• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Mempertahankan Loyalitas Pelanggan pada PT.Asuransi Jiwasraya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Mempertahankan Loyalitas Pelanggan pada PT.Asuransi Jiwasraya"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Pengertian Strategi

2.1.1 Definisi Strategi

Menurut Jatmiko (2003:4), Strategi dideskripsikan sebagai suatu cara dimana organisasi

akan mencapai tujuan-tujuannya, sesuai dengan peluang-peluang dan ancaman-ancaman lingkungan eksternal yang dihadapi serta sumber daya dan kemampuan internal organisasi.

Berdasarkan pada definisi tersebut, terdapat tiga faktor yang memunyai pengaruh penting pada strategi, yaitu lingkungan eksternal, sumberdaya dan kemampuan internal, serta tujuan yang akan dicapai. Intinya, suatu strategi organisasi memberikan dasar-dasar pemahaman tentang

bagaimana organisasi itu akan bersaing dengan survive.

Menurut Dirgantoro (2002:79), strategi adalah hal sehubungan dengan menetapkan arah

bagi perusahaan dalam arti sumber daya yang ada dalam perusahaan serta bagaimana mengidentifikasi kondisi yang memberikan keuntungan terbaik untuk membantu memenangkan

persaingan di pasar. Strategi akan meliputi tujuan jangka panjang serta sumber keunggulan yang merupakan pengembangan pemahaman yang dalam tentang pemilihan pasar dan pelanggan atau customer oleh perusahaan yang juga menunjukkan kepada cara terbaik untuk berkopetisi dengan

pesaing di dalam pasar.

Menurut Kotler (2002:91), strategi adalah suatu perencanaan permainan untuk mencapai

(2)

2.1.2 Tipe-Tipe Strategi

David (2006:224) membagi tipe strategi menjadi 12 tipe alternatif strategi yang dapat

dikategorikan menjadi 4 jenis strategi, yaitu:

1. Strategi Integrasi

Integrasi ke depan, integrasi ke belakang, dan integrasi horizontal kadang bersama-sama

disebut sebagai strategi integrasi vertikal. Strategi integrasi vertikal memungkinkan sebuah perusahaan untuk mendapatkan kontrol atas distributor, pemasok, dan pesaing.

Berikut ini adalah penjelasan tentang 3 jenis alternatif strategi integrasi:

a) Integrasi ke depan, yaitu mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas distributor atau pengecer.

b) Integrasi ke belakang, yaitu strategi untuk mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pemasok perusahaan. Strategi ini sangat cocok digunakan ketika

pemasok perusahaan saat ini tidak dapat diandalkan, terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan perusahaan.

c) Integrasi horizontal, yaitu strategi yang mencari kepemilikan atau meningkatkan kontrol atas pesaing perusahaan. Merger, akuisisi, dan pengambilalihan antar pesaing memungkinkan meningkatnya skala ekonomi dan mendorong transfer sumber daya

dan kompetensi. 2. Strategi Intensif

(3)

dengan produk yang ada saat ini akan membaik. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 alternatif strategi pada strategi intensif, yaitu:

a) Penetrasi pasar, yaitu strategi dimana perusahaan berusaha untuk meningkatkan pangsa pasar untuk produk/jasa saat ini melalui upaya pemasaran yang lebih besar b) Pengembangan pasar, yaitu mengenalkan produk/jasa yang ada saat ini ke area

geografi yang baru. Strategi ini dapat menjadi efektif untuk digunakan ketika tersedia jaringan distribusi yang baru, perusahaan sangat berhasil dalam apa yang

dilakukannya, terdapat pasar yang belum tersentuh.

c) Pengembangan produk, yaitu strategi yang mencari peningkatan penjualan dengan memperbaiki atau memodifikasi produk/jasa. Pengembangan produk biasanya

membutuhkan biaya penelitian dan pengembangan yang besar. 3. Strategi Diversifikasi

Terdapat 3 tipe umum dari strategi diversifikasi, yaitu strategi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Secara keseluruhan, strategi diversifikasi ini telah berkurang

kepopulerannya karena organisasi perusahaan menemukan bahwa lebih sulit untuk mengelola aktivitas bisnis yang berbeda-beda. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 jenis alternatif strategi pada strategi diversifikasi:

a) Diversifikasi konsentrik, yaitu menambah produk atau jasa baru, tetapi masih berhubungan dengan produk atau jasa yang telah ada saat ini.

