• Tidak ada hasil yang ditemukan

T2 092013001 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T2 092013001 BAB III"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Bab Tiga

Metode Penelitian

Lokasi Penelitian

Kondisi Desa Batu Tunggal

Penelitian ini dilakukan di Desa Batu Tunggal Kabupaten Lamandau, Kalimantan Tengah. Adapun pertimbangan atau alasan yang mendasari pemilihan lokasi penelitian yaitu karena Desa Batu Tunggal merupakan desa yang masih eksis mempertahankan kegiatan ritus Manuba Ba Adat dan masih melakukan kegiatan ini setiap tahunnya secara rutin sampai saat ini, dan juga karena kegiatan ritus

Manuba Ba Adat masih dikelola dengan baik secara adat.

Sumber : Data BPS tahun 2014, Kabupaten Lamandau Dalam Angka Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Lamandau

(2)

18

berjumlah 911 jiwa. Masyarakat Desa Batu Tunggal mayoritas bekerja sebagai petani, sisanya merupakan pedagang dan PNS. Mengenai wilayah administrasi selengkapnya dapat dilihat pada peta wilayah administrasi Kabupaten Lamandau.

Kondisi Sungai Yang Digunakan Untuk Ritus

Nama sungai yang digunakan dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat adalah sungai Bulik yang memiliki Panjang 45 km, Lebar 30 Meter dan Kedalaman 5 Meter1. Sungai masih difungsikan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, seperti mandi, BAB, mencuci, minum dan sebagai jalur transportasi.

Gambar sungai yang berada di Kecamatan Bulik dan juga melewati Desa Batu Tunggal dapat dilihat pada Gambar 3.2 dan peta sungai yang digunakan dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat, mulai dari hulu sungai di mana air tuba dikaramkan (Nanga Koring) sampai Desa Batu Tunggal pada Gambar 3.3.

Sumber : Data Primer 2014

Gambar 3.2. Sungai Bulik

(3)

Sumber : Data BPS tahun 2009

Gambar 3.3. Peta Sungai Bulik

Berdasarkan gambar 3.3, maka dapat dilihat bahwa tanda berwarna hijau menunjukkan panjang sungai yang digunakan dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat. Kegiatan dimulai dari Desa Nanga Koring sampai Desa Batu Tunggal. Dari 12 desa yang berada di Kecamatan Bulik Timur, hanya 5 desa yang dilewati oleh akar tuba, hal ini dikarenakan desa lainnya berada di hulu sungai.

Sumber Dan Pengumpulan Data

(4)

20

Berdasarkan beberapa informasi yang didapatkan, penulis hanya mendapatkan informasi bahwa daerah Desa Batu Tunggal yang melakukan kegiatan ini. Berawal dari informasi tersebut maka penulis dibantu oleh Bapak Artemon untuk mencari informasi lebih lanjut mengenai jadwal pelaksanaan dari ritus Manuba Ba Adat yang akan dilakukan di desa tersebut.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data-data tersebut berupa data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari hasil observasi selama kegiatan ritus berlangsung, data hasil wawancara2 dan dokumentasi berupa foto narasumber dan foto pelaksanaan ritus Manuba Ba Adat, sedangkan data sekunder diperoleh dari Dinas Perikanan, Biro Statistik, Bappeda, internet dan beberapa kajian literatur.

Dalam penelitian kualitatif, informan kunci menjadi sangat penting karena dari merekalah informasi dapat diperoleh dengan baik. Adapun yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah para tokoh adat seperti Manter Adat dan Damang. Dipilihnya tokoh adat sebagai informan kunci dikarenakan bicara tentang segala informasi tentang ritus dalam suatu komunitas adat, hanya bisa didapatkan secara terperinci melalui kepala adat selaku pemimpin upacara. Penentuan sumber informasi dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Snowball Sampling. Menurut Sugiyono (2001), Snowball

Sampling adalah teknik pengumpulan sampel yang mula-mula

jumlahnya kecil, kemudian sampel ini disuruh memilih teman-temannya untuk dijadikan sampel. Begitu seterusnya sehingga jumlah sampel semakin banyak. Untuk membatasi semakin banyaknya informan penulis akan membatasi sampai mencapai titik jenuh dalam mendapatkan data.

