• Tidak ada hasil yang ditemukan

PTK ENCEP HENDAR kelas 4

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PTK ENCEP HENDAR kelas 4"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut terciptanya masyarakat yang gemar belajar. Proses belajar yang efektif antara lain dilakukan melalui membaca. Masyarakat yang gemar membaca memperoleh pengetahuan dan wawasan baru yang akan semakin meningkatkan kecerdasannya sehingga mereka lebih mampu menjawab tantangan hidup pada masa-masa mendatang.

Membaca semakin penting dalam kehidupan masyarakat yang semakin kompleks setiap aspek kehidupan melibatkan kegiatan membaca. Di samping itu, kemampuan membaca merupakan tuntutan realitas kehidupan sehari-hari manusia. Beribu buku dan berjuta koran di terbitkan setiap hari. Informasi ini menimbulkan tekanan pada guru untuk menyiapkan bacaan yang memuat informasi yang relevan untuk siswa-siswinya.

Membaca merupakan dasar bagi pengetahuan manusia, berhasil atau tidaknya anak-anak menguasai berbagai pelajaran dan pengetahuan di sekolah dan dalam masyarakat, sangat tergantung pada pengetahuan dan penguasaan membaca, sehingga sangat disayangkan apabila salah seorang siswa atau siswi kita yang sudah menginjak bangku sekolah dasar masih kurang dalam membaca, pelajaran membaca di Sekolah Dasar merupakan dasar atau landasan untuk pendidikan yang lebih tinggi (Muchlisoh 133).

(2)

Berbagai penelitian membuktikan bahwa pada umumnya anak mempunyai kesiapan penglihatan untuk membaca pada usia 5 - 6 tahun. Pada usia tersebut anak memiliki kompetensi koordinasi binakular (Harjasujana : 13) persepsi yang dalam, pempokusan pengaturan dan pengubahan perasaan secara bebas. Tetapi pada usia tersebut anak sudah berpenyakit pandangan jauh, akan tetapi anak itu merupakan pribadi-pribadi dengan pola kepribadian yang berbeda.

Dari data empiris di lapangan, khususnya di sekolah kami, ternyata masih banyak siswa kelas empat yang belum bisa membaca, padahal menurut Piaget pada umumnya semua siswa kelas empat harus sudah bisa membaca. Tetapi di sekolah kami siswa kelas empat masih banyak yang kurang mampu dalam membaca permulaan. Oleh karena itu penulis mencoba untuk menerapkan ”Penggunaan Metode Iqra untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca pada siswa kelas empat. Mengapa penulis memilih metode ini dalam penelitian ini karena metode IQRA yang diterapkan pada belajar membaca Al-Qur’an yang diyakini lebih efektif dalam belajar membaca permulaan Al-Qur’an.

Dengan menggunakan metode ini siswa diharapkan akan menjadi lebih aktif dalam membuat rangkaian kata-kata menjadi suatu kalimat, apalagi dengan menggunakan media, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Metode ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif dan kreatif dan menambah keberanian untuk maju kedepan kelas menempelken media tersebut.

(3)

menerapkan metode ini untuk lebih mempermudah membaca bagi siswa kelas rendah, metode ini membutuhkan banyak latihan bagi siswa-siswanya sehingga siswa menjadi lebih kreatif dengan bimbingan guru.

. Membaca pada dasarnya merupakan suatu proses perkembangan yang terjadi sepanjang hayat seseorang. Sehingga dalam Kitab Suci Qur’an surat Al-Alaq ayat 1 s.d 5 disebutkan yaitu :

Artinya :

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,

4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam[1589], 5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

[1589] Maksudnya: Allah mengajar manusia dengan perantaraan tulis baca. Dalam surat tersebut disebutkan bahw Allah SWT mengajarkan manusia dengan perantaraan membaca, jadi kita bisa mengetahui semua yang ada dialam semesta ini dengan cara membaca dalam surat tersebut diatas disebutkan bahwa (“Iq’ra”) bacalah, dengan membaca hidup kita menjadi lebih maju dan bertujuan, dan pengetahuan lebih luas.

(4)

sehari-hari. Karena Metode Iqra ini menurut penulis sangat relevan dan mudah dipelajari siswa kelas rendah serta mempercepat proses membaca siswa dari asalnya tidak bisa membaca menjadi lancar dalam membaca.

B. Identifikasi Masalah

Pembelajaran yang di laksanakan di sekolah-sekolah khususnya di sekolah dasar pada saat ini membutuhkan pemahaman yang luas, sehingga sangat disayangkan apabila siswa-siswinya masih belum bisa membaca, apalagi sudah menginjak ke kelas 4. Pemahaman tentang membaca sangat diperlukan untuk mengetahui berbagai informasi yang berkembang, dan untuk menambah ilmu pengetahuan.

Untuk mengatasi siswa-siswi yang belum bisa dalam membaca khususnya kelas 4, penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan sarana termudah untuk meneliti, menyempurnakan, meningkatkan, dan mengevaluasi pengelolaan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dan pelajaran-pelajaran lainnya. Karena kalau siswa-siswinya masih ada yang belum bisa membaca maka pelajaran-pelajaran akan tertinggal jauh oleh siswa yang lain yang sudah bisa membaca.

Metode Iqra yang akan diterapkan kepada siswa-siswi yang belum bisa dalam membaca dapat memberikan dukungan ataupun pemahaman yang benar mengenai pentingnya membaca dalam setiap mata pelajaran.

(5)

Masalah dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah mengenai kesulitan membaca pada siswa-siswi kelas 4, khususnya pada pelajaran Bahasa Indonesia yang memerlukan pemahaman dalam membaca.

Adapun rumusan masalahnya adalah sebagai barikut :

1. Bagaimana proses pelaksanaan Metode Iqra pada pembelajaran membaca permulaan di kelas empat?

2. Bagaimana efektifitas pembelajaran membaca menggunakan Metode Iqra pada siswa yang mengalami kendala dalam membaca pada siswa kelas empat?

3. Bagaimana hasil pembelajaran siswa dalam membaca pemulaan dengan menggunakan Metode Iqra?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian yang akan kami kembangkan yaitu

1. Mengetahui proses belajar mengajar dengan mengunakan Metode Iqra. 2. Mengetahui keefektipan Metode Iqra dalam Pembebelajaran di kelas empat. 3. Mengetahui keefektipan hasil belajar siswa.

(6)

Hipotesis tidakan dalam PTK ini adalah:

1. Pelaksanaan metode Iqra pada siswa-siswi yang belum bisa dalam membaca sangat memerlukan waktu yang cukup lama dan latihan-latihan secara terus menerus.

2. Penggunaan metode Iqra pada siswa-siswi yang belum lancar atau belum bisa membaca sangat efektif digunakan terbukti dengan banyaknya siswa yang sudah lancar dalam membaca setelah setelah menggunakan metode ini.

3. Hasil yang diperoleh sangat memuaskan dengan metode ini, terbukti dengan meningkatnya kemajuan siswa yang belum bisa menjadi bisa dalam menbaca.

F. Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi guru-guru kelas rendah khususnya, maupun bagi siswa-siswi yang belum bisa membaca pada kelas tinggi, yaitu sebagai berikut.

1. Memiliki gambaran tentang cara efektif dalam belajar membaca permulaan. 2. Menjadi motivasi guru dalam mengajarkan pembelajaran membaca permulaan

bagi siswa-siswi yang belum lancer dalam membaca

3. Sebagai rujukan pembuatan PTK yang akan di buat selanjutnya bagi guru yang lain.

BAB III KAJIAN PUSTAKA

(7)

Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research). Untuk menguraikan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan, maka digunakan metode kualitatif yang merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data secara deskriptif. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Nasution (Kurniah, 1995:47) yang mengemukakan bahwa salah satu ciri dari penelitian kualitatif adalah penelitian diusahakan dapat menyimpulkan data secara deskriptif yang dituangkan dalam bentuk laporan dan uraian.

