• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERVENSI PEMERINTAH DALAM BISNIS INTER (2)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTERVENSI PEMERINTAH DALAM BISNIS INTER (2)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

INTERVENSI PEMERINTAH

DALAM BISNIS INTERNASIONAL

MAKALAH

BISNIS INTERNASIONAL

Dosen Pembimbing Siti Noor Khikmah, S.E, M.Si Faqiatul Mariya Waharini, S.E, M.Si

Kelompok 7

1. Zul-haj Arasy (15.0102.0217)

2. Wahyuning Ardhiyati (15.0102.0088)

3. Rahmadhanti Ananda F. (15.0102.0192)

4. Putri Sary Adiningrum (15.0102.0143)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

(2)

A. PENDAHULUAN

Globalisasi adalah pengintegrasian internasional individu-individu dengan jaringan-jaringan informasi serta institusi ekonomi sosial dan politik yang terjadi secara cepat dan mendalam pada takaran yang belum pernah dialami selama sejarah dunia sebelumnya (Deliarnov, 2006:201).

Globalisasi pada dasarnya adalah suatu fenomena dimana terdapatnya perubahan pada bidang kehidupan manusia baik dari segi ekonomi, politik maupun sosial. Globalisasi yang pada mulanya mengarah pada perubahan yang terjadi pada setiap individu telah mendelegasi dan menyangkut pada kehidupan suatu negara. Perubahan tersebut umumnya mengarah pada pengikut sertaan suatu paham, gaya hidup, hingga kebijakan yang dianut oleh suatu negara. Globalisasi juga terjadi dalam ruang lingkup ekonomi.

Proses globalisasi ekonomi adalah perubahan perekonomian dunia yang bersifat mendasar atau struktural dan proses ini akan berlangsung terus dengan laju yang akan semakin cepat mengikuti perubahan teknologi yang juga akan semakin cepat dan peningkatan serta perubahan pola kebutuhan masyarakat dunia. Perkembangan ini telah meningkatkan kadar hubungan saling ketergantungan ekonomi dan juga mempertajam persaingan antar negara, tidak hanya dalam perdagangan internasional tetapi juga dalam investasi, keuangan, dan produksi. Globalisasi ekonomi ditandai dengan semakin menipisnya batas-batas geografi dari kegiatan ekonomi atau pasar secara nasional atau regional, tetapi semakin mengglobal menjadi “satu” proses yang melibatkan banyak negara. Globalisasi ekonomi biasanya dikaitkan dengan proses internasionalisasi produksi, perdagangan dan pasar uang. Globalisasi ekonomi merupakan suatu proses yang berada diluar pengaruh atau jangkauan kontrol pemerintah, karena proses tersebut terutama digerakkan oleh kekuatan pasar global, bukan oleh kebijakan atau peraturan yang dikeluarkan oleh sebuah pemerintah secara individu.

(3)

negarapun membuat kebijakan perdagangan internasionalnya masing-masing, ada beberapa bentuk kebijakan perdagangan internasional yaitu proteksionis dan pasar bebas.

Kebijakan perdagangan internasional yang dianut tiap negara berbeda-beda. Ada negara yang menganut kebijakan perdagangan proteksionis (perlindungan), ada pula yang menganut kebijakan perdagangan bebas (free trade). Baik negara yang menganut kebijakan perdagangan proteksionis maupun yang menganut kebijakan perdagangan bebas, pada umumnya melakukan kebijakan perdagangan internasional dengan tujuan: 1. Mengendalikan Ekspor dan Impor

2. Melindungi produksi dalam negeri 3. Meningkatkan pendapatan negara

Sebagaimana di sebutkan diatas, kebijakan perdagangan setiap negara berbeda dengan negara lain. Ada negara yang memilih menjalankan kebijakan perdagangan bebas (free trade) ada yang memilih menjalankan kebijakan perdagangan proteksionis, dan ada pula yang memilih gabungan keduannya. Namun yang paling relevan diterapkan pada era saat ini adalah politik perdagangan pasar bebas.