2 Proses wawancara dilakukan dua tahap, yaitu: tahap pertama, face to face ketika

(5)

Dalam proses pengumpulan data, penulis melakukan proses wawancara selama di lapangan yang dilaksanakan pada tanggal 26 – 29 September 2014, ketika Ritus Manuba Ba Adat dilaksanakan. Informan pertama adalah Bapak Hoto. Wawancara dilakukan dirumahnya pada tanggal 26 September 2014, sebelum berangkat ketempat di mana Ritus

Manuba Ba Adat dilaksanakan. Berdasarkan rekomendasi oleh Bapak

Hoto maka penulis mewawancarai Bapak Alexander Lauh yang berprofesi sebagai Damang Bulik Timur. wawancara dilakukan dirumah Bapak Hoto pada tanggal 27 September 2014. Wawancara selanjutnya dengan Bapak Kota selaku Manter Adat yang ada di Desa Batu Tunggal. Ketika melakukan proses wawancara penulis sudah menjumpai data jenuh ketika mewawancarai Bapak Kota karena informasi yang penulis dapatkan sangat terperinci dan lengkap mengenai Ritus Manuba Ba Adat. Selanjutnya proses wawancara juga masih dilakukan oleh penulis ketika penulis sudah tidak berada di lapangan dan proses wawancara tersebut dilakukan dengan menggunakan media telepon genggam (Handphone) dan masih melalui Bapak Artemon. Proses wawancara ini dilakukan karena penulis masih perlu mengkonfirmasi beberapa data, pelaksanaan wawancara dengan menggunakan media telepon genggam (Handphone) dilakukan pada bulan Mei 2015.

Untuk memperoleh data di lapangan, selain melakukan observasi, wawancara dan dokumentasi, penulis juga menggunakan teknik PRA (Participatory Rural Appraisal) untuk membantu penulis dalam proses pengumpulan data. Tidak semua dalam teknik PRA penulis praktekan dalam konteks penelitian yang dilakukan di Desa Batu Tunggal. Menurut Nemarundwe dan Richards (2002), Partici-patory rural appraisal (PRA) atau memahami desa secara partisipastif adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama mengekspresikan, menganalisis rea-litas hidup dan kondisi mereka untuk merencanakan tindakan yang harus diambil, untuk memantau dan mengevaluasi hasil. Inti dari PRA adalah suatu pendekatan dan metode untuk mempelajari kondisi dan kehidupan pedesaan dari, dengan dan oleh masyarakat desa (Champbers, 1996).

(6)

22

kesadaran masyarakat dan kemampuan mereka untuk menangkap isu dan persoalan. Konsep PRA juga sejalan dengan konsep dasar tentang pembangunan berkelanjutan (Mitchell dan Setiawan, 2000).

PRA merupakan penyempurnaan dari Rapid Rural Appraisal (RRA) atau pemahaman desa secara tepat. Berikut merupakan tabel yang berisi tentang latarbelakang, sejarah dan prinsip dari PRA, yaitu

Tabel. 3.1. Perbandingan antara RRA dan PRA

RRA PRA

Bentuk dominan Elicitif, Penggalian Memfasilitasi, partisipatif Tujuan ideal jangka

panjang

Belajar melalui orang luar Pemberdayaan masyarakat lokal Sumber : Nemarundwe dan Richards (dalam Champbell, 2002).

Dalam proses PRA perlu adanya partisipasi dari masyarakat lokal untuk untuk menangkap isu dan persoalan yang berada di lapangan. Menurut Nemarundwe dan Richards (2002), partisipasi dalam konteks ini dapat diartikan sebagai keterlibatan masyarakat lokal dalam aksi kolektif untuk menetapkan dan melaksanakan agenda mereka tanpa adanya inisiator dan fasilitator dari luar. Dalam konteks ritus Manuba Ba Adat, PRA digunakan sebagai cara yang dipakai oleh penulis untuk membantu melakukan proses pengambilan data di lapangan. Penulis selaku bagian dari komunitas masyarakat Dayak Tomun Lamandau melakukan penelitian didalam komunitas untuk mempelajari kondisi dan kehidupan masyarakat.

