• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melal"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe JIGSAW Pada Materi Fungsi Komposisi dan Invers

di Kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh

Safiruddin, S.Pd, M.Pd

SMA Negeri 1 Banda Aceh

Penelitian ini berjudul “Peningkatan Prestasi Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe JIGSAW Pada Materi Fungsi Komposisi dan Invers di Kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh”. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 3 siklus, dimana setiap siklus masing-masing terdiri atas 4 tahap; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Hasil penelitian pada siklus I menunjukkan terdapat 8 siswa yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar yaitu mendapat nilai kurang dari 75,0 sedang siswa yang tuntas belajar ada 24 siswa yang dapat dikategorikan tuntas belajar dengan perolehan nilai rata-rata 76,7 dan persentase keaktifan siswa mencapai 37,5%. Hasil penelitian pada siklus II menunjukkan hasil belajar siswa mengalami peningkatan. H a l i n i terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal menjadi 7 siswa, sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 25 siswa dengan nilai rata-rata pada siklus II 78,3 dan persentase keaktifan siswa mencapai 50%. Namun masih perlu dilakukan siklus III. Hasil belajar siswa pada siklus III mengalami peningkatan. Siswa yang tidak tuntas belajar tinggal 5 siswa, sedangkan siswa yang tuntas belajar ada 27 siswa dengan nilai rata-rata pada siklus III 78,5 dan persentase keaktifan siswa mencapai 75%. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW pada materi fungsi komposisi dan invers di kelas XI SMA Negeri 1 Banda Aceh

.

Kata kunci

: pembelajaran kooperatif, JIGSAW, prestasi belajar, fungsi komposisi, fungsi

invers

Pendahuluan

Pembelajaran matematika khususnya diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar secara aktif, baik fisik, mental intelektual, maupun sosial (kelompok) untuk memahami konsep-konsep matematika, khususnya Matematika. Dalam mengembangkan pembelajaran Matematika di kelas, yang diharapkan adalah keterlibatan aktif seluruh siswa dalam kegiatan pembelajaran, menemukan sendiri pengetahuan melalui interaksi dengan lingkungannya.

Konsep pembelajaran matematika merupakan produk ilmiah atau proses ilmiah, dan sikap ilmiah melalui pendekatan keterampilan proses dimana pendekatan dalam proses belajar mengajar yang menekankan pembentukan keterampilan memperoleh

pengetahuan dan mengomunikasikan hasil yang diperoleh.

(2)

kurang berperan dalam mengerjakan tugas kelompok. Disamping itu juga siswa tidak dilatih untuk bekerja sama, berkomunikasi, danmenghargai pendapat orang lain. Akibat cara kerja kelompok seperti ini menyebabkan siswa yang kemampuannya kurang memperoleh hasil belajar matematika yang tetap rendah dan adanya kesenjangan yang terlalu jauh antara hasil belajar siswa yang pandai dengan hasil belajar siswa yang kurang pandai. Pada mata pelajaran matematika SMA kelas II semester 1, terdapat pokok bahasan “Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers”.

Masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana proses peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW pada SMAN 1 Banda Aceh?”.

Tujuan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah untuk melihat dan menganalisis proses peningkatan prestasi belajar siswa pada materi Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers melalui model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW pada SMAN 1 Banda Aceh.

Kajian Teori

Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berdasarkan faham konstruktivis. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya, setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami

materi pelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum menguasai bahan pelajaran.

Unsur-unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut (Lungdren, 2006).

a) Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “tenggelam atau berenang bersama.”

b) Para siswa harus memiliki tanggungjawab terhadap siswa atau peserta didik lain dalam kelompoknya, selain tanggungjawab terhadap diri sendiri dalam mempelajari materi yang dihadapi.

c) Para siswa harus berpandangan bahwa mereka semua memiliki tujuan yang sama.

d) Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggungjawab di antara para anggota kelompok.

e) Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut berpengaruh terhadap evaluasi kelompok.

f) Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh keterampilan bekerja sama selama belajar.

g) Setiap siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

(3)

matematika. Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 6 orang siswa, dengan kemampuan yang heterogen. Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar belakangnya.

Pada pembelajaran kooperatif diajarkan keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan (Slavin, 1995)

Pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengarjarkan bagian tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya (Arends,1997).

Model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW merupakan model pembelajaran kooperatif, dengan siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4–6 orang secara heterogen dan bekerjasama saling ketergantungan yang positif dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain (Arends,1997).

