• Tidak ada hasil yang ditemukan

s pgsd kelas 1101364 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s pgsd kelas 1101364 chapter1"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang

Bahasa merupakan suatu pengantar berkomunikasi dalam sebuah

kebudayaan. Dengan berbahasa manusia dapat saling mengerti satu sama lain. Menurut Jacques Barzun (dalam Sudiati & Widyamartaya, 2005, hlm. 10) „Hidup suatu kebudayaan manapun bertumpu pada sarana paling mendasar untuk berkomunikasi: bahasa.‟

Untuk bisa berbahasa dengan baik, setiap manusia harus memiliki

kemampuan bahasa yang baik pula. Meskipun manusia telah dibekali dengan

talenta berbahasa, namun kemampuan tersebut perlu ditingkatkan dalam proses

pembelajaran pada jenjang pendidikan.

Langkah awal proses pembelajaran di jenjang pendidikan yang harus

ditempuh untuk meningkatkan kemampuan berbahasa terdapat pada tataran

sekolah dasar. Pembelajaran bahasa di sekolah dasar salah satunya adalah

mempelajari bahasa Indonesia. Pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar

bertujuan agar siswa dapat menggunakan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi

baik secara lisan maupun tulisan dengan baik dan benar. Siswa tidak hanya

sekedar mempelajari teori semata, tetapi siswa belajar secara aplikatif. Siswa

diharapkan dapat memiliki kemampuan berbahasa dan kompetensi komunikatif

saat siswa telah menyelesaikan belajarnya di sekolah dasar dan

mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini selaras dengan tujuan

mata pelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar dalam Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) dalam Depdiknas (2006, hlm. 22)

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

1. berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku baik secara lisan maupun tulisan,

2. menghargai dan bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan dan bahasa negara,

3. memahami bahasa Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan,

4. menggunakan bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan

(2)

5. menikmati dan memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti, serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa,

6. menghargai dan membanggakan sastra Indonesia sebagai khazanah

budaya dan intelektual manusia Indonesia.

Tujuan mata pelajaran bahasa Indonesia ada dalam keterampilan

berbahasa. Keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan menyimak, berbicara,

membaca dan menulis. Keempat keterampilan tersebut sangatlah berkaitan.

Diawali dengan belajar menyimak dan berbicara, kemudian belajar membaca dan

menulis. Keterampilan menyimak dan berbicara dipelajari pada masa prasekolah,

sedangkan membaca dan menulis mulai dipelajari di sekolah. Keterampilan

menyimak dan membaca merupakan keterampilan yang bersifat reseptif. Artinya

penyimak dan pembaca hanya menerima informasi secara pasif apa yang mereka

simak atau baca. Berbeda halnya dengan keterampilan berbicara dan menulis yang

bersifat produktif. Pembicara dan penulis harus memproduksi sendiri informasi

secara lisan atau tulisan.

Keterampilan menulis di sekolah dasar dinilai sebagai keterampilan yang

berada dalam tingkat kesulitan paling tinggi di antara empat keterampilan lainnya.

Sebelum menulis siswa harus mampu menyimak dan membaca karena menulis

erat kaitannya dengan keterampilan tersebut. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cahyani dan Rosmana (2006, hlm. 97) “Kegiatan menulis memang kegiatan yang unik. Tidak setiap orang yang sudah menguasai kaidah-kaidah bahasa dengan

sendirinya secara linier akan terampil menulis.” Selain itu, keterampilan menulis

juga harus diajarkan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar. Pendapat ini didukung oleh Resmini dkk. (2006, hlm. 193) bahwa “Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa menulis merupakan kemampuan dasar sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya.”

Tujuan keterampilan menulis menurut Tarigan (2013, hlm. 4) adalah “Agar siswa mampu mengungkapkan gagasan, ide, pendapat, dan pengetahuan secara sistematis dan tertulis serta memiliki kegemaran menulis.”Selain itu,

melalui menulis, siswa dapat meningkatkan kreativitasnya serta sebagai sarana

peningkatan kemampuan berkomunikasi secara tulisan. Pada proses

(3)

kategori yaitu menulis permulaandan menulis lanjut. Menulis permulaan

diberikan di kelas I sampai kelas III dengan materi menulis huruf, kata, kalimat,

dan cerita sederhana. Menulis lanjut diberikan pada kelas IV sampai kelas VI

dengan materi menulis yang biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti

surat, prosa, puisi, pidato, laporan, naskah drama, pengumuman, iklan, mengisi

formulir, dan menulis ringkasan.

