pendapat memiliki peran

penting dalam pembentukan pendapat khalayak umum. Dalam dunia bisnis, peran

sentral seperti pemuka pendapat haruslah berada di pihak perusahaan agar

menguntungkan perusahaan itu sendiri. Dengan menjalin kerjasama yang baik

dengan pihak akademisi, Moore (dalam Ardianto 2011, hlm. 109) meyakini opini

publik tentang perusahaan akan aman dan reputasi yang berkembang di

masyarakat dapat terjaga dengan baik.

Selain itu juga, hubungan pendidikan memiliki tujuan untuk menciptakan

hubungan perseorangan yang baik dengan para pendidik sehingga dapat lebih

mengetahui metode dan kebutuhan sekolah yang modern, dan karenanya para

(6)

Ira Susanti, 2016

kebijaksanaan bisnis. Pada akhirnya, para pelajar dipersiapkan lebih baik lagi

untuk kehidupan dan bisnis setelah lulus (Ardianto, 2011, hlm. 109). Dalam hal

ini perusahaan pun akan mendapatkan lulusan-lulusan yang berkualitas dan siap

kerja bagi perusahaan mereka.

Meskipun CSR bisa menjadi aset untuk menguntungkan perusahaan, bukan

berarti CSR tidak akan mejadi masalah bagi perusahaan. Dalam jurnal yang ditulis

Coombs dan Holladay berjudul CSR as crisis risk, ditemukan fakta bahwa

pemangku kepentingan dapat memberikan tantangan berbasis CSR bagi suatu

perusahaan.

If stakeholders can challenge CSR claims by arguing a corporation is acting

irresponsibly, the stakeholders can erode the corporation’s reputational

assets by creating a challenge crisis.” (Jika pemangku kepentingan dapat menggunakan CSR sebagai tantangan dengan memandang perusahaan bertindak tidak bertanggungjawab, pemangku kepentingan dapat mengikis aset reputasi perusahaan dengan menciptakan krisis) (Coombs dan Holladay, 2015, hlm. 144).

Hal tersebut pula yang peneliti coba buktikan melalui penelitian ini karena

pada dasarnya rokok yang merupakan bisnis pokok PT Djarum memiliki reputasi

negatif dari berbagai pihak termasuk akademisi khususnya dibidang kesehatan.

Dan banyak kasus penolakan akademisi terhadap produk rokok. Seperti yang

terdapat pada tabel 1.1 di bawah ini.

Tabel 1.1

Daftar Kegiatan Penolakan Oleh Mahasiswa Terhadap Rokok

No Tanggal Kegiatan Pihak yang Terlibat

1. 19 Mei 2013 Demo anti-rokok karena menyebabkan kanker

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

2. 26 Mei 2013 Aksi damai dukung larangan iklan rokok di media massa

Mahasiswa yang bergabung dalam Pergerakan Anggota Muda IAKMI (PAMI)

(7)

5. 17 Februari 2014 Aksi damai menolak adanya

7. 31 Mei 2015 Demo menolak pemasangan iklan rokok

9. 01 Juni 2015 Kampanye berhenti merokok dengan makan coklat

Mahasiswa Fakultas Kedokteran di Povinsi Lampung

10. 03 April 2016 Penggalangan dukungan tanda tangan warga menolak

Sumber: Rangkuman dari beberapa situs berita online Indonesia

Di sini, program Djarum Beasiswa Plus ini bisa dikatakan merupakan taktik

menjalin kerjasama saling menguntungkan antara PT Djarum dengan akademisi

serta upaya mendongkrak reputasi rokok yang negatif dikalangan akademisi

tersebut. Atau bisa juga dikatakan bahwa program pemberian bantuan dana serta

pelatihan pada mahasiswa ini sebagai sarana penetralisir opini negatif terkait

rokok dari akademisi sebagai pemuka pendapat kepada publik.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba mencari pengaruh dari adanya

program Djarum Beasiswa Plus terhadap reputasi PT Djarum di kalangan beswan

Djarum yang berasal dari bidang kesehatan, yaitu mahasiswa kedokteran umum,

kedokteran gigi, keperawatan, kesehatan masyarakat dan farmasi. Di mana pada

dasarnya, mahasiswa kesehatan bersifat kontra terhadap produk rokok. Sedangkan

pada kenyataannya, masih ditemukan beberapa mahasiswa kesehatan yang

(8)

Ira Susanti, 2016

kemungkinan krisis yang akan disebabkan oleh CSR dari akademisi bidang

kesehatan, peneliti hanya akan fokus pada ada tidaknya pengaruh pemberian

beasiswa yang diterima dengan reputasi dari para mahasiswanya. Dalam artian

lainnya bahwa penelitian ini mencoba mencari kemungkinan adanya pengaruh

yang bersifat positif ataupun sebaliknya apabila perusahaan memberikan suatu

insentif positif berupa program CSR kepada pemangku kepentingan yang bersifat

kontra dengan operasional perusahaan.

