• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sikap Karyawan Terhadap Kepuasan Nasabah pada PT Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Sikap Karyawan Terhadap Kepuasan Nasabah pada PT Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KERANGKA TEORI

2.1 Sikap Karyawan (X)

2.1.1 Pengertian Sikap Karyawan

Dalam buku Azwar (1998 : 04) menjelaskan mengenai sikap menurut para

ahli. Louis Thurstone (salah seorang tokoh terkenal di bidang pengukuruan sikap),

Rensis Likert (juga seorang pionir di bidang pengukuran sikap), dan Charles

Osgood. Menurut mereka, sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi

perasaan. Lapierre mendefinisikan sikap sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau

kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial,

atau secara sederhana, sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah

terkondisikan. Secord & Backman mendefinisikan sikap sebagai „keteraturan

tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi

tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya‟.

Dr. Sarlito Wirawan Sarwono dalam buku Moenir (1992 : 142)

menjelaskan sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak tertentu

terhadap hal-hal tertentu.

2.1.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah (Azwar,

(2)

1. Pengalaman Pribadi

Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan

mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial. Middlebrook

mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan suatu objek

psikologis cenderung akan membentuk sikap negatif terhadap objek tersebut.

Pembentukan kesan atau tanggapan terhadap objek merupakan proses

kompleks dalam diri individu yang melibatkan individu yang bersangkutan,

situasi dimana tanggapan itu terbentuk, dan atribut atau ciri-ciri objektif yang

dimiliki oleh stimulus.

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi

haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah

terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang

melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan

akan pengalaman akan lebih mudah mendalam dan lebih lama berbekas.

Individu sebagai orang menerima pengalaman, orang yang melakukan

tanggapan atau penghayatan, biasanya tidak melepaskan pengalaman yang sedang

dialaminya dari pengalaman-pengalaman lain yang terdahulu, yang relevan.

2. Pengaruh Orang Lain Yang Dianggap Penting

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis

atau searah dengan sikap orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini

antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk

(3)

Ilustrasi mengenai pembentukan sikap yang dikarenakan pengaruh orang

yang dianggap penting oleh individu antara lain dapat dilihat pula pada situasi

dimana terdapat hubungan atasan-bawahan. Sangatlah umum terjadi bahwa sikap

atasan terhadap suatu masalah diterima dan dianut oleh bawahan tanpa landasan

afektif maupun kognitif yang relevan dengan objek sikapnya.

3. Pengaruh Kebudayaan

Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan sikap kita. Apabila kita hidup dalam budaya yang

mempunyai norma longgar bagi pergaulan heteroseksual, sangat mungkin kita

akan mempunyai sikap yang mendukung terhadap masalah kebebasan pengaruh

heteroseksual. Apabila kita hidup dalam budaya sosial yang sangat

mengutamakan kehidupan berkelompok, maka sangat mungkin kita akan

mempunyai sikap negatif terhadap kehidupan individualisme yang mengutamakan

kepentingan perorangan.

Tanpa kita sadari, kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap

kita terhadap berbagai masalah. Kebudyaaan telah mewarnai sikap anggota

masyarakatnya, karena kebudayaan pulalah memberi corak pengalaman

individu-individu yang menjadi anggota kelompok masyarakat asuhannya.

4. Media Massa

Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,

radio, surat kabar, majalah, dll. Mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

(4)

pengaruh interaksi individual secara langsung, namun dalam proses pembentukan

dan perubahan sikap, peranan media massa tidak kecil artinya.

Dalam pemberitaan di surat kabar maupun di radio atau media komunikasi

lainnya, berita-berita faktual yang seharusnya disampaikan secar objektif

seringkali dimasuki unsur subjektivitas penulis berita, baik secara sengaja maupun

tidak. Hal ini seringkali berpengaruh terhadap sikap pembaca atau pendengarnya,

sehingga dengan hanya menerima berita-berita yang sudah dimasuki unsur-unsur

subjektif itu, terbentuklah sikap tertentu.

5. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem

mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya

meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman

akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan yang tidak

boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan dari pusat keagamaan serta

ajaran-ajarannya.

Dikarenakan konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistem

kepercayaan maka tidaklah mengherankan kalau pada gilirannya kemudian

konsep tersebut ikut berperanan dalam menentukan sikap individu terhadap

sesuatu hal.

6. Pengaruh Faktor Emosional

Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan dan

pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang suatu bentuk sikap merupakan

(5)

frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian dapat

merupakan sikap yang sementara dan segera berlalu begitu frustasi telah hilang

akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih persisten dan bertahan lama.

Suatu contoh sikap yang didasari oleh faktor emosional adalah prasangka

(prejudice). Prasangka didefinisikan sebagai sikap tidak toleran, tidak „fair‟, atau

tidak favorabel terhadap sekelompok orang.

