• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN PENELITIAN DOSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN PENELITIAN DOSEN"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PENELITIAN DOSEN

PERMUKIMAN BERKONSEP ECO SETTLEMENT

Studi Kasus: Rehabilitasi dan Rekonstruksi

Pasca Erupsi Merapi 2010

Diusulkan oleh :

Yunanta Arief Rusmana, ST, MT

NIDN : 0505067202

NPP : 020 0811 066

PUSAT PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA

MASYARAKAT

AKADEMI TEKNIK YKPN YOGYAKARTA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENELITIAN DOSEN

Judul kegiatan : Permukiman berkonsep eco settlement dengan Studi kasus: rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Merapi 2010

Kode/Nama Rumpun Ilmu : .../ Teknik Arsitektur

Ketua Peneliti

a. Nama Lengkap : Yunanta Arief Rusmana, ST, MT b. NIDN / NPP : 0505067202 / 020 0811 066 c. Jabatan Fungsional : Asisten ahli

d. Program Studi : Teknik Arsitektur e. No. Hp : 081 328 460 180

f. Alamat : PerumGriya Safila No. 1, Grogol,

Maguwoharjo, Depok, Sleman, g. Jenis Kelamin : Laki-laki

h. Pangkat/Golongan : Penata Muda Tk-1/Golongan IIIb i. Pekerjaan : Dosen Tetap Akademi Teknik YKPN

Yogyakarta

j. Waktu Penelitian : Oktober 2016 – Juli 2017

Biaya Penelitian : Rp. 7.500.000

Dibiayai P3M AT YKPN : Rp. 1.500.000 Biaya Mandiri Rp. 6.000.000

Yogyakarta, Agustus 2018 Pelaksana Kegiatan,

Yunanta Arief Rusmana, ST, MT

NIDN/NPP:0505067202 / 0200811066

Menyetujui Mengetahui

Ketua PPPM AT YKPN Yogyakarta, Direktur AT YKPN Yogyakarta,

Ir. Siti Madichah Issemiarti, MT Ir. Dwi Wahjoenisusilowati, M.Arch NIP. 19560907 199203 2 001 NIP. 19581230 198703 1 001

(3)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan kehadirat ALLAH SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul PERMUKIMAN BERKONSEP ECO SETTLEMENT Studi Kasus: Rehabilitasi dan Rekonstruksi Pasca Erupsi Merapi 2010. Penelitian ini merupakan Penelitian Dosen Muda pada Jurusan Teknik Arsitektur, Akademi Teknik YKPN Yogyakarta.

Selama penelitian dan penyusunan penelitian ini, penulis telah mendapat banyak bantuan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak, oleh karena itu dalam kesempatan yang baik ini penulis mengucapkan banyak terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Direktur Akademi Teknik YKPN Yogyakarta.

2. Pengelola Program Studi Teknik Arsitektur, Akademi Teknik YKPN Yogyakarta.

3. Ketua P3M Akademi Teknik YKPN Yogyakarta

4. Semua pihak yang tidak bisa penyusun sebutkan satu persatu yang turut berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian maupun penyusunan laporan penelitian ini

Akhir kata semoga laporan penelitian ini dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi perkembangan ilmu teknik sipil serta dapat digunakan sebagai bacaan bagi yang memerlukan.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Yogyakarta, ... Peneliti

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

Judul i

Halaman Pengesahan ii

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 1 1.2 Rumusan Masalah 2 1.3 Tujuan Penelitian 3 1.4 Manfaat Penelitian 3

BAB II STUDI PUSTAKA

2.1 Atribut Kota dan Permukiman hijau 4 2.2 Katagori Infrastruktur Permukiman 4 2.3 Tipologi Permukiman 7

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Persiapan dan Kajian Pustaka 8 3.2 Pengumpulan data dan Identifikasi 9 3.3 Analisis data dan Komparasi 10 3.4 Rekomendasi dan Rumusan parameter keberhasilan 10 3.5 Alur Penelitian 10

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil dan Pembahasan Penelitian 12 4.1.1. Hasil penelitian infrastruktur berdasarkan tipologi

(5)

