• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Organologi Instrumen Sordam Pakpak Buatan Bapak Icong Manik di Kabupaten Pakpak Bharat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Organologi Instrumen Sordam Pakpak Buatan Bapak Icong Manik di Kabupaten Pakpak Bharat"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT PAINGOT MANIK

Pada Bab ini, penulis akan membahas etnografi umum Pakpak serta

menggambarkan lokasi penelitian yang diteliti. Penulis akan menjelaskan

beberapa hal, seperti bahasa, mata pencarian, sistem kekerabatan, serta

keseniannya.

2.1 Wilayah Budaya Etnik Pakpak

Etnik Pakpak adalah salah satu sub etnik pribumi yang mendiami beberapa

wilayah di Provinsi Sumatera Utara dan Nanggro Aceh Darussalam, yaitu:

1. Kabupaten Dairi ibu kotanya Sidikalang yang terdiri dari 15 Kecamatan

dan 184 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Keppas dan Pegagan

2. Kabupaten Aceh Singkil ibukotanya Singkil yang terdiri dari 15

kecamatan dan 148 Desa. Kelurahannya meliputi seluruh daerah Suak

Singkil dan Boang.

3. Kabupaten Pakpak Bharat ibukotanya Salak yang terdiri dari 8 kecamatan

dan 59 Desa. Kelurahannya meliputi Suak Simsim dan sebagian daerah

Keppas.

4. Kotamadya Subulussalam yang terdiri dari 5 Kecamatan dan (64) Desa

dan Kelurahan yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil

dan masih termasuk Suak Singkil Boang.

5. Kabupaten Tapanuli Tengah ibukotanya Pandan yang terdiri dari 6

(2)

hakulayat tanah Pakpak (Suak Kelasen) yang terdiri dari Kecamatan

Barus, Barus Utara, Sosor Godang, Adam Dewi, Manduamas dan

Sirandorung dan 56 Desa/ Kelurahan.

6. Kabupaten Humbang Hasundutan ibukotanya Dolok Sanggul yang terdiri

dari 3 Kecamatan, yaitu: Kec. Pakkat, Kec. Parlilitan dan Kec. Tara

Bintang dan masih termasuk kedalam Suak Kelasen.

Luas wilayah tanah Pakpak keseluruhan adalah 8.331,12 km2 yang terdiri

dari 52 Kecamatan dan 471 Desa/Kelurahan.

2.2 Lokasi Penelitian

Adapun lokasi penelitian penulis terdapat di Kabupaten Pakpak Bharat

yaitu tempat bermukimnya suku Pakpak Suak Simsim dan sebagian Suak Keppas.

Luas wilayah Kabupaten Pakpak Bharat ialah 121.830 Ha. (1.218,30

Km2), terletak diwilayah pantai barat Sumatera Utara yaitu pada 2.000 – 3.000

Lintang Utara dan 96.000 – 98.000 Bujur Timur dengan ketinggian berkisar antara

250 – 1.400 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Pakpak Bharat terbentuk

dari hasil pemekaran wilayah Dairi. Secara administrarif kabupaten Pakpak

Bharat terdiri 52 Desa dari delapan Kecamatan, yaitu: 1. Kecamtan salak, 2.

Sitellu Tari Urang Jehe, 3. Pangindar, 4. Sitellu Tali Urang Julu, 5. Pargeteng-

geteng Sengkut, 6. Kerajaan, 7. Tinada dan 8. Siempat Rube.6

(3)

Adapun batas Kabupaten Pakpak Bharat adalah sebagai berikut:

1. Sebelah timur berbatasan dengan: Kecamatan Parbuluan kabupaten

Dairi dan Harian Kabupaten Samosir

2. Sebelah barat berbatasan dengan: Kabupaten Aceh Singkil Provinsi

Nanggro Aceh Darussalam

3. Sebelah utara berbatasan dengan: Silima Pungga- pungga Kecamatan

Lae Parira Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi

4. Sebelah selatan berbatasan dengan: Kecamatan Tara Bintang

Kabupaten Humbang Hasundutan dan Kecamatan Manduamas

Kabupaten Tapanuli Tengah

2.3 Sistem Mata Pencarian

Mata pencarian masyarakat Pakpak, khususnya yang berada di daerah

Pakpak Bharat sangat beragam, disesuaikan dengan keahlian masing- masing.

Banyak warga Pakpak Bharat bekerja sebagai guru, PNS (Pegawai Negeri Sipil),

petani, pedagang, pegawai swasta, dll.

Dari hasil wawancara dengan beberapa narasumber mengatakan; banyak

masyarakat Pakpak yang menggeluti pekerjaan bercocok tanam seperti: Nenas,

kopi, jeruk, padi, dan tanaman palawija, dan banyak juga dari kalangan pegawai

negeri sipil dan pegawai swasta yang menggeluti pekerjaan bercocok tanam diluar

pekerjaan utamanya. Begitu juga dengan pengusaha kecil dan pedagang memiliki

lahan bercocok tanam serta menekuninya sebagai penopang kehidupannya.

(4)

Sebelum agama Islam dan Kristen masuk ke wilayah Pakpak, masyarakat

setempat menganut kepercayaan yang disebut persilihi atau perbegu. Persilihi

atau perbegu ini ialah suatu kepercayaan yang meyakini bahwa alam ini berada

dibawah kuasa pengaruh roh-roh gaib atau adanya dewa-dewamaupun roh-roh

nenek moyang yang dikultuskan (Naiborhu, 1988 : 22-26).