2.1.3 Pengukuran Sikap

Salah-satu aspek yang sangat penting guna memahami sikap dan perilaku

manusia adalah masalah pengungkapan (assessment) atau pengukuran (measurement) sikap. Sax menunjukkan beberapa karakteristik (dimensi) sikap yaitu arah, intensitas, keluasan, konsistensi, dan spontanitasnya. Berikut akan kita

uraikan dimensi-dimensinya tersebut satu persatu (Azwar, 1998 : 87).

1. Arah

Sikap terpilah pada dua arah kesetujuan yaitu apakah setuju atau tidak

setuju, apakah mendukung atau tidak mendukung, apakah memihak atau tidak

memihak terhadap sesuatu atau seseorang sebagai objek. Orang yang setuju,

mendukung atau memihak terhadap suatu objek sikap berarti memiliki sikap yang

arahnya positif sebaliknya mereka yang tidak setuju atau tidak mendukung

dikatakan sebagai memiliki sikap yang arahnya negatif.

2. Intensitas

Kedalaman atau kekuatan sikap terhadap sesuatu belum tentu sama

(6)

terhadap sesuatu, yaitu sama-sama memiliki sikap yang berarah negatif belum

tentu memiliki sikap negatif yang sama intensitasnya. Orang pertama mungkin

tidak setuju tapi orang ke dua dapat saja sangat tidak setuju. Begitu juga sikap

yang positif dapat berbeda kedalamannya bagi setiap orang, mulai dari agak setuju

sampai pada kesetujuan yang ekstrim.

3. Keluasan

Kesetujuan dan ketidaksetujuan terhadap suatu objek sikap dapat

mengenai hanya aspek yang sedikit dan sangat spesifik akan tetapi dapat pula

mencakup banyak sekali aspek yang ada pada objek sikap.

4. Konsistensi

Kesesuaian antara pernyataan sikap yang dikemukan dengan responnya

terhadap objek sikap termaksud. Konsistensi sikap diperlihatkan oleh kesesuaian

sikap antar waktu. Untuk dapat konsistensi, sikap harus bertahan dalam diri

individu untuk waktu relatif panjang. Sikap yang sangat cepat berubah, yang labil,

tidak dapat bertahan lama dikatakan sebagai sikap inkonsisten.

Konsistensi juga diperlihatkan oleh tidak adanya kebimbangan dalam

bersikap. Konsistensi dalam bersikap tidak sama tingkatannya pada setiap diri

individu dan setiap objek sikap. Sikap yang tidak konsisten, yang tidak

menunjukkan kesesuaian antara pernyataan sikap dan perilakunya, atau yang

mudah berubah-ubah dari waktu ke waktu akan sulit diinterpretasikan dan tidak

banyak berarti dalam memahami serta memprediksi perilaku individu yang

(7)

5. Spontanitasnya

Menyangkut sejauhmana kesiapan individu untuk menyatakan sikapnya

secara spontan. Sikap dikatakan memiliki spontanitas yang tinggi apabila dapat

dinyatakan secara terbuka tanpa harus melakukan pengungkapan atau desakan

lebih dahulu agar individu mengemukakannya.

Berikut ini adalah uraian mengenai beberapa diantara banyak metode

pengungkapan sikap yang secara historik telah dilakukan orang.

Observasi Perilaku

Untuk mengetahui sikap seseorang terhadap sesuatu kita dapat

memperhatikan perilakunya, sebab perilaku merupakan salah-satu indikator sikap

individu. Pada umumnya konsistensi antara sikap dan perilaku lebih mengikuti

postulat konsistensi tergantung (postulate of confingent consistency), yang mengatakan bahwa perilaku hanya akan konsisten dengan sikap apabila kondisi

dan situasi memungkinkan.

Perilaku yang kita amati mungkin saja dapat menjadi indikator sikap

dalam konteks situasional tertentu akan tetapi interpretasi sikap harus sangat

berhati-hati apabila hanya didasarkan dari pengamatan terhadap perilaku yang

ditampakkan oleh seseorang.

Penanyaan Langsung

Individu merupakan orang yang paling tahu mengenai dirinya sendiri.

Manusia akan mengemukakan secara terbuka apa yang dirasakannya. Ternyata

orang akan mengemukakan pendapat dan jawaban yang sebenarnya secara terbuka

(8)

kondisi memungkinkan untuk mengatakan hal yang sebenarnya tanpa rasa takut

terhadap konsekuensi langsung maupun tidak langsung yang dapat terjadi.

Kita dapat mengatakan kesukaan atau kesetujuan kita dengan akurat hanya

apabila kita berada pada posisi ekstrim, yaitu sangat tidak setuju atau sangat

setuju. Posisi netral atau di sekitar netral akan sukar untuk diungkapkan dengan

tegas.

