• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATI (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATI (1)"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA

MELALUI LESSON STUDY

DI SMK N 2 BENER MERIAH

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015 - 2016

OLEH :

Dra. INNI HIKMATIN, M.Pd NIP 19610713 198603 2 001

Di ajukan untuk memenuhi persyaratan kenaikan golongan

DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

KABUPATEN BENER MERIAH

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, hanya dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas penyusunan ka rya ilmiah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) yang berjudul "Peningkatan Proses Pembelajaran Matematika Melalui Lesson Study di SMK N 2 Bener Meriah pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015-2016". Penyusunan karya ilmiah ini penulis susun untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan profesi guru dari IVb ke IVc.

Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu terima kasih penulis ucapkan dengan tulus dan sedalam-dalamnya kepada:

1. Yth. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bener Meriah 2. Yth. Ketua APSI Provensi Aceh

3. Yth. Kepala Sekolah dan guru- guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah

Semua pihak yang telah banyak membantu, sehingga penulisan ini selesai. Penulis menyadari bahwa penulisan karya ilmiah ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan

Redelong, 30 November 2015 Penulis

(3)

ABSTRAK

Inni Hikmatin, PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI LESSON STUDY DI SMK NEGERI 2 BENER MERIAH PADA SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015 - 2016

Penelitian dengan judul “Peningkatan Proses Pembelajaran Matematika Melalui Lesson Study di SMK N 2 Bener Meriah Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2015 - 2016 dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika yang dilakukan oleh guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah.

Penelitian dilakukan dalam dua siklus masing- masing siklus terdiri atas tiga tahapan, yakni: tahap perencanaan (Plan), tahap pelaksanaan (Do), tahap observasi dan refleksi (See). Ketercapain indikator kinerja terdapat pada tindakan ke II. Indikator kinerja adalah bila perolehan nilai minimal 81 (Kategori Baik) dalam rencana pelaksanan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika di kelas yang bermuara pada kesuksesan siswa dalam belajar yang ditandai dengan timbulnya rasa puas dalam belajar ( The Low of Effect) oleh setiap siswa akibat pembelajarannya yang benar-benar pakem maka sudah dapat dikatakan tindakan yang diterapkan berhasil.

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa mer upakan syarat utama bagi berlangsungnya pembelajaran. Interaksi dalam pembelajaran mempunyai arti yang lebih luas, bukan hanya sekedar hubungan antara guru dan siswa dan sebaliknya, tapi juga interaksi antar siswa baik secara berkelompok maupun secara individu bahkan dengan lingkungannya yang bertujuan menanamkan sikap dan nilai-nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Dalam pembelajaran terkandung makna adanya satu kesatuan kegiatan yang tak terpisahkan antara siswa yang belajar dan guru yang mengajar. Antara keduanya terjadi interaksi yang saling menunjang.

Pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Sebagai pemegang peranan utama dalam mencapai keberhasilan setiap upaya pendidikan, guru diberi tugas dan tanggung jawab yang utama pula. Tugas utama seorang guru itu adalah merancang pembelajaran, menyajikan pembelajaran, dan mengevaluasi bahan ajar, disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang membatasinya, dengan tujuan agar siswa memperoleh hasil belajar yang optimal. Oleh karena itu, guru harus menguasai dan mengembangkan ketiga ranah profesinya yang saat ini perkembangannya semakin kompleks sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

(5)

Keberhasilan suatu sekolah dalam melaksanakan pembelajaran diantaranya ditentukan oleh guru, disamping faktor-faktor yang lain seperti materi pembelajaran, siswa, metode, dan media pembelajaran. Guru memiliki peran strategis dalam kegiatan pembelajaran untuk mentransformasikan pengetahuan, keterampilan, dan nilai- nilai kepada siswa. Peran strategis guru dalam pembelajaran adalah sebagai fasilitator dalam penyampaian materi dan dapat membentuk suatu basis untuk memberi gagasan yang kemudian berguna sebagai bimbingan personal bagi siswa.

Untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran tersebut maka harus ada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang tepat dan sesuai, yang akan dijadikan sebagi dasar atau acuan dalam proses pembelajaran. Untuk itu, keberhasilan seorang Guru dalam membelajarkan siswa juga sangat dipengaruhi kemampun guru tersebut dalam merancang pembelajaran yang akan dijalankannya. Karena dalam rancangan tersebut tercakup faktor-faktor penting yang mempengaruhi keberhasilan pembelajaran di suatu sekolah, seperti yang telah disebutkan di atas.

