• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLITIK BAHASA NASIONAL MAKALAH Disusun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "POLITIK BAHASA NASIONAL MAKALAH Disusun"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

POLITIK BAHASA NASIONAL MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia untuk penulisan

karya ilmiah

Dr. H. Agus Nero Sofyan, Drs., M.Hum.

Oleh:

Nina Fitriyana A141043

Gina Tazkya A141050

Hilda Amalia A141053

Ira Monica A141060

Arida Siti Agustin A141076

Retno Anjarwati A141085

Program Studi S-1 Farmasi

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Alhamduillah puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan

makalah kami yang berjudul “Bahasa Politik Nasional” ini.

Dalam penyusunan makalah ini, dengan kerja keras dan dukungan dari

berbagai pihak, kami telah berusaha untuk dapat memberikan hasil yang

terbaik dan sesuai dengan harapan. Walaupun dalam pembuatannya kami

mendapatkan beberapa kesulitan karena faktor keterbatasan ilmu pengetahuan

dan keterampilan yang kami miliki.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima

kasih kepada Bapak Dr. H. Agus Nero Sofyan, Drs., M.Hum. selaku dosen

pembina mata kuliah bahasa Indonesia. Kami juga mengucapkan terima kasih

kepada rekan-rekan semua yang telah memberikan dukungan dan dorongan

kepada kami dalam penyelesaian makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam

penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan

kritik yang membangun sangat kami harapkan untuk memperbaiki dan

menyempurnakan tugas yang akan datang. Semoga makalah ini dapat berguna

bagi rekan-rekan dan semua pihak yang berkepentingan.

Bandung, September 2014

(4)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Tujuan... 2

C. Rumusan Masalah...2

BAB II... 3

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA...3

A. Bahasa Nasional...3

B. Bahasa Negara...4

BAB III... 7

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA...7

A. Perkembangan Bahasa Indonesia...7

BAB IV... 13

SIKAP DAN KESADARAN DALAM BERBAHASA...13

BAB V... 17

PENUTUP... 17

A. Kesimpulan... 17

B. Saran... 17

(5)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa resmi Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Dalam perkembangannya, Indonesia diperkaya

dengan bahasa daerah yang tersebar diseluruh nusantara. Sehingga

terdapat hubungan saling mengisi dengan bahasa daerah. Awal

penciptaan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa Indonesia yaitu

pada tanggal 28 Oktober 1928 yang bermula dari Sumpah Pemuda,

yang salah satu dari ketiga butir Sumpah Pemuda tersebut menyatakan

“Kami poetra poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean,

bahasa Indonesia”. Sejak saat itu, bahasa Indonesia menjadi bahasa persatuan yang memperlihatkan ciri-cirinya sebagai alat komunikasi

yang mutlak diperlukan oleh bangsa Indonesia.

Akan tetapi, di era globalisasi ini, banyak sekali budaya asing

yang masuk ke Indonesia, termasuk bahasa asing. Sehingga, sudah

bukan hal yang langka ketika Bahasa Indonesia digabung dengan

bahasa asing. Terutama dikalangan remaja, banyak kata-kata baru yang

sering disebut dengan ‘bahasa gaul’. Hal ini dapat berpengaruh buruk

(6)

B. Tujuan

Makalah ini selain untuk memenuhi tugas dari mata kuliah bahasa

Indonesia, juga memiliki tujuan lain yang ditujukan kepada pembaca

khususnya bangsa Indonesia, yaitu:

1. Menjelaskan sejarah lahirnya bahasa Indonesia.

2. Menjelaskan mengenai perkembangan bahasa Indonesia. 3. Menjelaskan kedudukan bahasa Indonesia beserta fungsinya. 4. Mengajak bangsa Indonesia untuk lebih peduli dan cinta

terhadap bahasa Indonesia.

C. Rumusan Masalah

1. Mengapa kita harus mempelajari bahasa Indonesia?

2. Bagaimana kedudukan bahasa Indonesiasebagai bahasa

nasional dan bahasa negara?