(7)

dengan RRA. Metode di bawah ini merupakan metode PRA yang digunakan oleh penulis selama proses penelitian lapangan, berdasarkan metode PRA yang ditawarkan oleh Chambers, yaitu:

1. Pengumpulan data sekunder.

Berkas-berkas, laporan-laporan, peta, foto, artikel dan buku. Dalam penelitian ini, data sekunder yang sudah dikumpulkan oleh penulis selama melakukan proses penelitian adalah data dari Dinas Perikanan, Biro Statistik, Data Bappeda, sumber internet dan beberapa literatur yang mendukung.

2. Menentukan informan kunci.

Mereka yang ahli dibidang yang handak diteliti. Dalam penelitian ini, informan kunci adalah tokoh masyarakat dan tokoh adat yang berada di Desa Batu Tunggal.

3. Proses wawancara setengah/semi terstruktur.

Menurut Grandstaff dan Grandstaff (1987, dalam Chambers, 1996), proses wawancara semi struktur dianggap sebagai inti dari metode RRA. Dengan menggunakan proses wawancara semi struktur, dapat diperoleh Checklist tertulis maupun tidak tertulis, tetapi selalu bersifat terbuka dan mengikuti hal yang tidak diharapkan. Dalam melakukan proses wawancara, penulis berpatok pada riset questions yang sudah disediakan sebelumnya untuk memadu penulis dalam melakukan proses wawancara. Akan tetapi setibanya di lapangan pertanyaan penelitian tersebut berkembang sesuai dengan konteks di lapangan, tetapi tetap tidak keluar dari tujuan awal.

4. Lintasan waktu

Mencari data dan mencatat kronologis kejadian yang diingat dengan perkiraan data.

5. Analisis kecenderungan

(8)

24

6. Analisis mata pencaharian

Berisi tentang jenis mata pencaharian masyarakat yang nantinya akan digunakan untuk melihat ketergantungan serta interaksi masyarakat dengan lingkungannya.

7. Laporan tertulis

Laporan ini dibuat selama melakukan proses pengambilan data dan setelah melakukan pengambilan data di lapangan.

Teknik Analisa Data

Proses menganalisis suatu data merupakan bagian yang amat penting dalam sebuah metode penelitian ilmiah. Analisis data merupakan bagian yang amat penting dalam metode penelitian ilmiah dan alamiah, yaitu dengan menjawab tujuan dan permasalahan di atas karena dengan analisis data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna memecahkan masalah penelitian. Dengan demikian menurut Singarimbun dan Effendi, (1989), analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Sedangkan menurut Miles dan Huberman (1992 dalam Sugiyono 2009) dalam penelitian kualitatif, data yang ada dianalisis dan disusun dalam wujud kata-kata ke dalam teks yang diperluas. Ada tiga alur kegiatan analisis data yang terjadi secara bersamaan (Miles dan Huberman, dalam Silalahi, 2010), yaitu:

Reduksi Data

(9)

Penyajian Data

Penyajian data yaitu sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam berbagai jenis seperti matrik data, grafik, jaringan dan bagan.

Menarik Kesimpulan Dan Verifikasi

Dalam penelitian kualitatif penarikan kesimpulan dapat dilakukan berdasarkan catatan laporan di lapangan, setelah kesimpulan didapat maka yang akan dilakukan kemudian adalah verifikasi. Verifikasi adalah makna-makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya dan kecocokannya.

Setelah melalui proses penelitian, maka akan diperoleh berbagai macam informasi data dari berbagai kumpulan data tersebut kemudian dilakukan sebuah tahapan ilmiah lainnya yaitu proses analisis. Sebagaimana model penelitian kualitatif secara umum, akan melalui berbagai macam proses, antara lain, pertama data-data yang telah terhimpun dari lapangan, dibuat dalam bentuk transkrip. Dalam pengalaman peneliti, untuk membuat transkrip ini dibutuhkan waktu kurang lebih satu minggu.

(10)

26

dengan tujuan awal. Tahapan ketiga, setelah penulis mendapatkan isu-isu strategis maka langkah selanjutnya adalah melakukan penulisan dan bimbingan.