JIGSAW didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, “siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan” (Lie, A., 2006).

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli.

(4)

digambarkan sebagai berikut (Arends, 2001).

Gambar 2.1: Ilustrasi Kelompok JIGSAW

Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat pertemuan dikelompok ahli. JIGSAW didesain selain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa secara mandiri juga dituntut saling ketergantungan yang positif (saling memberi tahu) terhadap teman sekelompoknya. Selanjutnya di akhir pembelajaran, siswa diberi kuis secara individu yang mencakup topik materi yang telah dibahas.

Kunci tipe JIGSAW ini adalah interdependensi setiap siswa terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan dengan tujuan agar dapat

mengerjakan kuis dengan baik. Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW , disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3)mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin,1995):

a. Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi.

b. Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut. c. Diskusi kelompok: ahli kembali ke

kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya.

d. Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup semua topik.

e. Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas pada mata pelajaran Matematika kelas XI SMA pokok bahasan Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers bercirikan model pembelajaran kooperatif tipe JIGSAW. PTK dilaksanakan dalam 3 siklus, dimana masing-masing siklus terdiri dari 4 tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan, Pengamatan dan Refleksi.

(5)

Peneliti pada siklus I melakukan pembelajaran dengan materi pokok fungsi komposisi melalui model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw. Siklus I terdiri dari dua pertemuan, pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 4 Desember 2010 dan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2010. Untuk masing – masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit (dua jam pelajaran), maka untuk siklus I tersedia waktu 4 jam pelajaran (160 menit) dengan perincian 20 menit untuk persiapan dan pembukaan pelajaran, 80 menit pelaksaan tindakan, 15 menit pemberian soal kuis, 40 menit pelaksanaan tes formatif dan 5 menit tugas rumah (PR). Pelaksanaan Siklus I dapat dipaparkan sebagai berikut:

a. Proses Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.

2) Guru bersama siswa membentuk kelompok kecil terdiri dari empat anggota dengan memperhatikan

kemampuan, satu anak menjadi ketua kelompok.

3) Guru membagi lembar kerja siswa kepada tiap-tiap kelompok, ketua kelompok membagi tugas kepada para anggotanya.

4) Guru membimbing siswa membentuk kelompok baru yang anggotanya dari masing-masing utusan kelompok.

5) Setelah batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal atau tugas selesai, masing-masing utusan kelompok kembali ke kelompok asal untuk mendiskusikan hasil temuannya.

6) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaan didepan kelas, guru memberi penilaian pada pertemuan pertama di akhir pembelajaran guru memberi soal kuis, sedang pada pertemuan ke dua guru memberi tes formatif.

b. Proses Pengamatan.

Peneliti mengamati jalannya proses pembelajaran beserta rekan sejawat guru dengan menggunakan lembar observasi yang telah disiapkan. Hal-hal yang diamati oleh guru sebagai penelitian yaitu:

- mengamati aktivitas kelompok dalam proses pembelajaran.

(6)

- Rekan sejawat bertugas mengamati jalannya proses belajar mengajar secara keseluruhan meliputi pengamatan aktivitas guru dan siswa.

Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan sebagai berikut:

- Masih ada siswa belum paham model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw sehingga aktivitas kelompok kurang.

- Ada kelompok yang kurang aktif, terlihat anggota kelompok diam saja.

- Masih ada siswa yang kurang memperhatikan keterangan guru dalam proses belajar mengajar.

- Masing-masing kelompok kurang antusias dan masih takut untuk tampil ke depan kelas untuk mempresentasikan pekerjaannya.

- Hasil tes kuis dan formatif masih rendah akibat kurang paham keterangan guru.

Dari pengamatan terhadap guru diperoleh:

- Guru kurang sosialisasi model pembelajaran

Cooperative Learning Tipe Jigsaw sehingga masih ada siswa yang bingung dalam proses kegiatan belajar mengajar.

- Guru dalam menyampaikan materi pelajaran terlalu cepat.

- Guru kurang memberikan bimbingan kepada siswa dan motivasi untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar.

Dalam kegiatan pada siklus I didapatkan refleksi sebagai berikut:

- Adanya beberapa siswa yang masih bingung terhadap model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw ini, karena kurang sosialisasi dari guru, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar berjalan efektif, guru selain menjelaskan juga mendemonstrasikan model pembelajaran ini dengan jelas. - Adanya beberapa kelompok

yang pasif dan juga ada kelompok yang aktif dalam menyelesaikan masalah.