(4)

c) Diversifikasi konglomerat, yaitu menambahkan produk atau jasa baru yang tidak berkaitan dengan produk/jasa yang telah ada saat ini.

4. Strategi Difensif

Strategi difensif merupakan strategi tambahan atas strategi integratif, strategi intensif, dan strategi diversifikasi. Selain menjalankan ketiga strategi tersebut perusahaan juga dapat

menjalankan strategi difensif yang terdiri dari retrenchment, divestasi, dan likuidasi. Berikut ini adalah penjelasan mengenai 3 alternatif strategi difensif:

a) Retrenchment, yaitu mengelompokkan ulang melalui pengurangan biaya dan asset terhadap penurunan penjualan dan laba. Artinya, suatu organisasi mengelompokkan ulang melalui pengurangan aset dan biaya untuk membalikkan penjualan dan laba

yang menurun. Strategi ini dapat melibatkan penjualan tanah dan gedung untuk meningkatkan kas, memotong lini produk, menutup bisnis yang labanya sangat tipis,

menutup pabrik yang sudah tua, mengurangi jumlah karyawan, dan menetapkan sistem kontrol pengeluaran.

b) Divestasi, yaitu menjual satu divisi atau bagian dari suatu organisasi. Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal untuk akuisasi strategis atau investasi lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari keseluruhan strategi retrenchment untuk menyingkirkan bisnis perusahaan yang tidak menguntungkan, yang membutuhkan terlalu banyak modal, atau yang tidak cocok dengan aktivitas perusahaan lainnya.

c) Likuidasi, yaitu menjual seluruh aset perusahaan secara terpisah-pisah atau sepotong-potong untuk nilai rillnya. Likuidasi merupakan bentuk pengakuan atas kekalahan, konsekuensinya dapat menjadi strategi yang sulit secara emosional

(5)

2.1.3 Tingkatan Strategi

Menurut Tjiptono (2002:4) mengemukakan ada empat tingkatan strategi yaitu:

1. Strategi tingkat korporasi

Strategi tingkat korporasi dirumuskan oleh manajemen puncak yang mengatur kegiatan dan operasi organisasi yang memiliki lini atau unit bisnis lebih dari satu. Dalam

mengembangkan sasaran level korporasi, setiap perusahaan perlu menentukan salah satu dari beberapa alternative berikut:

a. Kedudukan dalam pasar b. Inovasi

c. Produktivitas

d. Sumber daya fisik dan finansial e. Profitabilitas

f. Prestasi dan pengembangan manajerial g. Prestasi dan sikap karyawan

h. Tanggung jawab sosial 2. Strategi tingkat bisnis

Strategi tingkat bisnis lebih diarahkan pada pengelolaan kegiatan operasi suatu bisnis

tertentu. Pada dasarnya strategi level unit bisnis bisa berupaya menentukan pendekatan yang sebaiknya digunakan oleh suatu bisnis terhadap pasarnya dan bagaimana

melaksanakan pendekatan tersebut dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dan dalam kondisi pasar tertentu.

(6)

Strategi level fungsional merupakan strategi dalam kerangka fungsi-fungsi manajemen (secara tradisional terdiri atas riset dan pengembangan, keuangan, produksi dan operasi,

pemasaran, personalia/sumber daya manusia) yang dapat mendukung strategi level unit bisnis.Ada tiga jenis strategi functional yaitu:

a. Strategi fungsional ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan

organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.

b. Strategi fungsional manajemen yaitu mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating, controllong, staffing, leading, motivating, communicating.

c. Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah.