Berdasarkan tehnik tersebut dapat diketahui sacara sistematik mengenai proses belajar mengajar yang dilakukan. Melalui penelitian tindakan kelas dilakukan refleksi pembelajaran dengan melakukan tindakan agar dapat memperbaiki pembelajaran dikelas. Hal ini yang sesuai dengan pendapat Kasbolah (1998:14-15) ”Penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan bertujuan untuk memperbaiki meningkatkan kualitas pembelajaran”.

Dalam penelitian ini dilakukan penelitian tindakan kelas yang memfokuskan aktivitas dalam tindakan-tindakan tertentu untuk membantu guru dalam meningkatkan pemahaman siswa terhadap keterampilan membaca permulaan. Dalam penelitian kelas, seorang guru dapat menliti sendiri praktek pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas. Melalui tindakan-tindakan yang telah direncanakan, dievaluasi serta dengan adanya umpan balik mengenai apa yang selalu dilakukan guru pada saat pembelajaran berlangsung, maka guru dapat merancang perbaikan proses pembelajaran.

Gambar 3.1. Spiral PTK

(8)

Siklus I

Siklus II

B. Konsep Dasar Membaca

Perkembangan siswa yang sudah lancar dalam membaca sangat jauh dengan siswa yang belum lancar dalam membaca. Anak yang sudah lancar dalam membaca lebih proaktif dalam setiap pembelajaran. Mereka selalu memberikan pertanyaan ataupun tanggapan terhadap penjelasan guru. Kenyataan di atas sesuai dengan pendapat Sabarti yang menyatakan bahwa kemampuan membaca merupakan salah satu kunci keberhasilan siswa dalam meraih kemajuan, dengan kemampuan membaca yang memadai, anak-anak akan lebih mudah menggali informasi dari berbagai sumber tertulis (1992: 33).

masalah

Perencanaan

Aksi

Observasi Refleksi

Aksi

Perencanaan Ulang Observasi

(9)

Kemampuan yang dimiliki oleh siswa yang sudah lancar dalam membaca, tidak diperoleh secara alamiah, melainkan melalui proses pembelajaran yang sebagian merupakan tanggung jawab guru. Dalam hal ini guru dituntut untuk membantu siswanya dalam upaya mengembangkan kemampuan siswa dalam membacanya, jadi tugas guru yang paling utama adalah mengembangkan kemampuan yang sudah dimiliki siswa dengan menggabungkan berbagai ilmu pengetahuan yang dimiliki guru sehingga siswa tersebut merasakan kemajuan yang diperolehnya dari sekolah.

Keterampilan membaca memiliki sifat yang sangat luas karena keterampilan ini berkaitan erat dengan berbagai bidang studi, berbagai tujuan, berbagai keterampilan dalam pengajaran bahasa Indonesia. Bahkan dalam berbagai cabang ilmu pengetahuan, membaca merupakan kunci dari berbagai ilmu pengetahuan. Berbagai ilmu pengetahuan dapat kita pelajari dengan cara membaca, bukan hanya dipahami atau dilihat tetapi dibaca untuk memperoleh makna tertentu. Dengan membaca kita dapat mengembangkan berbagai nilai moral, kemampuan bernalar, serta kreatifitas siswa menjadi lebih luas.

(10)

Struktur kurikulum di sekolah-sekolah yang ada dinegara kita, dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi tidak dikenal adanya mata pelajaran membaca. Sehingga bagaimana kita mau berbicara tentang sosok guru yang berkompeten dan berkualifikasi profesional (Tarigan dkk, 1989:6).

Ada memang pelajaran membaca di sekolah-sekolah, yakni yang diajarkan oleh guru-guru bahasa Indonesia, karena pelajaran membaca merupakan salah satu pokok bahasan mata pelajaran bahasa Indonesia. Sementara pokok bahasan yang ada dalam pelajaran bahasa Indonesia sangat banyak antara lain : menulis, menyimak, mendengarkan, pragmatik, sastra, tata bahasa dan sebagainya.

Sementara kita semua tahu bahwa alokasi waktu yang tersedia untuk pelajaran Bahasa Indonesia sangat terbatas sekali, karena berebutan dengan mata pelajaran yang lainnya yang memang cukup banyak. Melihat kondisi seperti itu bagaimanakah kiat dan siasat guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran membaca? Seperti yang kita ketahui bahwa, membaca merupakan salah kemampuan dasar yang wajib dimiliki oleh setiap siswa. Bagi bangsa yang ingin maju membaca merupakan keterampilan dasar. Ini berarti bahwa keterampilan tersebut perlu dimiliki oleh setiap orang, tidak saja untuk meraih keberhasilan selama hidupnya tetapi juga untuk bekal dimasa yang akan datang.

(11)

kelas satu dapat diartikan sebagai kemampuan mengubah lambang-lambang secara tertulis menjadi bunyi-bunyi atau suara-suara yang bermakna. Pada membaca lanjutan di kelas-kelas yang lebih tinggi tujuan pelajaran ini lebih ditekankan pada upaya memperlancar kemampuan murid dalam mengubah lambang-lambang tertulis menjadi bunyi-bunyi yang beramakna.

Pembelajaran membaca di Sekolah Dasar dapat dikelompokan ke dalam dua bagian, yaitu:

1. Membaca permulaan

Membaca permulaan diberikan dikelas satu dan kelas dua dengan mengutamakan segi mekanisnya. Oleh karena itu jenis membaca yang dikembangkan adalah membaca teknis. Tujuan membaca permulaan adalah agar siswa memiliki pengetahuan dasar yang dapat digunakan sebagai dasar untuk membaca Bahasa Indonesia. Pengajaan diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa. (Supriyadi:1992:180).

Sehingga siswa yang belajar membaca tidak merasa kesulitan dalam melihat huruf-huruf dalam sebuah buku, oleh karena itu pembelajaran membaca yang diterapkan disekolah-sekolah dasar seorang guru harus banyak menguasai berbagai metode. Dengan menguasai berbagai metode seorang guru dapat memperoleh keuntungan dari setiap metode dengan sebaik-baiknya. Jika perlu seorang guru dapat mengembangkan dan memvariasikan langkah-langkah pembelajarannya disesuaikan dengan kondisi sekolah.

(12)

diarahkan untuk memperkuat kemampuan berbahasa lisan siswa.Untuk mencapai tujuan yang pertama, diajarkan sistem bunyi-bunyian yang terdapat dalam bahasa, pola tata bahasa sederhana, kosakata, makna kata yang berhubungan dengan kalimat maupun wacana. Dalam membaca permulaan banyak metode yang dapat dipakai oleh guru dalam mengajarkannya diantaranya :

a. Metode Abjad dan Metode Bunyi

Metode abjad dan metode bunyi, menurut Akhadiah merupakan metode-metode yang sangat tua. Dalam penerapannya, kedua metode-metode tersebut sering mengunakan kata-kata lepas.

Misalnya:

1) Metode Abjad : bo – bo - bobo La-ri - lari 2) Metode bunyi : na-na - nana Lu-pa - lupa

Beda antara metode abjad dan metode bunyi terletak pada pengucapan huruf. Pada metode abjad, huruf diucapkan sebagai abjad (”a”, ”be”, ”ce”, dst). Sedangkan pada metode bunyi, huruf diucapkan sesuai dengan bunyinya [m], [n], [a],dst.

b. Metode Kata Lembaga

Metode kata lembaga, dalam penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.