Keterampilan menulis di tingkat lanjut yang harus dikuasai siswa sekolah

dasar salah satunya adalah meringkas isi buku. Keterampilan ini terdapat di kelas

V sekolah dasar. Meringkas isi buku merupakan kegiatan menulis yang diperoleh

dari kegiatan membaca suatu buku, selanjutnya mengungkapkan kembali hal

penting dari buku yang telah dibaca secara singkat. Menulis ringkasan buku

bertujuan agar siswa dapat membuat simpulan dari sebuah buku dengan ejaan yang benar. Menurut Keraf (dalam Olivia, 2009, hlm. 29) „Membuat ringkasan dapat berguna untuk mengembangkan ekspresi serta penghematan kata. Latihan

membuat ringkasan akan mempertajam daya kreasi dan konsentrasi penulis ringkasan tersebut.‟ Selain itu, menurut Sudiati dan Widyamartaya (2005) latihan meringkas merupakan latihan menulis awal sebagai suatu jembatan perantara

untuk melatih keterampilan menulis yang mempersiapkan siswa agar terampil

mengarang.

Namun, tidak semua siswa dengan mudah dapat membuat ringkasan buku

dengan baik dan benar. Permasalahan ini terjadi pada siswa kelas V SDN

Sirahcipelang Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang. Siswa belum bisa

memenuhi tujuan pembelajaran untuk dapat menjelaskan pengertian dan tahapan

meringkas, meringkas isi buku dengan gagasan yang lengkap dan panjang

ringkasan sesuai dengan aturan meringkas, serta menggunakan ejaan (huruf

kapital dan tanda titik) yang benar. Hanya lima orang siswa yang mampu

melewati batas kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70 atau 20,83% dari 24 siswa

dengan nilai rata-rata kelas 50.

Siswa yang tidak memenuhi KKM bisa menghapal tahap meringkas tetapi

mereka belum memahami pengertian dan tahapan meringkas. Mereka hanya dapat

menghapalnya saja tanpa bisa mengaplikasikannya. Hal ini menjadikan gagasan

(4)

banyak yang sesuai dengan aturan karena kertas yang digunakan telah dibatasi

sesuai panjang ringkasan yang diharapkan. Namun, gagasan dalam ringkasan

masih belum lengkap. Hal ini mengindikasikan bahwa siswa masih belum bisa

memilih kalimat kunci pada gagasan sehingga siswa menuliskan semua kalimat

dalam gagasan yang menyebabkan ruang dalam kertas yang disediakan habis

digunakan sebelum semua gagasan dalam buku dapat diringkas. Hal tersebut

terbukti berdasarkan nilai yang diperoleh pada tabel berikut.

Tabel 1.1

(5)

E (kolom 7) = penggunaan ejaan

2) Skor ideal adalah 17.

3) KKM= 70

T = Tuntas

BT = Belum Tuntas

4) Tuntas apabila ≥ 70.

Dilihat dari hasil siswa yang telah dinilai berdasarkan aspek kognitif

menjelaskan pengertian meringkas, 14 siswa atau 58, 33% dari 24 siswa dapat

menjelaskan pengertian meringkas dengan benar, 10 siswa atau 41,67% dari 24

siswa masih menjelaskan pengertian meringkas dengan salah. Sedangkan untuk

menjelaskan tahapan meringkas, 10 siswa atau 41,67% dari 24 siswa menjawab

empat tahap dengan benar, tiga siswa atau 12,5% dari 24 siswa menjawab tiga

tahap dengan benar, dua orang siswa atau 8,3% dari 24 siswa menjawab dua tahap

dengan benar, satu siswa atau 4,17% dari 24 siswa menjawab satu tahap dengan

benar, dan delapan orang siswa atau 33,33% dari 24 siswa menjawab dengan

semua tahap salah.