4. Strategi tingkat perusahaan.

Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai

hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan

kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan

(7)

2.1.4 Manfaat Strategi

Menurut David (2002:15) bahwa manajemen strategi mempunyai manfaat antara lain:

a. Membantu perusahaan dalam menyusun strategi perusahaan yang lebih baik dengan mempergunakan pendekatan yang jauh lebih sistematis, rasional, logis, rasional pada pilihan strategis.

b. Meningkatkan kesadaran terhadap ancaman eksternal. c. Mendatangkan laba.

d. Memberikan pemahaman yang lebih baik tentang strategi dari pesaing. e. Meningkatkan produktivitas para karyawan.

f. Membuat berkurangnya penolakan terhadap suatu perubahan dalam perusahaan.

g. Memberikan pemahaman yang lebih jelas tentang hubungan prestasi dan penghargaan.

2.2 Loyalitas Pelanggan

2.2.1 Definisi Loyalitas Pelanggan

Menurut Griffin (2005:13) loyalitas pelanggan lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang atau jasa suatu perusahaan yang dipilih.

Pelanggan yang loyal mempunyai kecenderungan yang pasti dalam membeli apa dan dari siapa pembelian yang dilakukannya bukan kegiatan yang bersifat acak. Yang dikategorikan

(8)

mereka dengan produk-produk lain buatan produsen yang sama yang pada akhirnya akan membentuk mereka sebagai konsumen yang setia pada produsen tertentu selamanya.

Menurut Tjiptono (2000:110) bahwa loyalitas pelanggan sebagai komitmen pelanggan terhadap suatu merk, toko, pemasok berdasarkan sikap yang positif dan tercermin dalam pembelian ulang yang konsisten.

Menurut Ali Hasan (2008:83) Loyalitas pelanggan dedefinisikan sebagai orang yang membeli, khusunya yang membeli secara teratur dan berulang-ulang. Pelanggan merupakan

seseorang yang terus menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut.

2.2.2 Tipe Pelanggan

Sheth dan Mittal dalam Tjiptono (2005:145), mengelompokkan pelanggan kedalam tiga

kategori yaitu: user, buyer, dan payer. Kemudian tiga kategori ini diturunkan menjadi 9 tipe nilai pelanggan yaitu :

a. Performance value adalah kualitas hasil fisik dari penggunaan suatu produk atau jasa. Dengan kata lain, tipe nilai ini mencerminkan kemampuan produk/jasa melaksanakan fungsi fisik utamanya secara konsisten. Performance value terletak pada dan berasal dari komponen fisik dan desain jasa.

(9)

c. Emotional value adalah kesenangan dan kepuasan emosional yang didapatkan user dari produk/jasa.

d. Price value adalah harga yang fair dan biaya-biaya financial lainnya yang berkaitan dengan upaya mendapatkan produk/jasa.

e. Credit value adalah berupa situasi terbebas dari keharusan membayar kas pada saat pembelian atau membayar dalam waktu dekat. Pada prinsipnya, nilai ini menawarkan kenyamanan berkenaan dengan pembayaran.

f. Financing value adalah penawaran syarat dan finansial skedul pembayaran yang lebih longgar dan terjangkau. Credit value lebih menekankan pada aspek keterjangkauan.

g. Service value adalah berupa bantuan yang diharapkan pelanggan berkaitan dengan pembelian produknya.

h. Convinience value adalah usaha penghematan waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk memperoleh produk/jasa.

i. Personalization value yang meliputi menerima produk/jasa disesuaikan dengan kondisi pelanggan dan memberikan pengalaman positif dari pelanggan.

2.2.3 Merancang dan Menciptakan Loyalitas Pelanggan

Loyalitas pelanggan tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang oleh

perusahaan. Menurut Smith yang dikutip Hurriyati (2005), ada beberapa tahapan perancangan loyalitas pelanggan, yaitu :

1. Define Customer Value

a. Identifikasi segmen pelanggan.

b. Definisikan nilai pelanggan sasaran dan tentukan nilai pelanggan mana yang menjadi

(10)

c. Ciptakan diferensiasi brand image. 2. Design The Branded Customer Experience

a. Mengembangkan pemahaman customer experience.

b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand promise.

c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan untuk merealisasikan pengalaman

yang baru.