Unit Amatan Dan Unit Analisa

Untuk mendukung penelitian ini, fokus penelitian diarahkan untuk melihat unit amatan (unit of observation) dan unit analisa (unit

of analysis). Unit amatan adalah unit di mana informasi dikumpulkan.

Dalam penelitian ini, penulis memfokuskan pada unit amatan (unit of

observation) pada masyarakat di Desa Batu Tunggal yang mengikuti

kegiatan Ritus Manuba Ba Adat.Masyarakat di Desa Batu Tunggal juga merupakan bagian dari Masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang tinggal di sepanjang Sungai Bulik.

Unit analisa adalah unit di mana kesimpulan akan digunakan. Unit analisa dalam penelitian ini adalah peran modal sosial dan praktik merawat lingkungan dalam ritus Manuba Ba Adat.

Pengalaman Penelitian

Dalam proses penelitian ada banyak pengalaman yang tidak terlupakan oleh penulis, Pengalaman-pengalaman itu antara lain, sebagai berikut: pertama, pengalaman pertama peneliti untuk menaiki perahu bermesin atau dalam bahasa daerah disebut perahu kelotok, merupakan pengalaman yang sangat mendebarkan. Kedua, pengalaman tidur di atas batu sungai yang sudah surut dan pada saat prosesi ritual adat penulis sempat disuruh menari Nganjan bersama beberapa peserta

Manuba Ba Adat. Pengalaman menari Nganjan merupakan pengalaman

(11)

Untuk sampai pada tahapan turun lapangan, peneliti membutuhkan waktu selama dua minggu untuk mencari informasi mengenai desa yang akan melaksanakan kegiatan Manuba karena yang akan penulis teliti adalah kegiatan Manuba Ba Adat yang dilakukan berdasarkan kearifan lokal masyarakat serta dalam proses pelaksanaannya ada aturan dan norma adat yang berlaku.

Berdasarkan fakta di lapangan, ada dua jenis kegiatan manuba yang penulis bagi beradasarkan motif masyarakat yang melaku-kannya, yaitu: Manuba Ba Adat, kegiatan tahunan yang dilakukan dengan motif meminta hujan dan dalam proses pelaksanaannya kegiatan ritus ini diatur oleh hukum adat. Kegiatan Manuba Ba Adat ini dilakukan oleh komunitas adat. Manuba Ilegal, merupakan kegiatan meracun ikan dengan motif hanya ingin mendapatkan ikan dan kegiatan ini hanya dilakukan oleh 4-8 orang.

Dua minggu kemudian akhirnya penulis mendapatkan informasi dari Bapak Artemon3 jika akan diadakan kegiatan Ritus

Manuba Ba Adat di Desa Batu Tunggal. Akhirnya pada tanggal 25

September 2014, penulis beserta Bapak Artemon menuju ke Desa Batu Tunggal. Perjalanan menuju Desa tersebut dari rumah penulis melalui jalan darat ±1,5 jam. Di Desa Batu Tunggal penulis tinggal dirumah keluarga Bapak Hoto yang masih merupakan keluarga dari penulis. Segala akomodasi, transportasi dan konsumsi selama penulis mengikuti Ritus Manuba Ba Adat ditanggung oleh keluarga Bapak Hoto. Ritus

Manuba Ba Adat dilakukan selama tiga hari dua malam, yang dimulai

pada tanggal 26 – 29 September 2014.

Dalam melakukan penelitian penulis dihadapkan pada beberapa kendala yang penulis alami di lapangan selama melakukan penelitian di Desa Batu Tunggal, antara lain adalah kendala bahasa. Penulis kesulitan ketika melakukan proses wawancara karena penulis tidak menguasai bahasa daerah tersebut dan banyak istilah daerah yang tidak dipahami penulis. Ketika hendak membuat hasil transkrip

3Merupakan penerjemah bahasa dan yang menemani penulis selama proses

(12)

28

wawancara, penulis juga mengalami kesulitan untuk menuliskan bahasa daerah tersebut karena logat bahasa sangat susah bagi ditulis.