(4)

B. PEMBAHASAN

a. Pengertian Kebijakan Ekonomi Internasional

Kebijakan ekonomi adalah cara yang ditempuh atau tindakan yang diambil pemerintah dengan maksud mengatur kehidupan ekonomi nasional guna mencapai tujuan tertentu. (Gilarso, 2004:225).

Kebijakan ekonomi internasional dalam arti luas meliputi semua kegiatan ekonomi pemerintah suatu negara yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi komposisi, arah dan kegiatan ekspor impor barang dan jasa yang dilaksanakan oleh pemerintah tersebut. Karena itu, sekalipun suatu kebijakan ditujukan untuk mengatasi pemasalahan dalam negeri, tapi bila secara langsung atau tidak langusng berpengaruh terhadap ekspor dan impor maka dapat dimasukkan dalam kebijakan ekonomi internasional.

Kebijakan ekonomi internasional dalam arti sempit yaitu hanya meliputi kebijakan yang langsung mempengaruhi ekspor dan impor. Kebijakan internasional dalam arti sempit ini berkaitan dengan ekspor barang dan jasa, oleh karena itu cakupannya sangat luas mengingat banyaknya barang atau jasa yang diekspor maupun diimpor, mulai dari barang konsumsi, produksi sampai pada tenaga kerja.

Jadi, kebijakan ekonomi internasional adalah keseluruhan tindakan pemerintah suatu negara yang bertujuan untuk meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan negaranya dengan melalui kegiatan yang mendorong ekspor dan mengatur/mengendalikan impor. Keseluruhan tindakan tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung akan memperoleh komposisi, arah serta bentuk dari perdagangan dan pembayaran internasional.

b. Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

1. Autarki, tujuan ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional. Tujuan autarki bermaksud untuk menghindarkan dari pengaruh-pengaruh negara lain baik pengaruh-pengaruh ekonomi, politik atau militer.

(5)

internasional seperti tarif, kuota, dsb akan dihilangkan atau paling tidak dikurangi. Hal ini berarti mengarah ke perdagangan bebas.

3. Proteksi, tujuannya untuk melindungi industri dalam negeri dari persaingan barang impor. Kebijakan dapat berupa tarif atau kuota impor.

4. Keseimbangan neraca pembayaran, terutama bagi negara yang mengalami defisit dalam neraca pembayarannya, posisi cadangan valuta asingnya lemah. Maka diperlukan kebijakan ekonomi internasional guna menyeimbangkan neraca pembayaran internasionalnya. Kebijakan ini ummnya berbentuk pengawasan devisa (exchange control). Pengawasan devisa tidak hanya mengatur/mengawasi lalu lintas tapi juga modal.

5. Pembangunan ekonomi untuk menunjang pembangunan ekonomi suatu negara pemerintah dapat mengarahkan perdagangan internasionalnya dengan kebijakan seperti:

a) Perlindungan terhadap industri dalam negeri yang baru tumbuh ( infant-industries).

b) Mengurangi impor barang yang nonesensial dan mendorong impor barang-barang yang lebih esensial.

c) Mendorong ekspor.

c. Instrumen Yang Digunakan Pemerintah Untuk Mempengaruhi Arus Perdagangan

Dalam kebijakan Pemerintah terkait perdagangan Internasional digunakan tujuh instrumen utama, antara lain: tarif, subsidi, kuota impor, pembatasan ekspor sukarela, persyaratan konten lokal, kebijakan administratif, dan tugas antidumping. Tarif merupakan instrumen paling utama dan paling sederhana dari kebijakan perdagangan. Instrumen-instrumen tersebut juga digunakan oleh GATT dan WTO yang telah berhasil dalam membatasi perdagangan bebas.

1. Kebijakan ekspor dan impor

Kebijakan Ekspor dalam perdagangan Internasional diantaranya:

(6)

yang sama, harga untuk negara yang satu lebih mahal atau lebih murah daripada negara lainnya. Hal ini dilakukan atas dasar perjanjian atau dalam rangka perang aktif.