2.4.1 Kepercayaan Kepada Dewa-dewa

Sebelum agama masuk ke lingkungan masyarakat Pakpak,masyarakat

mempercayai kekuatan alam gaib dan percaya bahwa alam adalah sumber

kehidupan. Masyarakat Pakpak percaya terhadap Debata Guru/Batara Guru yang

dikatakan dalam bahasa PakpakSitempa/Sinembe nasa si lot yang artinya maha

pencipta segala sesuatu yang ada di bumi ini yang diklasifikasikan

ataudiistilahkan sebagai berikut:

Debata Guru/Batara Guru menjadikan wakilnya untuk menjaga dan

melindungi, yaitu :

1. Beraspati Tanoh.

Diberi symbol dengan menggambar cecak yang berfungsi melindungi

segala tumbuh-tumbuhan. Jadi, jika seorang orang tua menebang pohon bambu,

kayu atau tumbuhan lainnya, maka ia harus meminta izin kepada Beraspati

Tanoh.

2. Tunggung Ni Kuta

Tunggung/Tunggul Ni Kuta diyakini memiliki peranan untuk menjaga dan

(5)

hal tersebut, maka tunggung ni kuta memberikan kepada manusia beberapa benda

yaitu sebagai berikut :

a. Lapihen, terbuat dari kulit kayu yang didalamnya terdapat tulisan-tulisan

yang berbentuk mantra atapun ramuan obat-obatan serta ramalan-ramalan.

b. Naring, wadah yang berisi ramuan sebagai pelindung kampung. Apabila

satu kampung akan mendapat ancaman, maka naring akan memberikan

pertanda berupa suara gemuruh ataupun siulan agar penduduk dapat

mengantisipasi gangguan tersebut.

c. Pengulu balang, sejenis patung yang terbuat dari batu yang memiliki

fungsi untuk memberikan sinyal atau tanda berupa gemuruh sebagai

pertanda gangguan, bala, musuh, atau penyakit bagi masyarakat suatu

desa.

d. Sibiangsa, yaitu wadah berbentuk guci yang diisi ramuan yang ditanam di

dalam tanah yang bertugas mengusir penjahat yang datang.

e. Sembahen Ni Ladang, yaitu roh halus dan penguasa alam sekitarnya yang

diyakini dapat menggangu kehidupan dan sekaligus dapat melindungi

kehidupan manusia apabila diberi sesajen.

f. Tali Solang, yaitu tali yang disimpul di ujungnya, mempunyai kepala ular

yang digunakan untuk menjerat musuh.

g. Tongket Balekat, yaitu terbuat dari kayu dan hati ular yang berukuran lebih

kurang satu meter yang diukir dengan ukiran Pakpak dan dipergunakan

(6)

h. Kahal-kahal, yaitu menyerupai telapak kaki manusia untuk melawan

musuh.

i. Mbarla, yaitu roh yang berfungsi untuk menjaga ikan di laut, sungai dan

danau.

j. Sineang Naga Lae, yaitu roh yang menguasai laut, danau dan air.

2.4.2 Kepercayaan Kepada Roh-roh

Kepercayaan kepada roh-roh meliputi:

a. Sumangan, yaitu tendi (roh) orang yang sudah meniggal mempunyai

kekuatan yang menentukan wujud dan hidup seseorang yang dikenang.

b. Hiang, yaitu kekuatan gaib yang dibagikan kepada saudara secara turun

temurun.

c. Begu Mate Mi Lae atau disebut juga dengan begu Sinambela, yaitu roh

orang yang sudah meninggal diakibatkan karena hanyut di sungai.

d. d. Begu Laus, yaitu sejenis roh yang menyakiti orang yang datang dari

tempat lain serta dapat membu at orang menjadi sakit secara

tiba-tiba.

Selain kepercayaan di atas, masyarakat Pakpak juga mempunyai beberapa

kegiatan ritual yang berhubungan dengan kehidupan mereka sebagai berikut:

a. Marelang tendi: ritual yang dilakukan ketika seseorang terkejut karena

mendengar suara keras dan keadaan dimana seseorang sedang terancam

bahaya. Rohnya (tendi)akan pergi meninggalkan raganya. Untuk

(7)

dengan menyediakan sesajen berupa: ayam merah atau ayam putih dan

diberikan kepada roh nenek moyang yang sudah meninggal melalui

petunjuk datu atau dukun.

b. Pelaus Persilihi Urat-urat Ambat (tolak bala) adalah ritual yang dilakukan

ketika seseorang merasa nasibnya sial dan mendapatkan mimpi buruk

maka, dilakukanlah ritual pelaus persilihi urat-urat ambat atau tolak bala.

Upacara ini dilakukan dengan cara mengambil ramuan berupa akar kayu

yang melintang dijalan atau arahnya memotong jalan. Akar tersebut

dipahat lalu dibentuk patung manusia yang diberi tudung kain yang

kemudian disembur dengan sirih. Kemudian disediakan makanan berupa

ikan jurung yang dibentuk lurus (Pakpak: nurung ncayur) serta dilengkapi

dengan nasi kuning (pelleng). Selanjutnya patung manusia tadi diletakkan

di atas niru (tampi) dan diletakkan dipersimpangan jalan yang

kegunaannya agar jauhlah bahaya dan datanglah keselamatan.

Kepercayaan- kepercayaan di atas sudah jarang dilaksanakan oleh

masyarakat Pakpak khususnya yang berada di wilayah Kecamatan kerajaan sejak

masuknya agama di daerah tersebut. Masyarakat Pakpak di daerah ini sebagian

besar sudah memeluk agama yang tetap, yaitu agama yang sudah diakuai oleh

pemerintah. Sebagian besar masyarakat yang ada di daerah ini beragama Islam,

Kristen dan sebagian kecil beragama Katolik.

(8)

Pada umumnya, bahasa yang dipakai oleh masyarakat di Kabupaten

Pakpak Bharat adalah bahasa daerah Pakpak, karena mayoritas penduduk disana

adalah suku Pakpak. Hal ini menyebabkan kehidupan sehari-hari penduduk

menggunakan bahasa Pakpak begitu juga dalam acara adat.