Misalnya:

1) metode kata lembaga: bola – bo – la — b – o – l – a — b-o - l-a—bol

(13)

rumah  ru-mah  r – u – m – a – h  ru – mah  rumah

Kepada siswa disajikan kata-kata: salah satu diantaranya merupakan kata lembaga, yaitu kata yang sudah dikenal oleh siswa. Kata tersebut diuraikan menjadi huruf. Setelah itu dirangkai lagi menjadi suku kata, dan suku kata dirangkaikan menjadi kata.

c. Metode Global

Metode global timbul sebagai akibat adanya pengaruh aliran psiklogis gestalt, yang berpendapat bahwa suatu kebulatan atau kesatuan akan lebih bermakna daripada jumlah bagian-bagiannya. Siswa akan lebih mudah belajar membaca jika diperkenalkan dengan kalimat secara global. Dalam penerapannya, metode ini memperkenalkan kepada siswa beberapa kalimat, untuk dibaca, sesudah siswa dapat membaca kalimat-kalimat itu, salah satu diantaranya dipisahkan untuk dikaji, dengan cara menguraikannya atas kata, suku kata, huruf-huruf. Sesudah siswa dapat membaca huruf-huruf itu. Kemudian huruf-huruf dirangkaikan lagi sehingga terbentuk suku kata, suku-suku menjadi kata, kata-kata menjadi kalimat.

d. Metode Struktur Analitik Sintetik ( SAS )

Metode SAS merupakan hasil karya Proyek Pembaharuan Metode Mengajar (PKMM) dan mulai diterapkan di sekolah-sekolah pada tahun tujuh puluhan. Metode ini diciptakan ntuk memperbaiki pengajaran membaca. Beberapa alasan yang mendasari metode SAS yaitu :

(14)

3) setiap bahasa memiliki struktur bahasa yang berbeda dengan bahasa lain 4) pada waktu mulai masuk sekolah, setiap anak sudah menguasai struktur

ibunya

5) bahasa ibu sudah dikuasai siswa tanpa kesadaran tentang aturan-aturan dalam bahasa tersebut

6) potensi dan pengalaman bahasa siswa itu perlu dikembangkan disekolah 7) melalui pendidikan disekolah siswa dilatih mencari dan memecahkan masalah 8) dalam mengamati sesuatu manusia lebih dahulu melihat strukturnya atau

sosok secara kesluruhannya

9) setiap siswa pada dasarnya memiliki rasa ingin tahu, sehingga ia ingin mengupas, merusak, dan membogkar sesuatu

Metode tersebut dapat dipakai dikelas satu dan kelas dua dengan melihat kurikulum kelas satu, membaca permulaan memerlukan banyak latihan-latihan yang diberikan kepada anak, sehingga anak tersebut menjadi terbiasa dalam melakukan membaca. Membaca permulaan harus diberikan kepada siswa dengan melihat berbagai metode jangan hanya satu metode, sehingga siswa tidak terlalu jenuh dalam proses pembelajarannya.

2. Membaca lanjut

(15)

keterampilan membaca yang nantinya dapat dikembangkan bila mereka melanjutkan kesekolah yang lebih tinggi (Supriyadi:1992:185)

Pengajaran membaca lanjut dimulai dikelas empat. Tujuannya ialah agar siswa mampu memahami, menafsirkan, serta menghayati isi bacaan. Pelajaran membaca lanjut ini diberikan melalui subpokok bahasan membaca pemahaman. Membaca lanjutan diberikan sejak kelas empat catur wulan pertama sampai kelas enam, jenis-jenis membaca yang diberikan adalah membaca teknis, membaca dalam hati, membaca pemahaman, membaca cepat, dan membaca bahasa.

Jenis-jenis membaca tersebut tidak akan penulis uraikan karena pembahasan skripsi ini mengenai membaca permulaan, sehingga penulis hanya sekilas saja dalam pembahasannya. Jenis-jenis membaca tersebut dapat dipakai dari mulai kelas empat sampai kelas enam, tujuan orang dalam membaca lanjutan dapat bermacam-macam antara lain untuk mengisi waktu luang atau mencari hiburan, untuk studi secara akademis, untuk mencari informasi atau menambah ilmu pengetahuan, untuk memperkaya perbendaharaan kosakata, dan lain sebagainya.

a. membaca nyaring

(16)

melakukan aktivitas membaca nyaring pertama-tama haruslah mengerti makan serta perasaan yang terkandung dalam bahan bacaan.

Membaca nyaring yang baik menuntut agar pembaca memiliki kecepatan membaca yang tinggi serta pandangan mata yang jauh, karena di haruslah melihat pada bahan bacaan untuk memelihara kontak mata dengan para pendengar. Membaca nyaring biasanya dilakukan dalam mata pelajaran Bahasa indonesia khususnya pada keterampilan membaca, bahan bacaan yang diberikan biasanya biasanya cerita, puisi serta kegiatan yang menarik hati.

Dalam menerapkan metode membaca nyaring seorang guru harus memahami proses komunikasi dua arah, lingkaran komunikasi belumlah lengkap kalau pendengar belum memberi tanggapan secukupnya terhadap pikiran atau perasaan yang diekspresikan oleh sipembaca. Kalau kita perhatikan kegiatan membaca nyaring dalam kehidupan sehari hari maka kita harus sadar bahwa kegiatan tersebut sangatlah terbatas, karena sangat sedikit orang menggunakannya.

b. membaca Dalam Hati

Membaca dalam hati adalah suatu kegiatan yang sering dilakukan oleh setiap pembaca dalam kehidupan sehari-hari, kegiatan ini banyak dilakukan oleh orang-orang dewasa yang senang dengan membaca, misalnya membaca koran, majalah, buku umum dsb. Kegiatan ini tidak perlu menggunakan kecepatan dalam membaca tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi.

(17)

memperoleh kesatuan-kesatuan pikirannya serta memperoleh dasar pendapat keputusannya (Tarigan,1979:29).

Dalam kehidupan yang sebenarnya di tengah-tengah masyarakat, setiap anggota masyarakat akan membaca bahan-bahan yang sesuai dengan selera atau pilihannya masing-masing tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Membaca secara perorangan menurut selera masing-masing atau yang disebut personalized reading, dalam kegiatan membacanya memerlukan kesadaran masing-masing dengan memiliki motivasi yang kuat.

c. membaca Telaah Isi

Membaca telaah isi adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pembaca agar mengetahui dan memahami apa isi bacaan yang sedang kita baca, dalam kegiatan ini kita tidak hanya sekedar membaca sepintas saja tetapi lebih dalam lagi. Setelah kita menemukan bahan atau hal yang menarik hati pada membaca sekilas, maka biasanya kita ingin mengetahui serta menelaah isinya secara mendalam, kita ingin membacanya secara teliti. Kegiatan membaca dengan telaah isi adalah suatu bacaan yang menuntut keterampilan, pemahaman, kekritisan, berpikir serta keterampilan menangkap ide-ide yang tersirat dalam bahan bacaan.

Dalam membaca telaah isi kegiatannya dapat dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya :

1) membaca teliti

(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

(19)

Kegiatan yang dlakukan peneliti pada tahap rencana adalah membuat skenario pembelajaran, mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas misalnya gambar, kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat. Adapun jenis-jenis tindakan yang diteliti dalam penelitian ini adalah;

1. Minat siswa untuk belajar mengetahu huruf, kata kemudian kalimat.

2. Kemampuan siswa dalam menyusun kata perkata kemudian menjadi sebuah kalimat yang runtut.

3. Keaktipan siswa dalam mengikuti setiap siklus tindakan.

Model penelitian tindakan kelas yang digunakan dalam penelitian ini adalah model siklus secara berulang dan berkelanjutan (spiral) yang berati semakin lama diharapkan semakin meningkatkan perubahan/ pencapaian hasilnya. Model ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Kemmis dan McTaggart

(1992:11-15). Model ini terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi.

Pelaksanaan penelitian disesuaikan dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan terdiri dari proses/kegiatan pembelajaran, evaluasi dan refleksi, yang dilakukan pada setiap siklusnya. Kegiatan penelitian ini dilakukan dalam III silkus yang masing-masing siklus terdiri dari 1 tindakan penelitian.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 Sekolah Dasar Negeri Sadang 2 Kecamatan Kabupaten Garut, diantara siswa-siswi kelas 4 dengan jumlah siswa sebanyak 24 anak, yang masih ada siswa yang masih kurang dalam membaca sehingga membutuhkan waktu untuk mengulang dalam membaca, membaca permulaan dalam bahasa Indonesia sangat diperlukan untuk memenuhi kemajuan

(20)

dalam ilmu pengetahuan. Kegiatan penelitian dilakukan pada waktu masuk sekolah tahun pelajaran 2015/2016.