4.1.2. Hasil penelitian infrastruktur permukiman berkonsep

eco-settlement 14 4.1.3 Hasil penelitian infrastruktur permukiman berdasarkan

Standar Persyaratan Permukiman 15

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan 17

5.2 Saran 17

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Analisa Huntap Pagerjurang 12 Tabel 4.2 Analisa Huntap Karangkendal 13

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian 11 Gambar 4.1 Sarana prasarana infrastruktur berdasarkan tipologi permukiman 12

(7)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Erupsi gunung Merapi yang terjadi akhir Oktober 2010 mengakibatkan kerusakan luar biasa terhadap lingkungan dan permukiman yang berada di desa pada kawasan rawan bencana maupun desa yang berada disekitar aliran sungai yang mempunyai hulu dari lereng gunung Merapi. Material semburan gunung Merapi di Provinsi DI Yogyakarta tercatat menimbun 3424 rumah mengalami kerusakan dengan rincian 2.636 rumah rusak berat, 156 rumah rusak sedang dan 632 rusak ringan, sementara di Provinsi Jawa Tengah tercatat 1635 rumah mengalami kerusakan, diantaranya 174 rumah rusak berat, 551 rumah rusak sedang dan 950 rumah rusak ringan.

Keterpurukan masyarakat tidak berlangsung lama, terbukti dengan semangat dan kerja keras masyarakat untuk bangkit yang begitu tinggi, sehingga di tahun 2012 sudah dapat membangun rumah dan pemulihan lingkungan permukiman serta kehidupan ekonominya dengan disertai peran serta dari semua pihak (Pemerintah pusat dan Daerah, BNPB, program REKOMPAK-PU, swasta, LSM, Perguruan Tinggi). Proses pembangunan rumah dan lingkungannya tidak serta merta dilaksanakan oleh kontraktor, tetapi dari awal rembug perencanaan Site sampai pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat. Perencanaan Site dilakukan dari tahap menentukan jumlah rumah, letak dan posisi rumah, utilitas, dan sarana-prasarana lingkungan, yang kesemuanya termuat dalam Site Plan huntap (hunian tetap).

Saat ini di desa kapubaten Sleman terdapat 18 lokasi huntap komunal di 6 desa yang ada di Kecamatan Cangkringan dan Ngempak. Luasan kapling untuk masing-masing rumah adalah 100 m2 dan lahan untuk sarpras sebesar 50 m2 per KK. Huntap yang terbesar terdiri dari 301 KK terletak di Huntap Pagerjurang desa Kepuharjo. Lokasi huntap terletak di daerah Cangkringan (sebagai daerah reapan air kawasan Sleman utara), sedangkan pola permukiman yang ada sangat padat

(8)

2

dan rapat maka konsep infrastruktur permukiman huntap mengimplementasi konsep “Eco Settlement”. Tipologi seperti ini juga sama dengan permukiman perkotaan yang selalu menghadapi permasalahan keterbatasan lahan.

Penelitian ini mengambil kasus di Huntap Karangkendal (Desa Umbulharjo) dengan jumlah KK 81, dan Huntap Pagerjurang (301 KK) di Desa Kepuharjo, Kecamatan Cangkringan, Sleman. Prasarana Infrastruktur yang ada di masing-masing huntap adalah : Jalan lingkungan, saluran drainase, talud, SAB, IPAL Komunal..

Eco-settlement adalah suatu konsep perencanaan infrastruktur yang mengedepankan keseimbangan ekosistem pada suatu permukiman. Keseimbangan ekosistem tersebut dicapai dengan perencanaan yang ramah lingkungan, terpadu dan berkelanjutan. Konsep ini merupakan salah satu cara untuk mempertahankan kualitas lingkungan setelah menjadi kawasan permukiman.

Penerapan konsep ini pada kawasan hunian sangat mendesak. Dengan bertambahnya kebutuhan permukiman dan belum populernya sistem hunian vertikal, pemanfaatan lahan hijau untuk kawasan permukimanpun tidak dapat dihindari. Selain itu, adanya perubahan perilaku masyarakat tradisional menjadi masyarakat industri/moderen juga merupakan permasalahan baru yang mengancam keberlangsungan lingkungan.