2) Pemberian premi (subsidi). Kebijakan pemerintah untuk memajukan ekspor adalah dengan memberi premi kepada badan usaha yang melakukan ekspor. Pemberian premi (subsidi) itu antara lain berupa bantuan biaya produksi serta pembebasan pajak dan fasilitas lain, dengan tujuan agar barang ekspor memiliki daya saing di luar negeri.

3) Dumping adalah kebijakan yang diambil oleh pemerintah dengan menetapkan barang ekspor (harga barang diluar negeri) lebih murah daripada harga di dalam negeri. Cara ini hanya dapat dilakukan bila pasar dalam negeri dikendalikan atau dikontrol oleh pemerintah.

4) Politik dagang bebas merupakan suatu kebijakan dimana masing-masing pemerintah memberi kebebasan dalam ekspor dan impor.

5) Larangan ekspor merupakan kebijakan atas suatu negara untuk melarang ekspor barang-barang tertentu ke luar negeri. Penyebabnya bisa karena alasan ekonomi, politik, sosial dan budaya.

Kebijakan Impor dalam perdagangan Internasional diantaranya:

1) Pengenaan bea masuk/tarif, merupakan kebijakan pembebanan pajak atas barang-barang impor atau barang yang masuk ke Indonesia. Kebijakan ini ditetapkan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara dalam bentuk devisa.

2) Kuota impor, kebijakan kuota impor dilakukan untuk membatasi masuknya barang impor dalam negeri. Pemerintah dapat menentukan jumlah atau jenis barang impor yang akan masuk kedalam negeri, hal ini akan membantu produsen dalam negeri untuk memproduksi barang yang dirasa mampu bersaing dengan barang impor yang dijual di pasar dalam negeri.

(7)

4) Kebijakan subsitusi impor, kebijakan mengadakan subsitusi impor ditujukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap luar negeri dengan mendorong produsen luar negeri agar dapat membuat sendiri barang-barang yang di impor dalam negeri.

5) Devaluasi, kebijakan berupa devaluasi merupakan kebijakan pemerintah untuk menurunkan mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing dengan sengaja. Dengan devaluasi menyebabkan harga barang impor menjadi lebih mahal, sehingga akan mengurangi pembelian barang impor.

2. Kebijakan Tarif dan Non-Tarif

Tarif yang merupakan kebijakan perdagangan yang paling umum, adalah sejenis pajak yang dikenakan atas barang-barang yang diimpor. Tarif spesifik (specific tariff’s) dikenakan sebagai beban tetap unit barang yang diimpor. Sedangkan tarif ad valorem (ad valorem tariff’s) adalah pajak yang dikenakan berdasarkan presentase tertentu dari nilai barang-barang yang diimpor. Tarif merupakan bentuk kebijakan perdagangan yang paling tua dan secara tradisional telah digunakan sebagai sumber penerimaan pemerintah sejak lama. Namun, maksud utama pengenaan tarif biasanya tidak semata-mata memperoleh pendapatan pengisi kas pemerintah, malainkan juga sebagai suatu alat untuk melindungi sektor-sektor tertentu didalam negeri dari tekanan persaingan produk impor.

1) Kebijakan hambatan tarif (tariff barrier)

Adalah suatu kebijakan proteksionis terhadap barang–barang produksi dalam negeri dari ancaman membanjirnya barang-barang sejenis yang diimpor dari luar negeri, dengan cara menarik/mengenakan pungutan bea masuk kepada setiap barang impor yang masuk untuk dipakai/dikonsumsi habis di dalam negeri.

Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu:

(8)

b) Bea transito (transit duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan barang-barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara lain.

c) Bea impor (import duties) adalah pajak atau bea yang dikenakan terhadap barang-barang yang masuk dalam suatu negara (didalam

custom area). Jenis tarif:

a) Ad valorem duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan dalam presentase dari nilai barang yang dikenakan bea tersebut. b) Specific duties, yakni bea pabean yang tingginya dinyatakan untuk

tiap ukuran fisik daripada barang.

c) Specific ad valorem atau compound duties, yakni bea yang merupakan kombinasi antara specific dan ad valorem. Misalnya suatu barang tertentu dikenakan 10% tarif ad valorem ditambah Rp 20.000 untuk setiap unit.

Sistem tarif:

a) Single-column tariffs: sistem di mana untuk masing-masing barang hanya mempunyai satu macam tarif. Biasanya sifatnya autonomous tariffs (tarif yang tingginya ditentukan sendiri oleh sesuatu Negara tanpa persetujuan dengan negara lain). Kalau tingginya tariff ditentukan dengan perjanjian dengan negara lain disebut conventional tariffs.

b) Double-column tariffs: sistem di mana untuk setiap barang mempunyai 2 (dua) tarif. Apabila kedua tarif tersebut ditentukan sendiri dengan undang-undang, maka namanya : “bentuk maksimum dan minimum”.

(9)

Efek tarif :

Pembebanan tarif terhadap sesuatu barang dapat mempunyai efek terhadap perekonomian suatu negara, khususnya terhadap pasar barang tersebut. Beberapa sfek tarif tersebut adalah:

a) Efek terhadap harga (price effect).

b) Efek terhadap konsumsi (consumption effect).

c) Efek terhadap produk (protective/import substitution effect) d) Efek terhadap redistribusi pendapatan (redistribution effect).

2. Kebijakan hambatan non-tarif (non-tariff barrier)

Adalah berbagai kebijakan perdagangan selain bea masuk yang dapat menimbulkan distorsi, sehingga mengurangi potensi manfaat perdagangan internasional.

A.M. Rugman dan R.M. Hodgetts mengelompokkan hambatan non-tarif (non-tariff barrier) sebagai berikut:

1) Pembatasan spesifik (specific limitation): a. Larangan impor secara mutlak. b. Pembatasan impor (kuota sistem).

c. Peraturan atau ketentuan teknis untuk impor produk tertentu. d. Peraturan kesehatan atau karantina.

e. Peraturan pertahanan dan keamanan negara. f. Peraturan kebudayaan.

g. Perijinan impor. h. Embargo.

i. Hambatan pemasaran atau marketing. 2) Peraturan bea cukai (customs administration rules):

a. Tata laksana impor tertentu (procedure). b. Penetapan harga pabean.

(10)

d. Consulate formalities.

e. Packaging/labeling regulations. f. Documentation needed.

g. Quality and testing standard. h. Pungutan administasi (fees). i. Tariff classification.

3) Partisipasi pemerintah (government participation): a. Kebijakan pengadaan pemerintah.

b. Subsidi dan insentif ekspor, subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk memberikan perlindungan atau bantuan kepada industry dalam negeri dalam bentuk keringanan pajak, pengembalian pajak, fasilitas kredit, subsidi harga, dan lain-lain.

c. Counter valuing duties.

d. Domestic assistance programs. e. Trade-diverting.

f. Import charges. g. Import deposits.

h. Supplementary duties.

i. Variable levies.

3. Kebijakan Perdagangan lainnya

Sesungguhnya, tarif itu adalah bentuk atau jenis kebijakan kebijakan perdagangan yang paling sederhana. Dalam praktek perdagangan dunia di era modern ini, kebanyakan pemerintah melakukan campur tangan dalam kegiatan perdagangan Internasional dengan menggunakan instrument-instrumen kebijakan lainnya yang lebih kompleks. Ada tiga kebijakan ekonomi/perdagangan internasional lainnya, antara lain:

1) Politik Proteksi

Politik Proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor.

(11)

a. Memaksimalkan produksi dalam negeri. b. Memperluas lapangan kerja.

c. Memelihara tradisi nasional.

d. Menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu komoditi andalan.

e. Menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada negara lain.