Strategi penulis untuk mengatasi kendala tersebut adalah meminta Bapak Artemon sebagai penterjemah selama penulis melakukan proses penelitian sampai membuat hasil transkrip wawancara. Alasan penulis meminta bantuan beliau karena beliau sangat memahami bahasa daerah, baik bahasa daerah yang diucapkan maupun bahasa daerah yang ditulis.

Originalitas Penelitian

Originalitas penelitian berisi tentang topik penelitian yang akan dilaksanakan benar-benar asli dan tidak merupakan hasil jiplakan dari naskah atau karya penelitian orang lain, meskipun dalam beberapa hal mempunyai kesamaan terutama yang berhubungan dengan metode tetapi ada hal-hal lain dalam penelitian yang berbeda. Hal yang berbeda inilah yang akan menunjukkan keaslian penelitian.

Banyak studi literatur yang membahas tentang kearifan lokal yang ada di beberapa daerah Indonesia, di mana kearifan lokal tersebut membantu masyarakat dalam mengelola alam sekitarnya, berikut merupakan beberapa studi literatur yang digunakan oleh penulis sebagai originalitas penelitian:

Yayasan Riak Bumi, dalam Buletin Suara Bekakak (Taman Nasional Danau Sentarum edisi II April – Juni 2001)4, dalam buletin ini diinformasikan bahwa sistem mencari ikan dengan menggunakan akar tuba juga dilakukan oleh masyarakat Dayak Iban sebagai bagian dari kebudayaan mereka. Kegiatan mencari ikan tersebut merupakan kegiatan tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Iban sebelum mulai berladang (Bumai) terutama pada musim kemarau. Masyarakat percaya dengan Menuba akan menghalau segala macam hama penyakit tanaman perusak padi dan tanaman lainnya yang berada di ladang.

(13)

Selama bertahun-tahun kegiatan Menuba dilakukan, tidak ada masalah terhadap pola mencari ikan dengan sistem ini. Akan tetapi pada tahun 1997 ada masalah yang dihadapi oleh masyarakat Iban dalam hal

Menuba, banyak ikan yang mati karena ada yang meracun ikan dengan

menggunakan tuba yang dicampur dengan bahan kimia lainnya. Hal ini menyebabkan kerusakan habitat ikan.

Riwut (2003), dalam tulisannya hanya memberikan informasi dan tidak membahas mengenai Ritus Menuba secara rinci. Mursidin (2012), mendeskripsikan tentang kearifan lokal masyarakat suku Bajo di Desa Bungin Permai, Kecamatan Tinanggea, Kabupaten Konawe Selatan, seperti pengetahuan tentang gejala-gejala alam, pengetahuan tentang perairan laut, keterampilan mengolah ikan, keterampilan menganyam, pengetahuan tentang teknologi tradisional yaitu cara dan alat yang digunakan untuk menangkap ikan. Salah satunya adalah

Mattuba yakni meracun ikan dengan menggunakan akar tuba.

Menurut orang Bajo racun tuba tidak membahayakan karena yang mati hanya ikan yang berada dipermukaan saja. Hasil penelitian yang sudah dilakukan oleh Mursidin, suku Bajo memiliki seperangkat kearifan lokal baik sosial, maupun lingkungan. Bentuk-bentuk kearifan lokal tersebut berupa Indigenous Knowledge, yakni pengetahuan dan keterampilan yang diwariskan secara turun-temurun yang dapat dijadikan modal untuk bertahan hidup. Suku Bajo juga memiliki etos kerja yang tinggi dan mempunyai pengetahuan untuk merawat lingkungan. Alasan penulis juga memasukan tentang kearifan lokal masyarakat suku Bajo dikarenakan masyarakat Bajo mempunyai pengetahuan yang sama dengan masyarakat Dayak mengenai cara menangkap ikan dengan menggunakan akar tuba, walaupun sangat disadari oleh penulis bahwa habitus yang dimiliki oleh masyarakat suku Bajo sangat berbeda dengan habitus yang dimiliki oleh masyarakat Dayak Tomun Lamandau.