Berdasarkan hasil supervisi yang telah penulis lakukan di SMK N 2 Bener Meriah pada semester genap tahun ajaran 2014/2015, penulis menemukan beberapa masalah yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran di kelas, diantaranya:

1. Perencanaan pembelajaran

Dari supervisi yang penulis lakukan, penulis melihat bahwa masih ditemukan guru yang lebih menitik beratkan perhatian kepada isi atau materi ajar saja. Sehingga guru lebih terfokus pada transfer materi kepada siswa, tanpa mempertimbangkan komponen lainnya yang juga sangat mempengaruhi keberhasilan pembelajaran, seperti; metode, media, pembagian waktu, skenario atau langkah-langkah dalam kegiatan pembelajaran, dan juga model pembelajaran yang sesuai untuk digunakan.

2. Pelaksanaan Proses pembelajaran

(6)

Kondisi yang penulis temukan dalam supervisi di sekolah tersebut merupakan hambatan untuk mencapai kesuksesan dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, penulis merasa penting untuk melakukan penelitian tentang PENINGKATAN PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI LESSON STUDY DI SMK N 2 BENER MERIAH PADA

SEMESTER GANJIL TAHUN PELAJARAN 2015-2016, yang bertujuan untuk meningkatkan proses pembelajaran matematika di sekolah tersebut. Lesson Study merupakan model pembinaan profesi guru yang dilakukan melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkesinambungan, dengan berlandaskan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang dipaparkan diatas, maka penulis ingin menemukan jawaban dari pertanyaan berikut :

”Apakah model pembinaan lesson study dapat meningkatkan kompetensi guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran di SMK N 2 Bener Meriah pada tahun pelajaran 2015/2016” C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kualitas Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika 2. Meningkatkan pengetahuan guru tentang materi ajar matematika

3. Meningkatkan pengetahuan guru tentang pelaksanaan pembelajaran matematika 4. Meningkatkan kemampuan guru dalam mengamati aktivitas pembelajaran matematika 5. Menguatkan hubungan kolegalitas antar guru matematika

6. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas akademik pengajar matematika D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini ialah:

1. Dapat meningkatkan kompetensi dalam membuat RPP yang berkarater dengan lengkap serta menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya terhadap pelaksanaan tugasnya.

2. Sebagai panduan dan arahan dalam mengajar sehingga apa yang diinginkan dalam standar isi dapat tersampaikan.

3. Peningkatan mutu guru dan mutu pembelajaran matematika, yang pada gilirannya berakibat pada peningkatan mutu lulusan (siswa).

(7)

belajar tinggi terhadap pelajaran.

5. Siswa lebih percaya diri dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga tercapai target kompetensinya.

6. Meningkatkan kemampuan profesionalisme peneliti untuk melakukan penelitian tindakan sekolah sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di sekolah binaan peneliti.

7. Meningkatkan kemampuan peneliti dalam menyusun serta menulis laporan dan artikel ilmiah.

8. Peningkatan pengalaman pengawas di lapangan, yang pada gilirannya akan meningkatkan mutu dan relevansi pembelajaran.

9. Sekolah sebagai salah satu kancah bagi pengawas untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, yang merupakan salah satu tugas pokok pengawas.

10. Akan berdampak adanya peningkatan administrasi guru pada KBM yang lebih lengkap.

E. Hipotesis Tindakan

Dari latar belakang masalah dan rumusan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis dirumuskan adalah sebagai berikut :

(8)

BAB II

Kajian Teori

A. Lesson Study

1. Pengertian Lesson Study

Lesson study merupakan suatu model pembinaan yang berasal dari Jepang. Secara sederhana, Sukirman (2006) menjelaskan lesson study sebagai model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun learning community.

Menurut Dannis Sparks (1999), lesson study adalah suatu proses kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi masalah- masalahpembelajaran, merencakan suatu perbaikan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi dan merevisi pembelajarannya, mengajarkanpembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi, dan kemudian berbagi tentang hasil pembelajaran yang telah mereka dapatkan kepada guru- guru yang lainnya.