Keberatan lain dengan metode ini adalah kenyataan bahwa sikap

merupakan variabel yang terlalu kompleks untuk diungkapkan dengan pertanyaan

tunggal. Respons terhadap pertanyaan tunggal adalah tidak reliabel dikarenakan

sangat tergantung pada kalimat yang digunakan dalam pertanyaan, konteks

pertanyaan, cara menanyakannya, situasi dan kondisi yang merupakan faktor luar

dll.

Pengungkapan Langsung

Suatu versi metode penanyaan langsung adalah pengungkapan langsung

(direct assessment) secara tertulis yang dapat dilakukan dengan menggunakan aitem tunggal maupun dengan menggunakan aitem ganda.

Prosedur pengungkapan langsung dengan aitem tunggal sangat sederhana.

Responden diminta menjawab langsung suatu pernyataan sikap tertulis dengan

memberi tanda setuju atau tidak setuju. Penyajian dan pemberian responsnya yang

dilakukan secara tertulis memungkinkan individu untuk menyatakan sikap secara

lebih jujur bila ia tidak perlu menuliskan nama atau identitasnya.

Salah satu bentuk pengungkapan langsung dengan menggunakan aitem

(9)

semantik dirancang untuk mengungkap afek atau perasaan yang berkaitan dengan

suatu objek sikap.

Menurut Osgood dan teman-temannya, diantara banyak dimensi faktor

yang berkaitan dengan sikap yang paling utama adalah dimensi evaluasi, dimensi

potensi, dan dimensi aktivitas. Contoh pasangan kata sifat untuk dimensi evaluasi

antara lain adalah „baik-buruk‟, „cantik-jelek‟, dsb. yang menekankan nilai

kebaikan. Contoh pasangan kata sifat untuk dimensi potensi antara lain adalah

„kuat-lemah‟, „berat-ringan‟. Contoh pasangan kata sifat untuk dimensi aktivitas

antara lain adalah „cepat-lambat‟, „aktif-pasif‟ dll.

Skala Sikap

Metode pengungkapan sikap dalam bentuk self-report yang hingga kini dianggap sebagai paling dapat diandalkan adalah dengan menggunakan daftar

pernyataan-pernyataan yang harus dijawab oleh individu yang disebut sebagai

skala sikap.

Skala sikap (attitude scales) berupa kumpulan pernyataan-pernyataan mengenai suatu objek sikap. Dari respons subjek pada setiap pernyataan itu

kemudian dapat disimpulkan mengenai arah dan intesitas sikap seseorang. Pada

beberapa bentuk skala dapat pula diungkap mengenai keluasan serta konsistensi

sikap.

Salah satu sifat skala sikap adalah isi pernyataannya yang dapat berupa

pernyataan langsung yang jelas tujuan ukurnya akan tetapi dapat pula berupa

pernyataan tidak langsung yang tampak kurang jelas tujuan ukurnya bagi

(10)

Pengukuran Terselubung

Metode pengukuran terselubung (convert measures) sebenarnya berorientasi kembali ke metode observasi perilaku yang telah dikemukakan di

atas, akan tetapi sebagai objek pengamatan bukan lagi perilaku tampak yang

disadari atau sengaja dilakukan oleh seseorang melainkan reaksi-reaksi fisiologis

yang terjadi lebih di luar kendali orang yang bersangkutan.

Kontraksi otot-otot di wajah sewaktu kita tersenyum berbeda dengan

sewaktu kita sedih atau marah. Dengan EMG dapat diketahui kontraksi otot wajah

sehingga dapat pula diketahui apakah seseorang dalam keadaan suka atau tidak.

Apabila kontraksi ini terjadi sewaktu orang dihadapkan pada suatu objek sikap,

dapatlah diketahui apakah orang tersebut bersikap positif (suka) atau bersikap

negatif (tidak suka) terhadap objek yang besangkutan.

2.1.4 Struktur Sikap

Struktur terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang yaitu

komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (affective), dan komponen konatif (cognative). Mann menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, dan streotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali

komponen kognitif ini dapat disamakan dengan pandangan opini, terutama apabila

menyangkut masalah isyu atau problem yang kontroversial. Komponen afektif

merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah

emosi. Aspek emosional inilah biasanya berakar paling dalam sebagai komponen

(11)

yang mungkin akan mengubah sikap seseorang. Komponen perilaku berisi

tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk beraksi terhadap sesuatu

dengan cara-cara tertentu (Azwar, 1998 : 23).