(7)

mempresentasikan hasil pekerjaanya dikarenakan kurang percaya diri bahwa hasil temuannya adalah benar, oleh karena itu bimbingan dan motivasi guru sangat diperlukan agar tumbuh keyakinan dan semangat dalam menyelesaikan masalahnya.

- Masih adanya beberapa siswa yang belum benar dalam menjawab soal-soal kuis maupun tes formatif meskipun sudah lengkap namun terdapat kesalahan.

- Secara garis besar pelaksanaan siklus I berlangsung cukup baik dan kondusif, walaupun hasil belajar siswa baru mencapai rata- rata 6,2 dan baru 24 siswa dari 32 siswa yang mencapai nilai lebih dari 60 sehingga ketuntasan yang dicapai baru 60 %, berarti ada 8 siswa yang belum tuntas, ini berarti pembelajaran yang dilaksanakan kurang optimal dan perlu perbaikan pada siklus II.

Hasil Penelitian Siklus II

Peneliti dalam siklus II melakukan pembelajaran sub materi pokok fungsi komposisi yang melibatkan persamaan kuadrat. Siklus II ini juga terdiri dari dua pertemuan, pertemuan 1 dilaksanakan pada tanggal 7 Desember 2010 pada jam ke-1 dan ke-2 dan pertemuan ke-2 dilaksanakan pada tanggal 8 Desember 2010 pada jam ke-1 dan ke-2. Untuk masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 X 40 menit ( dua jam pelajaran). Maka untuk siklus II tersedia waktu 4 jam pelajaran ( 160 menit ) dengan perincian 20 menit untuk persiapan dan pembukaan pelajaran, 80 menit pelaksaan tindakan, 15 menit pemberian soal kuis, 40 menit pelaksanaan tes formatif dan 5 menit tugas rumah (PR). Pelaksanaan Siklus II dijabarkan sebagai berikut;

c. Proses Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan

pembelajaran yang telah dipersiapkan yaitu menyampaikan sub materi pokok dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw. 2) Guru bersama siswa

membentuk delapan kelompok kecil terdiri dari anggota dengan memperhatikan

(8)

3) Guru membagi lembar kerja siswa kepada tiap-tiap kelompok, ketua kelompok membagi tugas kepada para anggotanya.

4) Guru membimbing siswa membentuk kelompok baru yang anggotanya dari masing-masing utusan kelompok.

5) setelah batas waktu yang diberikan untuk mengerjakan soal atau tugas selesai, masing-masing utusan kelompok kembali ke kelompok asal untuk mendiskusikan hasil temuannya.

6) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya didepan kelas, guru memberikan penilaian.

7) Pada pertemuan pertama di akhir pembelajaran, guru memberi soal kuis, sedang pada pertemuan ke dua guru memberi tes formatif.

d. Proses Pengamatan

Observer mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hal-hal yang diamati

oleh guru sebagai peneliti yaitu :

- mengamati aktivitas kelompok dalam proses pembelajaran.

- Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti pelajaran.

- Observer bertugas mengamati jalannya proses belajar mengajar secara keseluruhan meliputi pengamatan aktivitas guru dan siswa.

Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan sebagai berikut :

- Siswa sudah mulai paham model pembelajaran Cooperative Learning tipe Jigsaw sehingga aktifitas kelompok mulai meningkat.

- Aktifitas anak meningkat dikarenakan pembentukan kelompok yang memperhatikan penyebaran timgkat kecerdasan berfikir, namun masih ada beberapa kelompok yang tampak diam, dan ternyata anggota kelompok tersebut mempunyai watak pendiam.

- Siswa mulai memperhatikan penjelasan guru dalam proses kegiatan pembelajaran bahkan siswa mulai berani bertanya, ini menunjukkan perhatian siswa semakin meningkat.

(9)

- Hasil tes kuis dan formatif ada peningkatan, ini menunjukkan penjelasan guru mulai dapat diterima.

Dari pengamatan terhadap guru diperoleh temuan sebagai berikut:

- Guru selain telah mensosialisasikan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe jigsaw, guru juga terjun langsung membimbing siswa, sehingga proses kegiatan pembelajaran berjalan lancar.

- Guru dalam menyampaikan materi pelajaran, sehingga suasana kelas kelihatan hidup.