3. Equip People and Deliever Consistenly

a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan.

b. Melengkapi pengetahuan dan keahlian karyawan untuk mengembangkan dan

memberikan pengalaman kepada pelanggan dalam setiap interaksi yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan.

c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan kepemimpinan. 4. Sustain and People Deliever Performance

a. Gunakan respon timbale balik pelanggan dan karyawan untuk memelihara pelanggan secara berkesinambungan dan mempertahankan pengalaman pelanggan.

b. Membentuk kerjasama antara sistem HRD (human resource development) dengan

proses bisnis yang terlibat langsung dalam memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan.

(11)

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Loyalitas Pelanggan

Dalam membangun dan meningkatkan loyalitas pelanggan, perusahaan harus

memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Menurut Robinette (2001:13) faktor faktor yang mempengaruhi loyalitas pelanggan adalah perhatian (caring), kepercayaan (trust), perlindungan (length of patronage), dan kepuasan akumulatif (overall satisfaction).

a. Perhatian (caring), perusahaan harus dapat melihat dan mengatasi segala kebutuhan, harapan, maupun permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan. Dengan perhatian itu,

pelanggan akan menjadi puas terhadap perusahaan dan melakukan transaksi ulang dengan perusahaan, dan pada akhirnya mereka akan menjadi pelanggan perusahaan yang loyal. Semakin perusahaan menunjukkan perhatiannya, maka akan semakin

besar loyalitas pelanggan itu muncul.

b. Kepercayaan (trust), kepercayaan timbul dari suatu proses yang lama sampai kedua

belah pihak saling mempercayai. Apabila kepercayaan sudah terjalin diantara pelanggan dan perusahaan, maka usaha untuk membinanya akan lebih mudah, hubungan perusahaan dengan pelanggan tercermin dari tingkat kepercayaan (trust)

pada pelanggan. Apabila tingkat kepercayaan pelanggan tinggi, maka hubungan perusahaan dengan pelanggan menjadi kuat. Salah satu cara yang dapat dilakukan

perusahaan dalam membina hubungan dengan pelanggan, yaitu segala jenis produk yang dihasilkan perusahaan harus memiliki kualitas atau kesempurnaan seperti yang

seharusnya atau sebagaimana dijanjikan, sehingga pelanggan tidak merasa tertipu, yang mana hal ini dapat mengakibatkan pelanggan berpindah ke produk pesaing. c. Perlindungan (length of patronage), perusahaan harus dapat memberikan

(12)

complain, dan sebagainya. Dengan demikian, pelanggan tidak khawatir terhadap perusahaan dalam melakukan transaksi dan berhubungan dengan perusahaan, karena

pelanggan merasa perusahaan memberikan perlindungan yang mereka butuhkan. d. Kepuasan akumulatif (overall satisfaction), kepuasan akumulatif adalah keseluruhan

penilaian berdasarkan total pembelian dan konsumsi atas barang dan jasa pada suatu

periode tertentu. Kepuasan akumulatif ditentukan oleh berbagai komponen seperti kepuasan terhadap sikap agen dan kepuasan terhadap perusahaan itu sendiri.

2.2.5 Keuntungan-Keuntungan Pelanggan yang Loyal

Griffin (2005) mengemukakan keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki pelanggan yang loyal:

1. Penjualan meningkat karena pelanggan membeli lebih banyak dari perusahaan.

2. Perusahaan memperkuat posisi di pasar bila para pelanggan membeli dari perusahaan

bukan dari pesaing perusahaan.

3. Biaya perusahaan menurun karena perusahaan tidak perlu mengeluarkan uang untuk

memikat pelanggan secara berulang.