3. Bagaimana proses perkembangan bahasa Indonesia?

4. Bagaimana cara menyikapi dan menyadari pentingnya

(7)

BAB II

KEDUDUKAN BAHASA INDONESIA

Bahasa Indonesia merupakan ilmu pengetahuan umum yang

harus dipelajari di Indonesia dari mulai pendidikan terendah, hingga di

perguruan tinggi. Landasan utama diadakannya mata kuliah bahasa

Indonesia sampai di perguruan tinggi, yaitu karena bahasa Indonesia

memiliki dua kedudukan dengan fungsi kedudukan masing-masing yang

berbeda-beda.

A. Bahasa Nasional

Bahasa Indonesia memiliki kedudukan sebagai bahasa nasional.

Fungsi dari kedudukan sebagai bahasa nasional tersebut adalah: (1)

lambang kebanggaan nasional, (2) lambang identitas nasional, (3) alat

perhubungan antarwarga, antardaerah, dan antarbudaya, dan (4) alat

yang memungkinkan penyatuan dari berbagai suku bangsa dengan latar

belakang sosial budaya dan bahasanya masing-masing.

Fungsi pertama mencerminkan nilai-nilai sosial budaya yang

mendasari rasa kebanggaan kita. Bermula dari kebanggaan itulah, kita

akan mencintai bahasa Indonesia dengan cara memelihara dan

mengembangkannya. Selain itu, rasa bangga dalam menggunakan

bahasa Indonesia harus kita tingkatkan.

Fungsi kedua mengindikasikan bahwa bahasa Indonesia harus

(8)

jadi, seandainya ada orang yang tidak menghargai lambang bangsa

Indonesia ini, sedikitnya kita akan tersinggung dan rasa hormat terhadap

orang tersebut akan hilang. Karena itu, bahasa Indonesia dapat

menunjukkan identitasnya apabila kita sebagai masyarakat Indonesia

membina dan mengembangkan bahasa Indonesia di bidang-bidang yang

sesuai dengan keahlian kita masing-masing.

Fungsi ketiga memberikan kewenangan kepada kita untuk

berkomunikasi dengan warga Indonesia lainnya, dari berbagai daerah,

menggunakan bahasa Indonesia. Karena, jika antara komunikator dan

komunikan mengerti dengan bahasa yang digunakan, akan menghindari

terjadinya kesalahpahaman dalam berkomunikasi.

Fungsi keempat mengajak kita bersyukur kepada Tuhan karena

kita telah memiliki bahasa nasional yang lahir dari bumi kita sendiri

sehingga kita dapat saling mengenal dan bersatu antarwarga,

antardaerah, dan antarbudaya.

B. Bahasa Negara

Bahasa Indonesia memiliki empat fungsi dalam kedudukannya

sebagai bahasa negara. Keempat fungsi bahasa negara adalah: (1)

bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa pengatur di dunia pendidikan, (3)

alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan

dan pelaksanaan pembangunan, dan (4) alat pengembangan

(9)

Fungsi pertama, bahasa Indonesia wajib digunakan di dalam

upacara dan kegiatan kenegaraan, baik lisan maupun tulisan. Begitu

juga dalam penulisan dokumen-dokumen negara. Hal itu juga berlaku

pada pidato kenegaraan.

Fungsi kedua mengharuskan lembaga-lembaga pendidikan di

Indonesia menggunakan pengantar bahasa Indonesia dan dari mulai

pendidikan di Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah

Pertama, Sekolah Menengah Atas, bahkan sampai perguruan tinggi pun,

mau tak mau pengantarnya menggunakan bahasa Indonesia. Sesuai

dengan Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan

Nasional, Pasal 37 Ayat 2 mewajibkan perguruan tinggi

menyelenggarakan beberapa mata kuliah pengembangan kepribadian.

Dan salah satu dari mata kuliah tersebut adalah Bahasa Indonesia.

Fungsi ketiga mengajak kita menggunakan bahasa Indonesia

untuk membantu kelancaran pelaksanaan pembangunan dalam berbagai

bidang. Dalam hal ini kita berusaha menjelaskan sesuatu, baik secara

lisan maupun tulisan, menggunakan bahasa Indonesia, agar dapat

dengan mudah memahami dan melaksanakan kegiatan pembangunan.