Infrastruktur pendukung permukiman menempati posisi penting dalam permukiman. Untuk itu, perencanaan infrastruktur permukiman yang ramah lingkungan harus menjadi perhatian khusus, seperti: jalan lingkungan yang tidak solid; talud dengan kombinasi vegetasi; sistem jaringan air bersih yang terpadu; ruang terbuka hijau dan ipal komunal. Infrastruktur permukiman yang ramah lingkungan diharapkan dapat ikut mempertahankan keseimbangan lingkungan kawasan.

1. 2. Rumusan Masalah

Kondisi infrastruktur permukiman perkotaan di Indonesia dengan pola dan tipologi yang sama dengan huntap juga selalu mengalami permasalahan

(9)

3

lingkungan, terkait dengan keterbatasan lahan, penggunaan fungsi ruang multifungsi, persampahan, dan penghijauan. Oleh karena itu, pertanyaan yang perlu dicermati : Apakah konsep Eco Settlement dapat diimplementasikan pada Infrastruktur permukiman perkotaan dengan pendekatan Pemberdayaan masyarakat.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hasil penerapan perencanaan eco-settlement pada huntap di wilayah Cangkringan. Infrastruktur yang diamati adalah: Jalan, Drainase, Septik tank, Air bersih, dan RTH.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat digunakan untuk dapat memberikan gambaran tentang penerapan perencanaan infrastruktur permukiman berdasar konsep eco-settlement.

(10)

4

BAB II

STUDI PUSTAKA

2.1 Atribut Kota dan Permukiman hijau

Menurut Platt (1994) ada 5 atribut dari kawasan permukian yang ramah lingkungan yaitu:1) Kepekaan dan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan, 2) Kemampuan masyarakat beradaptasi terhadap karakteritik bio-geofisik kawasan, 3) Perhatian terhadap kapasitas daya dukung lingkungan 4) Lingkungan yang sehat, bebas dari pencemaran 5) Efisien dalam penggunaan sumberdaya dan ruang. Sedangkan Kurokawa (1991-2004) menjelaskan 5 atribut terkait dengan permukiman tersebut adalah: 1) terciptanya suatu jejaring RTH, 2) terkendalinya urban sprawl, yaitu ekspansi penduduk kota beserta aktivitasnya ke kawasan pinggiran yang mengakibatkan peralihan fungsi lahan dari pertanian ke perkotaan, 3) berkembangnya usaha untuk mengurangi sampah dan limbah serta pengembangan proses daur ulang (reduce, reuse, recycle), 4) berkembangnya sumber energi alternatif (misalnya: biogas, matahari, angin), 5) berkembangnya sistem transportasi ramah lingkungan (misalnya: pembangunan fasilitas pedestrian dan jalur sepeda)

Berdasarkan teori tersebut, indikator permukiman hijau dalam penelitian ini terdiri dari 5 hal, yaitu:

 Infrastruktur yang ramah lingkungan  Sistem infrastruktur yang terpadu

 Pemanfaatan sumberdaya/ energi secara efektif dan efisien  Usaha pengurangan limbah lingkungan

 Pemeliharaan sarana prasarana.

2.2 Katagori Infrastruktur Permukiman

Saat ini di kapubaten Sleman terdapat 18 lokasi huntap di 6 desa yang ada di Kecamatan Cangkringan dan Ngemplak. Penelitian kali ini mencakup 2 huntap

(11)

5

yaitu huntap Pagerjurang (301 KK) di desa Kepuharjo dan huntap Karangkendal (81 KK) di desa Umbulharjo.

Huntap yang merupakan wilayah relokasi, mengubah wilayah pedesaan menjadi layaknya permukiman yang mendekati kondisi perkotaan. Dengan luasan perkapling 100 m2 dan luasan sarana prasarana 50m2 menjadikan permukiman yang cukup padat. Tantangan tersebut perlu dijawab dengan langkah-langkah nyata yang sistematis, antara lain melalui konsepsi dan pendekatan “Permukiman Hijau” khususnya permukiman berwawasan ekologis (“eco-settlement”), yang merupakan sebuah metafora dari pencapaian tujuan pembangunan perkotaan dan permukiman berkelanjutan.