4. Perusahaan lebih terlindungi dari pesaing harga karena pelanggan yang loyal kecil kemungkinan terpikat diskon.

(13)

Sedangkan menurut Solihin (2004), ada beberapa keuntungan yang akan diperoleh perusahaan

bila memiliki pelanggan yang loyal, yaitu : 1. Sales Growth

Pertumbuhan penjualan yang berlangsung dalam jangka panjang tidak dapat dicapai oleh

perusahaan tanpa adanya loyalitas pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan, menaikkan pangsa pasar dan menurunkan biaya untuk mendapatkan

konsumen-konsumen yang loyal terhadap perusahaan dan menginformasikan kepada calon-calon konsumen baru perusahaan. Dengan demikian akan mengurangi biaya untuk mendapatkan konsumen, bahkan akan menambah laba perusahaan, artinya

konsumen-konsumen yang loyal terhadap perusahaan akan cederung memesan lebih banyak terhadap produk perusahaan.

2. Profitability

Sejalan dengan meningkatnya penjualan, perusahaan memiliki peluang besar untuk

memperoleh laba apabila produk perusahaan memiliki pertumbuhan penjualan yang baik. 3. Refferal

Konsumen yang loyal dan terpuaskan kebutuhannya dengan produk atau jasa yang

(14)

2.2.6 Tingkatan Loyalitas Pelanggan

Tingkatan loyalitas menurut Griffin (2005:35) adalah sebagai berikut:

1. Tersangka (suspect)

Orang yang mungkin akan membeli produk atau jasa perusahaan. Dikatakan tersangka karena dipercaya atau menyangka mereka akan membeli, tetapi masih

belum cukup yakin. 2. Prospek (prospect)

Orang-orang yang memiliki kebutuhan akan produk dan jasa anda dan memiliki kemampuan untuk membeli. Meskipun prospek belum membeli dari perusahaan, pembeli mungkin telah mendengar tentang perusahaan, membaca tentang perusahaan,

tahu ada seseorang yang merekomendasikan perusahaan kepada pembeli. Prospek mungkin tahu siapa perusahaan, dimana perusahaan, dan apa yang dijual oleh

perusahaan tetapi pembeli masih belum membeli produk dari perusahaan. 3. Prospek yang didiskualifikasi (disqualified prospect)

Prospek yang telah cukup perusahaan pelajari untuk mengetahui bahwa calon pembeli tidak membutuhkan atau tidak memiliki kemampuan membeli produk perusahaan. 4. Pelanggan pertama kali (first time costumers)

Orang yang telah membeli dari perusahaan satu kali. Orang tersebut bisa menjadi merupakan pelanggan perusahaan sekaligus juga pelanggan pesaing perusahaan.

(15)

Orang-orang yang telah membeli dari perusahaan dua kali atau lebih. Orang-orang tersebut mungkin telah melakukan pembelian produk yang sama 2 kali, atau membeli

2 macam produk dan jasa yang berbeda dalam 2 kesempatan yang berbeda. 6. Klien (clients)

Klien membeli apapun yang perusahaan jual dan dapat pembeli gunakan dan

membelinya secara teratur, perusahaan memiliki hubungan yang kuat dan berlanjut, yang menjadikan pembeli tersebut kebal terhadap tarikan pesaing.

7. Penganjur (advocates)

Seperti klien, advocate membeli apapun yang perusahaan jual dan pembeli gunakan secara teratur. Tetapi penganjur juga mendorong orang lain untuk membeli dari

perusahaan tersebut. Penganjur bahkan melakukan pemasaran dan membawa pelanggan bagi perusahaan.

2.2.7 Jenis-Jenis Loyalitas Pelanggan

Jenis-jenis loyalitas pelanggan menurut Griffin (2005:22) terdiri dari:

(16)

Keterangan :

1. Tanpa Loyalitas (No Loyalty)

Untuk beberapa alasan, beberapa pelanggan tidak mengembangkan loyalitas terhadap produk/jasa tertentu. Keterikatannya yang rendah dikombinasikan dengan pembelian berulang yang rendah menunjukkan tidak ada loyalitas, secara umum perusahaan

harus menghindari para pembeli jenis ini karena mereka tidak akan pernah menjadi pelanggan yang loyal, mereka hanya berkontribusi sedikit pada kekuatan keuangan

perusahaan. Tantangannya adalah menghindari pembeli seperti ini dan lebih memilih pelanggan yang loyalitasnya dapat dikembangkan.