Sementara Shelley Friedkin (2005) mendefinisikan lesson study sebagai suatu proses yang melibatkan guru yang bekerja sama untuk merencanakan, melakukan Pengamatan, menganalisis, dan memperbaiki pembelajarannya. Pembelajaran dalam lesson study sering disebut sebagai

“research lesson” atau pembelajaran penelitian. Secara lebih singkat, lesson study diartikan sebagai proses professional yang melibatkan sekelompok guru yang merencanakan, melakukan Pengamatan, dan memperbaiki pembelajarannya (Northwest Regional Educational Laboratory, 2004).

(9)

2. Tujuan lesson study

Dari beberapa pengertian di atas, dapat kita simpulkan bahwa lesson study secara umum bertujuan untuk meningkatkan kualitas mengajar dan belajar sehingga menghasilkan guru yang profesional dan inovatif, dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Untuk menghasilkan guru yang professional tersebut, maka lesson study menekankan perlunya perubahan sikap dan pandangan guru tentang belajar dan siswa. Disisi lain, lesson study juga bertujuan untuk menumbuhkan budaya akademik di sekolah.

Lewis (Akihito Takashi, 2006) juga menjelaskan bahwa lesson study berperan dalam mempromosikan dan mengelola kerja kolaboratif antar guru dengan memberi dukungan dan intervensi sistematik. Menurutnya, selama lesson study para guru berkolaborasi dengan tujuan: 1. Merumuskan tujuan-tujuan jangka panjang untuk pengembangan dan be lajar siswa.

2. Merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang berdasar pada penelitian dan Pengamatan, agar dapat mengaplikasikan tujuan-tujuan jangka panjang ke dalam praktek-praktek kelas.

3. Melakukan pengamatan secara hati-hati terhadap belajar siswa, keterlibatan mereka, dan perilaku mereka selama pembelajaran.

4. Melaksanakan diskusi tentang hasil pembelajaran sebelumnya untuk direvisi.

3. Manfaat lesson study

Berdasarkan pengertian dan tujuan dari pembinaan model lesson study yang telah dipaparkan di atas, ada beberapa manfaat yang didapatkan dengan pelaksanaan lesson study tersebut, yaitu:

1. Meningkatnya profesionalitas guru

2. Meningkatnya pengetahuan guru tentang cara melakukan pengamatan terhadap aktifitas belajar siswa, sehingga guru dapat lebih memahami siswanya dalam belajar.

3. Menguatkan hubungan kolegalitas baik antar sesama guru, sesama siswa, maupun antara guru dengan siswa.

(10)

7. Meningkatnya kualitas rencana pembelajaran misalnya bahan ajar, teaching materials dan strategi pembelajaran.

8. Baik guru maupun siswa menjadi lebih kreatif sehingga membuat proses pembelajaran lebih inovatif dan menyenangkan.

4. Tahapan pelaksanaan Lesson Study

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa lesson study menekankan pada praktek kolaboratif antar peserta, maka untuk melaksanakan lesson study dibutuhkan sebuah kelompok guru yang minimal beranggotakan 3 orang. Dalam pelaksanaanya, lesson study dapat dibedakan menjadi dua model, yaitu lesson study berbarsis sekolah dan lesson study berbasis MGMP Pada lesson study yang berbasis sekolah, pesertanya adalah guru dari berbagai bidang studi dari satu atau lebih. Sementara pada lesson study berbasis MGMP, pesertanya adalah guru dengan bidang studi yang sama dalam suatu wilayah (seperti MGMP kota dan MGMP kabupaten).

Secara umum terdapat tiga tahapan dalam melaksanakan pembinaan model lesson study, yaitu tahap perencanaan (plan), tahap pelaksanaan (do), dan tahap refleksi (see).

Pada tahapan Plan mencakup empat langkah;

1. Tahap Perencanaan (plan)

Tahap ini sangatlah penting dalam pelaksanaan lesson study, karena keberhasilan pembelajaran sangat dipengaruhi dengan persiapan dan perencanaan yang bagus atau matang. Oleh sebab itu, dalam tahap ini guru harus mampu mengidentifikasi berbagai masalah yang selama ini dihadapi dalam proses pembelajaran, meliputi materi ajar, teaching materials (hands-on), metode atau strategi pembelajaran, media pembelajaran seperti LKS/LAS, metode evaluasi, lembar Pengamatan, denah tempat duduk siswa, pembagian kelompok, dan antisipasi terhadap permasalahan yang akan dihadapi.