Untuk pencapaian tersebut maka kondisi Infrastruktur permukiman huntap perlu menjadi perhatian khusus. Dimana dalam perencanaan infrastruktur tersebut terdapat beberapa permasalahan lingkungan, seperti: keterbatasan lahan, penggunaan fungsi ruang multifungsi, persampahan, dan penghijauan. Oleh karena itu, konsep eco-settlement harus diimplementasikan di Infrastruktur permukiman huntap.

Dalam rangka mengimplementasikan konsep eco-settlement maka infrastruktur permukiman harus melalui perencanaan yang matang dan menyeluruh. Infrastruktur permukiman merupakan suatu dasar atau kerangka pada suatu permukiman yang bermanfaat sebagai komponen pelayan masyarakat yang berfungsi mendukung segala aktifitas yang ada dipermukiman tersebut melalui fasilitas-fasilitas yang disiapkan. Sarana Infrastruktur itu sendiri dibedakan menjadi 2 (dua) macam: 1) sarana prasarana yang bersifat fisik merupakan bangunan pendukung permukiman yang terlihat seperti jalan, drainase, jembatan, dst 2) sarana prasarana yang bersifat sistem, dimana sarana prasarana ini dirasakan manfaatnya oleh masyarakat tetapi karena sistemnya yang berjalan baik seperti SAB, telekomunikasi, jarigan IPAL, dst.

2.2.1. Menurut Grigg (1988) ada 6 kategori besar infrastruktur, yaitu kelompok:

(12)

6

1. jalan (jalan, jalan raya, jembatan);

2. pelayanan transportasi (transit, jalan rel, pelabuhan, bandar udara);

3. air (air bersih, air kotor, semua sistem air, termasuk jalan air); 4. manajemen limbah (sistem manajemen limbah padat);

5. bangunan dan fasilitas olahraga luar;

6. produksi dan distribusi energi (listrik dan gas); 2.2.2. Sedangkan fasilitas fisik Infrastruktur Grigg (1988):

1. Sistem penyediaan air bersih, termasuk dam, reservoir, transmisi, treatment, dan fasilitas distribusi;

2. Sistem manajemen air limbah, termasuk pengumpulan, treatment, pembuangan, dan sistem pemakaian kembali; 3. Fasilitas manajemen limbah padat;

4. Fasilitas transportasi, termasuk jalan raya, jalan rel dan bandar udara. Termasuk didalamnya adalah lampu, sinyal, dan fasilitas kontrol;

5. Sistem transit publik;

6. Sistem kelistrikan, termasuk produksi dan distribusi; 7. Fasilitas pengolahan gas alam;

8. Fasilitas pengaturan banjir, drainase, dan irigasi; 9. Fasilitas navigasi dan lalu lintas/jalan air;

10. Bangunan publik seperti sekolah, rumah sakit, kantor polisi, fasilitas pemadam kebakaran;

11. Fasilitas perumahan;

12. Taman, tempat bermain, dan fasilitas rekreasi, termasuk stadion.

2.2.3. Jenis Infrastruktur

Infrastruktur sendiri dapat dipilah menjadi tiga bagian besar yaitu: 1. Infrastruktur keras (physical hard infrastructure) meliputi

jalan raya dan kereta api , bandara, dermaga , pelabuhan dan saluran irigasi.

(13)

7

2. Infrastruktur keras non-fisik (non-physical hard infrastructure), yang berkaitan denga fungsi utilitas umum

seperti ketersediaan air bersih berikut instalasi pengolaan air dan jaringan pipa penyalur; pasokan listrik, jaringan telekomunikasi (telepon dan internet) dan pasokan energi mulai dari minyak bumi , biodesel dan gas berikut pipa distribusinya.

3. Infrastruktur lunak (soft infrastructure), biasa pula disebut kerangka institusional atau kelembagaan yang meliputi berbagai nilai (termasuk etos kerja), norma (khusunya yang telah dikembangkan dan dikodifikasikan menjadi peraturan hukum dan perundang-undangan) serta kualitas pelayanan umum yang disediakan oleh berbagai pihak terkait, khususnya pemerintah .

2.3 Tipologi Permukiman

Adapun pemenuhan sarana prasarana pada suatu permukiman didasarkan pada tipologi permukiman itu sendiri. Tipologi berdasarkan standart persyaratan infrastruktur permukiman huntap berkonsep eco-settllement berdasarkan (UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan kawasan Permukiman):

1) Tipe Kecil (0-50 rumah), 2) Tipe Sedang (50-200 rumah), 3) Tipe Besar (200-600 rumah), 4) Kawasan (>600 rumah).