2. Loyalitas yang Lemah (Inertia Loyalty)

Keterikatan yang rendah digabung dengan pembelian berulang yang tinggi menghasilkan loyalitas yang lemah. Pelanggan ini membeli karena kebiasaan ini

adalah jenis pembelian yang dikarenakan selalu menggunakannya atau karena sudah terbiasa. Dengan kata lain, faktor non sikap dan faktor situasi merupakan alasan

utama pembeli. Pembeli ini merasakan tingkat kepuasan tertentu dengan perusahaan atau minimal tidak ada kepuasan yang nyata. Pembeli ini rentan beralih ke produk pesaing yang dapat menunjukkan manfaat yang jelas. Jadi memungkinkan bagi

perusahaan untuk mengubah jenis loyalitas lemah kedalam bentuk loyalitas yang lebih tinggi dengan secara aktif mendekati pelanggan dan meningkatkan diferensiasi

positif pada pelanggan mengenai produk dan jasa. 3. Loyalitas Tersembunyi (Latent Loyalty)

Pada jenis loyalitas ini tingkat referensi yang relatif tinggi digabungkan dengan

(17)

Bila pelanggan memiliki loyalitas tersembunyi maka yang mempengaruhi pembelian berulang adalah faktor situasi yang berkontribusi pada loyalitas tersembunyi.

4. Loyalitas Premium (Premium Loyalty)

Jenis loyalitas ini merupakan jenis loyalitas yang dapat ditingkatkan, karena keterkaitan yang tinggi dan tingkat pembelian berulang yang tinggi juga. Jenis ini

merupakan jenis yang paling disukai untuk semua pelanggan di setiap perusahaan. Pada tingkat yang paling tinggi tersebut, orang bangga karena dapat menemukan dan

menggunakan produk tertentu dan saling membagi pengetahuan tentang produk/jasa tersebut dengan rekan dan keluarganya.

2.2.8 Strategi Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Terciptanya kepuasan dan loyalitas para pelanggan, tentunya menjadi salah satu aset

penting dalam menjalankan sebuah usaha. Meskipun ini cukup klise, namun bagaimanapun juga

para pelanggan menjadi kunci utama untuk mendapatkan keuntungan bagi perusahaan.

Puas tidaknya para konsumen terhadap produk yang perusahaan tawarkan, pastinya akan

memberikan imbas tertentu bagi perkembangan bisnis. Apabila konsumen mendapatkan

kepuasan dari produk yang dipasarkan, bisa dipastikan bila mereka akan melakukan pembelian

ulang di masa-masa yang akan datang. Dan begitu juga sebaliknya, bila mereka kecewa dengan

pelayanan yang berikan, maka tidak menutup kemungkinan bila mereka akan berpaling ke

perusahaan lain.

Mengingat mahal biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk menarik pelanggan

baru, maka perusahaan memprioritaskan untuk mempertahankan pelanggan yang ada. Adapun

cara yang dilakukan perusahaan dalam mempertahankan pelanggan menurut Gaspersz

(18)

1. Andal (reable)

Kehandalan dan citra perusahaan merupakan hal pokok yang harus dipertahankan jika

ingin mempertahankan konsumen yang ada.

2. Terpercaya (credibile)

Kepercayaan dan kenyamanan untuk suatu transaksi merupakan hal mutlak agar

konsumen dapat merasa bahwa dia merupakan bagian dari perusahaan tersebut.

3. Memikat (atractive)

Daya tarik suatu produk dan perusahaan dapat meningkatkan loyalitas konsumen

untuk tetap menggunakan produk tersebut.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Segala sesuatu yang dilakukan harus memiliki rasa tanggung jawab dan memiliki arti

yang tinggi agar memiliki nilai guna yang tinggi.