Terdapat juga sebagian kecil suku lain seperti suku Toba, Karo, dan Nias

yang datang ke desa ini, tetapi setelah tinggal beberapa lama disana, masyarakat

dari suku-suku di atas sudah mengerti dan fasih menggunakan bahasa Pakpak.

Selain bahasa Pakpak, bahasa yang digunakan dalam komunikasi sehari-hari

adalah bahasa Indonesia yang digunakan di tempat-tempat umum, seperti sekolah,

puskesmas dan kantor Kelurahan.

Ada beberapa jenis gaya bahasa yang digunakan dalam kehidupan

masyarakat Pakpak, yaitu:

a. Rana telangke yaitu kata-kata perantara atau kata-kata tertentu

untuk menghubungkan maksud si pembicara terhadap objek si

pembicara.

b. Rana tangis yaitu gaya bahasa yang dituturkan dengan cara

menangis atau bahasa yang digunakan untuk menangisi sesuatu

dengan teknik bernyanyi (narrative songs atau lamenta dalam

istilah etnomusikologi) yang disebut tangis mangaliangi (bahasa

tutur tangis).

c. Rana mertendung yaitu gaya bahasa yang digunakan dihutan,

d. Rana nggane yaitu bahasa terlarang, tidak boleh diucapkan di

(9)

e. Rebun (rana tabas atau mangmang) yaitu bahasa pertapa datu atau

bahasa mantera oleh guru (Naiborhu, 2002:51).

2.6 Sistem Kekerabatan

Masyarakat Pakpak sejak dahulu kala sudah ada ikatan yang mengatur tata

krama dan sopan santun dalam kehidupan sehari-hari dan ditaati oleh masyarakat

itu sendiri. Sistem tersebut selalu ada dan diterapkan dalam upacara-upacara adat

termasuk juga dalam upacara kematian (kerja njahat). Sistem tersebut yaitu:

2.6.1 Sulang Silima

Sulang silima adalah lima kelompok kekerabatan yang terdiri dari

kulakula, dengan sebeltek siampun-ampun/anak yang paling kecil, serta anak

berru. Sulang silima ini berkaitan dengan pembagian sulang/jambar dari

daging-daging tertentu dari seekor hewan seperti kerbau, lembu atau babi yang

disembelih dalam konteks upacara adat masyarakat Pakpak. Pembagian

daging/jambar ini disesuaikan dengan hubungan kekerabatannya dengan pihak

kesukuten atau yang melaksanakan upacara. Dalam adat masyarakat Pakpak,

kelima kelompok tersebut masing-masing mempunyai tugas dan tanggung jawab

yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain dalam acara adat.

a. Kula-kula.

Kula-kula merupakan salah satu unsur yang paling penting dalam sistem

kekerabatan pada masyarakat Pakpak.kula-kulaadalah kelompok/pihak

pemberi istri dalam sistem kekerabatan masyarakat Pakpak dan merupakan

(10)

oleh masyarakat. Dengan demikian, kula-kula juga disebut dengan istilah

Debata Ni Idah (Tuhan yang dilihat).Oleh karena itu, pihak kula-kula ini

haruslah dihormati.Sikap menentang kula-kula sangat tidak dianjurkan

dalam kebudayaan Pakpak.Dalam acara-acara adat, kelompok kula-kula

diwajibkan untuk hadir, termasuk juga dalam adat kematian dan mendapat

peran yang penting.

b. Dengan sibeltek/Senina.

Dengan sibeltek/senina adalah mereka yang mempunyai hubungan tali

persaudaraan yang mempunyai marga yang sama. Mereka adalah

orang-orang yang satu kata dalam permusyawaratan adat.Selain itu, dalam

sebuah upacara adat ada kelompok yang dianggap dekat dengan sebeltek,

yaitu senina. Dalam sebuah acara adat, senina dan seluruh keluarganya

akan ikut serta dan mendukung acara tersebut. Secara umum, hubungan

senina ini dapat disebabkan karena adanya hubungan pertalian darah, se

subklen/semarga, memiliki ibu yang bersaudara, memiliki istri yang

bersaudara dan memiliki suami yang bersaudara.

c. Anak beru.

Anak berru artinya anak perempuan yang disebut dengan kelompok

pengambil anak dara dalam sebuah acara adat, anak berru lah yang

bertanggung jawab atas acara adat tersebut.Tugas anak berru adalah

sebagai pekerja, penanggung jawab dan pembawa acara pada sebuah acara

(11)

Sedangkan situaan adalah anak yang paling tua, siditengah adalah

anak tengah dan siampun-ampun adalah anak yang paling kecil. Mereka

adalah pihak yang mempunyai ikatan persaudaraan yang terdapat dalam

sebuah ikatan keluarga.

Kelima kelompok di atas mempunyai pembagian sulang (jambar) yang berbeda,

yaitu sebagai berikut :

Kula-kula (pihak pemberi istri dari keluarga yang berpesta) akan mendapat

sulang per-punca ni adep. Situaan (orang tertua yang menjadi tuan rumah sebuah

pesta akan mendapat sulang per-isang-isang). Siditengah (keluarga besar dari

keturunan anak tengah) akan mendapat sulang per-tulantengah. Siampun-ampun

(keturunan paling bungsu dalam satu keluarga) akan mendapat sulang

per-ekur-ekur.

2.7 Sistem Kesenian 2.7.1 Seni Musik

Masyarakat Pakpak membagi alat musiknya berdasarkan bentuk

penyajiannya dan cara memainkannya. Berdasarkan cara memainkannya,

instrument musik tersebut dibagi atas dua kelompok, yaitu Gotcidan

oning-oningen. Sedangkan berdasarkan cara memainkannya, instrument musik tersebut

terbagi menjadi beberapa kelompok, yaitu : sipaluun (alat musik yang dimainkan

dengan cara dipukul), sisempulen (alat musik yang dimainkan dengan cara ditiup)

(12)

oning-oningen zaman sekarang ini sudah mendapat pergeseran arti dikalangan

masyarakat Pakpak.