2.1.5 Sikap Melayani Nasabah

Berikut ini beberapa sikap yang harus diperhatikan dalam melayani

seluruh jenis nasabah (Kasmir, 2005 : 69):

1. Beri Kesempatan Nasabah Berbicara

Karyawan memberikan kesempatan kepada nasabah untuk mengemukakan

segala keinginannya terlebih dahulu. Dalam hal ini, karyawan harus dapat

menyimak setiap pembicaraan yang dikemukakan nasabah. Karyawan juga

harus berusaha memahami keinginan dan kebutuhan nasabah. Karyawan juga

bila perlu membuat catatan di kertas secara garis besar sehingga tidak perlu

mengulang hal-hal yang sudah dikemukakan sebelumnya.

2. Dengarkan Baik-baik

Selama nasabah mengemukakan pendapatnya, karyawan harus mendengar

dan menyimak baik-baik. Karyawan juga jangan membuat gerakan yang

dapat menyinggung nasabah seperti gerakan tubuh tangan dan kaki yang

dianggap kurang sopan. Penuh perhatian akan menyebabkan nasabah senang

untuk menjelaskan persoalan yang sedang dihadapinya serta keinginannya.

3. Jangan Menyela Pembicaraan

Jangan menyela pembicaraan artinya sebelum nasabah selesai bicara

(12)

karyawan memberi tanggapan setelah nasabah sudah selesai bicara. Biasanya

nasabah malas untuk mengingat kembali apa yang sudah ia jelaskan

sebelumnya. Oleh karena itu, untuk hal yang kurang perlu jangan menyela

atau memotong pembicaraan dan usahakan pembicaraan berjalan tuntas

terlebih dulu.

4. Ajukan Pertanyaan Setelah Nasabah Selesai Bicara

Jika ada pertanyaan, sebaiknya ajukan setelah nasabah selesai bicara.

Pengajuan pertanyaan kepada nasabah baru dilakukan apabila nasabah sudah

selesai bicara dapat dianggap sopan. Dalam mengajukan pertanyaan,

karyawan pun harus memilih dulu pertanyaan yang dianggap penting.

Kemudian, gunakan bahasa yang mudah dipahami atau dengan kata lain,

pengajuan pertanyaan hendaknya dengan bahasa yang baik, singkat dan jelas.

5. Jangan Marah dan Jangan Mudah Tersinggung

Jika ada kata-kata atau sikap nasabah yang kurang berkenan, karyawan

jangan cepat emosi dan tersinggung. Cara bicara, sikap atau nada bicara

dalam menanggapi nasabah jangan sekali-kali menyinggung nasabah.

6. Jangan Mendebat Nasabah

Karyawan jangan sekali-kali berdebat atau memberikan argumen yang tidak

dapat diterima nasabah. Hal ini disebabkan nasabah tidak suka dibantah atau

didebat. Jika dianggap perlu untuk membantah, gunakanlah cara yang halus

(13)

7. Jaga Sikap Sopan, Ramah, dan Selalu Berlaku Tenang

Dalam melayani nasabah, sikap sopan santun, dan ramah harus selalu dijaga.

Begitu pula dengan emosi harus tetap terkendali dan selalu berlaku tenang

dalam menghadapi nasabah yang kurang menyenangkan. Sikap sopan santun

dan ramah dapat membuat nasabah menjadi segan sehingga nasabah

berinteraksi lebih dari yang kita berikan.

8. Jangan Menangani Hal-hal yang Bukan Merupakan Pekerjaannya

Sering ditemukan karyawan menangani pekerjaan yang sebenarnya bukan

wewenangnya untuk melakukan hal tersebut. Terkadang karyawan merasa

mampu melakukan semua hal. Padahal kemampuannya sangat kurang

sehingga dapat memberikan informasi yang salah dan keliru. Oleh karena itu,

sebaiknya karyawan tidak menangani tugas-tugas yang bukan menjadi

wewenangnya. Serahkan kepada karyawan yang berhak sehingga tidak terjadi

kesalahan dalam memberikan informasi. Kalaupun terpaksa, cari jalan untuk

menjelaskannya agar nasabah tidak kecewa, misalnya nasabah disuruh untuk

nunggu sesaat sampai petugas yang berwenang datang.

9. Tunjukan Sikap Perhatian dan Sikap Ingin Membantu

Nasabah yang datang ke perusahaan pada prinsipnya ingin dibantu. Artinya

nasabah mempunyai masalah yang tidak mampu ia selesaikan sendiri. Oleh

karena itu, dalam memberikan sikap, berikan perhatian sepenuhnya dan

tunjukan bahwa memang kita ingin membantu. Dengan demikian, nasabah

akan merasa senang dan tenang karena yakin masalahnya akan dapat

(14)

2.1.6 Sikap dan Perilaku yang Harus Ditunjukkan

Dalam praktiknya, sikap dan perilaku yang harus dijalankan atau

ditunjukkan oleh setiap karyawan adalah sebagai berikut (Kasmir, 2005 : 117):

1. Jujur dalam Bertindak dan Bersikap

Kejujuran merupakan modal utama seseorang karyawan dalam melayani

nasabah. Hal tersebut meliputi kejujuran dalam berkata, berbicara, bersikap

maupun bertindak. Kejujuran inilah yang akan menimbulkan kepercayaan

nasabah atas layanan yang diberikan.