Berdasarkan keterampilan menulis ringkasan, dalam aspek kelengkapan

gagasan tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang menulis ringkasan dengan

21-18 gagasan sesuai buku, tujuh orang siswa atau 29,7% dari 24 siswa menulis

ringkasan dengan 17-12 gagasan sesuai buku, 14 siswa 58,33% dari 24 siswa

menulis ringkasan dengan 16-11 gagasan sesuai buku, tiga orang siswa atau

12,5% dari 24 siswa menulis ringkasan dengan 5-1 gagasan sesuai buku, tidak ada

siswa atau 0% dari 24 siswa yang menulis ringkasan tanpa ada gagasan yang

sesuai dengan buku.

Dalam aspek panjang ringkasan, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa

yang membuat ringkasan dengan panjang ringkasan 2,5 halaman dan gagasan

lengkap, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa yang membuat ringkasan dengan

panjang kurang dari 2,5 halaman tetapi gagasan lengkap, 14 siswa atau 58,33%

dari 24 siswa membuat ringkasan dengan panjang 2,5 halaman tetapi gagasan

(6)

dengan panjang kurang dari 2,5 dan gagasan tidak lengkap, dua siswa atau 8,3%

dari 24 siswa membuat ringkasan dengan panjang lebih dari 2,5 halaman dan

gagasan tidak lengkap.

Dalam aspek penggunaan ejaan, tidak ada siswa atau 0% dari 24 siswa

yang tidak salah dalam penulisan huruf kapital dan tanda titik, tujuh siswa atau

29,7% dari 24 siswa terdapat 1-29 kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda

titik, 10 siswa atau 41,67% dari 24 siswa terdapat 30-61 kesalahan penggunaan

huruf kapital dan tanda titik, delapan siswa atau 33,33% dari 24 siswa terdapat

62-94 kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda titik, tidak ada siswa atau 0%

dari 24 siswa yang melakukan lebih dari 94 kesalahan penggunaan huruf kapital

dan tanda titik.

Setelah diketahui permasalahan yang terjadi, dilakukan analisis penyebab

terjadinya permasalahan dengan melakukan observasidan wawancara. Aspek yang

menjadi fokus perhatian adalah kinerja guru,aktivitas siswa, dan hasil belajar

siswa dalam proses pembelajaran keterampilan meringkas isi buku.

Kinerja guru pada saat pembelajaran dinilai cukup baik dalam kesesuaian

pembelajaran dengan rencana. Namun, guru kurang mempersiapkan kegiatan

pembelajaran, seperti kurang mempersiapkan materi, metode, dan media

pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan diskusi. Guru

menyampaikan materi pembelajaran lalu memberikan tugas pada siswa. Hal ini

berdampak pada kegiatan pembelajaran yang masih berpusat pada guru.Guru

memang memberikan penjelasan lebih ketika siswa bertanya mengenai hal yang

mereka kurang pahami. Tetapi siswa masih kurang mengerti saat memilih gagasan

yang penting. Guru memiliki kekurangan dalam mengatur waktu karena buku

yang diringkas siswa terlalu tebal.

Aktivitas siswa pada saat pembelajaran terlihat kondusif dan tidak ribut.

Namun, saat mendengarkan penjelasan guru sekitar sembilan orang siswa

bercanda dengan temannya hingga ada yang menggangu teman lainnya yang

sedang fokus mendengarkan penjelasan guru. Pada saat mengerjakan tugas, enam

siswa mengerjakan dengan sungguh-sungguh. Sebagian besar siswa laki-laki

merasa gelisah karena tidak bisa mengerjakan tugas sehingga berjalan-jalan dan

(7)

Setelah dilakukan validasi dengan mewawancarai siswa, ternyata sebagian besar

siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Mereka merasa bosan karena

harus banyak menulis dan hanya mendengarkan guru saja.

Berdasarkan permasalahan dan penyebab yang telah dikemukakan,

seharusnya pembelajaran bisa bersandar pada karakteristik siswa dengan

mempertimbangkan beban materi yang harus diajarkan. Penggunaan metode yang

inovatif dapat digunakan agar membantu siswa belajar dengan lebih mudah dan

bermakna. Peningkatan keterampilan meringkas isi buku dapat diupayakan oleh

guru dengan menggunakan metode pembelajaran 6P.