Menurut wawancara dengan beberapa pemusik tradisi Pakpak sekarang

menyebutkan bahwa gotci adalah istilah untuk beberapa ensambel seperti:

ensambel genderang Si sibah, genderang sipitu-pitu, genderang silima, gendang

sidua-dua, gerantung, mbotul dan gung. Sedangkan istilah oning-oningen

digunakan untuk ensambel yang terdiri dari gendang sitelu-telu, gung sada

rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone),

yang pada penggunaannya di gunakan untuk upacara mbaik seperti upacara

pernikahan (merbayo).

a. Instrumen Musik Berdasarkan Bentuk penyajian

Gotciadalah isntrumen musik yang disajikan dalam bentuk seperangkat

(ensambel) yang terdiri dari : ensambel genderang Si sibah, genderang sipitu-pitu,

genderang silima, gendang sidua-dua, gerantung, mbotul dan oning-oningen.

Genderang Si sibahadalah seperangkat gendang satu sisi yang terdiri dari

sembilan buah gendang yang berbentuk konis. Dalam adat, instrumen ini disebut

siraja gumeruhguh yaitu sesuai dengan suara yang dihasilkannya dan situasi yang

di iringinya karena ramai dan besarnya acara tersebut. Masing-masing nama dari

kesembilan gendang tersebut dari ukuran terbesar hingga ukuran terkecil adalah

sebagai berikut :

a. Genderang I, Si raja gumeruhguh (suara bergemuruh) dengan pola ritmis

(13)

b. Genderang II, Si Raja Dumerendeng atau Si Raja Menjujuri dengan pola

ritem menjujuri atau mendonggil-donggili (mengangungkan, mentakbiri,

menghantarkan).

c. Genderang III s/d VII, Si Raja Menak-enak dengan pola ritmis benna kayu

sebagai pembawa ritmis melodis (menenangkan atau menentramkan).

d. Genderang VIII, Si Raja Kumerincing dengan pola ritmis menehtehi

(menyeimbangkan).

e. Genderang IX, Si Raja Mengapuh dengan pola ritmis menganak-anaki atau

tabil sondat (menghalang-halangi). Untuk lebih jelas, dapat kita lihat pada

gambar berikut :

Seperangkat gendang ini dimainkan bersama-sama dengan gung sada

rabaan (idiophone yang terdiri dari empat buah gong, yaitu panggora (penyeru),

poi (yang menyahut), tapudep (pemberi semangat) dan pong-pong (yang

menetapakan). Instrumen lain yang digunakan adalah sarune (double reed oboe)

dan cilat-cilat (simbal concussion). Dalam penyajiannya, ensambel ini hanya

dipakai pada jenis upacara suka cita (kerja mbaik) saja pada tingkatan upacara

terbesar atau tertinggi saja dalam acara adat.

Kemudian, ensambel genderang sipitu-pitu. Ensambel ini terdiri dari 7

buah gendang konis yang berasal dari genderang Si sibah. Ketujuh gendang ini

berasal dari genderang Si sibahyaitu mulai dari gendang urutan I sampai VII.

Instrumen lainnya yang terdapat dalam ensambel ini adalah gung sada rabaan,

(14)

Ensambel ini biasanya digunakan untuk kerja mbaik dalam tingakatan tertentu

saja.

Selanjutnya adalah ensambel genderang si lima yaitu seperangkat gendang

satu sisi berbentuk konis yang terdiri darai lima buah gendang. Kelima gendang

ini berasal dari genderang Si sibahyang hanya menggunakan gendang pada

bilangan ganjil saja diurut dari gendang terbesar, yaitu gendang I, III, V, VII dan

IX. Fungsi dari kelima gendang tersebut sama dengan fungsinya masing-masing

seperti pada genderang Si sibah. Instrumen lain yang terdapat dalam ensambel ini

adalah gung sada rabaan, Sarune, dan cilat-cilat sebagaimana yang terdapat

dalam genderang Si sibah. Ensambel ini digunakan pada upacara dukacita (kerja

njahat) saja, seperti upacara kematian, mengongkal tulang (mengangkat

tulang-tulang) pada tingkatan upacara terbesar dan tertinggi secara adat.

Ensambel gendang sidua-dua yaitu, ensambel gendang yang terdiri dari

sepasang gendang dua sisi berbentuk barrel (double head two barrel drums).

Kedua gendang ini terdiri dari gendang inangna (gendang induk, gendang ibu)

yaitu menjadi gendang yang terbesar dan gendang anakna (gendang anak, jantan)

yaitu menjadi gendang terkecil. Instrumen lain yang terdapat dalam gendang

sidua-dua adalah empat buah gong (gung sada rabaan) dan sepasang cilat-cilat

(simbal). Dalam penyajiannya ensambel ini biasanya digunakan untuk upacara

ritual, seperti mengusir roh penunggu di hutan sebelum diolah menjadi lahan

pertanian (mendeger uruk) dan hiburan saja seperti upacara penobatan raja atau

(15)

Kemudian ensambel musik mbotul adalah seperangkat alat musik gong

(idiophones) berpencu yang terdiri dari 5, 7, atau 9 buah gong. Disusun berbaris di

atas rak seperti kenong pada tradisi gamelan Jawa. Dalam penggunaannya,

instrumen ini berperan sebagai pembawa melodi dan secara ensambel dimainkan

bersama-sama dengan gung sada rabaan.

Selanjutnya ensambel terakhir adalah ensambel oning-oningen. Ensambel

ini terdiri dari gendang sitelu-telu (membranophone single head), gung sada

rabaan, lobat (aerophone), kalondang (xylophone), dan kucapi (chordophone).