2. Rajin, Tepat Waktu, dan Tidak Pemalas

Seorang karyawan dituntut untuk cekatan dalam bekerja, pantang menyerah

selalu ingin tahu, tidak mudah putus asa dan tidak pemalas. Rajin tidak

pemalas maksudnya setiap pekerjaan dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

Karyawan datang ke kantor tepat waktu dan pulang juga tepat waktu. Jika

memang harus lembur untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, maka harus ikut

lembur sampai pekerjaan tersebut tuntas.

3. Selalu Murah Senyum

Dalam Menghadapi nasabah atau tamu, karyawan selalu murah senyum.

Jangan sekali-kali bersikap murung atau cemberut. Senyum terhadap nasabah

sudah membuat pelanggan terkesan, bahkan hormat kepada karyawan.

Biasanya dengan murah senyum akan timbul simpatik nasabah kepada

(15)

4. Lemah Lembut dan Ramah Tamah

Lemah lembut dan ramah maksudnya dalam hal bersikap berbicara dan

melayani nasabah atau tamu selalu lemah lembut dan ramah tamah baik

dalam volume suara, maupun kata-kata yang diucapkan, sehingga dapat

menarik minat tamu dan membuat nasabah betah berhubungan dengan

perusahaan.

5. Sopan Santun Tutur Kata dan Hormat

Dalam memberikan pelayanan kepada nasabah, karyawan harus selalu

bersikap sopan terutama dalam hal tutur kata. Pelayanan juga dilakukan

dengan hormat. Dengan demikian, nasabah akan tunduk dan hormat terhadap

karyawan tersebut karena merasa segan atau senang.

6. Periang, Selalu Ceria, dan Pandai Bergaul

Karyawan dalam memberikan pelayanan selalu menunjukkan sikap periang

dan ceria. Karyawan juga harus pandai bergaul sehingga akan menyebabkan

nasabah merasa cepat akrab.

7. Simpatik

Karyawan dalam melayani nasabah harus menunjukkan sifat yang simpatik.

Maksudnya dalam memberikan pelayanan yang dapat menyenangkan dan

tidak menjengkelkan nasabah.

8. Fleksibel

Fleksibel maksudnya dalam menghadapi nasabah karyawan dituntut untuk

selalu memberikan pengertian dan suka mengalah kepada nasabah. Segala

(16)

fleksibel. Fleksibel perlu agar jangan terlihat kaku. Perlakuan yang kaku akan

menyebabkan nasabah gerah dan tidak berkembang.

9. Serius

Serius maksudnya dalam melayani nasabah, karyawan harus

sungguh-sungguh terutama mengerjakan pekerjaan nasabah. Namun, dalam berbicara

karyawan jangan terlalu kelihatan serius yang dapat menimbulkan kesan

sangat formal.

10. Memiliki Rasa Tanggung Jawab

Karyawan diharuskan memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap

pekerjaannya. Artinya setiap pekerjaan harus diselesaikan sampai nasabah

merasa puas terhadap pelayanan yang diberikan.

11. Rasa Memiliki Perusahaan

Karyawan harus mempunyai rasa memiliki perusahaan sehingga motivasi

untuk melayani nasabah juga tinggi. Jika karyawan mempunyai rasa memiliki

perusahaan yang tinggi akan merasa bahwa apa yang dikerjakan hasilnya

akan dia peroleh untuk dia juga. Artinya jika perusahaan untung, nasabah

juga untung.

12. Suka Menolong Nasabah

Suka menolong nasabah maksudnya adalah karyawan suka menolong

nasabah yang belum mengerti atau sedang mengalami kesulitan. Pertolongan

diberikan sampai nasabah menemui jalan keluarnya. Jiwa suka menolong

(17)

2.2 Kepuasan Nasabah (Y)

2.2.1 Pengertian Kepuasan Nasabah 2.2.1.1Pengertian Nasabah

Dalam kamus perbankan, nasabah adalah orang atau badan yang

mempunyai rekening simpanan atau pinjaman pada bank. Menurut J. Panglaykim, nasabah adalah konsumen-konsumen sebagai penyedia dana dan pemakai dana

(Saladin, 1994 : 12).

Dalam praktiknya, nasabah dibagi dalam tiga kelompok berikut (Kasmir,

2005 : 67):

1. Nasabah baru

Artinya nasabah jenis ini baru pertama kali datang ke perusahaan kita.

Mungkin saja kedatangannya hanya sekedar untuk memperoleh informasi atau

sudah mau melakukan transaksi. Jika semula kedatangannya untuk memperoleh

informasi namun karena sikap kita baik bukan tidak mungkin nasabah akan

melakukan transaksi.