(14)

30

bersifat melindungi sesuatu atau hasil tertentu dalam batas waktu tertentu dan diberlakukan dengan tanda tertentu dan mempunyai sifat atau ketentuan hukum yang berlaku untuk umum. Sasi kelapa adalah salah satu bagian dari sasi darat yang dilakukan pada sumberdaya alam di darat. Sasi dimaksudkan untuk mengatur perilaku masyarakat dalam memanfaatkan sumberdaya alam di sekitar mereka. Berdasarkan temuan di lapangan oleh Renjaan dkk, budaya sasi dapat berjalan dengan baik karena adanya partisipasi dan kesadaran masyarakat lokal terhadap hubungan harmonis mereka terhadap alam, selain itu adanya sanksi adat yang diberlakukan dan dipatuhi oleh masyarakat walaupun hukum yang berlaku masih merupakan hukum lisan.

(15)

Kerangka Pikir Penelitian

Masyarakat adat khususnya masyarakat Dayak Tomun Lamandau yang berada di Desa Batu Tunggal, sejak dahulu mempunyai hubungan timbal balik dengan alam, di mana alam menyediakan kebutuhan masyarakat dan sebagai gantinya masyarakat akan mengelola alam sehingga hubungan yang terjadi merupakan hubungan yang saling menguntungkan. Menurut Syafa’at dkk (2008), pengalaman berinteraksi dan beradaptasi secara erat dengan alam telah memberikan pengetahuan yang mendalam bagi kelompok-kelompok masyarakat adat dalam pengelolaan sumber daya alam lokalnya. Demikian halnya dengan pengetahuan masyarakat adat Dayak mengenai pengelolaan alam juga sudah tertuang dalam setiap kegiatan sehari-hari yang mereka lakukan, seperti adanya sistem larangan/ pamali, adanya suatu tempat yang dikeramatkan, memberikan sesaji dalam setiap kegiatan adat yang dilakukan. Kesadaran dan pengetahuan lokal masyarakat adat yang berada di Desa Batu Tunggal dalam mengelola lingkungan juga tertuang dalam kegiatan ritus Manuba Ba Adat, di mana didukung oleh modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat sehingga sampai saat ini ritus Manuba Ba Adat dapat berjalan dan dikelola dengan baik.

(16)

32

Gambar 3.4. Bagan Kerangka Pikir Penelitian

Sumber Daya Alam Masyarakat Dayak

Tomun Lamandau

Ritus Manuba Ba Adat

Mendukung Keberlanjutan Ekologi

Gambar

Gambar 3.1. Peta Administrasi Kabupaten Lamandau
Gambar sungai yang berada di Kecamatan Bulik dan juga
Gambar 3.3. Peta Sungai Bulik
Tabel. 3.1. Perbandingan antara RRA dan PRA
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

2) Menghitung DDR dari masing-masing perusahaan dengan menggunakan persamaan (2). 3) Melakukan uji Chi-square untuk melihat perbedaan proporsi antara harga saham

Dalam penelitian ini, manusia (peneliti) merupakan instrumen penelitian. Artinya, peneliti langsung turun ke lapangan untuk mencari dan mengumpulkan data objek yang

Secara umum dalam penelitian ini peneliti melakukan tahapan-tahapan penelitian sebagai berikut: (1) tahap pra-lapangan, dimana kegiatan yang dilakukan adalah mencari

Adapun untuk tahapan rintisan, sebuah Desa dapat dikategorikan dalam tahapan pembentukan desa prima apabila desa tersebut melaksanakan Pemenuhan dan Perlindungan Hak

Analisis data akan digunakan untuk mencari dan mengatur catatan dari hasil observasi di lapangan dan wawancara untuk memberikan pemahaman lebih baik kepada peneliti

Peneliti mencari data-data yang diperlukan dengan terjun langsung ke lapangan untuk mencari informasi mengenai kegiatan pimpinan dan anggota dari Kelompok Seni

Salah satu usaha peneliti untuk berinteraksi dengan subyek penelitian, pada tahapan ini peneliti berperan layaknya sebagai mad’u (peserta). Untuk memasuki lapangan yakni

Kegiatan pada minggu kedua pada hari pertama melaksanakan kerja praktek.melakukan briffing bersama anggota PT.PLN Persero ULP.. Untuk minggu kedua ini saya Turun lapangan bersama tim