Ensambel ini digunakan pada upacara suka cita (kerja mbaik) seperti upacara

penikahan (merbayo) dan untuk mengiringi tarian (tatak).

b. Instrumen Musik Berdasarkan Cara memainkannya.

Untuk melihat pembagian alat musik tradisional Pakpak dari cara

memainkannya, dapat kita lihat dari tabel berikut.

Tabel 2.1.Pembagian alat musik berdasarkan cara memainkannya.

No Cara memainkan Alat musik

1 Sipaluun Genderang, kalondang, gong, cilat-cilat, ketuk, Mbotul, deng-deng, gerantung, doal, gendang sidua-dua

2 Sisempulen Sarune, lobat, sordam

(16)

2.7.2 Seni suara

Masyarakat Pakpak memiliki beberapa jenis seni suara ataupun nyanyian.

Nyanyian yang dimaksud adalah musik vokal. Masyarakat Pakpak menyebut

musik vokalnya sebagai ende-ende (baca:nde-nde). Ada beberapa jenis musik

vokal yang terdapat pada masyarakat Pakpak yang dibedakan berdasarkan

penggunaannya masing-masing yaitu sebagai berikut:

1. Tangis milangi atau disebut juga tangis-tangis adalah nyanyian ratapan

(lamenta) yang disajikan dengan gaya menangis. Disebut tangis milangi

karena hal-hal mengharukan yang di dalam hati sipenyaji akan dituturkan

(dalam bahasa Pakpak: ibilang-bilangken, milangi) dengan gaya

menangis (tangis). Ada beberapa jenis tangis yang terdapat pada

masyarakat Pakpak, sebagai berikut:

a) Tangis beru si Jahe adalah jenis nyanyian yang disajikan oleh gadis

(female song) menjelang pernikahannya. Teks nyanyian berisikan

ungkapan kesedihan hati karena akan berpisah dengan keluarganya dan

akan masuk kelingkungan keluarga barunya dari suami. Tujuan dari

nyanyian ini agar orang tua yang mendengar terharu dan memberikan

petuah-petuah petunjuk tentang hidup berumah tangga. Nyanyian ini

disajikan dengan teks yang berubah-ubah dan bentuk melodi yang sama

(repetitif).

b) Tangis anak melumang adalah nyanyian yang disajikan oleh pria maupun

wanita. Nyanyian ini berisikan ungkapan kesedihan ketika teringat akan

(17)

waktu-waktu tertentu saja seperti ketika sedang berada di hutan, di lading,

di sawah, atau di tempat-tempat yang sedih. Teksnya berubah- ubah tetapi

melodinya tetap sama.

c) Tangis si Mate adalah nyanyian ratapan (lament) oleh kaum wanita ketika

salah seorang anggota keluarganya meninggal dunia. Disajikan di depan

orang yang mati tersebut sebelum dikebumikan. Teksnya berisikan tentang

kisah hidup si mati, perilaku-perilaku yang paling berkesan dari si mati

semasa hidupnya. Nyanyian ini adalah nyayian strofik yang lebih

mementingkan teks nyanyian daripada melodi.

2. Ende-ende mendedah adalah sejenis nyanyian lullaby yang dibawakan

oleh sipendedah (pengasuh) baik kaum pria maupun wanita untuk

menidurkan anak atau mengajak si anak bermain. Nyanyian ini terdiri dari

beberapa jenis yaitu, orih-orih, oah-oah, dan cido-cido. Ketiga nyanyian

ini menggunakan teks yang selalu berubah-ubah dengan melodi yang

diulang-ulang (repetitif).

a) Orih-orih adalah nyanyian yang dipakai untuk menidurkan anak oleh si

pendedah (pengasuh) orang tua atau kakak baik pria maupun wanita. Si

anak digendong sambil I orih-orihken (menina bobokkan si anak dalam

gendongan) dengan nyanyian yang liriknya berisikan nasehat, cita-cita,

harapan dan curahan kasih saying terhadap si anak.

b) Oah-oah atau kodeng-kodeng adalah nyanyian yang jenisnya sama dengan

orih-orih. Yang membedakan kedua jenis nyanyian ini oah-oah menina

(18)

c) Cido-cido adalah nyanyian untuk mengajak si anak bermain yang

tujuannya agar si anak merasa terhibur dengan gerakan-gerakan lucu yang

membuat si anak tertawa. Teks lagu yang dinyanyikan berisikan

harapan-harapan agar kelak si anak menjadi orang yang berguna dan berbakti pada

keluarga.

3. Nangan adalah nyanyian yang dibawakan pada waktu bersukut-sukuten

(mendongeng). Setiap ucapan tokoh-tokoh yang terdapat pada cerita

tersebut akan disampaikan dengan gaya menyanyi. Ucapan tokoh yang

dinyanyikan tersebut dalam cerita disebut dengan nangen, sedangkan

rangkaian ceritanya disebut sukut-sukuten.

Pada umumnya cerita sukut-sukuten berisikan pedoman-pedoman

hidup dan teladan yang harus dipanuti berdasarkan perilaku yang

diperankan oleh tokoh yang terdapat dalam cerita.Persukuten haruslah

orang yang cukup ahli menciptakan tokoh-tokoh melalui warna

nangen.Adapun sukut-sukuten yang cukup dikenal oleh masyarakat

Pakpak adalah Sitagandera, Nan tampuk mas, Manuk-manuk Si Raja

Bayon, Si buah mburle, dan lain sebagainya.