Adanya ketidaksesuaian antara pembelajaran keterampilan menulis

ringkasan buku yang ideal dengan kenyataan yang terjadi di sekolah dasar

khususnya di kelas V SDN Sirahcipelang mendorongdiadakannya penelitian

tindakan kelas ini yang diberi judul “Peningkatan keterampilan menulis ringkasan

buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang

Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang.”

B. Rumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

a. bagaimana perencanaan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang ?

b. bagaimana kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis ringkasan

buku dengan menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang

Kecamatan Conggeang Kabupaten Sumedang ?

c. bagaimana aktivitas siswa saat pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang ?

d. bagaimana peningkatan kemampuan menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan

(8)

2. Pemecahan Masalah

Berdasarkan pemaparan masalah yang terjadi di kelas V SDN

Sirahcipelang di mana siswa belum mampu untuk membuat ringkasan buku

dengan gagasan yang lengkap, panjang ringkasan sesuai aturan, dan ejaan yang

benar, maka tindakan yang akan dilakukan dalam penelitian untuk mengatasi

masalah tersebut adalah menggunakan metode 6P.Metode 6P merupakan

kependekan dari pasangan, pantau, pangkas, padukan, panggil, periksa. Metode

6P merupakan pengembangan dari metode 4P yang dikembangkan oleh Femi

Olivia hanya saja ditambahkan tahap pasangan, dan periksa.Metode ini terlingkup

dalam model pembelajaran cooperative script. Adapun penjelasan metode 6P

adalah sebagai berikut.

a. Pasangan

Di tahap awal ini, siswa diminta untuk berkelompok dengan jumlah

anggota empat orang.

b. Pantau

Pada tahap kedua yaitu pantau, siswa diminta untuk membaca buku yang

ia pilih agar mendapat pemahaman yang menyeluruh mengenai tipe teks dan isi

penting dari buku tersebut. Siswa membuka-buka buku, melihat sampul, daftar isi,

dan isi buku.

c. Pangkas

Pada tahap pangkas, siswa diminta untuk mencari dan memilih kata kunci

dengan menandainya, seperti menggarisbawahi atau memberikan tanda yang

dimengerti. Siswa juga diminta untuk membuat catatan kecil dari kata kunci

tersebut baik dipinggir buku maupun di kartu indeks.

d. Padukan

Pada tahap ini, siswa diminta untuk memadukan kata kunci yang telah

dipilih dengan membuat pemetaan pikiran secara bersama-sama. Pemetaan ini

menggunakan pulpen warna-warni atau menggunakan gambar yang dapat dibuat

dan dimengerti siswa.

e. Panggil

Pada tahap panggil, siswa diminta untuk mengingat kembali isi buku

(9)

bersama-sama. Teman yang mendengrakan dapat membantu mengingatkan

kembali atau menambahkan hal yang kurang. Hal ini dilakukan secara bergantian

dalam kelompok. Kemudian siswa diminta untuk menuliskan apa yang telah ia

ceritakan sesuai pemetaan ke dalam sebuah ringkasan dengan kertas yang telah

dibatasi oleh guru. Misalnya siswa hanya bisa menuliskan ringkasan dalam 6 baris

pada kertas yang telah ditentukan.

f. Periksa

Siswa diminta untuk memeriksa hasil pekerjaannya dengan temannya.

Kemudian siswa menjelaskan isi ringkasan pada pasangannya, pasangannya

diminta untuk memeriksa apakah sesuai dengan buku atau tidak. Siswa juga

diminta untuk memeriksa ejaan yang digunakan dengan menandainya. Hal ini

dilakukan secara bergantian dalam kelompok.

Metode 6P dapat mengatasi permasalahan yang telah dipaparkan karena

pada setiap tahapnya terdapat langkah yang dapat membantu siswa mempermudah

dalam membuat ringkasan. Pembelajaran yang dilakukan secara learning by doing

dalam tahapan-tahapan membuat siswa mengalami sendiri tahapan meringkas

sehingga mereka tidak hanya hapal melainkan dapat memahami bagaimana

tahapan meringkas. Pada setiap langkah, siswa berada dalam kelompok yang

heterogen. Hal ini mengharapkan agar siswa dapat saling memperbaiki dan

mengevaluasi pemahaman mereka dalam meringkas.