Fungsi keempat mengingatkan kita untuk bergelut dalam dunia

ilmu. Ilmu yang kita miliki akan jauh lebih berguna apabila kita dapat

menyebarkannya pada orang lain di sekitar kita. Ilmu yang disampaikan

akan lebih efektif dan efisien dalam penerimaannya jika menggunakan

(10)

Variasi pemakaian bahasa Indonesia pun merupakan landasan

pemikiran diadakannya mata kuliah bahasa Indonesia sampai di

perguruan tinggi. Kita dapat mengetahui perbedaan pemakaian bahasa

Indonesia tatkala kita membaca koran nasional dan koran daerah,

misalnya. Perbedaan itu juga dapat dibuktikan ketika kita pergi ke daerah

lain, baik pilihan kata maupun intonasi, atau bahkan kalimatnya. Begitu

pula dengan kita pergi ke pasar lalu ke kantor atau ke kampus, kita akan

segera tahu adanya perbedaan pemakaian bahasa Indonesia. Contoh

yang paling mudah untuk melihat perbedaan pemakaian itu adalah

bahasa dalam SMS atau chatting dan bahasa dalam makalah. Bahasa

SMS takketat, bahkan bisa menggunakan kata-kata sesuai dengan

keinginan kita. Sedangkan, makalah penuh dengan aturan yang harus

(11)

BAB III

PERKEMBANGAN BAHASA INDONESIA

A. Perkembangan Bahasa Indonesia

Bila dibandingkan dengan bahasa Inggris, Perancis, Arab,

Belanda, Mandarin, Jepang, atau bahasa asing lainnya, atau juga

bahasa daerah lainnya, bahsa Indonesia tergolong bahasa yang relatif

masih muda. Bahasa Indonesia baru lahir pada tanggal 28 Oktober

1928, yaitu melalui Sumpah Pemuda. Namun, perkembangannya begitu

pesat. Hingga tahun 1988—berarti enam puluh tahun—bahasa

Indonesia sudah memiliki lebih dari 60.000 kata. Tahun 2008 bahasa

Indonesia sudah memiliki 100 ribu lebih kosakata.

Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap kosakata

dari berbagai bahasa, baik bahasa daerah maupun bahasa asing.

Banyak kosakata daerah, terutama Jawa dan Sunda, masuk ke dalam

bahasa Indonesia. Bahasa asing yang banyak diserap pada awalnya

adalah bahasa Arab, lalu bahasa Belanda, dan kini bahasa Inggris.

Hingga 1972 bahasa Indonesia dalam hal menyerap lebih

berorientasi pada bahasa Belanda. Karena itu, banyak kosakata yang

berasal dari bahasa Belanda, misalnya, tradisionil, formil, sistim,.

Namun, sejak 1972—bersamaan dengan lahirnya Ejaan yang

Disempurnakan (EYD)—bahasa Indonesia dalam hal menyerap

(12)

kosakata yang berasal dari bahasa Belanda seperti ketiga contoh taklagi

dianggap baku. Kosakata yang dianggap baku untuk ketiga kata tersebut

adalah tradisional, formal, dan sistem.

Pada akhir tahun 1990-an—ketika yang memimpin Indonesia

adalah Abdurrahman Wahid—perkembangan kosakata bahasa

Indonesian memperlihatkan gejala lain. Pada waktu itu muincul lagi

kosakata yang berasal dari bahasa Arab yang sebelumnya hanya

digunakan di lingkungan pesantren. Contohnya adalah kata-kata

istigosah, akhwat, dan ikhwan.

Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada

kosakata, tetapi juga pada bidang lain seperti istilah atau ungkapan dan

peribahasa. Hal itu dapat kita temukan dengan membaca Sitti Nurbaya

karya Marah Roesli dan Saman karya Ayu Utami, misalnya. Contoh lain

dapat kita temukan dengan membaca koran tahun 1980-an dan koran

tahun 2000-an. Tahun 1980-an muncul ungkapan menurut petunjuk,

demi pembangunan, dan sebagainya. Tahun 2000-an lebih sering muncul kata-kata reformasi, keos (chaos), dan sebagainya.