Pelaksanaan lesson study pada tahap ini diawali dengan pemilihan atau penunjukkan salah seorang guru untuk berperan menjadi guru model, yang akan membawakan/menyajikan pembelajaran kepada siswa di kelas, sementara guru yang lain akan berperan sebagai pengamat atau observer.

(11)

harus dapat merancang Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang baik dan sesuai dengan kebutuhan, agar memperoleh alternatif terbaik yang dapat mendorong proses belajar siswa secara optimal.

Untuk menghasilkan RPP yang baik tersebut, selain mengkaji kurikulum dan materi ajar, guru juga perlu untuk mendiskusikan strategi pembelajaran yang akan digunakan. Strategi pembelajaran yang dipilih antara lain dapat meliputi bagaimana melakukan pendahuluan agar siswa termotivasi untuk melakukan proses belajar secara aktif, aktivitas-aktivitas belajar bagaimana yang diharapkan untuk dilakukan siswa pada kegiatan inti pembelajaran, bagaimana rancangan interaksi antara siswa dengan materi ajar, interaksi siswa dengan guru, bagaimana pertukaran hasil belajar (sha ring) antar siswa atau antar kelompok harus dilakukan, bagaimana strategi intervensi guru pada level kelas, ke lompok dan individu serta bagaimana aktivitas siswa pada akhir pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan, guru mulai melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan, dan berlandaskan RPP yang telah dirancang bersama sebelumnya. Dalam proses pelaksanaan pembelajaran, ada tiga hal yang perlu disadari oleh guru model, yaitu: bagaimana cara membangkitkan minat siswa, menyampaikan pembelajaran bermakna bagi siswa, dan juga menyimpulkan pelajaran. Oleh sebab itu guru dituntut untuk aktif dalam menjalankan proses pembelajaran, sehingga juga dapat mengupayakan agar siswa menjadi aktif, kreatif, senang, dan menjadi termotivasi untuk belajar.

Disisi lain, ketika guru model sedang menyampaikan pembelajaran di kelas, maka guru pengamat/observer bertugas untuk mengamati bagaimana siswa mengikuti pembelajaran yang dibelajarkan oleh guru model, mulai dari kegiatan awal sampai kegiatan penutup. Guru pengamat tidak boleh membantu siswa maupun guru mode l pada saat proses pembelajaran berlangsung, dan harus dapat menujukkan data yang akurat tentang hasil Pengamatan yang telah dilakukan.

3. Tahap Refleksi

(12)

seorang dari guru pengamat untuk menjadi moderator dan notulis yang akan mencatat hasil- hasil penting dalam diskusi tersebut.

Dalam diskusi tersebut, guru model dapat mengungkapkan penjelasan atau penilaiannya terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut, seperti: mengungkapkan mengapa menyuruh siswa A untuk bertanya, atau mengapa menyuruh siswa B untuk menjelaskan, menjelaskan mengapa tidak jadi menjalankan diskusi di kelas, atau pun menjelaskan mengapa urutan pembelajaran menyimpang dari skenario pembelajaran yang telah dirancang sebelumnya.

Disisi yang lain guru observer juga bertugas untuk mengemukakan hasil pengamatan mereka di kelas, seperti mengemukakan data apakah ada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar, atau apakah ada siswa yang tidak antusias dan tidak serius mengikuti pembelajaran, mengapa hal tersebut bisa terjadi, dan bagaimana solusinya untuk perbaikan proses pembelajaran yang akan datang. Hasil kesimpulan tersebut akan menjadi produk bersama, yang sangat bermanfaat untuk meningkatkan kompetensi para guru. Sehingga dalam pertemuan tersebut, selain mengambil kesimpulan tentang praktik terbaik yang telah dilakukan oleh guru model, termasuk kekurangan dalam pelaksanaan pembelajaran, guru juga berkewajiban membuat revisi untuk pembelajaran yang lebih baik di kemudian hari. Dalam tahap ini perlu diketahui bahwa keberhasilan maupun kegagalan dalam pembelajaran tersebut bukan semata- mata dikarenakan oleh guru model saja, karena pembelajaran tersebut dijalankan berdasarkan RPP yang telah dirancang secara bersama-sama sebelumnya. Sehingga keberhasilan ataupun kegagalan yang terjadi dalam pembelajaran tersebut adalah milik bersama.