Pada langkah pangkas, siswa difokuskan untuk mencari hal-hal penting

dari pokok pikiran buku dengan mencari dan menandai kata kunci. Siswa tidak

akan lagi menuliskan hal yang tidak penting yang membuat ringkasan menjadi

tidak ringkas. Pada langkah padukan dan panggil siswa mengingat kembali dan

mendaftar gagasan-gagasan yang seharusnya ada dalam ringkasan sehingga tidak

ada lagi gagasan yang terlewat. Pada langkah padukan siswa mengkontruksi

kembali ingatannya berdasarkan kata kunci yang telah mereka peroleh.

Pemerolehan kata kunci dilakukan dengan cara memperhatikan susunan materi

bacaan, memanfaatkan kalimat awal pada paragraf karena tempat tersebut

berpotensi menyimpan kata kunci. Dengan belajar berkelompok, pengalaman

dalam konteks sosial dapat mengembangkan pemikiran mereka sehingga mereka

(10)

Proses menceritakan pada teman sekolompoknya di tahap panggil

membantu siswa memeriksa kembali gagasan yang telah ia temukan ada yang

kurang atau tidak.Selain itu, pada tahap periksa, siswa saling memeriksa

penggunaan huruf kapital dan tanda titik. Hal ini dilakukan karena terkadang jika

yang mengevaluasi diri sendiri sering terjadi ketidaksadaran. Inilah manfaat dari

bekerja dalam kelompok.

Pada saat siswa membuat pemetaan pikiran dilangkah padukan, siswa

menuliskan kata kunci dengan pensil berwarna dan gambar-gambar yang menjadi

sebuah tanda pengingat. Siswa bebas mengeksplorasi pemetaan pikiran sesuai

seleranya agar terlihat menarik dan mudah mengingatkan mereka pada isi buku.

Hal ini membuat siswa dapat lebih antusias dalam belajar karena terdapat unsur

menggambar yang mereka sukai.

Adapun prosedur pembelajaran menulis ringkasan dengan menggunakan

metode 6P secara garis besar yaitu siswa diminta untuk berkelompok (pasangan),

membuka-buka buku (pantau),menggarisbawahi kata kunci yang penting

(pangkas),memadukan kata kunci yang telah dipilih dengan menggunakan

pemetaan pikiran(padukan),mengingat kembali isi buku dengan saling bergantian

menceritakan pemetaan yang telah dibuat secara bersama (panggil),menuliskan

apa yang telah ia ceritakan sesuai pemetaan ke dalam sebuah ringkasan dengan

kertas yang telah dibatasi oleh guru, saling memeriksa ejaan yang digunakan

dengan menandainya (periksa), mempersingkat kalimat jika masih melebihi batas,

kemudian perwakilan kelompok membacakan hasil pekerjaannya di depan kelas.

Target proses dan hasil pembelajaran yang dicapai untuk meningkatkan

keterampilan menulis ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN

Sirahcipelang adalah sebagai berikut.

a. Target Proses

Target aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis ringkasan isi buku

dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang yaitu 85% siswa memiliki

interpretasi skor dengan kriteria baik. Kriteria baik diperoleh jika skor akhir dari

aspek mengerjakan tugas, memperhatikan penjelasan guru, serta antusiasme

(11)

Target yang dicapai dalam kinerja guru baik perencanaan dan pelaksanaan

secara keseluruhan adalah 100% dengan kriteria baik sekali.

b. Target Hasil

Target hasil pembelajaran yang diharapkan dalam pembelajaran menulis

ringkasan isi buku dengan menggunakan metode 6P di SDN Sirahcipelang yaitu

85% siswa mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM dari

pembelajaran ini adalah 70. Persentase target pencapaian ini mengacu pada

konsep belajar tuntas (mastery learning). Menurut Suryosubroto (2009) dalam

belajar tuntas, siswa dapat pindah ke materi selanjutnya jika 85% populasi kelas

telah mencapai taraf penguasaan 75%.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan

penulisan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. perencanaan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan menggunakan

metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang

Kabupaten Sumedang,

b. kinerja guru saat melaksanakan pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang,

c. aktivitas siswa saat pembelajaran menulis ringkasan buku dengan

menggunakan metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan

Conggeang Kabupaten Sumedang,

d. peningkatan kemampuan menulis ringkasan buku dengan menggunakan

metode 6P pada siswa kelas V SDN Sirahcipelang Kecamatan Conggeang

Kabupaten Sumedang.