4. Ende-ende merkemenjen atau odong-odong adalah nyanyian yang

disajikan pada waktu mengambil kemenyan. Nyanyian ini hanya terdapat

pada kaum pria dewasa saja (male song). Teksnya berisikan ungakapan

kesedihan, kegagalan di dalam hidupnya. Melodi nyanyian ini

berulang-ulang (repetitif) dan teksnya selalu berulang-ulang sesuai dengan perasaan

(19)

5. Ende-ende mardembas adalah nyanyian yang berbentuk permainan di

kalangan anak-anak usia sekolah yang dipertunjukkan pada malam hari di

halaman rumah pada saat terang bulan purnama. Mereka menari dan

membentuk lingkaran dan membuat lompatan kecil sambil bernyanyi

secara chorus (koor) maupun solo chorus (nyayian solo yang disambut

dengan koor). Isi teksnya biasanya berisi tentang keindahan alam serta

kesuburan tanah kampungnya dan dinyanyikan dengan pengulangan

melodi (repetitif) serta teks yang berubah-ubah sesuai pesan yang

disampaikan.

6. Ende-ende Memuro adalahnyanyian yang disajikan pada saat bekerja

(work song). Biasanya dinyanyikan ketika berada di ladang atau di sawah

untuk mengusir burung-burung agar tidak memakan padi yang ada di

sawah. Kegiatan muro (menjaga padi) ini biasanya menggunakan alat yang

disebut dengan ketter dan gumpar7yang dilambai-lambaikan ketengah

sawah sambil menyanyikan ende-ende memuro.8

7Ketter

dan gumpar adalah alat yang terbuat dari bambu dan pada bambu tersebut digantungkan kain bekas (berbentuk orang-orangan) yang dilambaikan ketengah sawah untuk mengusir burung. Fungsi utama alat ini untuk mengahalau burung, namun tetap dapat dikaji melalui disiplin etnomusikologi yaitu, studi musik dan kebudayaan.

8

(20)

2.7.3 Seni Tari

Masyarakat Pakpak menyebut tari dengan istilah tatak.Tatak tidak dapat

terpisahkan ari kegiatan upacara ataupun kerja dan juga sebagai hiburan atau

pertunjukan. Tatak digunakan dalam kerjambaik ataupun kerjanjahat. Adapun

jenis gerakan yang digunakan dalam upacara maupun kerja adalah :

1. Manger-ngera

Gerakan ini digunakan oleh kaum Beru untuk menyambut Kula-kula

ataupun gerakan yang digunakan oleh anak terakhir kepada anak tertua

ataupun yang muda kepada yang lebih tua.

2. Suyuk

Gerakan ini digunakan untuk menyambah ataupun menghormati.

3. Memasu-masu

Gerakan ini digunakan oleh kula-kula kepada beru yang menyimbolkan

pemberian berkat.

4. Mengembur

Gerakan ini digunakan untuk menyembah atau memberi hormat oleh beru

kepada kula-kula.

5. Mengeleap

Gerakan ini digunakan untuk menunjukkan bahwa kegiatan kerja sudah

berhasil dilaksnankan.

Adapun beberapa jenis tatak yang digunakan untuk hiburan atau

pertunjukan adalah sebagai berikut :

(21)

Tatak ini dilakukan oleh para muda-mudi di ladang dan menggambarkan

kegembiraan dari para muda-mudi. Hal ini terjadi karena pada zaman dahulu,

para muda-mudi di daerah Pakpak hanya dapat bertemu dan berbicara lebih

dekat pada saat masa panen. Tatak ini menggambarkan tentang kegembiraan

dalam memanen padi.

2. Tatak Mendedah

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana seorang ibu mengasuh bayinya.

Tatak ini hanya dilakukan oleh para perempuan.

3. Tatak Renggisa

Tatak ini menggambarkan tentang sepasang muda-mudi yang sedang

kasmaran atau sedang jatuh cinta.

4. Tatak Garo-garo

Tatak ini mengambarkan tentang kegembiraan muda-mudi dalam masa panen.

Tatak ini memiliki kemiripan dengan tatak menabi pange, namun dalam tatak

garo-garo, hal yang digambarkan tidak hanya dalam memanen padi,

melainkan mulai dari proses menanam sampai memanen padi tersebut.

5. Tatak Memuat kopi

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana proses memetik kopi yang

dilaksanakan oleh para petani di daerah Pakpak.

6. Tatak Perampuk-ampuk

Tatak ini menggambarkan tentang keharmonisan yang terjalin antara kaum

muda-mudi yang ada dalam kebudayaan masyarakat Pakpak.

(22)

Tatak ini menggambarkan tentang bagaimana masyarakat Pakpak dalam

membuka atau memulai suatu ladang pertanian yang dalam hal ini adalah

persawahan.

8. Tatak Mengindangi

Tatak ini menggambarkan tentang suasana menumbuk padi pada masyarakat

Pakpak.

Perlu diketahui bahwa tatak yang sifatnya hiburan ataupun pertunjukan

biasanya hanya di laksanakan oleh para kaum muda-mudi. Serta untuk mengiringi

tarian ini digunakan ensambel oning-oningen.9

Sebuah biografi biasanya menganalisa dan menerangkan kejadian-kejadian

pada kehidupan seorang tokoh yang menjadi objek pembahasan. Dengan

2.8 Biografi Singkat Bapak Paingot Manik 2.8.1 Pengertian Biografi

Dalam disiplin ilmu sejarah, biografi dapat didefinisikan sebagai sebuah

riwayat hidup seseorang. Sebuah tulisan biografi dapat berbentuk beberapa baris

kalimat saja, namun dappat juga berupa tulisan yang lebih dari satu buku.

Perbedaannya adalah, biografi singkat hanya memaparkan tentang fakta-fakta

kehidupan seseorang dan peranan pentingnya dalam masyarakat. Sedangkan

biografi yang lengkap memuat dan mengkaji informasi-informasi penting, yang

dipaparkan lebih detail dan tentu saja dituliskan dengan penulisan yang baik dan

jelas.

(23)

membaca biografi, pembaca akan menemukan hubungan keterangan dari tindakan

yang dilakukan dalam kehidupan seseorang tersebut seperti mengenai cerita-cerita

atau pengalaman selama hidupnya.