Penelitian ini pun ditunjang dengan teori-teori yang relevan untuk mengkaji

permasalahan yang diajukan sebelumnya seperti teori S-O-R

(Stimulus-Organisme-Respon) serta teori pemangku kepentingan (stakeholder theory).

1.2Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan dari latar belakang permasalahan yang telah dipaparkan di atas

maka penulis merumuskan suatu permasalahan yang akan diteliti dan dibahas

yaitu:

1. Bagaimana program CSR Djarum Beasiswa Plus 2015/2016 menurut

mahasiswa bidang kesehatan?

2. Bagaimana reputasi PT Djarum dikalangan mahasiswa bidang kesehatan?

3. Adakah pengaruh program CSR Djarum Beasiswa Plus 2015/2016

terhadap reputasi PT Djarum pada mahasiswa bidang kesehatan?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran tentang program CSR Djarum Beasiswa

Plus 2015/2016 menurut mahasiswa bidang kesehatan.

2. Untuk mendapatkan gambaran tentang reputasi PT Djarum dikalangan

mahasiswa bidang kesehatan.

3. Mengetahui pengaruh program CSR Djarum Beasiswa Plus 2015/2016

(9)

1.4Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini, manfaat yang diharapkan adalah:

1.4.1 Segi Teori

Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam memperbanyak

pengetahuan di dunia akademis ilmu komunikasikhususnya di bidang kehumasan

yang berkaitan dengan kegiatan CSR serta pembentukan dan manajemen reputasi

di kalangan pemangku kepentingan yang bersifat kontra dengan aktifitas bisnis

perusahaan.

1.4.2 Segi Kebijakan

Diharapkan menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan yang memiliki

reputasi produk negatif dalam membuat suatu program CSR yang baik dan benar.

Serta agar perusahaan dapat mengadakan program CSR yang lebih berkualitas

sebagai sarana manajemen reputasi.

1.4.3 Segi praktik

a. PT Djarum, diharapkan dapat menjadi salah satu referensi dalam

mengukur reputasi perusahaan di kalangan mahasiswa dan nantinya

dapat digunakan sebagai bahan evaluasi ataupun tindak lanjut dari

program Djarum Beasiswa Plus.

b. Praktisi, diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam membaca

reputasi yang berkembang di masyarakat yang kontra dengan bisnis yang

dijalankan perusahaan tertentu.

c. Akademisi, diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian

selanjutnya mengenai reputasi ataupun hal lain yang terkait dengan

penelitian ini.

1.4.4 Segi isu serta aksi sosial

Penelitian ini diharapkan memberikan pandangan baru terkait inisiatif

perusahaan mengadakan program-program CSR yang memiliki maksud tersendiri,

(10)

Ira Susanti, 2016

negatif adanya program CSR ini karena memang manfaatnya adalah membantu

masyarakat untuk berkembang.

1.5Struktur Organisasi Skripsi

Secara garis besar, hasil atau laporan penelitian yang dilakukan ini terbagi ke

dalam lima bab yang masing-masing dikembangkan oleh beberapa sub bab.

Berikut sistematika penelitian ini:

Bab I : Pendahuluan. Merupakan bab pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian,

manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.

Bab II : Kajian Pustaka. Bab ini memuat kajian pustaka yang terdiri dari

kerangka teori, kerangka konseptual, penelitian terdahulu dan

kerangka pemikiran.

Bab III : Metode Penelitian. Bab ini menjelaskan metode penelitian yang

digunakan dan terdiri dari enam sub bab yaitu desain penelitian,

partisipan, populasi dan sampel, instrumen penelitian, prosedur

penelitian dan analisis data.

Bab IV : Temuan dan Pembahasan. Pada bab empat ini, terdapat temuan

dan pembahasan yang memuat dua hal utama, yakni temuan

penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data yang

telah dikumpulkan dan pembahasan temuan penelitian untuk

menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan sebelumnya.

Bab V : Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi. Berupa penutup yang

berisi simpulan, implikasi dan rekomendasi, yang menyajikan

penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan

penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat

Gambar

Gambar 1.1 Logo Djarum Beasiswa Plus
Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

Jika 2 t it ik let is mempunyai parit as yang sama maka sesuai sif at penj umlahan maka dapat dipast ikan kedua t it ik let is memiliki j arak mendat ar dan j arak vert

...,.... LEMBAR KERJA PENILAIAN CAKUPAN MATERI BUKU TEKS PELAJARAN AGAMA KHONGHUCU. SMA

Sebuah segienam berat uran dan sebuah segit iga sama sisi mempunyai keliling yang sama.. Dua buah dadu dilemparkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis (1) gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan kinerja, (2) pengaruh gaya kepemimpinan dan budaya

Karena pada panjang gelombang pengukuran (332 nm) tidak terdapat gangguan dari senyawa lain, baik dari pereaksi, pelarut, maupun hasil degradasinya, maka dapat dikatakan bahwa

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematik hasil observasi terhadap berbagai kegiatan-kegiatan yang diperankan oleh Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar

jenis tanaman penghasil minyak atsiri menjadi bahan yang sangat penting dalam..