2.3 Analisis SWOT

2.3.1 Pengertian Analisis SWOT

Menurut Rangkuti (2009:19) Analisis SWOT merupakan identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis SWOT didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunites), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Dari hasil analisis SWOT ini, akan membantu perusahaan dalam mengembangkan usahanya dan dapat

(19)

Analisis SWOT merupakan alat analisis situasional yang banyak digunakan perusahaan dalam melakukan formulasi strategi (Solihin 2012:164). Analisis strategi ini mengharuskan para

manager strategis untuk menemukan peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal.

Proses pengambilan keputusan strategi ini selalu berkaitan dengan pengembangan misi,

tujuan, strategi, dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategi harus menganalisis faktor-faktor strategi perusahaan (kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman).

2.3.2 Faktor-Faktor Analisis SWOT

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor yaitu:

a. Strength (kekuatan) adalah sumberdaya keterampilan atau keunggulan-keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan pasar yang dilayani oleh perusahaan atau organisasi. Kekuatan adalah kompetensi khusus yang memberikan keunggulan

komparatif bagi perusahaan di pasar. Kekuatan dapat terkandung dalam sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan pasar, hubungan pembeli dengan pemasok, dan

faktor-faktor lain.

b. Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kapabilitas yang secara serius menghambat kinerja efektif

perusahaan atau organisasi. Fasilitas, sumber daya keuangan, kapabilitas manajemen, keterampilan pemasaran, citra merek dapat merupakan sumber kelemahan.

c. Opportunity (peluang) adalah situasi penting yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan atau organisasi. Kecenderungan-kecenderungan penting merupakan salah satu sumber peluang. Identifikasi segmen pasar yang tadinya terabaikan, perubahan

(20)

hubungan dengan pembeli atau pemasok dapat memberikan peluang bagi perusahaan atau organisasi.

d. Threath (ancaman) adalah situasi penting yang tidak menguntungkan dalam lingkungan perusahaan atau organisasi. Ancaman merupakan pengganggu utama bagi posisi sekarang yang diinginkan organisasi. Masuknya pesaing baru, lambatnya

pertumbuhan pasar, meningkatnya kekuatan tawar-menawar pembeli atau pemasok penting, perubahan teknologi serta peraturan baru atau yang direvisi dapat menjadi

ancaman bagi keberhasilan perusahaan. Ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang, dengan demikian dapat dikatakan bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis, jika tidak diatasi,

ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun masa depan.

2.3.3 Tujuan Penerapan SWOT

Analisis situasi merupakan awal dari proses perumusan strategi. Selain analisis situasi

juga mengharuskan para manajer strategi untuk menemukan kesesuaian strategi antara peluang-peluang eksternal dan kekuatan-kekuatan internal, disamping memperhatikan ancaman-ancaman eksternal dan kelemahan-kelemahan internal (Hunger,2003:193).

Penerapan SWOT pada suatu perusahaan bertujuan untuk memberikan suatu pandangan agar perusahaan menjadi lebih fokus, sehingga dengan penempatan analisa SWOT tersebut

(21)

Analisis SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dan mengaplikasikan tentang

bagaimana kekuatan mampu mengambil keuntungan dari peluang yang ada, bagaimana cara mengatasi kelemahan yang mencegah keuntungan dan peluang, selanjutnya bagaimana kekuatan mampu menghadapi ancaman yang ada, dan bagaimana cara mengatasi kelemahan yang bisa

membuat ancaman menjadi jelas ataupun nyata.

2.3.4 Analisis Lingkungan

Analisis lingkungan merupakan hal yang penting dalam proses manajemen strategi, sebab analisis lingkungan menghasilkan sejumlah informasi yang diperlukan untuk menilai dan melihat masa depan organisasi/ perusahaan.

Tujuan utama menganalisis lingkungan adalah untuk melihat peluang baru. Peluang pemasaran adalah suatu bidang kebutuhan pembeli dimana perusahaan dapat beroperasi secara

menguntungkan. Ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan atau perkembangan yang kurang menguntungkan yang akan mengurangi penjualan dan laba.