C. Metode Pengumpulan Data

Instrumen penelitian disusun sebagai alat pengumpul data penelitian. Dengan demikian peneliti dapat memperoleh kebenaran yang akurat dalam pengumpulan data sesuai dengan permasalahan dalam penelitian. Instrumen yang akan digunakan pada penelitian ini meliputi, lembar observasi, lembar wawancara, catatan lapangan, lembar kerja siswa (LKS), soal evaluasi, dan kamera. Catatan observasi dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa dan kemajuan siswa dalam belajar membaca.

D. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh akan dianalisis pada setiap kegiatan sebagai pengujian terhadap pengujian hipotesis tindakan yang telah dirumuskan. Pengolahan data dan analisis tersebut dilakukan secara terus menerus dari awal sampai akhir pelaksanaan tindakan pembelajaran. Tehnik analisis data yang digunakan, yaitu analisis data kualitatif dan analisis data kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk menganalisis data yang menunjukan dinamika proses yang terjadi selama tindakan pembelajaran dan dideskripsikan kebermaknaan dari hasil penelitian.

(21)

penelitian.

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Setting Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang mengambil setting di SD Negeri Sadang 2 Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut ini, pelaksanaannya mengikuti alur sebagai berikut:

(22)

2. Tindakan, meliputi seluruh proses kegiatan belajar mengajar melalui model pembelajaran metode Iqra yang disusun dari huruf-huruf kemudian kata perkata kemudian kalimat.

3. Observasi, dilaksanakan bersamaan dengan proses pembelajaran, meliputi aktivitas siswa, pengembangan materi, dan hasil belajar siswa.

4. Refleksi, meliputi kegiatan analisis hasil pembelajaran dan sekaligus menyusun rencana perbaikan pada siklus berikutnya.

Pelaksanaan penelitian dilakukan secara kolaborasi dengan guru observer, yang membantu dalam pelaksanaan observasi dan refleksi selama penelitian berlangsung, sehingga secara tidak langsung kegiatan penelitian bisa terkontrol sekaligus menjaga kevalidan hasil penelitian.

B. Penjelasan Persiklus

Tahap pelaksanaan tindakan perencanaan yang telah disusun. Perencanaan yang disusun, belum sepenuhnya mengungkap dan memberikan gambaran mengenai subjek penelitian secara keseluruhan. Dengan demikian, walaupun pada perencanaan tiga siklus yang terdiri dari masing-masing satu tindakan tersebut telah di dilaksanakan pada tahap pelaksanaan tindakan, tetapi pada pelaksanaannya masih memungkinkan guru untuk melakukan tindakan yang belum dan tidak tercantum dalam rencana pembelajaran sebelumnya.

Pelaksanaan siklus yang terdiri dari masing-masingnya satu tindakan penelitian ini menekankan pada penerapan Metode Iqrasuku kata, dalam pembelajaran membaca permulaan. Pelaksanaan tindakan penelitian dilakukan dengan cara memberitahukan kepada siswa, siapa saja yang harus melaksanakan remedial pada keterampilan membaca dengan tujuan agar siswa dapat melakukan

(23)

pembelajaran terlebih dahulu dirumahnya sebelum pelaksanaan remedial disekolah. Hal ini dilakukan agar peneliti menemukan banyak hal yang cukup penting dan menarik pada saat pelaksanaan penelitian tersebut. Dengan menggunakan Metode Iqra terhadap pemahaman membaca permulaan pada materi yang disampaikan secara rinci dalam peneliti tindakan kelas dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Siklus I

Rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya, direalisasikan pada pelaksanaan siklus I. Pelaksanaan siklus I mengajarkan materi tentang membaca permulaan disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan rencana siklus. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada siklus I di uraikan sebagai berikut:

a. Tindakan 1 1) Deskripsi

Siklus I tindakan 1 penelitian dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 11 Agustus 2015 dengan tema ”Kesehatan”. Tema tersebut oleh guru diuraikan dengan materi ”Minuman Sehat” kemudian oleh guru di buat dengan menggunakan media kartu huruf dengan cara memisahkan huruf-huruf dalam bacaan tersebut. Tema pada siklus I yaitu :

”Minuman Sehat”

(24)

dari hama penyakit. Di pedesaan persediaan air hanya diperoleh dari sumur, air hujan dan mata air. Jika kita ragu terhadap kebersihan air, kita bisa meminta penjelasan kepada petugas puskesmas, bagaimana cara menjernihkan air agar bisa dipakai untuk minum.

Dalam tindakan I siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan aktif dan menyenangkan, namun setiap siswa kurang apresiasi terhadap teman-temannya dalam kegiatan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata.

Kegiatan pembelajaran dengan metode ini menggunakan media kartu huruf memerlukan waktu yang cukup lama, namun pada tindakan satu ini siswa menggunakan waktu dengan tepat, karena dalam proses menempelkan huruf-huruf ke dalam gabus sangat cepat karena sudah mengenal dan tahu huruf-huruf yang akan ditempelkan. Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam memberikan respon terhadap proses pembelajaran sangat menarik karena semua siswa sangat menginginkan untuk maju ke depan kelas menempelkan beberapa kartu huruf yang sudah disiapkan. Pada siklus I membaca permulaan dengan Metode Iqradengan memilih tema ”Minuman Sehat”. Guru membacakan dulu meteri yang akan diajarkan 4 – 6 buah kata kemudian diikuti oleh seluruh siswa membacanya. Setelah itu dilanjutkan membacanya sampai satu paragraf. Setelah selesai membaca satu paragraf guru kemudian mencoba menggunakan kartu huruf untuk menguji kemampuan masing-masing siswa dalam membaca secara bergiliran maju kedepan menempelkan kartu huruf yang sudah disediakan oleh guru.

(25)

permulaan dengan menggunakan metode Iqra, memerlukan tahapan-tahapan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai siswa berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru mengkondisikan siswa dengan cara mengabsen siswa. Dari kegiatan absensi ini diketahui bahwa ada siswa yang tidak hadir 4 orang tidak tahu alasannya apa, karena kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan di luar jam pembelajaran.

Setelah selesai mengabsen siswa, guru langsung mengadakan appersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang sering membaca di rumahnya, kemudian guru bertanya lagi siapa yang banyak minum, beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu ”Minuman Sehat” pada buku sumber Intimedia buku B. Indonesia kelas 4 hal 55, setelah memberikan appersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan pembelajaran yang akan dibahas, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan keterampilan membaca dengan memilih tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

Guru memperlihatkan alat peraga kepada siswa, siswa menyimak alat peraga yang ditempelkan oleh guru pada papan tulis, setelah itu guru bertanya kepada siswa huruf apa yang ditempelkan? Semua siswa menjawab secara serentak huruf ”M”,

Guru bertanya lagi, ”Ini huruf apa?”

(26)

”S”, ini huruf apa? ”E”, ini huruf apa? ”H” sampai tersusun menjadi kata ”SEHAT”. Kegiatan tersebut dilakukan sambil menempelkan huruf-huruf yang disebutkan siswa tersebut diatas gabus sahingga kelihatan dan terbaca oleh seluruh siswa.

Setelah guru memberi contoh membacakan dan menyusun huruf-huruf tersebut di atas gabus, kemudian guru menyuruh siswa secara bergiliran menempelkan huruf-huruf yang harus disusun menjadi sebuah kata kemudian menjadi kalimat. Kegiatan tersebut diulang sampai semua siswa yang hadir pada kegiatan siklus I tersebut kebagian semua, sehingga semua siswa dapat memahami dan mengerti maksud dari diadakannya kegiatan remedial tersebut. Setelah semua siswa menempelkan semua huruf-huruf yang telah tersusun menjadi sebuah kalimat, kemudian guru menyuruh satu persatu dari siswa yang hadir untuk membacakan semua huruf-huruf yang sudah tersusun menjadi sebuah kalimat tersebut, dengan bimbingan guru semuanya kebagian membacakan rangkaian huruf-huruf tersebut sampai jelas siapa yang masih kurang dan yang baik sekali dalam penilaiannya.