Dengan memiliki sarana prasarana infrastruktur yang berkonsep

eco-settlement maka diharapkan permukiman tersebut memiliki dasar dan kerangka

yang mempertimbangkan keberlanjutan terhadap lingkungan sekitarnya. Sehingga penerapan efisiensi sumberdaya terhadap energy, air, dan lain sebagainya dapat tercapai.

(14)

8 BAB III

METODE PENELITIAN

Proses pelaksanaan penelitian ini terdiri dari tahap : 1) Persiapn dan kajian pustaka, 2) pengumpulan data dan identifikasi melalui survei lapangan dan survei institusional, 3) analisis data dan komparasi. 4) Rekomendasi dan rumusan paramater keberhasilan dari persyaratan konsep eco-settlement.

3.1 Persiapan dan Kajian Pustaka

Beberapa hal yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah sebagai benkut:

1) Membuat rancangan kegiatan penelitian.

Sebelum melakukan penelitian, langkah awal yang sangat penting untuk dilakukan adalah membuat rancangan penelitian yang meliputi beberapa hal sebagai berikut:

 Menetapkan tujuan penelitian dan mengembangkan strategi penelitian  Menyiapkan kerangka kerja untuk arahan pengumpulan data

 Membuat gambaran umum dari obyek yang akan diteliti  Menyusun daftar data yang dibutuhkan

 Menentukan metoda penelitian

2) Mengurus perijinan dan menghubungi pihak-pihak terkait Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi:

 Menghubungi semua pihak yang terlibat dalam obyek yang akan diteliti untuk menjelaskan maksud dan tujuan serta manfaat dari kegiatan penelitian.

 Mengurus perijinan dan segala persyaratan administratif, baik untuk keperluan survei lapangan maupun survei instansional.

3) Melakukan studi pustaka mengenai hal-hal yang terkait dengan topik penelitian, yaitu bentuk desain dan pola Site Plan, standar dan persyaratan sarpras permukiman berdasarkan jumlah KK.

(15)

9 3.2 Pengumpulan data dan Identifikasi

Pelaksanaan Identifikasi meliputi : 1) Pengambilan data dengan cara Pengamatan infrastruktur permukiman secara fisik dan visual (pengukuran, pemotretan, dan penggambaran serta pengumpulan informasi dari berbagai pihak terkait), 2) Penyusunan data (pemilahan dan penstrukturan seluruh data yang diperoleh dalam susunan yang sistematis sehingga mudah untuk dipahami. Rincian pengumpulan data sebagaiberikut :

1) Pengambilan data

Pengambilan data dilakukan dengan cara:

 Pengamatan permukiman secara fisik dan visual, yaitu dengan cara pengukuran, pemotretan, dan penggambaran serta pengumpulan informasi dari berbagai pihak terkait

 Penyusunan data dengan cara pemilahan dan penstrukturan seluruh data yang diperoleh dalam susunan yang sistematis sehingga mudah untuk dipahami.

Data yang akan dikumpulkan dapat dikompilasikan dalam dua bagian, yaitu:  Data fisik yang meliputi keadaan fisik lingkungan permukiman : rumah tahan gempa, infrastruktur lingkungan, sarana prasarana lingkungan.

 Data non fisik yang meliputi latar belakang penghuni, yaitu kondisi sosial-ekotionli, persepsi, dan aspirasi penghuni.

Dalam penelitian ini digunakan alai sebagai berikut:

 Kamera foto untuk mendapatkan gambar yang cukup luas maupun gambar yang lebih rinci.

 Alat ukur untuk mengukur dimensi dan luasan.

 Alat-alat gambar untuk menggambar Site Plan, denah, tampak, potongan Site serta detil-detil Infrastruktur yang diperlukan dari obyek penelitian.

 Komputer dengan program Autocad, Archicad, dan Sketch-Up untuk menggambar ulang Site Plan, denah, tampak, potongan dan

(16)

10

aksonometri/perspektif spot kawasan serta detail-detail yang diperlukan.

3.3 Analisis data dan Komparasi

Pada tahap ini kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengolahan data atau analisis data, dan komparasi.