2. Nasabah biasa (sekunder)

Artinya nasabah yang sudah pernah berhubungan dengan kita, namun

tidak rutin. Jadi kedatangannya sudah untuk melakukan transaksi. Hanya saja

frekuensi transaksi dan kedatangannya belum terlalu sering. Nasabah ini juga

perlu disikapi dengan baik agar dia menambah volume transaksinya di masa yang

(18)

3. Nasabah utama (primer)

Artinya nasabah yang sudah sering berhubungan dengan kita. Pelanggan

atau nasabah primer selalu menjadikan kita nomor satu dalam berhubungan.

Pelanggan ini tidak dapat diragukan lagi loyalitasnya dan sikap kita terhadap

mereka harus selalu dipupuk.

2.2.1.2Pengertian Kepuasaan Nasabah

Ahli Engel, et. Al. mengungkapkan bahwa kepuasan nasabah merupakan

evaluasi purnabeli di mana alternatif yang dipilih sekurang-kurangnya

memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan nasabah, sedangkan ketidakpuasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak memenuhi harapan

nasabah. Sedangkan pakar pemasaran Kotler menandaskan bahwa kepuasan

nasabah adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (atau

hasil) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya (Tjiptono, 1996 : 146).

2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Nasabah

Dalam suatu perusahaan yang telah menyampaikan jasanya dengan baik,

tetap saja akan ada nasabah yang tidak puas atau kecewa. Penyebabnya ada dua

jenis yaitu (Tjiptono, 1996 : 159):

1. Faktor internal yang relatif dapat dikendalikan perushaaan, misalnya

karyawan yang kasar, „jam karet‟, kesalahan pencatatan transaksi, dan lain

(19)

2. Faktor eksternal yang di luar kendali perusahaan, seperti cuaca (banjir, badai),

gangguan pada infrastruktur umum (listrik padam, jalan longsor), aktivitas

kriminal (pembakaran, vandalisme), dan masalah pribadi nasabah (dompet

hilang).

Menurut Lupiyoadi (2001 : 158) menyatakan terdapat sejumlah faktor

utama dalam kepuasan nasabah yang harus diperhatikan oleh perusahaan yaitu:

1. Kualitas Produk

Nasabah akan merasa puas apabila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa

produk yang mereka gunakan berkualitas.

2. Kualitas Pelayanan

Terutama untuk industri jasa, nasabah akan merasa puas bila mereka

mendapatkan pelayanan yang baik atau sesuai dengan yang diharapkan.

3. Harga

Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang

relatif murah akan memberikan nilai yang lebih tinggi kepada nasabahnya.

4. Emosional

Nasabah akan merasa bangga dan mendapatkan keyakinan bahwa orang

lainakan kagum kepadanya bila menggunakan produk dengan merek tertentu

yang cenderung mempunyai tingkat kepuasan yang lebih tinggi.

5. Biaya

Nasabah yang tidak perlu mengeluarkan biaya tambahan atau tidak perlu

membuang waktu mendapatkan suatu produk atau jasa cenderung puas

(20)

2.2.3 Mengukur Kepuasan Nasabah

Kotler dalam buku Tjiptono (1996 : 148) mengemukakan 4 metode untuk

mengukur kepuasan nasabah, yaitu:

1. Sistem keluhan dan saran

Setiap perusahaan yang berorientasi pada nasabah (customer oriented) perlu memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi para nasabahnya untuk

menyampaikan saran, pendapat, dan keluhan mereka. Metode yang bisa

digunakan meliputi kotak saran yang diletakkan di tempat-tempat strategis (yang

mudah dijangkau atau sering dilewati nasabah), menyediakan kartu komentar

(yang bisa diisi langsung ataupun yang bisa dikirimkan via pos kepada

perusahaan), menyediakan saluran telepon khusus (customer hot lines), dan lain-lain. Informasi yang diperoleh melalui metode ini dapat memberikan ide-ide baru

dan masukan yang berharga kepada perusahaan, sehingga memungkinkannya

untuk memberikan respon secara cepat dan tanggap terhadap setiap masalah yang

timbul.