Sebagian siswa sudah bagus dalam membacakannya namun dalam dalam pelapalannya sebagian ada yang belum jelas dan sebagian lagi jelas, dalam intonasinya ada yang keras namun ada juga yang pelan sehingga kedengarannya tidak jelas. Hasil penilaian terhadap tes lisan yang dan perbuatan siswa dalam membaca permulaan 4 sampai 6 kata dengan Metode Iqrasuku kata diperoleh sebagai berikut.

(27)

Mata pelajaran : B.Indonesia

Tema : “Minuman Sehat”

Tabel. 4.1 : Format penilaian membaca permulaan

NO NAMA SISWA

(28)

kalimat diuraikan sebagai berikut :

ASPEK YANG DINILAI

NILAI A NILAI B NILAI C NILAI D

KETEPATAN IIIII II IIIII IIIII IIIII II

LAFAL IIIII II IIIII IIII IIIII III INTONASI IIII III IIIII II IIIII IIII

Dari data di atas aspek pertama yang dinilai adalah ketepatan, siswa yang mendapat nilai A sebesar (0%), nilai B sebesar (30%), nilai C sebesar (40%) dan nilai D sebesar (30%). Penilaian B pada aspek ketepatan didapat siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf dengan benar dan tepat. Penilaian C pada aspek ketepatan didapat siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf masih ada kesalahan dalam menyusun dan membaca kata maupun kalimat misalnya menyusun kata minuman seharusnya mi – nu – man disusunnya jadi mi – num – an. Penilaian D pada aspek ketepatan diperoleh siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat maupun paragraf masih salah misalnya menyusun kata minuman jadi min – um – an.

(29)

siswa sudah benar tapi masih ada beberapa kata yang salah dalam mengucapkannya. Penilaian C pada aspek lafal siswa masih kurang dalam mengucapkan bebarapa kata dengan lafal baik seperti mengucapkan kata (berbagai) menjadi (bebagai), dan kata (puskesmas) menjadi (puskemas ada juga yang membacanya pukesma).

Penilaian intonasi siswa yang mendapat nilai A sebesar (35%), nilai B sebesar (25%), nilai C sebesar (40%), dan nilai D sebesar (0%). Penilaian A didasarkan pada keras siswa dalam membaca kata, kalimat dan paragraf di depan kelas, jadi siswa yang mendapat nilai A dalam membacanya terdengar dengan jelas oleh siswa lain, yang mendapat nilai B membacanya agak pelan sedikit hanya terdengar oleh siswa yang duduk di depan, yang mendapat nilai C membacanya hanya terdengar oleh dirinya sendiri dan oleh peneliti itu juga harus dekat dengan siswa yang membaca.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan guru, diperoleh informasi bahwa pembelajaran membaca permulaan dengan Metode Iqrasuku kata dapat diharapkan lebih baik, walaupun masih ada siswa yang masih bingung dalam membaca huruf-huruf sebelum kata meskipun siswa tersebut sudah menginjak bangku kelas empat. Dan masih ada yang kurang konsentrasi dalam membacakan bacaan yang ditempel di atas gabus yang sudah dikerjakan oleh siswa yang lain, walaupun guru sudah beberapa kali mengulang bacaan-bacaan yang ditempel tersebut.

(30)

kaku karena ada observer yang berada di dalam kelas mengikuti proses belajar mengajar, kemudian temuan yang lainnya juga siswa merasa terganggu dengan adannya pemotretan terhadap peneliti yang dilakukan oleh guru lain sehingga konsentrasi siswa menjadi kacau, akibatnya proses pembelajaranpun menjadi terganggu.

2) Analisis

Berdasarkan data hasil dari proses pembelajaran, dan instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini telah dipersiapkan selengkap mungkin. Setelah peneliti melaksanakan tindakan, selanjutnya menganalisis pelaksanaan tindakan. Analisis dilakukan dengan membandingkan catatan lapangan hasil observasi dan hasil wawancara dengan siswa, juga dengan tindakan yang diangkat oleh peneliti.

1. Hasil dari pengamatan observer terhadap peneliti dalam hal ini adalah guru dalam proses pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan Metode Iqrasuku kata ditemukan beberapa catatan dari kegiatan awal dalam menyampaikan tujuan pembelajaran guru menyampaikan tujuan kepada siswa namun pada waktu itu hanya tujuan keseluruhan pembelajaran saja yang disampaikan sedangkan indikator yang akan diberikan tidak disampaikan secara keseluruhan.

(31)

masih mempersiapkan alat tulis bahkan ngobrol dengan teman sebangku. 3. guru masih kurang cekatan membingbing siswa yang kurang menguasai

pemahaman huruf dan kata, sehingga kelihatannya siswa yang masih kurang akan tetap tertinggal seharusnya guru pada waktu memberikan contoh harus tetap membingbing sehingga siswa hapal betul terhadap pembelajaran yang disampaikan.

4. guru memberikan motivasi kepada siswa pada waktu memberikan ide-ide yang disampaikan melalui alat peraga.

5. pada waktu menyampaikan materi guru hanya terpaku pada tulisan yang ada di papan tulis sesuai dengan kartu huruf dan kata, seharusnya guru memberikan contoh-contoh kata yang lain sehingga siswa akan lebih paham membaca kata baru.

6. pada waktu mengadakan penilaian yang dilakukan melalui tes perbuatan, seharusnya guru harus terus membawa catatan penilaian format yang sudah disediakan pada pelaksanaan proses pembelajaran. Karena pada waktu itulah kegiatan siswa kelihatan dengan jelas tanpa ada paksaan ataupun pujian yang mengakibatkan penampilan penilaian di depan kelas akan lebih baik.

(32)

Dengan melihat data penilaian sangat jelas sekali bahwa dalam pembelajran siklus I ini belum berhasil, sehingga selanjutnya perlu ditingkatkan. Dengan melihat data yang diambil dari lembar wawancara dengan siswa, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Metode Iqra siswa merasa senang dan antusias untuk belajar, terutama dalam pembelajaran membaca permulaan di kelas rendah.

3) Refleksi

Berdasarkan data yang telah dianalisis, peneliti memperoleh masukan bahwa pembelajaran dengan menggunakan Metode Iqrayang peneliti laksanakan sudah dapat memunculkan aspek Iqra, baik itu kata dan kalimat. Walaupun di dalam pembelajaran membaca dengan Metode Iqra belum memuaskan dan masih ada siswa yang kelihatannya tidak antusias, hal itu karena peneliti hanya memberikan latihan kepada siswa-siswa yang masih mengejah kata dengan dibaca satu kata satu kata, sehingga siswa yang agak lancar dalam membaca dengan tidak mengejah huruf-huruf tidak diperhatikan makanya mengganggu siswa lain yang belum lancar.

Tahapan refleksi dengan mengingat kembali materi yang baru dpelajari, penilaian dilakukan guru selama proses belajar berlangsung. Dalam rangka menindaklanjuti argumen diatas, maka peneliti merencanakan untuk menambah materi lainnya dengan melaksanakan tindakan 2.