1) Pengolahan data atau analisis data

Pengolahan data atau analisis data dilakukan setelah kegiatan pengambilan data dianggap selesai dan cukup. Hasil analisis data akan diinterpretasikan dan dirumuskan dalam bentuk temuan-temuan.

Ada beberapa langkah dalam pengolahan data, yaitu:

 Penilaian tentang penerapan sarana dan prasarana infrastruktur permukiman

 Penilaian pemanfaatan dan pengembangan infrastruktur permukiman.

2) Komparasi dari kedua lokasidan pengkatagorisasian berdasarkan tipologi permukiman

3.4 Rekomendasi dan Rumusan Parameter keberhasilan

Pengolahan data atau analisis data dilakukan setelah kegiatan pengambilan data dianggap selesai dan cukup. Hasil analisis data akan diinterpretasikan dan dirumuskan dalam bentuk temuan-temuan. Perumusan kesimpulan merupakan rangkuman dari hasil analisis yang berupa rekomendasi

(17)

11

Gambar 3.1. Bagan Alir Penelitian

PENYUSUNAN RENC ANA KEGIATAN

PENENT UAN LOKASI SAMPEL SURVE Y AWAL IDENTIFIKASI FISI K STUDI PUSTAKA P E N G U R U S A N IJIN ANALISIS DATA KATAGORISASI DAN TIPOLOGI

SEMINAR HASIL ANALISIS

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

(18)

12 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian dan Pembahasan

4.1.1 Hasil penelitian infrastruktur berdasarkan tipologi permukiman

Berdasarkan tipologi permukiman maka diketahui untuk wilayah yang akan diteliti yaitu 1) Huntap Pagerjurang (301 KK) termasuk kedalam tipologi permukiman besar, sedangkan 2) Huntap Karangkendal (81 KK) termasuk tipologi permukiman sedang.

Dari hasil survey di lapangan di peroleh sarana prasarana yang dibangun di kedua wilayah huntap tersebut yaitu:

Gambar 4.1. Sarana prasarana infrastruktur berdasarkan tipologi permukiman

Dari gambar 1, mengenai sarana prasarana infrastruktur maka penelitian kali ini dibatasi pada infrastruktur (1) jalan, (2) drainase, (3) septitank, (4) air bersih, dan (5) RTH.

Tabel 4.1. Analisa Huntap Pagerjurang

No Indikator (1) (2) (3) (4) (5) 1 Perencanaan seluruh elemen

(19)

13

2 Permukiman yang memiliki sistem yang terpadu

3 Pemanfaatan sumberdaya air dan energi secara efektif dan efisien.

4 Kegiatan di permukiman mengedepankan pengurangan limbah dan dampak lingkungan

5 Pengguni dapat memelihara sarana prasarana di permukiman.

Tabel 4.2. Analisa Huntap Karangkendal

No Indikator (1) (2) (3) (4) (5) 1 Perencanaan seluruh elemen

yang ramah lingkungan

2 Permukiman yang memiliki

sistem yang terpadu 3 Pemanfaatan sumberdaya air

dan energi secara efektif dan efisien.

4 Kegiatan di permukiman mengedepankan pengurangan limbah dan dampak lingkungan

5 Pengguni dapat memelihara sarana prasarana di permukiman.

Dari kedua tabel diatas diketahui bahwa seluruh infrastruktur huntap telah dirancang dan dibangun berdasar konsep eco-settlement. Ini tampak dari detail desain teknis disesuaikan dengan kondisi wilayah lereng Merapi yang merupakan wilayah tangkapan air. Secara umum, jalan lingkungan di perkeras dengan paving yang memiliki biopori. Talud yang dibangun berdasarkan modifikasi green

(20)

14

4.1.2. Hasil penelitian infrastruktur permukiman berkonsep eco-settlement

Hasil pengamatan secara khusus terhadap sarana prasarana huntap diperoleh sebagai berikut ini.

1. Jalan

Pada infrastruktur jalan baik di huntap Pagerjurang maupun di Huntap Karangkendal, telah melakukan penerapan konsep-konsep eco-settlement terlihat dari a) penggunaan materil lokal , b) alternative desain yang ramah lingkungan, c) adanya pengembangan sistem transportasi berkelanjutan, d) adanya sistem penyerapan air tanah melalui median jalan tanpa kerusakan pada struktur jalan.