2) Politik Dagang Bebas

Politik dagang bebas adalah kebijakan pemerintah untuk mengadakan perdagangan bebas antarnegara. Pihak-pihak yang mendukung kebijakan perdagangan bebas mengajukan alasan bahwa perdagangan bebas akan memungkinkan bila setiap Negara berspesialisasi dalam memproduksi barang dimana suatu negara memiliki keunggulan komparatif.

3) Politik Autarki

Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer, sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan pembayarannya harus membeli uang dolar terlebih dahulu pada suatu bank devisa dengan kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.

4. Perangkat kebijakan perdagangan lainnya:

Masih banyak cara lainnya yang dapat digunakan oleh pemerintah untuk memengaruhi intensitas perdagangan Internasional. Beberapa diantaranya dapat kita kemukakan secara singkat sebagai berikut:

1) Proyek pengadaan pemerintah (National procurement)

Pembelian-pembelian oleh pihak pemerintah ataupun perusahaanperusahaan yang diatur secara ketat dapat diarahkan pada barangbarang yang diproduksi di dalam negeri, meskipun barangkali barangbarang tersebut sebenarnya lebih mahal daripada barang yang sejenis yang diimpor.

(12)

Terkadang pemerintah ingin membatasi impor tanpa melakukannya secara formal.

C. KESIMPULAN

Suatu kebijakan sangat berperan dalam sebuah kegiatan ekonomi, baik secara nasional maupun Internasional. Kebijakan berarti mengatur. Dalam skala global, perdagangan Internasional tidak lepas dari kebijakan yang meliputi ekspansi pasar, baik secara ekspor maupun bagaimana kebijakan ekonomi ketika memutuskan untuk impor.

Dalam makalah ini telah dijelaskan pengertian instrumen kebijakan dan tujuan kebijakan ekonomi Internasional. Diantara tujuan kebijakan ekonomi Internasional itu adalah autarki, proteksi, kesejahteraan dan keseimbangan neraca pembayaran. Dalam makalah ini juga telah dijelaskan bagaimana kebijakan ekspor-impor dan mengapa kebijakan tersebut perlu diterapkan. Menjelaskan kebijakan tariff dan non-tariff dan kebijakan ekonomi lainnya.

A. DAFTAR PUSTAKA

Hill, Charles W.L., 2010, International Business: Competing In The Global Market Place, anonym: McGra Hill Irwin.

Krugman, R. Paul dan Maurice Obstfeld. 2004. Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan jilid 5. Jakarta: PT. INDEKS

Referensi

Dokumen terkait

Anak-anak sangat senang karena telah ada guru di sekolah, selama ini ada guru tetapi jarang masuk sekolah dalam 1 bulan belum tentu dia akan hadir ke sekolah, dengan adanya kami

Strategi pembelajaran aktif tipe Point Counterpoint menggunakan Poster Session merupakan panggabungan dan perpaduan dua strategi pembelajaran guna memperkuat dan saling

Menumt Munawir (2014: 116), modal kerja akan memberikan keuntungan lain, antara lain adalali:.. 1) Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunnya nilai dari

Penelitian ini adalah studi empiris untuk mengetahui pengaruh tingkat religiusitas dan persepsi terhadap minat menabung pada santri pondok pesantren Al- Munawwir krapyak di

Preparat kecantikan atau rias dan preparat untuk perawatan kulit (selain obat-obatan), termasuk preparat penutup atau pelindung kulit terhadap sinar matahari;

Pemanas air instan atau pemanas air dengan tempat penyimpanan dan pemanas celup, listrik; aparatus pemanas ruangan dan pemanas tanah,l istrik; aparatus penata rambut

Berdasarkan uraian di atas, menarik untuk dikaji melalui suatu studi mikro, bagaimanakah pengambilan keputusan suami-istri keluarga petani dalam menentukan jumlah keluarga

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan kinerja penyuluh peternakan dalam kategori sangat baik, pengetahuan penyuluh dalam kategori sangat