B. Rencana Pelaksanaan Pe mbelajaran (RPP)

(13)

Menurut Muslich (2008), RPP adalah rancangan pembelajaran mata pelajaran per unit yang akan diterapkan guru dalam pembelajaran di kelas. Sejalan dengan yang disampaikan Muslich tersebut, dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 pasal 20, juga disebutkan bahwa yang dimaksud dengan RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran, untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan melalui peraturannya No. 103 tahun 2014 juga menjelaskan bahwa, RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus,buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. Dalam peraturan menteri tersebut disebutkan beberapa komponen utama yang harus dimuat dalam sebuah RPP, yaitu:

1. Identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester 2. Alokasi waktu

3. Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pencapaian kompetensi 4. Materi pembelajaran

5. Kegiatan pembelajaran 6. Penilaian

7. Media/alat, bahan, dan sumber belajar.

Dari beberapa defenisi di atas, dapat dipahami bahwa RPP merupakan kebutuhan wajib yang perlu dirancang dengan sebaik mungkin agar target pembelajaran dapat dicapai dengan maksimal. Oleh sebab itu kemampuan membuat RPP yang berdaya terap tinggi merupakan langkah awal yang harus dimiliki oleh guru.

Sebelum membuat sebuah RPP, ada beberapa prinsip penyusunan RPP yang harus diperhatikan (Permendikbud, no. 103, Tahun 2014) :

1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4). 2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.

(14)

4. Berpusat pada peserta didik Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kema ndirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

5. Berbasis konteks Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.

6. Berorientasi kekinian Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.

7. Mengembangkan kemandirian belajar Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri.

8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.

9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.

10. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

C. Proses Pembelajaran 1.Pengertian Pe mbelajaran

(15)

merinci pembelajaran sebagai suatu kombinasi yang tersusun yang meliputi unsur- unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Lebih lanjut dijelaskan bahwa, manusia yang terlibat dalam sistem pembelajaran terdiri dari siswa, guru dan tenaga lainnya seperti tool man. Material meliputi semua sumber belajar, baik media ataupun prasarana lain yang mendukung proses pembelajaran. Sedangkan prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktek belajar, ujian dan sebagainya.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah rangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru untuk membelajarkan peserta didik atau siswa, yang dimulai dari perencanaan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran dan evaluasi pembelajaran. Winataputra dan Tita menjelaskan bahwa proses pembelajaran adalah proses membuat orang melakukan proses belajar sesuai dengan rencana.

Sementara menurut Moh. User Usman (2006: 4), proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Menurut B. Suryosubroto (2002: 36), proses belajar mengajar adalah proses berlangsungnya belajar mengajar dikelas yang merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah Proses pembelajaran mempunyai pengertian kegiatan nyata yang mempengaruhi anak didik dalam situasi yang memungkinkan terjadinya interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa, dan siswa dengan lingkungan belajarnya.

2. Pembelajaran Matematika

(16)

pengalaman tentang matematika,kemudian Jihad (2008: 153) mengemukakan bahwa manfaat pembelajaran matematika sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan mengembangkan ketajaman penalaran yang dapat memperjelas dan menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Seirama dengan itu Reys dan kawan-kawan (1984) menyatakan bahwa matematika adalah telaahan tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa, dan suatu alat. Demikian juga Sri Subarinah( 2006: 1) mengungkapkan matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya (Sri Subarinah, 2006: 1),dan Prihandoko (2006: 6) juga mengemukakan bahwa matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan tentang bilangan dan kalkulasi.

3. Pembelajaran Saintifik

Pembelajaran saintifik atau pembelajaran ilmiah, merupakan pembelajaran yang menggunakan metode ilmiah dalam membangun pengetahuan. Beyer (1991) menjelaskan bahwa pembelajaran saintifik adalah pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu. Oleh sebab itu peserta didik pada pembelajaran saintifik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan melalui berbagai aktivitas proses sains, sebagaimana yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah (Nur, 1998). Dengan demikian dalam model pembelajaran saintifik, fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan pengetahuan dengan menemukan sendiri fakta- fakta terkait materi pelajarannya, dan kemudian membangun konsep serta nilai- nilai baru (Semiawan, 1992).

Menurut Kementrian Pendidikan dan Kebuda yaan (2013), suatu proses pembelajaran dapat disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:

a) Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.

(17)

c) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.

d) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran. e) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan

mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon s ubstansi atau materi pembelajaran.

f) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggungjawabkan.

g) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.