2. Survai kepuasan nasabah

Umumnya banyak penelitian mengenai kepuasan nasabah dilakukan

dengan menggunakan metode survai, baik melalui pos, telepon, maupun

wawancara pribadi. Melalui survai, perusahaan akan memperoleh tanggapan dan

umpan balik secara langsung dari nasabah dan sekaligus juga memberikan tanda

(signal) positif bahwa perusahaan menaruh perhatian terhadap para nasabahnya. Pengukuran kepuasan nasabah melalui metode ini dapat dilakukan dengan

(21)

a. Directly reported satisfaction

Pengukuran dilakukan secara langsung melalui pertanyaan. Pengukuran

dilakukan melakukan item-item spesifik yang menanyakan langsung tingkat

kepuasan yang dirasakan nasabah (Tjiptono dan Gregorius, 2007 : 213).

b. Derived dissatisfaction

Pertanyaan yang diajukan menyangkut dual hal utama, yakni besarnya

harapan nasabah terhadap atribut tertentu dan besarnya kinerja yang mereka

rasakan. Pengukuran ini mirip dengan pengukuran kualitas jasa SERVQUAL

(Tjiptono dan Gregorius, 2007 : 213).

c. Problem analysis

Nasabah yang dijadikan responden diminta untuk mengungkapkan dua hal

pokok. Pertama, masalah-masalah yang mereka hadapi berkaitan dengan

penawaran dari perusahaan. Kedua, saran-saran untuk melakukan perbaikan.

d. Importance-performance analysis

Cara ini diungkapkan oleh Martilla dan James. Dalam teknik ini,

responden diminta untuk merangking berbagai elemen (atribut) dari penawaran

berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen tersebut. Selain itu responden juga

diminta merangking seberapa baik kinerja perusahaan dalam masing-masing

elemen/ atribut tersebut.

3. Ghost shopping

Metode ini dilaksanakan dengan cara mempekerjakan beberapa orang

(22)

4. Lost customer analysis

Perusahaan berusaha menghubungi para nasabahnya yang telah berhenti

membeli atau yang telah beralih pemasok. Yang diharapkan adalah akan

diperolehnya informasi penyebab terjadinya hal tersebut. Informasi ini sangat

bermanfaat bagi perusahaan untuk mengambil kebijakan selanjutnya dalam

rangka meningkatkan kepuasan dan loyalitas nasabah.

2.2.4 Dimensi Kualitas Jasa

Parasuraman, Zeithaml, dan Berry dalam buku Tjiptono dan Gregorius

(2007 : 132) berhasil mengidentifikasi sepuluh dimensi pokok kualitas jasa:

1. Reliabilitas

Meliputi dua aspek utama, yaitu konsistensi kinerja (performance) dan sifat dapat dipercaya (dependability). Hal ini berarti perusahaan mampu menyampaikan jasanya secara benar sejak awal (right the first time), memenuhi janjinya secara akurat dan andal.

2. Responssivitas atau daya tanggap

Kesediaan dan kesiapan para karyawan untuk membantu para nasabah dan

menyampaikan jasa secara cepat.

3. Kompetensi

Penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan agar dapat

menyampaikan jasa sesuai dengan kebutuhan nasabah. Termasuk di dalamnya

adalah pengetahuan dan keterampilan karyawan kontak, pengetahuan dan

(23)

4. Akses

Meliputi kemudahan untuk dihubungi atau ditemui (approachability) dan kemudahan kontak. Hal ini berarti lokasi fasilitaas jasa mudah dijangkau,

waktu mengantri atau menunggu tidak terlalu lama, saluran komunikasi

perusahaan mudah dihubungi.

5. Kesopanan (courtesy)

Meliputi sikap santun, respek, atensi, dan keramahan para karyawan kontak.

6. Komunikasi

Menyampaikan informasi kepada para nasabah dalam bahasa yang mudah

mereka pahami, serta selalu mendengarkan saran dan keluhan nasabah.

7. Kredibilitas

Yaitu sifat jujur dan dapat dipercaya. Kredibilitas mencakup nama

perusahaan, reputasi perusahaan, karakter pribadi karyawan kontak, dan

interaksi dengan nasabah (hard selling versus soft selling apporach). 8. Keamanan (security)

Yaitu bebas dari bahaya, risiko atau keragu-raguan. Termasuk di dalamnya

adalah keamanan secara fisik (physical safety), keamanan finansial (financial security), privasi, dan kerahasiaan (confidentiality).

9. Kemampuan memahami pelanggan

Yaitu berupaya memahami pelanggan dan kebutuhan spesifik mereka,

(24)

10. Bukti fisik (tangibles)

Meliputi penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan bahan-bahan

komunikasi perusahaan.

2.2.5 Kepuasan Pelanggan Versus Kualitas Jasa

Oliver menyatakan bahwa kualitas jasa merupakan anteseden bagi

kepuasan nasabah, terlepas dari apakah kedua konstruk itu diukur pada

pengalaman spesifik maupun sepanjang waktu. Riset yang dilakukan Dabholkar,

et al. menyimpulkan bahwa kepuasan nasabah berperan sebagai mediator dalam

hubungan antara kualitas jasa dan minat berperilaku. Bowers, et al.; Spreng &

Singh; Zeithmel menyatakan bahwa kualitas jasa dan kepuasan nasabah

ditentukan oleh atribut yang sama (Tjiptono dan Gregorius, 2007 : 209).