Suatu karya biografi biasanya bercerita tentang kehidupan orang terkenal

dan orang tidak terkenal. Biasanya biografi tentang orang yang tidak terkenal akan

menjadi dikenal secara luas, jika di dalam biografinya terdapat sesuatu yang

menarik untuk disimak oleh pembacanya. Namun, biasanya biografi hanya

terfokus pada orang-orang atau tokoh-tokoh terkenal saja.

Tulisan biografi biasanya bercerita mengenai seorang tokoh yang sudah

meninggal dunia, namun tidak jarang juga mengenai tokoh yang masih hidup.

Banyak biografi yang ditulis secara kronologis atau memiliki suatu alur tertentu,

misalnya memulai dengan menceritakan masa anak-anak sampai masa dewasanya,

namun ada juga beberapa biografi yang lebih terfokus pada suatu topik

pencapaian tertentu.

Biografi memerlukan bahan-bahan utama dan bahan pendukung. Bahan

utama dapat berupa benda-benda seperti surat-surat, buku harian, atau kliping

Koran. Sedangkan bahan pendukung biasanya berupa biografi lain, buku-buku

referensi atau sejarah yang memaparkan peranan subjek biografi tersebut.

Beberapa aspek yang perlu dilakukan dalam menulis sebuah biografi

antara lain: (a) Pilih seseorang yang menarik perhatian anda; (b) Temukan

fakta-fakta utama mengenai kehidupan orang tersebut; (c) Mulailah dengan

(24)

mengenaiorang tersebut, bagian mana dari cerita tentang beliau yang ingin lebih

banyakanda utarakan dan tuliskan.

Sebelum menuliskan sebuah biografi seseorang, ada beberapa

pertanyaanyang dapat dijadikan pertimbangan, misalnya: (a) Apa yang membuat

orangtersebut istimewa atau menarik untuk dibahas; (b) Dampak apa yang telah

beliaulakukan bagi dunia atau dalam suatu bidang tertentu juga bagi orang lain;

(c) Sifatapa yang akan sering penulis gunakan untuk menggambarkan orang

tersebut; (d)Contoh apa yang dapat dilihat dari hidupnya yang menggambarkan

sifat tersebut;(e) Kejadian apa yang membentuk atau mengubah kehidupan orang

tersebut; (f)Apakah beliau memiliki banyak jalan keluar untuk mengatasi masalah

dalam

hidupnya; (g) Apakah beliau mengatasi masalahnya dengan mengambil

resiko,atau karena keberuntungan; (h) Apakah dunia atau suatu hal yang terkait

denganbeliau akan menjadi lebih buruk atau lebih baik jika orang tersebut hidup

ataupuntidak hidup, bagaimana, dan mengapa demikian.

Lakukan juga penelitian lebih lanjut dengan bahan-bahan dari

studiperpustakaan atau internet untuk membantu penulis dalam menjawab

sertamenulis biografi orang tersebut dan supaya tulisan si peneliti

dapatdipertanggungjawabkan, lengkap dan menarik

(25)

2.8.2 Alasan Dipilihnya BapakPaingot Manik

Dalam tulisan ini, penulis memilih Paingot Manik sebagai objek penelitian

dikarenakan, beliau mampu memainkan dan membuat alat musik tradisional

Pakpak di antaranya adalah: (a) Beliau adalah salah satu orang yang dapat

membuat Sordamyang merupakan alat musik tradisional suku Pakpak; (b) Beliau

dapat memainkan alat musik SordamPakpak; (c) SordamPakpak hasil buatan

Paingot Manik banyak dipakai oleh masyarakat baik di desa tempat Paingot

Manik tinggal ataupun di luar desa tersebut; (d) Pengalaman beliau yang

merupakan anak dari pemain musik Pakpak membuat Paingot Manik paham

mengenai alat musik tradisional Pakpak.

Hal-hal tersebut penulis ketahui dari hasil percakapan/wawancara dengan

Paingot Manik dan juga dari saudara-saudara, dan rekan-rekan. Peranan dan

pengalaman beliau menjadi alasan ketertarikan penulis menemukan fakta-fakta

mengenai kehidupan beliau, dalam hal ini penulis lebih fokus kepada kehidupan

beliau sebagai pembuat alat musik dan pemain musik Pakpak.

Melalui wawancara penulis akan mencatat kehidupannya berdasarkan

dimensi waktu, ide-ide kreatif beliau dalam pembuatan instrumen musik

tradisional Pakpak, dalam hal ini Sordamadalah salah satu instrumen musik

tradisional suku Pakpak dan juga akan membahas bagaimana pengalaman hidup

beliau, tanggapan masyarakat khususnya masyarakat di desa Semungkur,

Kecamatan Siempat Rube, Kabupaten Pakpak Bharat mengenai bentuk instrumen

(26)

perbedaan dengan yang terdahulu, khususnya pada instrumen SordamPakpak,

bagaimana pendapat orang mengenai dirinya, dan hal-hal lain.

2.8.3 Biografi Paingot Manik

Biografi Paingot Manik akan dideskripsikan dalam tulisan ini mencakup

aspek-aspek: latar belakang keluarga, pendidikan beliau, kehidupan sebagai

pemusik, kehidupan sebagai pembuat alat musik dan tanggapan masyarakat

khususnya para seniman musik di desa Semungkur, Kecamatan Siempat rube,

Kabupaten Pakpak Bharat mengenai keberadaan Bapak Paingot Manik khususnya

mengenai Sordambuatan beliau.

2.8.3.1 Latar Belakang Keluarga

Bapak Paingot Manik lahir di desa Mungkur, Kecamatan Siempat Rube,

Kabupaten Pakpak Bharat pada tahun 1951, anak dari Bapak K. Manik dan Ibu M.

br. Padang. Bapak Paingot Manik lahir dari keluarga yang berlatar belakang

petani dan tidak dekat dengan musik. Hal itu tidak menjadi penghalang Bapak

Paingot Manik untuk mempelajari musik. Beliau mempelajari alat musik dengan

cara mendengar orang-orang bermain musik dan mencobanya sendiri.