Berdasarkan penjabaran di atas, kemampuan proses sains sangatlah dibutuhkan dalam model pembelajaran saintifik. Karena seperti yang kita ketahui, dalam metode sains yang paling penting adalah bagaimana proses pembelajaran berlangsung, bukan bagaimana hasil belajar atau hasil akhir yang diperoleh. Sebagaimana Joice & Weil (1996) mejelaskan bahwa yang dibutuhkan dalam pembelajaran model saintifik adalah yang dapat menghasilkan kemampuan untuk belajar, tidak saja diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana hal tersebut diperoleh peserta didik.

Keterampilan proses sains pada dasarnya merupakan kemampuan dasar untuk belajar (basic learning tools), yaitu kemampuan yang dapat berfungsi untuk membentuk landasan dalam mengembangkan diri pada setiap individu (Chain & Evans, 1990). Untuk dapat meningkatkan keterampilan proses sains, maka model pembelajaran yang dibutuhkan adalah pembelajaran yang

dapat memungkin terbudayakannya kecakapan berfikir sains, berkembangnya “sense of inquiry” dan kemampuan berfikir kreatif siswa (Alfred De Vito, 1989).

(18)

BAB III Metode Penelitian A. Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini bertempat di SMK N 2 Bener Meriah, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Adapun pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016.

B. Subjek dan Objek penelitian 1. Subjek penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah guru Matematika yang mengajar di SMK N 2 Bener Meriah.

2. Objek penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah pembinaan profesi guru dengan model lesson study untuk meningkatkan proses pembelajaran di SMK N 2 Bener Meriah.

C. Jenis dan Pendekatan penelitian

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif, yang bertujuan untuk memaparkan pengaruh penggunaan model pembinaan guru melalui Lesson Study dalam pembelajaran matematika, sebagai upaya meningkatkan proses pembelajaran.

D. Defenisi Operasional

(19)

berkesinambungan, serta berlandaskan pada prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learning, untuk meningkatkan proses pembelajaran di sekolah tersebut.

E. Tekhnik Pengumpulan Data

Tekhnik yang digunakan penulis dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah tekhnik Pengamatan dan teknik wawancara. Sedangkan instrumen penelitia n yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan instrumen pedoman Pengamatan dalam program proses pembelajaran dari awal sampai akhir pada setiap siklus. Pedoman Pengamatan digunakan untuk menggali respon pada guru matematika, sedangkan pedoman wawancara digunakan untuk melengkapi data yang digali melalui pedoman Pengamatan.

F. Prosedur Analisis

Prosedur ini melibatkan guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2015/2016, yang berjumlah 4 orang. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus :

A. Siklus I Perencanaan

1. 1. Penelititi menjumpai Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bener Meriah untuk mendapat persetujuan pelakasanaan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS)

2. Peneliti menjumpai Kepal Sekolah SMK N 2 Bener Meriah untuk mendapat persetujuan

Pelaksanaan Penelitian Tindakan Sekolah

(PTS)

3. Peneliti mengumpulkan guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah melalui undangan kepala sekolah

4. Peneliti memberikan penjelasan kepada guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah, tentang Penelitian Tindakan Sekolah (PTS) melalui lesson Study

5. Menentukan agenda kegiatan yang harus diselesaikan pada penelitian melalui lesson study 6. Menentukan materi pembelajaran, jadwal pelaksanaan penelitian dan lokasi penelitian. 7. Menyuruh guru membawa bahan-bahan seperti kurikulum, silabus, RPP, bahan ajar dan

(20)

- Pelaksanaan

1. Pemaparan kompetensi pengelolaan pembelajaran tentang pe laksanaan pembelajaran.

2, Kegiatan dan pengamatan meliputi tindakan oleh peneliti sebagi upaya membangun pemahaman konsep serta mengamati hasil atau dampak dari pembelajaran yang diterapkan.

Pengamatan / Tindakan Pe mbelajaran

Kegiatan yang dilakukan yaitu: peneliti melaksanakan Pengamatan atau mengamati cara guru mengajar.

Refleksi

Peneliti melihat dan mempertimbangkan hasil dari tindakan berdasarkan lembar pengamatan.

B. Siklus II Perencanaan

Pada siklus yang kedua ini, RPP dirancangan berdasarkan hasil evaluasi pembelajaran yang telah direvisi pada siklus I.