Perkembangan bahasa Indonesia tidak hanya terjadi pada ragam

resmi. Dalam ragam takresmi pun terjadi perkembangan. Bahkan,

perkembangan dalam ragam takresmi lebih pesat, namun juga lebih

cepat menghilang. Misalnya pada tahun 1980-an muncul kata asoy yang

(13)

penegas seperti pada ungkapan PD lagi atau abis lagi. Padahal arti lagi yang sebenarnya adalah ‘kembali’ atau ‘sedang’. Tahun 2004-an muncul

gitu lo atau getho lho, dan semacamnya, akhir-akhir ini kata galau dan tepar juga semakin popular.

Bidang makna pun mengalami perkembangan. Ada lima

penyebab perkembangan makna, yaitu sebagai berikut.

1. Peristiwa Ketatabahasaan

Sebuah kata, misalnya tangan, memiliki makna berbeda

karena konteks kalimat berbeda.

 Agus pulang dengan tangan hampa.

 Dia sudah lama dikenal sebagai anak yang

panjang tangan.

Tangan Hani sakit karena jatuh.

2. Perubahan Waktu

Ternyata perubahan waktu mempengaruhi makna pada

beberapa kosakata. Misalnya:

Makna dahulu Makna sekarang

Bapak: orang tua laki-laki,

ayah

Sebutan terhadap semua

orang laki-laki yang umurnya

lebih tua atau kedudukannya

lebih tinggi

Canggih: cerewet, bawel Pintar dan rumit, modern

Saudara: orang yang lahir

dari ibu dan bapak yang

Sapaan bagi orang yang sama

(14)

sama dianggap lahir dari lingkungan

yang sama seperti sebangsa,

seagama, sedaerah

3. Perbedaan Bahasa Daerah

Setiap bahasa baerah memiliki kosakata yang

berbeda-beda. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan apabila ada

kosakata yang sama, tetapi memiliki makna yang berbeda.

Misanya, kata atos dalam bahasa Sunda berarti ‘sudah’, sedangkan dalam bahasa jawa berarti ‘keras’.

4. Perbedaan Bidang Khusus

Dalam bidang kedokteran, kata koma berarti ‘sekarat’. Sedangkan dalam bidang bahasa berarti ‘salah satu tanda

baca untuk jeda’. Kata operasi dalam bidang kedokteran adalah ‘bedah’ atau ‘bedel’, dalam bidang kemiliteran atau

yang lain berarti ‘tindakan’, dan dalam bidang pendidikan

berarti ‘pelaksanaan rencana proses belajar mengajar yang

telah dikembangkan secara rinci’.

5. Perubahan Konotasi

Kata penyesuaian berarti ‘penyamaan’, tetapi agar orang

lain tidak terkejut atau marah, kata itu dipakai untuk makna

(15)

Perkembangan lain dalam bahasa Indonesia adalah pergantian

ejaan. Sejak 1972, bahasa Indonesia memakai sistem ejaan yang

dinamakan Ejaan yang Disempurnakan (EYD), yang dalam

kenyataannya sampai sekarang belum diperhatikan penuh oleh

masyarakat pemakainya. Karena itu, kesalahan pemakaian masih

banyak terjadi. Misalnya, banyak orang masih kesulitan membedakan

pemakaian huruf kecil dengan huruf kapital; pemakaian singkatan nama

diri, nama gelar, dan nama lembaga. Padahal, jika diperhatikan,

pemakaian ejaan dapat juga membedakan makna.

Perhatikan contoh kedua kalimat matematis ini! Perbedaan ada pada

pemakaian tanda baca koma.

Diketahui A = 4, berapa nilai B, C, D, dan E pada pernyataan berikut?

1) A = B, C, D, dan E

2) A = B, C, D dan E

Contoh lain tentang pemakaian huruf kapital dan huruf kecil.

Kemarin ibu pergi dengan Ibu Neneng.

Orang Sumedang makan tahu sumedang.

Kesalahan lain yang sering ditemukan adalah pelafalan yang tidak

sesuai dengan kaidah ejaan, menurut EYD, setiap kata dilafalkan sesuai

dengan hurufnya, kecuali untuk nama diri. Untuk nama diri, penulisan

dan pengucapan merupakan hak pribadi. Misalnya, Deassy, Dessy, Desi.

(16)

dapat membedakan huruf c dan huruf k, dan huruf s, atau huruf t dengan

huruf c, dalam beberapa kata yang berbeda.