Bapak Paingot Manik anak pertama dari 3 bersaudara. Masing-masing

adalah sebagai berikut:

1. Paingot Manik (laki-laki)

2. Pardomuan Manik (laki-laki)

(27)

2.8.5 Latar Belakang Pendidikan

Bapak Paingot Manik menginjak pendidikan dasar (SD) pada tahun 1964

dan hanya menjalani bangku sekolah sampai kelas 5 (lima) saja. Hal ini

disebabkan karena keterbatasan biaya dan susahnya tenaga pengajar di sekolah

yang menyebabkan kurangnya motivasi sekolah di lingkungan tempat tinggalnya

dimasa itu.

2.8.3.2 Berumah Tangga

Bapak Paingot Manik menikah pada tahun 1972 dengan istrinya Timar

Tumangger. Dari pernikahan mereka lahirlah 8 orang anak, 7 orang putra dan 1

orang putri, yaitu:

1. Robinson Manik (anak sulung, laki-laki)

2. Rahmat Manik (laki-laki)

3. Dosma Manik (laki-laki)

4. Jaminter Manik (laki-laki)

5. Terunang Manik (laki-laki)

6. Nor Diana Manik (perempuan)

7. Lubis Manik (laki-laki)

8. Amiyanto Manik (laki-laki)

Setelah menikah Bapak Paingot Manik memilih untuk berprofesi sebagai

petani dan sekaligus pemusik tradisional Pakpak dan pembuat alat musik

tradisional Pakpak di rumah beliau yang beralamat di desa Mungkur, Kecamatan

(28)

2.8.3.3Proses dan latar belakang belajar musik Bapak Paingot Manik

Kemampuan bermusik tradisional Pakpak sudah dimiliki Bapak Paingot

Manik sejak masa kanak-kanaknya. Di masa kanak-kanak Bapak Paingot Manik

sudah sering belajar-belajar membuat alat musik dan belajar memainkannya dari

melihat pemusik-pemusik tradisional Pakpak. Sejak tidak melanjutkan

sekolahnya, beliau lebih banyak menghabiskan waktu dengan membantu orang

tuanya bekerja diladang sambil mengembangkan kemampuan bermusiknya. Awal

karier beliau sebagai pemusik dimulai bersama teman-teman satu kampungnya.

Pada tahun 1978 Bapak Paingot Manik bersama teman-temannya mengadakan

satu acara Karang taruna, yang diketuai Bapak Paingot Manik berkeliling

desa-desa di Pakpak Bharat untuk mengenalkan alat-alat musik dan lagu-lagu

tradisional Pakpak Bharat kepada masyarakat desa. Beliau di masa mudanya

sudah menjadi pemusik tradisi Pakpak dan sudah mempunyai grup-grup musik.

2.8.3.4 Kegiatan Bapak Paingot Manik sebagai pemusik tradisional Pakpak

Sejak kecil Bapak Paingot Manik sudah mencintai alat musik Pakpak.

Kecintaannya itu diwujudkan dengan berlatih alat musik Pakpak dan cara

membuat alat musik tersebut. Di masa mudanya, beliau sudah menjadi pemusik

tradisi Pakpak, mengikuti berbagai kegiatan untuk mengenalkan alat musik dan

budaya Pakpak kepada masyarakat. Beliau bukan hanya bisa memainkan alat

musik Sordam saja tetapi alat musik tiup lainnya seperti sulim dan balobat. Beliau

(29)

Setelah menikah dan mempunyai anak beliau mengurangi kegiatannya

dalam bermusik dan beralih menjadi seorang petani. Tetapi, beliau masih tetap

juga menjadi pemusik Pakpak jika ada orang yang memintanya. Saat ini beliau

lebih focus kepada alat musik tiup yaitu Sordam Pakpak. Beliau adalah seorang

yang bisa juga untuk mengambil alih dalam kegiatan mengalap tendi karena

memiliki kemampuan supranatural.

Di saat ini kegiatan bermain Sordam beliau sudah semakin berkurang

disebabkan umur yang sudah semakin tua dan gigi yang sudah banyak tanggal

yang mengakibatkan susahnya dalam peniupan Sordam ini. Kegiatan beliau

Referensi

Dokumen terkait

Capaian Program Jumlah cakupan (jenis) layanan administrasi perkantoran yang dilaksanakan sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku.

Musik underground adalah musik yang merdeka dan bebas, bebas dalam menciptakan lirik, membuat nada, dan untuk mengapresiaikan apa saja, mulai dari cara bersikap, bersosialisasi

bahwa berdasarkan pertimangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, perlu menetapkan Keputusan Bupati Bantul tentang Petunjuk Pelaksanaan Peraturan Daerah Kabupaten

b. Untuk memperoleh izin penggunaan los pemohon mengajukan permohonan secara tertulis kepada Bupati Bantul melalui Kepala Dinas Pendapatan Daerah dan diketahui oleh

1) Urusan ketentraman, ketertiban umum dan perlindungan masyarakat: Strategi, meningkatkan penanganan bencana melalui pemberdayaan masyarakat dan menyediakan sarana

Dalam rangka menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor 910/1867/SJ tentang Implementasi Transaksi Non Tunai pada Pemerintah Daerah dan dalam

KEDUA  Kepala Badan Ketahanan Pangan dan Pelaksana Penyuluhan Kabupaten Bantul agar mengkoordinasikan Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait untuk menyusun pedoman

AGM 0012 Puji Hartati Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga S1 Kesadaran Ekologi Kolektif: Kritik terhadap Habitus Masyarakat Pinggir 2016 AGM-0012 Puji Hartati Universitas