2. Siklus II

(33)

materi tentang membaca permulaan disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan rencana siklus II. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada siklus II di uraikan sebagai berikut:

b. Tindakan 1 1) Deskripsi

Siklus II tindakan 1 penelitian dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 19 Agustus 2015 dengan tema ”Kegiatan”. Tema tersebut oleh guru diuraikan dengan materi ”Kegiatan Kebersihan” kemudian oleh guru di buat dengan menggunakan media kartu huruf dengan cara memisahkan huruf-huruf dalam bacaan tersebut. Tema pada siklus II yaitu :

”Kegiatan Kebersihan”

Pada hari selasa anak-anak tidak langsung belajar. Mereka membersihkan teras kelas masing-masing yang kotor. Maklum kemarinnya turun hujan cukup besar dan hujan tersebut hujan pertama. Meskipun siswa harus mengadakan gerakan kebersihan, mereka tetap ceria. Begitu juga siswa kelas empat, ada yang bertugas mengambil air, menyapu, dan ada juga mengepel. Mereka berbagi tugas dan tidak ada yang berdiam diri.

Dalam siklus II siswa sangat antusias sekali dalam melakukan pembelajaran, karena terinspirasi oleh siklus I namun masih ada siswa yang masih pasif terhadap teman-temannya dalam kegiatan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata.

(34)

siswa menggunakan waktu dengan tepat, karena dalam proses menempelkan huruf-huruf ke dalam gabus sangat cepat karena sudah mengenal dan tahu huruf-huruf yang akan ditempelkan, dan sudah berpengalaman pada tindakan satu. Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam memberikan respon terhadap proses pembelajaran sangat menarik karena semua siswa sangat menginginkan untuk maju ke depan kelas menempelkan beberapa kartu huruf yang sudah disiapkan. Pada siklus dua membaca permulaan dengan Metode Iqra dengan memilih tema ”Kegiatan Kebersihan”. Guru membacakan dulu meteri yang akan diajarkan 8 - 10 buah kata kemudian diikuti oleh seluruh siswa membacanya. Setelah itu dilanjutkan membacanya sampai satu paragraf. Setelah selesai membaca satu paragraf guru kemudian mencoba menggunakan kartu huruf untuk menguji kemampuan masing-masing siswa dalam membaca secara bergiliran maju kedepan menempelkan kartu huruf yang sudah disediakan oleh guru.

(35)

beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu ”Kegiatan Kebersihan” pada buku sumber Intimedia buku B. Indonesia kelas 4 hal 100, setelah memberikan appersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan pembelajaran yang akan dibahas, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan keterampilan membaca dengan memilih tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

Guru memperlihatkan alat peraga kepada siswa, siswa menyimak alat peraga yang ditempelkan oleh guru pada papan tulis, setelah itu guru bertanya kepada siswa huruf apa yang ditempelkan? Semua siswa menjawab secara serentak huruf ”K”,

Guru bertanya lagi, ”Ini huruf apa?”

”E” ini huruf apa? ”G” sampai tersusun menjadi kata ”KEGIATAN”. Setelah kata tersebut tersusun kemudian guru bertanya lagi huruf apakah ini? ”K”, ini huruf apa? ”E”, ini huruf apa? ”B” sampai tersusun menjadi kata ”KEBERSIHAN”. Kegiatan tersebut dilakukan sambil menempelkan huruf-huruf yang disebutkan siswa tersebut diatas gabus sahingga kelihatan dan terbaca oleh seluruh siswa.

(36)

memahami dan mengerti maksud dari diadakannya kegiatan remedial tersebut. Setelah semua siswa menempelkan semua huruf-huruf yang telah tersusun menjadi sebuah kalimat, kemudian guru menyuruh satu persatu dari siswa yang hadir untuk membacakan semua huruf-huruf yang sudah tersusun menjadi sebuah kalimat tersebut, dengan bimbingan guru semuanya kebagian membacakan rangkaian huruf-huruf tersebut sampai jelas siapa yang masih kurang dan yang baik sekali dalam penilaiannya.

Sebagian siswa sudah bagus dalam membacakannya namun dalam dalam pelapalannya sebagian ada yang belum jelas dan sebagian lagi jelas, dalam intonasinya ada yang keras namun ada juga yang pelan sehingga kedengarannya tidak jelas. Hasil penilaian terhadap tes lisan yang dan perbuatan siswa dalam membaca permulaan 8 sampai 10 kata dengan Metode Iqrasuku kata diperoleh sebagai berikut.

Siklus II Mata pelajaran : B.Indonesia

Tema : “KEGIATAN KEBERSIHAN”

Tabel. 4.2 : Format penilaian membaca permulaan

(37)

6 Andi √ √ √

(38)

IIIII LAFAL IIIII II IIIII IIII IIIII III INTONASI IIII III IIIII II IIIII IIII

Dari data di atas aspek pertama yang dinilai adalah ketepatan, siswa yang mendapat nilai A sebesar (0%), nilai B sebesar (40%), nilai C sebesar (60%) dan nilai D sebesar (0%). Penilaian B pada aspek ketepatan didapat siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf dengan benar dan tepat. Penilaian C pada aspek ketepatan didapat siswa dengan menyusun dan membaca kata, kalimat dan paragraf masih ada kesalahan dalam menyusun dan membaca kata maupun kalimat misalnya menyusun kata kegiatan seharusnya ke – giat – an disusunnya jadi ke – gi - atan.

Dari data di atas aspek kedua yang dinilai adalah lafal, siswa yang mendapat nilai A sebesar (25%), nilai B sebesar (40%), nilai C sebesar (35%), nilai D sebesar (0%). Penilaian A pada aspek lafal siswa sudah benar dalam melafalkan huruf, kata dan kalimat dengan benar. Penilaian B pada aspek lafal siswa sudah benar tapi masih ada beberapa kata yang salah dalam mengucapkannya. Penilaian C pada aspek lafal siswa masih kurang dalam mengucapkan beberapa kata dengan lafal baik seperti mengucapkan kata (teras) menjadi (teuras), dan kata (kehausan) menjadi (keausan ada juga yang membacanya keasan).

(39)

depan kelas, jadi siswa yang mendapat nilai A dalam membacanya terdengar dengan jelas oleh siswa lain, yang mendapat nilai B membacanya agak pelan sedikit hanya terdengar oleh siswa yang duduk di depan, yang mendapat nilai C membacanya hanya terdengar oleh dirinya sendiri dan oleh peneliti itu juga harus dekat dengan siswa yang membaca.

2) Analisis

Berdasarkan data hasil dari proses pembelajaran, dan instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini telah dipersiapkan selengkap mungkin. Setelah peneliti melaksanakan tindakan, selanjutnya menganalisis pelaksanaan tindakan. Analisis dilakukan dengan membandingkan catatan lapangan hasil observasi dan hasil wawancara dengan siswa, juga dengan tindakan yang diangkat oleh peneliti.

Dengan melihat data penilaian sangat jelas sekali bahwa dalam pembelajran siklus II ini sudah agak berhasil, sehingga selanjutnya perlu ditingkatkan. Dengan melihat data yang diambil dari penilaian terhadap siswa, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Metode Iqrasiswa merasa senang dan antusias untuk belajar.

3) Refleksi

(40)

memberikan latihan kepada siswa-siswa yang masih kurang menguasai kata dengan dibaca satu kata satu kata.

Tahapan refleksi dengan mengingat kembali materi yang sudah dipelajari sebelumnya pada siklus kesatu, hampir sama cara penyampaiannya tetapi materi yang diberikan berbeda dan lebih banyak, dan proses penilaian dilakukan guru sama seperti pada siklus kesatu yaitu dilakukan selama proses belajar berlangsung. Oleh karena itu peneliti agar tercapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan Metode Iqra harus dilakukan lebih baik lagi dengan merencanakan siklus ketiga.