2. Manfaat Penelitian

Manfaat umum yang diharapkan dalam penelitian ini adalah untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah dasar khususnya

sekolah tempat penelitian. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi guru,

(12)

Manfaat yang diperoleh guru yaitu dapat memperluas wawasan mengenai

metode pembelajaran 6P yang digunakan dalam pembelajaran menulis ringkasan

buku. Selain itu, guru dapat menambah referensi metode yang dapat digunakan

dalam pengembangan pembelajaran menulis ringkasan buku.

Manfaat yang diperoleh siswa yaitu dapat mempermudah siswa dalam

menulis ringkasan buku sehingga kemampuan menulis siswa dapat meningkat.

Selain itu, siswa dapat meningkatkan aktivitas dan antusiasme dalam poses

pembelajaran.

Manfaat penelitian yang diperoleh lembaga sekolah yaitu dengan hasil

pengembangan penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam upaya pengadaan

inovasi pembelajaran bahasa Indonesia bagi para guru yang lain, serta untuk

memotivasi mereka untuk melakukan inovasi baru dalam pembelajaran bahasa

dan sastra Indonesia, serta meningkatkan kualitas pembelajaran.

Manfaat yang diperoleh peneliti dari penelitian ini yaitu dapat

mengembangkan kemampuan dalam meneliti pembelajaran di sekolah. Peneliti

juga dapat menerapkan teori-teori pembelajaran yang telah dipelajari dalam

memecahkan permasalahan yang ada pada proses pembelajaran sehingga dapat

bermanfaat untuk membantu meningkatkan kualitas pembelajaran.

D. Batasan Istilah

Menghindarkan dari kesalahpahaman mengenai permasalahan yang

diteliti, maka akan dijelaskan beberapa istilah yang pelu untuk dipahami.

1. Ringkasan Buku

Ringkasan adalah tulisan yang lebih singkat dari teks asli. Olivia (2009, hlm.30) menjelaskan bahwa “Ringkasan adalah suatu cara yang efektif untuk menyajikan suatu karangan yang panjang dalam bentuk yang singkat.” Sehingga

ringkasan buku adalah tulisan yang lebih singkat dari buku.

2. Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis menurut Tarigan (2013, hlm. 3) “Merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

(13)

3. Metode

Metode disini berkaitan dengan pembelajaran sehingga metode menurut

Nurhidayati (2011, hlm.2) “Merupakan upaya yang digunakan untuk

mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

4. Metode 6P

Metode 6P adalah kependekan dari pasangan, pantau, pangkas, padukan,

panggil, periksa. Metode ini digunakan untuk meningkatkan pembelajaran

Gambar

Tabel 1.1

Referensi

Dokumen terkait

(Susanto hlm 145) menyatakan tujuan utama pembelajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di

memindai di Sekolah dasar merupakan tahap lanjutan dari pembelajaran empat keterampilan berbahasa. 139) mengatakan bahwa „tujuan keterampilan membaca adalah agar

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dalam proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

tahapan pramenulis siswa diberikan kebebasan untuk memilih tema yang diminati untuk dijadikan gagasan cerita.Kemudian, siswa membuat kerangka karangan dan melakukan pengembangan

Proses sains harus dilakukan agar peserta didik dapat terlihat aktif langsung

Kooperatif Tipe Jigsaw adalah salah satu model pembelajaran yang dapat.. mengembangkan potensi baik dari sisi individu

 Melalui kegiatan diskusi kelompok dan mengamati gambar seri, siswa dapat menyusun kerangka karangan dengan benar dengan memperhatikan penggunaan ejaan dan tanda

reputasi produk negatif dalam membuat suatu program CSR yang baik dan benar. Serta agar perusahaan dapat mengadakan program CSR yang lebih