Sumber: Dabholkar, et al.

Gambar 2.1 Anteseden dan Konsekuensi Kualitas Jasa Dengan Kepuasan Nasabah Sebagai Mediator

2.3 Hubungan Antara Sikap Karyawan Dengan Kepuasan Nasabah

Sikap karyawan dalam memberikan pelayanan kepada nasabah akan

mempengaruhi tingkat kepuasan nasabah. Nasabah yang merasa puas dengan

Reliabelitas

Fitur Perhatian

Personal

Kenyamanan

Kualiatas Kepuasan

Nasabah

Minat

(25)

pelayanan yang diberikan karyawan maka nasabah akan loyal pada perusahaan

dan nasabah tidak beralih kepada perusahaan pesaing.

Agar layanan dapat memuaskan kepada orang atau sekelompok orang

yang dilayani, maka si Pelaku dalam hai ini Petugas, harus dapat memenuhi 4

persyaratan pokok, ialah (Moenir, 1992 : 197):

1. Tingkah laku yang sopan

Sudah menjadi norma masyarakat bahwa sopan-santun merupakan suatu

bentuk penghargaan atau penghormatan kepada orang lain. Dengan sopan-santun,

orang merasa dihormati dan dihargai sebagai layaknya dalam hubungan

kemanusiaan, dan dengan demikian sudah merupakan suatu kepuasan tersendiri

bagi yang bersangkutan. Hal ini menjadi modal utama dan permulaan yang baik

dalam hubungan kepentingan selanjutnya.

2. Cara menyampaikan

Cara menyampaikan sesuatu hendaknya memperhatikan pada prinsip

sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini menghindari penyampaian yang

menyimpang, sehingga memungkinkan petugas berbuat penyimpangan lebih jauh.

3. Waktu penyampain

Waktu penyampaian surat-surat atau dokumen sebagai produk dari

pengolahan masalah, merupakan hal penting dalam rangkaian pelayanan. Untuk

beberapa kasus faktor ketepatan waktu sering terabaikan, sehingga mengurangi

rasa kepuasan bagi si penerima, bahkan dapat terjadi si penerima tidak bergairah

(26)

4. Keramahtamahan

Mengenai keramahtmahan ini hanya ada dalam layanan lisan, baik

berhadapan maupun melalui hubungan telepon. Hanya perlu diketahui bahwa

perwujudan keramahtamahan dapat ditandai melalui:

a. Cara pembicaraan wajar, dalam arti tidak dibuat-buat;

b. Cukup jelas, tidak menimbulkan keraguan;

c. Disampaikan dengan hati tulus dan terbuka;

d. Gaya bahasa sopan dan benar.

Apabila pelayanan lisan dilakukan sesuai dengan pedoman di atas, si

penerima layanan akan merasa puas.

Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap karyawan

merupakan persyaratan pokok agar dapat memuaskan para nasabah yang datang

melakukan transaksi. Maka dari itu, sikap karyawan dengan kepuasan nasabah

saling berhubungan dalam memberikan pelayanan kepada para nasabah.

Gambar 2.2 Pola Hubungan Sikap Karyawan dengan Kepuasan Nasabah

Gambar

Gambar 2.1 Anteseden dan Konsekuensi Kualitas Jasa Dengan Kepuasan  Nasabah Sebagai Mediator
Gambar 2.2 Pola Hubungan Sikap Karyawan dengan Kepuasan Nasabah

Referensi

Dokumen terkait

Coba bandingkan hasil susunan petama dengan susunan kedua ketiga dan keempat, beri komentar!.

Menyusun instrument survei kepuasan masyarakat Melakukan survei kepuasan masyarakat Melakukan survei kepuasan masyarakat Kerjasama dengan lembaga non pemerintah di bidang

Anggaran BPIH Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Gorontalo

Sehubungan dengan selesainya pelaksanaan Evaluasi Administrasi, Teknis, Harga dan Kualifikasi untuk Paket Pekerjaan Lanjutan Pembangunan Gedung Asrama Haji (Tahap II),

Penulisan Tesis merupakan tugas akhir Mata kuliah ini membahas mengenai penyusunan proposal tesis untuk menjelaskan apa yang dilakukan, bagaimana hal itu hendak

hipokalsemia hiperurisemia Kelebihan cairan intravaskulair Edema MK: Kelebihan volume cairan MK: -Gangguan keseimbangan elektrolit -Penurunan curah jantung -Resiko Aritmia

Nilai Kesukaan Konsumen Terhadap Teh Daun Gaharu ( Aquilaria Malaccensis Lamk.) Berdasarkan Letak Daun pada Batang.. Teori Praktis

Sebagian besar industri menggunakan penilaian dengan satu kriteria saja padahal dalam suatu pemilihan vendor terdapat banyak hal yang harus dipertimbangkan Selain itu,