3. Siklus III

Rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan sebelumnya, direalisasikan pada pelaksanaan siklus III. Pelaksanaan siklus III mengajarkan materi tentang membaca permulaan disesuaikan dengan rencana pembelajaran dan rencana siklus. Secara rinci pelaksanaan tindakan pada siklus III di uraikan sebagai berikut:

c. Tindakan 1 1) Deskripsi

(41)

” Terampil Membuat Mainan”

Ivan sekarang duduk di kelas III SDN 3. Ia seorang siswa yang termasuk terampil. Setiap jadwal prakarya, ia selalu riang dan gembira. Menurut ibu guru kelas III, ia termasuk salah seorang siswa yang gemar pada pelajaran prakarya. Di rumahnya Ivan banyak memiliki mainan yang dibuatnya sendiri, seperti mainan dari tanah liat, dari bahan bekas, dan dari lipatan kertas. Ivan menyimpan minan yang dibuatnya di lemari. Tidak heran banyak teman Ivan yang meminta dibantu membuatkan mainan. Ia selalu membantu teman-temannya. Ivan membantu teman-temannya membuatkan mainan dari lipatan kertas, seperti kapal-kapalan dan perahu dari berbagai kertas warna yang disediakan oleh teman-temannya.

Kegiatan pembelajaran dengan metode ini menggunakan media kartu huruf memerlukan waktu yang cukup lama, namun pada siklus tiga ini siswa menggunakan waktu dengan tepat, karena dalam proses menempelkan huruf ke dalam gabus sangat cepat karena sudah mengenal dan tahu huruf-huruf yang akan ditempelkan. Keaktifan dan keantusiasan siswa dalam memberikan respon terhadap proses pembelajaran sangat menarik karena semua siswa sangat menginginkan untuk maju ke depan kelas menempelkan beberapa kartu huruf yang sudah disiapkan.

(42)

Setelah selesai membaca satu paragraf guru kemudian mencoba menggunakan kartu huruf untuk menguji kemampuan masing-masing siswa dalam membaca secara bergiliran maju kedepan menempelkan kartu huruf yang sudah disediakan oleh guru.

Kemampuan siswa melakukan pembelajaran dengan materi membaca permulaan dengan menggunakan metode Iqra, memerlukan tahapan-tahapan pembelajaran sebelum pembelajaran dimulai siswa berdo’a terlebih dahulu, kemudian guru mengkondisikan siswa dengan cara mengabsen siswa. Dari kegiatan absensi ini diketahui bahwa ada siswa yang tidak hadir 1 orang tidak tahu alasannya apa, karena kegiatan pembelajaran yang peneliti lakukan di luar jam pembelajaran.

Setelah selesai mengabsen siswa, guru langsung mengadakan appersepsi dengan bertanya kepada siswa siapa yang sering membaca di rumahnya, kemudian guru bertanya lagi siapa yang sering membuat mainan kertas, beberapa siswa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. Kemudian guru menjelaskan materi yang akan diajarkan yaitu ”Terampil Membuat Mainan” pada buku sumber Intimedia buku B. Indonesia kelas 4 hal 122, setelah memberikan appersepsi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan dengan pembelajaran yang akan dibahas, guru menyampaikan tujuan pembelajaran dengan keterampilan membaca dengan memilih tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa.

(43)

kepada siswa huruf apa yang ditempelkan? Semua siswa menjawab secara serentak huruf ”T”,

Guru bertanya lagi, ”Ini huruf apa?”

”E” ini huruf apa? ”R” sampai tersusun menjadi kata ”TERAMPIL”. Setelah kata tersebut tersusun kemudian guru bertanya lagi huruf apakah ini? ”M”, ini huruf apa? ”E”, ini huruf apa? ”M” sampai tersusun menjadi kata ”MEMBUAT”. Kegiatan tersebut dilakukan sambil menempelkan huruf-huruf yang disebutkan siswa tersebut diatas gabus sahingga kelihatan dan terbaca oleh seluruh siswa.

Setelah guru memberi contoh membacakan dan menyusun huruf-huruf tersebut di atas gabus, kemudian guru menyuruh siswa secara bergiliran menempelkan huruf-huruf yang harus disusun menjadi sebuah kata kemudian menjadi kalimat. Kegiatan tersebut diulang sampai semua siswa yang hadir pada kegiatan siklus III tersebut kebagian semua, sehingga semua siswa dapat memahami dan mengerti maksud dari diadakannya kegiatan remedial tersebut. Setelah semua siswa menempelkan semua huruf-huruf yang telah tersusun menjadi sebuah kalimat, kemudian guru menyuruh satu persatu dari siswa yang hadir untuk membacakan semua huruf-huruf yang sudah tersusun menjadi sebuah kalimat tersebut, dengan bimbingan guru semuanya kebagian membacakan rangkaian huruf-huruf tersebut sampai jelas siapa yang masih kurang dan yang baik sekali dalam penilaiannya.

(44)

dalam intonasinya ada yang keras namun ada juga yang pelan sehingga

Tabel. 4.3 : Format penilaian membaca permulaan

(45)

Keterangan : A. Baik Sekali B. Baik C. Cukup D. Kurang

Dari seluruh jumlah siswa kelas empat yang berjumlah 24 orang, maka pada siklus ini didapat nilai dari data di atas dengan rincian berikut ini : yang mendapat nilai dalam ketepatan, lafal dan intonasi membaca huruf, kata dan kalimat diuraikan sebagai berikut :

ASPEK YANG DINILAI

NILAI A NILAI B NILAI C NILAI D

KETEPATAN IIIII II IIIII II IIIII IIIII LAFAL IIIII II IIIII IIII IIIII III INTONASI IIII III IIIII II IIIII IIII

(46)

terampil jadi te – ram - pil.

Dari data di atas aspek kedua yang dinilai adalah lafal, siswa yang mendapat nilai A sebesar (25%), nilai B sebesar (40%), nilai C sebesar (35%), nilai D sebesar (0%). Penilaian A pada aspek lafal siswa sudah benar dalam melafalkan huruf, kata dan kalimat dengan benar. Penilaian B pada aspek lafal siswa sudah benar tapi masih ada beberapa kata yang salah dalam mengucapkannya. Penilaian C pada aspek lafal siswa masih kurang dalam mengucapkan bebarapa kata dengan lafal baik seperti mengucapkan kata (terampil) menjadi (trampil), dan kata (prakarya) menjadi (prakaya ada juga yang membacanya pakaya).

Penilaian intonasi siswa yang mendapat nilai A sebesar (35%), nilai B sebesar (25%), nilai C sebesar (40%), dan nilai D sebesar (0%). Penilaian A didasarkan pada keras siswa dalam membaca kata, kalimat dan paragraf di depan kelas, jadi siswa yang mendapat nilai A dalam membacanya terdengar dengan jelas oleh siswa lain, yang mendapat nilai B membacanya agak pelan sedikit hanya terdengar oleh siswa yang duduk di depan, yang mendapat nilai C membacanya hanya terdengar oleh dirinya sendiri dan oleh peneliti itu juga harus dekat dengan siswa yang membaca.

(47)

tersebut sudah menginjak bangku kelas empat. Dan masih ada yang kurang konsentrasi dalam membacakan bacaan yang ditempel di atas gabus yang sudah dikerjakan oleh siswa yang lain, walaupun guru sudah beberapa kali mengulang bacaan-bacaan yang ditempel tersebut.

3) Analisis

Berdasarkan data hasil dari proses pembelajaran, dan instrumen penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini telah dipersiapkan selengkap mungkin. Setelah peneliti melaksanakan tindakan, selanjutnya menganalisis pelaksanaan tindakan. Analisis dilakukan dengan melihat hasil karya siswa yang dilakukan di depan kelas, juga dengan tindakan lain yang diangkat oleh peneliti dalam proses pembelajaran.

Dengan melihat data penilaian sangat jelas sekali bahwa dalam pembelajraan siklus III ini sudah hampir berhasil, sehingga selanjutnya perlu ditingkatkan dengan membaca sendiri baik di sekolah maupun di rumahnya . Dengan melihat data yang diambil dari proses penilaian siswa, hal ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan menerapkan Metode Iqrasiswa merasa terbantu dan terbukti berhasil dari banyaknya siswa yang sudah bisa membaca dengan agak lancar.

3) Refleksi

(48)

menggunakan media yang beranek ragam, semua siswa kelihatannya sangat antusias, hal itu karena peneliti memberikan latihan terus menerus kepada siswa-siswa yang masih mengejah kata dengan dibaca satu kata satu kata, sehingga siswa yang kurang lancar dalam membaca sedikit-sedikit dapat membaca dengan lancar walaupun masih jauh dari kesempurnaan seperti siswa yang lainnya.