2. Drainase

Pada sistem drainase huntap merupakan sistem terpadu yang menggunakan konsep menyatu dengan alam. Pada beberapa titik dipadupadankan dengan system biopori untuk meyerapkan air ke dalam tanah. Sistem outfall di huntap pager jurang terdiri dari 3 sistem yang berasal dari blok permukiman yang berbeda. Adanya perletakan tangkapan air dititik titik kritis dan membiarkan air

runoff lainnya memiliki waktu terserap pada lapisan tanah di area terbuka.

3. Septitank

Wilayah huntap yang merupakan wilayah tangkapan air menjadikan septitank kedap air dengan menggunakan sistem pengolahan yang bersamaan. Adanya sistem pengolah limbah diharapkan dapat menekan pencemaran air tanah didaerah sekitar.

4. Air bersih

Sistem sarana air bersih merupakan sistem satu rangkaian terpadu di kecamatan cangkringan. Sumber air yang berasal dari Umbulwadon desa Umbulharjo menjadikan masyarakat benar-benar harus memanfaatkan sumber daya air tersebut dengan baik. Adanya sistem buka tutup pada huntap dimaksudkan untuk dapat mengoptimalkan penyebaran sumber daya air secara merata. Adanya tim pengelolaan air bersih menjadikan jaminan keberlanjutan dari sistem air bersih di huntap Pagerjurang dan Karangkendal.

(21)

15

Salah satu konsep eco-settlement adalah menuju green building atau mengarah pada berwawasan lingkungan. Adanya regulasi batas minimal yang wajib dipenuhi sebagai open space menjadikan ruang terbuka hijau diwajibkan baik pada public area maupun privat area. RTH memiliki nilai tambah peningkatan perekonomian dengan pengelolaan yang tepat dan pemilihan tanaman yang sesuai.

Selain itu, adanya pengembangan terkait dengan eco-livelihood menjadikan kegiatan infrastruktur tidak hanya terfokus pada sarana prasarana huntap dan desa saja tetapi terhadap kegiatan kegiatan support pengembangan perekonomian seperti pemanfaatan lahan sempit menjadi lahan produktif, pembangunan rumah produksi dan showroom sebagai penunjang usaha kecil, pengolahan persampahan sebagai income generating serta kegiatan pelatihan yang merupakan satu rangkaian dari grand design livelihood di suatu huntap (…. ).

Dalam rangka menjaga keberlangsungan kegiatan infrastruktur berwawasan

eco-settlement maka dilakukan pendampingan dimulai dari tahap perencanaan,

pelaksanaan dan monitoring-evaluasi sebagai bentuk suistainabilitas suatu kegiatan. Pendampingan berupa pengawalan terhadap perencanaan usulan kegiatan yang termuat dalam PJM RPP, verifikasi usulan kegiatan bersama Pemda, peningkatan kapasitas pendamping di bidang teknis, pendampingan implementasi fisik serta monitoring, evaluasi dan uji petik berkala.

4.1.3. Hasil penelitian infrastruktur permukiman berdasarkan Standar Persyaratan Permukiman

Hasil analisis infrastruktur berdasarkan Standard Persyaratan Permukiman adalah sebagai berikut ini.

1. Dari huntap Karangkendal dan Pagerjurang prasarana dasar rumah sudah terpenuhi berupa jaringan listrik, dan jaringan air bersih, dengan sistem buka tutup sehingga adanya effisiensi SDA dan adanya pengelolaan yang berkelanjutan .

2. Infrastruktur dasar telah menggunakan system terpadu dengan desain khusus yang ramah lingkungan seperti jalan, drainase,dan talud,

(22)

16

3. Utilitas seperti septictank, resapan limbah/IPAL komual, Biogas, persampahan, kecuali hidran belum ada, telah sesuai konsep eco-settlement 4. Fasilitas umum/sosial seperti RTH, masjid, balai warga, pos kesiapsiagaan,

PAUD, warung, telah menuju pada berwawawasan lingkungan.