Karena kurang perhatian terhadap hal-hal kecil seperti itu, banyak

(17)

BAB IV

SIKAP DAN KESADARAN DALAM BERBAHASA

Kita memiliki politik bahasa nasional—kekuatan politis—untuk

menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar. Pada sisi lain,

justru banyak penyimpangan dari kekuatan pedoman itu sehingga timbul

pertanyaan apakah berlaku hukum “di situ ada aturan, di situ pula ada

pelanggaran.” Penelusuran dua variabel itu memungkinkan kita untuk

dapat mengantisipasi sikap kita terhadap kasus-kasus seperti itu secara

proporsional. Lebih-lebih lagi cendekiawan, kita memiliki peran strategis

untuk menegakkan kebenaran politis dalam menjunjung martabat

bahasa Indonesia, sekaligus mengangkat jatidiri bangsa.

Politik bahasa nasional memberikan bobot kekuatan terhadap

bahasa Indonesia dibandingkan dengan bahasa daerah atau bahasa

asing. Salah satu fungsi politik bahasa nasional yaitu memberikan dasar

dan pengarahan bagi perencanaan dan pengembangan bahasa nasional

sehingga dapat memberikan jawaban tentang fungsi dan kedudukan

bahasa (nasional) dibandingkan dengan bahasa-bahasa lain. Selain itu,

kita tahu bahwa Sumpah Pemuda yang dibentuk tahun 1928 tidak hanya

mengakui, tetapi juga menjunjung tinggi bahasa Indonesia sebagai

bahasa persatuan. Dengan demikian, mendudukkan bahasa Indonesia

dalam status yang tinggi tidaklah berlebihan, bahkan sudah

(18)

Kita ketahui bahwa bahasa Indonesia memiliki posisi penting

dalam hubungannya dengan bahasa lain. Kita dituntut untuk memiliki

perencanaan matang dan terarah dalam menghadapi perubahan dan

perkembangan kebudayaan. Itulah yang dinamakan kemantapan

dinamis.

Pada pihak lain, banyak di antara kita yang kurang atau bahkan

tidak memerhatikan posisi bahasa Indonesia. dengan berbagai alasan,

mereka banyak menyelipkan kata—bahkan kalimat—berbahasa asing,

baik secara lisan maupun secara tertulis tanpa memerhatikan sasaran

yang dituju. Misalnya, kita lihat orang-orang di sekitar kita, atau saat kita

berjalan-jalan ke suatu toko, banyak di antara mereka menggunakan

bahasa asing (baca:Inggris!). padahal kita atau orang-orang yang

berkunjung ke toko tersebut tidak mengerti bahasa Inggris.

Alasan mereka berkisar pada hal-hal yang sebenarnya tidak tepat

dijadikan alasan. Misalnya, bahasa Indonesia kaku, di dalam bahasa

Indonesia kata asing itu tidak ada, atau bahasa Indonesia tidak menarik

minat calon pembeli. Singkatnya, bahasa Indonesia tidak bergengsi

tinggi.

Jika kita telusuri, yang kaku bukan bahasa Indonesia, melainkan

kita sebagai pemakainya. Bahasa Indonesia memiliki imbuhan untuk

pengaya kata. Jadi, jika belum ada kata yang tepat, kita cari di kamus,

(19)

Indonesia kurang bergengsi, kitalah yang bertanggung jawab menaikkan

gengsinya karena kita pemilik sekaligus pemakainya.

Sebenarnya, kalau kita sadari, banyak dukungan politis bagi bagi

pengindonesiaan kata dan istilah asing, antara lain, sebagai berikut:

1. Sumpah Pemuda 1928;

2. UUD 1945, Bab XV Pasal 36 tentang bahasa negara;

3. Keputusan Presiden RI Nomor 57 tahun 1972 tentang

penggunaan Ejaan yang Disempurnakan;

4. Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 tanggal 28

Oktober 1991 tentang pemasyarakatan bahasa Indonesia

dalam rangka pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa;

5. Instruksi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Ri Nomor

1/U/1992 tanggal 10 April 1992 tentang peningkatan usaha

pemasyarakatan bahasa Indonesia dalam memperkukuh

persatuan dan kesatuan bangsa; dan

6. Surat Menteri Dalam Negeri Ri kepada Gubernur, Walikota,

dan Bupati Nomor 434/1021/SJ tanggal 16 Maret 1995 tentang

penertiban pengguanaan istilah asing.