Tahapan refleksi dengan mengingat kembali materi yang baru dipelajari, penilaian dilakukan guru selama proses belajar berlangsung. Dalam rangka menindaklanjuti setiap siklus yang peneliti laksanakan, akhirnya penelitian dilaksanakan dengan menggunakan tiga siklus, proses dari ketiga siklus tersebut akan diperdalam lagi pada pembelajaran remedial selanjutnya oleh guru yang lain menggunakan media yang sudah dipakai oleh peneliti. Penelitian yang telah dilaksanakan sangat membantu terhadap siswa-siswa tersebut, yang selanjutnya mereka tingkatkan lagi dikelas-kelas berikutnya.

C. Pembahasan Dan Pengambilan Kesimpulan

Berdasarkan pada deskripsi, analisis dan refleksi penelitian yang dilakukan, peneliti dapat menyimpulkan bahwa terdapat temuan-temuan esensial dalam penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan-temuan esensial tersebut adalah hasil terpenting dari penelitian yang telah dilaksanakan. Temuan-temuan esensial yang peneliti peroleh, secara rinci dapat diuraikan dalam tabel berikut :

Tabel 4.4 Temuan-temuan Esensial Penelitian

(49)

1 Siklus I

Tindakan 1 a. Siswa sangat antusias terhadappembelajaran pertama karena masih penasaran terhadap proses

media pembelajaran akan ditempelkan. membaca kurang antusias terhadap proses pembelajaran. memberikan kesempatan untuk maju kedepan kelas.

(50)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan secara rinci dalam Bab IV, maka dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai penelitian yang telah dilaksanakan. Kesimpulan yang diambil berdasarkan tindakan yang telah dilaksanakan di SDN Sadang 2 Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut, diantaranya yaitu :

1. Proses pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah dilaksanakan sangat berpengaruh sekali terhadap kmajuan siswa baik itu dari aspek kognitifnya sampai ke aspek motorik hal ini terlihat dari proses pembe;lajaran yang telah dilaksanakan berjalan dengan lancer dan terecana sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Siswa terlihat sangat antusias sekali dalam pembelajaran dan banmyak sekli yang ingin maju kedepan kelas untuk menempelkan media pembelajaran yang sudah disdiakan oleh guru yaoitu kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat.

2. Pembelajaran yang sudah dilaksanakan dengan menggunakan Metode Iqra sangat efektif sekali, melihat kondisi siswa yang berlatarbelakang telah mengalami atau merasakan pembel;ajaran menggunkan Metode Iqra pada waktu mereka menginjak bangku kelas satu dan dua. Karena proses pembelajaran yang penulis laksanakan hanya melakukan remedial, jadi mengulang materi yang telah mreka laksanakan pada waktu kelas satu dan kelas dua.

(51)

3. Dengan pembelajaran yang sudah direncanakan dan dilaksanakan dengan baik maka hasil belajar yang mereka terima dengan menggunakan Metode Iqramendapaqtkan hsil yang baik. Hal itu dikarenakan keefektipan pembelajaran dan ketekunan siswa itu sendiri dalam pembelajaran dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan hasil pengujian Hipotesa Tindakan, maka dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan Metode Iqra, hasil belajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia mengenai membaca di kelas empat SDN Sadang 2 Kecamatan Sucinaraja Kabupaten Garut dapat meningkat. Dalam pelaksanaannya menggunakan beberapa media sehingga materi yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah, karena siswa dibimbing untuk berpikir dan memahami materi agar lebih bermakna.

B. Saran-Saran

Berdasarkan kajian teoritis dan temuan hasil penelitian yang diperoleh, maka dapat dikemukakan beberapa saran yang bermanfaat sebagai berikut:

1. Dalam melaksanakan pembelajaran, hendaknya guru mempertimbangkan perkembangan peserta didik sebagai acuan dalam memilih pendekatan.

(52)

dapat meluruskan pengetahuan-pemgetahuan awal siswa yang mungkin terdapat kekurangsesuaian dengan pengetahuan yang sebenarnya.

3. Bagi guru-guru yang mengajar di sekolah dasar khususnya yang mengajar di kelas rendah, diharapkan dalam pembelajaran selalu mengkaitkan materi dengan kehidupan nyata agar pembelajaran menjadi lebih semangat dan antusias bagi siswa. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan ”Metode Iqra”, dengan memakai media kartu huruf, kartu kata dan kartu kalimat.

(53)

Depdiknas. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : depdiknas Dwija P. 1997. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia. Jakarta :

Depdikbud

Darmiyati Zuhdi, dkk. ( 1967 ). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Rendah. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Finoza L. 2007. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Diksi Insan Mulia

Muchlioh, dkk. ( 1996 ). Pendidikan Bahasa Indonesia 3. Bandung : Universitas Terbuka.

Ngalim Purwanto, dkk ( 1997 ). Metodologi Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung. PT. Rosda Jayapurta.

Nurhadi ( 1989 ). Bagaimana Meningkatkan Kemampuan Membaca. Bandung. Sinar BaruAlgensindo.

Resmini N, Hartati, Cahyani. 2006. Pembinaan dan Pengembangan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Bandung : UPI Press

Sagala S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung :Alfabeta

Sudjana N, Ibrahim. 2004. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Supriyadi dkk. (1992) Membaca 3. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Suwanto, Wihartati E. 2006. Bahasa Indonesia 4. Jakarta : Bumi Aksara Tarigan, H.G ( 1983 ). Membaca Ekspresif.. Bandung: Angkasa

Tarigan, dkk. ( 1989 ). Membaca Dalam Kehidupan. Bandung: Angkasa

Tarigan.H.G. ( 1979 ). Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.

Widjono. 2005. Bahasa Indonesia. Jakarta : Grassindo

(54)

Yusuf S. 2006. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: Rosda Karya

Zaenal Aqib. ( 2006 ).Penelitian Tindakan Kelas. Bandung : Yrama Widya. Zulfa Bakar, dkk. ( 2007 ). Pendidikan Bahasa Dan Sastra Di Kelas Rendah

Gambar

Tabel. 4.1 : Format penilaian membaca permulaan
Tabel. 4.2 : Format penilaian membaca permulaan
Tabel. 4.3 : Format penilaian membaca permulaan

Referensi

Dokumen terkait

Apakah dengan adanya program acara Gema Pagi tersebut memberikan informasi terbaru dan pengetahuan terkait berita seputar Kota Ponorogo pada

Lari menuruni bukit (down hill) bertujuan untuk melatih kecepatan frekuensi langkah kaki, dimana guna merangsang otot-otot syaraf motorik fast twitc dan slow

 Dalam welfare state, hak kepemilikan diserahkan kepada swasta sepanjang hal tersebut memberikan insentif ekonomi bagi pelakunya dan tidak merugikan secara sosial,

Tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang baik secara langsung atau pun tidak langsung telah membantu proses penulisan Laporan Tugas Akhir ini dari awal

Membentuk unit Pelaksana Kegiatan (Project Implementation unit ) Dalam Rangka Kegiatan Peningkatan Kapasitas Berkelanjutan untuk Desentralisasi (Sustainable Capacity

Mukim atau Kemukiman adalah kesatuan masyarakat hukum yang dipimpin oleh seorang Imeum Mukim yang berkedudukan sebagai unit pemerintahan yang membawahi beberapa Gampong yang

Grafik perencanaan perkerasan yang ditentukan oleh FAA menunjukkan tebal perkerasan total yang dibutuhkan (tebal pondasi bawah + tebal pondasi atas + tebal lapisan permukaan). a)

Jika Anda menggunakan metode ini untuk mendapatkan alamat IP pada gateway layanan Anda, lanjutkan dengan langkah-langkah dari Bagian 6 hingga Bagian 9 dalam dokumen ini