5. Kandang kelompok, rumah produksi, showroom, greenhouse, pengolahan limbah ternak, Barak pengungsian,

6. RTH publik ada-optimalisasi RTH pada ruang privat (persil rumah),

7. Pos kesehatan tidak ada karena tidak semata2 hanya pegadaan sarpras, tetapi tenaga kesehatan yang lebih penting (kolaborasi program Dinkes), optimalisasi Puskesmas yang ada,

8. Pengadaan PAUD mengoptimalkan gedung serbaguna sebagai bangunan multifungsi,

9. Lapangan Olah Raga menggunakan bangunan serbaguna dan RTH public, 10. Lampu penerangan jalan belum ada, tetapi menggunakan lampu pada teras

rumah,

(23)

17

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Pembangunan infrastruktur huntap di wilayah cangkringan telah sesuai dengan konsep eco-settlement. Adanya perencanaan infrastruktur permukiman yang berkonsep eco-settlement menjadikan keseimbangan lingkungan di wilayah tersebut. Dengan site yang terbatas (100m2) dan sarana prasarana 50 m2 tidak menjadikan halangan untuk mewujudkan green culture. Beberapa terobosan pemanfaatan lahan sempit justru menambah nilai ekonomis dan sosiologis dari wilayah huntap tersebut.

5.2 Saran

Penelitian dapat diperluas dengan memasukkan sarana-prasarana pendukung lainnya. Agar konsep ini bisa berkelanjutan, konsep ini perlu disosialisasikan kepada masyarakat.

(24)

18

DAFTAR PUSTAKA

Joshua D. Mosshart dan UNEP (United Nations Environment Programme)(2001). “Eco-settlement”.

Kementrian PU, Dirjen Penataan Ruang, (2013). “Panduan Kota Hijau di Indonesia”.

Kementrian PU, Rekompak, (2012). “POU/POT Permukiman Kembali Huntap Merapi “.

Kurokawa (1991-2004), “Intercultural architecture: the philosophy of symbiosis”. Washington, DC: The American Institute of Architects Press.

Manning, C. dan Effendi, T.N. (1995). “Urbanisasi, Pengangguran dan Sektor Informal di Kota”. Gramedia, Jakarta. Online Compact Oxford English Dictionary, http://www.askoxford.com/concise_oed/ infrastructure (accessed August 21 2009), Infrastructure

Permen PU no.6 th 2007 tentang “Pedoman umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan”. Kementrian Pekerjaan Umum exp.

PP no. 21 th 2008 tentang “ Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana”. Kementrian Pekerjaan Umum exp.

Rutherford Platt (1994) tentang “The Ecologycal City”. UU no. 24 th 2007 tentang “Penanggulangan Bencana”. UU no.1 th 2011 tentang “Perumahan dan Permukiman”.

Gambar

Gambar 3.1.  Bagan Alir Penelitian
Gambar  4.1.  Sarana  prasarana  infrastruktur  berdasarkan  tipologi  permukiman
Tabel 4.2. Analisa Huntap Karangkendal

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian mengenai perlindungan hukum bagi konsumen dalam perjanjian pengikatan jual beli dikaitkan dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2011

Bagian yang tidak terlihat pada pengamatan morfologi yang dilakukan adalah, pada Atractomorpha sp memiliki organ timpana pada ruas-ruas abdomen pertama yang berfungsi

Ditinjau dari hubungan antara perkembangan populasi ternak penghasil daging dengan jenis penyakit yang mewabah di Propinsi Sulawesi Tengah, belum menjadi permasalahan yang serius

Bangunan bersejarah dapat dimiliki oleh setiap orang dengan tetap memperhatikan fungsi sosialnya dan sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan yang terdapat dalam

Dengan ini menyatakan bahwa karya tugas akhir yang saya buat dengan judul ,SANKSI PIDANA MATI DARI SUDUT PANDANG UNDANG - UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

 Hanya telinga kiri yang akan terdengar bunyi (telinga kanan tidak akan terdengar bunyi) : kedua telinga normal, terdapat efek masking makanya orang tersebut

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKj IP) dibuat dalam rangka perwujudan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas pokok dan fungsi serta pengelolaan sumber daya dan

Oleh hal yang demikian, guru yang boleh menjalankan P&P dengan ilmu seni dalam pendidikan sanggup menarik minat murid-murid untuk belajar dan mengawal tingkah laku