Menurut Philip Kolter dalam bukunya yang berjudul Manajamen Pemasaran (2009), analisis lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut:

a) Analisis Lingkungan Internal (kekuatan dan kelemahan)

Manajer perusahaan perlu menganalisa faktor-faktor internal perusahaan yang menjadi kemampuan menemukan peluang yang menarik dan memanfaatkan peluang

tersebut. Suatu perusahaan pasti tidak harus memperbaiki seluruh kelemahannya, atau sebaliknya perusahaan malah memperlihatkan seluruh kekuatan perusahaan yang dimiliki.

(22)

Manajer perusahaan perlu mengetahui dan menganalisa bagian-bagian lingkungan yang harus diperhatikan untuk mencapai tujuan perusahaan. Lingkungan eksternal

perusahaan terdiri dari kekuatan lingkungan makro dan pelaku lingkungan mikro, dimana variabel tersebut dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan atau laba.

2.4 Penelitian Terdahulu

Berikut ini ada beberapa penelitian terdahulu yang melakukan penelitian berkaitan

dengan strategi mempertahankan loyalitas pelanggan yaitu:

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wan Herlin Afif Trisetia Baros (2010) yang

berjudul “Strategi Komunikasi Pemasaran Dan Loyalitas Nasabah (Studi Korelasional

Pengaruh Strategi Komunikasi Pemasaran Terhadap Loyalitas Nasabah Pada PT.Bank

Sumut Cabang Pembantu Setia Budi Medan). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa

strategi komunikasi pemasaran berpengaruh terhadap berpengaruh terhadap loyalitas

nasabah di PT.Bank Sumut Cabang Pembantu Setiabudi Medan dengan angka korelasi

yang bernilai tinggi.

2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Bogi Dwi Payana (2009) yang berjudul

“Strategi Komunikasi Pemasaran Telkom Dalam Mempertahankan Loyalitas Pelanggan

Speedy Di Surabaya (Studi Deskriptif Kualitatif pada PT.Telkom Area V Jawa Timur)”.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Telkom Area V Jatim dalam mempertahankan

loyalitas pelanggan speedy menggunakan strategi komunikasi pemasaran dengan cara

menentukan segmentasi dan target sasaran sesuai karakteristik perusahaan, menyusun

(23)

event/pameran, advertorial, dan publisitas event serta dengan memilih media relations

koran dan radio.

3. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Dany Eka Yanuar (2008) yang berjudul

“Strategi Promosi Dalam Upaya Menjaga Loyalitas Bagi Pelanggan Internet Service

Provider (Studi Kasus pada PT. Telkomsel Tbk. Cabang Lumajang)”. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa adanya gambaran mengenai strategi promosi yang dilakukan

melalui periklanan dan promosi penjualan agar konsumen mengenal dan lebih tahu akan

adanya produk dan jasa-jasa yang selalu menjadi andalan dari PT. Telkomsel Tbk.

Cabang Lumajang).

4. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Andi Vita Sukmarini (2009) yang berjudul

“Strategi Promosi Mempertahankan Loyalitas Pelanggan Mobil Merek Toyota (Studi

Kasus Pada PT. Toyota H.Kalla Makassar). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa

strategi promosi yang telah dilakukan oleh PT. Toyota H.Kalla Makassar telah dijalankan

dan memberikan kontribusi yang besar terhadap perusahaan dan konsumen/pelanggan

Gambar

Tabel 2.1

Referensi

Dokumen terkait

CABANG OLAH RAGA BULU TANGKIS MTs/SMP PUTRI 1..

[r]

[r]

[r]

Hal ini dapat ditunjukan pada Product Domestic Regional Bruto (PDRB) dari setiap sektor lapangan usaha pada tahun 2008 sampai tahun 2012 terus mengalami

Para remaja putri untuk berusaha menambah wawasan tentang SADARI, bisa dengan membaca buku-buku tentang kesehatan, artikel-artikel kesehatan di majalah / koran atau dengan

“Pengaruh Kemandirian Dan Gaya Belajar Kinestetik Terhadap Hasil Belajar Pada Siswa Kelas XI IPS Sman Ambulu Mata Pelajaran Akuntansi Pada Standar Kompetensi Siklus

[r]