Pelaksanaan

Kegiatan dan pengamatan oleh peneliti dalam pelaksanaan perbaikan proses pembelajaran. Pengamatan / tindakan pembelajaran

Menelaah tindakan yang sudah direvisi Refleksi

Pengambilan kesimpulan akhir dari tindakan siklus I dan II

(21)

E. Indikator Kebe rhasilan

Adapun indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah peningkatan rencana pelaksanaan pembelajaran dan pelaksanaan proses pembelajaran guru matematika di SMK N 2 Bener Meriah, melalui model pembinaan Lesson Study. Hasil yang diperoleh adalah terjadinya peningkatan aktivitas dan kompetensi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dari siklus I ke siklus II. Pengukuran peningkatan aktivitas tersebut dilakukan dengan skala penilaian 91 – 100 kualifikasi Sangat baik (A), 81 – 90 kualifikasi baik (B), 71 – 80 kualifikasi cukup (C) dan ≤ 70 kualifikasi kurang (K).

(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan analisa data pada bab V dapat ditarik beberapa kesimpulan dari hasil penelitian ini yaitu:

1. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembinaan lesson study, nilai rata-rata guru SMK N 2 Bener Meriah pada penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran adalah 82,53 kualifikasi baik.

2. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembinaan lesson study nilai rata-rata penyusunan rancangan pelaksanaan pembelajaran guru SMK N 2 Bener Meriah adalah 96,67 dengan kualifikasi amat baik

3. Setelah pelaksanaan siklus I dengan menerapkan model pembinaan lesson study, nilai rata-rata guru SMK N 2 Bener Meriah pada pelaksanaan pembelajaran adalah 82,69 kualifikasi baik.

4. Setelah melaksanakan siklus II dengan menerapkan model pembinaan lesson study nilai rata-rata pengamatan pelaksanaan pembelajaran guru SMK N 2 Bener Meriah adalah 85,74 dengan kualifikasi baik

5. Berdasarkan hasil Pengamatan observer pada setiap kegiatan guru model dalam menyusun rancangan pembelajaran masih ada yang belum sesuai dengan prinsip penyusunan rancangan pembelajaran.

6. Berdasarkan hasil Pengamatan observer pada setiap kegiatan guru model dalam melaksanakan proses pembelajaran masih terdapat siswa yang belum benar – benar belajar sesuai topik yang dibalajarkan pada kurun waktu tertentu dikarenakan pembelajajaran belum benar-benar pakem.

7. Berdasarkan hasil Pengamatan para observer pada setiap kegiatan guru model dalam menyusun rancangan pembelajaran telah sesuai dengan perinsip-perinsip penyusunan RPP.

(23)

9. Berdasarkan hasil penelitian ini, diperoleh bahwa pembinaan guru melalui lesson study dapat meningkatkan kemampun guru SMK N 2 Bener Meriah dalam menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran

10.Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh bahwa pembinaan guru melalui lesson study dapat meningkatkan kemampuan guru SMK N 2 Bener Meriah dalam proses pembelajaran

5.2 SARAN

Pelaksanaan pelatihan ini telah berjalan sangat baik. Partisipasi dan motivasi peserta juga sangat baik. Namun demikian, masih ada kekurangan-kekurangan, Oleh karena itu penulis menyarankan hal- hal sebagai berikut.

a. Perlu ada pelatihan dan kerjasama yang berkesinambungan antara pihak sekolah dengan steak holder dalam mengembangkan Lesson Study di sekolah.

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Beyer, B.K. 1991. Developing a thinking skills program. Boston: Allyn and Bacon.

Chain, Sandra E and Jack M. Evan. 1990. Sciencing: An Involvement Approach to Elementary Science Methods. Columbus, Ohio: Merril Publishing Company.

Devito, Alfred. 1989. Creative Wellspr ing for Science Teaching. Indiana: Creative Ventura, Inc. Fitria, Lathifah Nur. 2008. P enerapan Metode P enemuan Terbimbing dengan P endekatan

Kooperatif pada Sub Materi P okok Simetri Lipat dan Simetri P utar di kelas V SDN

Wonokesan I Sidoarjo. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.

Friedkin, Shelley. 2005. What is Lesson Study?. Diakses di http://www.lessonresearch.net/, pada 20 Desember 2015.

Hamalik, Oemar.1999. Kurikulum dan P embelajaran. Jakarta:Bumi Aksara. Houston, WR, and Friends. 1988. Touch the F uture Teach. St. Paul: West.