Akan tetapi, keenam butir tersebut hanya dilirik dan ditaati selama

empat tahun. Setelah pergantian menteri, keenam butir itu tidak

diperhatikan lagi, baik oleh perseorangan, lembaga swasta, maupun

lembaga pemerintah. Contoh kecil, hampir di berbagai perguruan tinggi

(20)

Student Center. Mengapa tidak memakai Gedung Mahasiswa atau Pusat Mahasiswa atau yang lainnya karena penghuninya merupakan bangsa

Indonesia? mengapa juga di jalan yang dilalui oleh angkutan kita

terdapat rambu yang bertuliskan Slow Down? Apakah semua sopir angkutan kota mengerti bahasa Inggris? Contoh lain di pertokoan sangat

marak pemakaian kata-kata asing, padahal pengunjungnya sangat

sedikit yang mengerti abhasa asing secara baik.

Pemakaian kata atau istilah asing tampaknya dipandang sebagai

peningkat gengsi sosial. Padahal kalau kita sadari bersama secara

kompak, bahasa Indonesia pun bisa dipakai untuk menaikkan gengsi

sosial. Misalnya, ketika kita masuk ke sebuah pusat perbelanjaan yang

megah dan di sana kita lihat label-label barang dan nama-nama sudut

toko memakai bahasa Indonesia, secara psikologis gengsi kita tetap

sebagai orang “kotaan”, orang “modern”. Yang menurunkan atau

menaikkan gengsi sosial kita dalam hal ini mungkin saja pakaian dan

(21)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Bahasa Indonesia masih harus dipelajari di perguruan tinggi

disebabkan oleh empat faktor yang harus kita perhatikan. Keempat

faktor tersebut adalah (1) kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia

sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, (2) variasi pemakaian

bahasa Indonesia, (3) perkembangan bahasa Indonesia, dan (4) sikap

dan kesadaran berbahasa Indonesia.

B. Saran

Menurut kami, dalam berbahasa Indonesia yang baik dan benar

perlu dipelajari dan dipahami kembali. Karena, di era globalisasi ini, kita

sering mengucapkan dan menulis bahasa Indonesia yang salah. Maka

dari itu, mempelajari dan memahami bahasa Indonesia penting bagi kita

selaku bangsa Indonesia. Selain di pusat pendidikan, banyak sumber

dan referensi lain yang dapat kita baca untuk memperoleh ilmu

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Suganda, Dadang dkk. 2014. Bahasa Indonesia untuk Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung: Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya

Referensi

Dokumen terkait

pelaksanaan tugas yang dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kabupaten Pinrang, DPRD menilai bahwasanya Dinas Pendapatan

Salah satu bentuk refleksi dan realisasi dari hal tersebut, UKM desain yang merupakan Unit Kegiatan Mahasiswa di UNNES merencanakan kegiatan dalam bentuk pengetahuan

Pangruwating Diyu adalah sebuah ilmu sebagai kunci orang dapat memahami isi indraloka pusat tubuh manusia yang berada di dalam rongga dada yaitu pintu gerbang atau kunci rasa

Infeksi kontaminan pada malaria dan filariasis limfatik dari vektor nyamuk Anopheles dan manusia lebih mungkin terjadi ketika prevalensi dari kedua parasit tinggi. Yang

Pada bab II ini diuraikan mengenai materi-materi yang digunakan dan juga materi-materi yang mendukung pengerjaan Tugas Akhir, diantaranya adalah distribusi Weibull, fungsi

Bersesuaian dengan itu, makmal Sains telah diwujudkan di sekolah-sekolah rendah dan juga menengah, di mana makmal Sains merupakan tempat yang penting dan kondusif bagi guru

103 UK/UTN SM3T PGSD DWI WIDI ASTUTIK Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA TIDAK MENGULANG 104 UK/UTN SM3T PGSD ERY RIZKI PRATAMA Universitas Negeri Malang PPG SM3T UTAMA

Adapun pendekatan analisis yang digunakan adalah descriptif analisis (analisis deskriptif). Sementara pendekatan penelitiannya adalah teologis normatif, yaitu suatu