Jihad, Asep. 2008. P engembangan Kurikulum Matematika, Tinjauan Teoritis dan Historis. Yogyakarta: Multi Presido.

Joice, Bruce and Marsha Weil. 1996. Model of Teaching. Boston: Allyn and Bacon.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Materi Diklat Guru Dalam Rangka Implementasi Kurikulum 2013, Mata Pelajaran Konsep Pendeka tan Scientific.Jakarta: Kemendikbud

Majid, Abdul. 2008. P erencanaan P embelajaran Mengembangkan Standar Kompetensi Guru. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

Muslich, Masnur. 2008. KTSP P embelajaran Berbasis Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta: Bumi Aksara.

Northwest Regional Educational Laboratory. 2004. Overview of Lesson Study. Diakses di http://www.nwrel.org/msec/lessonstudy/overview.html, pada 21 Desember 2015.

Nur, Mohamad. 1998. P roses Belajar Mengajar dengan Metode P endekatan Keterampilan P roses. Surabaya: SIC.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 103 Tahun 2014, diakses di

(25)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, diakses di emenag.go.id/file/dokumen/P P 1905.pdf, pada 20 Desember 2015.

Prihandoko, AC. 2006. Memahami Konsep Matematika secara Benar dan Menyajikannya dengan Menarik. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi

Reys, dkk. 1984. Dasar-Dasar Matematika. Jakarta: Bumi Aksara

Romiszowsky. 1981. Designing Instructional System. New York: Nicolas.

Ruseffendi E. T. 1990. P engajaran Matematika Modern dan Masa Kini. Bandung: Tarsito.Sri Subarinah. 2006. Inovasi P embelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: Depdiknas. Semiawan, C. 1992. P endekatan Keterampilan P roses: Baga imana Mengaktifkan Siswa Dalam

Belajar. Jakarta : PT.Gramedia.

Sparks, Dennis. 1999. Using lesson study to Improve Teaching. Diakses di http://www.nsdc.org/library/publicatioms/results/res11-99spar.cfm, pada 20 Desember 2015.

Sudjana, Nana. 1991. P embinaan dan P engembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung: Sinar Baru.

Sukirman, 2006. Kumpulan Makalah: P elatihan Lesson Study Bagi Guru-Guru Berprestasi dan P engurus MGMP MIP A SMP se -Indonesia.Yogyakarta: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Yogyakarta.

Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruksional: P rogram P engembangan Keterampilan Dasar Teknik Instruksional Untuk Dosen Muda. Jakarta: Pusat Antar Universitas Untuk Peningkatan dan Pengembangan Aktivitas Instruksional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Depdikbud.

Suryosubroto, B. 2002. P roses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta.

Takahashi, Akihito. 2006. Communication as A P rocess for Students to Learn Mathematical.

Diakses di

http://www.criced.tsukuba.ac.jp/math/apec/apec2008/papers/PDF/14.Akihiko_Takahashi _USA.pdf, pada 21 Desember 2015.

Referensi

Dokumen terkait

IPNU IPPNU adalah dua dari sekian badan otonom yang ada dibawah naungan Nahdlatul Ulama’, organisasi ini memiliki pengurus yang setiap periodenya akan diganti

Trading Forex atau yang lebih dikenal dengan valas merupakan suatu jenis transaksi yang memperdagangkan mata uang (currency) suatu negara tehadap mata uang negara lainnya dengan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 16 Tahun 2007 tentang Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dan Rancangan

Dalam hal ini PWNU Jatim menyatakan sikapnya atau pendiriannya sebagai organisasi keagamaan yang mengusung konsep Islam Nusantara, dimana di dalam Islam Nusantara sangat

Selain itu, adanya pengembangan terkait dengan eco-livelihood menjadikan kegiatan infrastruktur tidak hanya terfokus pada sarana prasarana huntap dan desa saja tetapi terhadap

- Sebagai Pembuktian Sudah Dilakukannya Upaya Optimalisasi Asset Sesuai PTK (Sesuai Lampiran PTK 007 Buku

Penulis mencoba memberikan saran berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang dapat dilakukan GKJ Wonosari agar pelayanan kesehatan tersebut dapat menjangkau keseluruhan dimensi

Ada juga yang menyebutnya dengan istilah ionoforesis yang artinya kurang lebih juga sama dengan elektroforesis, yaitu perindahan tempat ion-ion yang relatif kecil lebih