- Bimbingan guru kepada kelompok maupun kepada individu siswa sudah merata bahkan motivasi siswa meningkat.

e. Refleksi Tindakan

Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus II didapatkan :

- Tidak ada lagi siswa yang merasa bingung dalam pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw, hanya mengalami kendala dalam perpindahan dari kelompok asal kedalam kelompok baru maupun sebaliknya, dikarenakan harus

memindah kursi, oleh karena itu agar kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung efektif, maka hendaklah dipersiapkan situasi dan kondisi kelas dengan sebaik- baiknya.

- Suasana kelompok dalam pembelajaran sudah mulai aktif, sebagian besar anggota kelompok kelihatan hidup dalam berdiskusi dikarenakan sudah merata tingkat kecerdasan siswa dalam kelompok, hanya saja masih ada kelompok terlalu ramai karena kebetulan siswa-siswi cerewet berada pada kelompok tersebut. Oleh karena itu dalam pembentukan kelompok pada siklus berikutnya selain memperhatikan tingkat kecerdasan juga memperhatikan watak siswa sehingga suasana tiap kelompok seimbang.

- Masih ada siswa dalam suatu kelompok yang masih malu dan kurang percaya diri untuk maju ke depan mempresentasikan hasil pekerjaannya, dikarenakan memang siswa tersebut memiliki sifat pendiam dan pemalu, oleh karena itu bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar tumbuh rasa percaya diri.

(10)

keterlambatan berfikir sehingga penjelasan guru kurang dipahami. Oleh karena itu guru harus lebih memperhatikan siswa yang lambat sehingga hasil belajar siswa meningkat secara merata.

- Secara garis besar, pelaksanaan siklus II berlangsung dengan baik dan kondusif serta meningkat, walaupun hasil belajar siswa baru mencapai rata-rata 68,6% karena masih ada 7 siswa dari 32 siswa yang mendapat nilai kurang dari 75 sehingga ketuntasan yang dicapai baru 77.5 % tetapi terlihat aktifitas belajar siswa meningkat, namun siklus II perlu diulang agar hasil belajar siswa lebih meningkat lagi.

2.

Hasil Penelitian Siklus III

Peneliti dan siswa dalam siklus III melakukan pembelajaran d a n menyelesaikan soal-soal fungsi invers, yang merupakan kelanjutan dari materi fungsi komposisi. Siklus III ini juga terdiri dari dua pertemuan, pertemuan I dilaksanakan pada tanggal 14 Desember 2010 pada jam ke-1 dan ke-2 dan pertemuan ke II dilaksanakan pada tanggal 15 Desember 2010 pada jam ke-1 dan ke-2, untuk masing-masing pertemuan dengan alokasi waktu 2 x 40 menit (dua jam pelajaran) . Maka untuk silklus III tersedia waktu 4 jam pelajaran

(160 menit) dengan perincian 20 menit untuk persiapan dan pembukaan pelajaran, 80 menit pelaksanaan tindakan, 15 menit pemberian soal kuis, 40 menit pelaksanaan tes formatif dan 5 menit pemberian tugas rumah (PR). Pelaksanaan siklus III dapat dijabarkan sebagai berikut:

a. Proses Pelaksanaan Tindakan 1) Melaksanakan rencana

pembelajaran yang telah dipersiapkan yaitu menyampaikan sub materi fungsi invers

dengan model

pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw. 2) Guru bersama siswa

membentuk delapan kelompok kecil terdiri dari anggota dengan memperhatikan

penyebaran tingkat kecerdasan berfikir dan sifat atau watak anak.

3) Guru membagi soal-soal cerita kepada tiap-tiap kelompok, ketua kelompok membagi tugas kepada anggotanya.

4) Guru membimbing siswa membentuk kelompok baru yang anggotanya dari masing-masing kelompok.

(11)

mengerjakan soal habis, masing-masing utusan kelompok kembali ke kelompok asal untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

6) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil pekerjaannya.

7) Guru memberikan soal kuis untuk pertemuan pertama selanjutnya pada pertemuan kedua guru memberikan tes formatif.

b. Proses pengamatan

Pada tahap ini, peneliti bersama observer mengamati jalannya proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dipersiapkan. Hal-hal yang diamati oleh guru sebagai peneliti yaitu: - Aktivitas kelompok dalam proses

kegiatan belajar mengajar.

- Aktivitas individu siswa dalam mengikuti pelajaran.

- Observer bertugas mengamati jalannya proses belajar mengajar secara keseluruhan meliputi pengamatan aktivitas guru dan siswa.

Dari pengamatan terhadap siswa diperoleh temuan sebagai berikut :

- Aktivitas kelompok meningkat, siswa sudah paham betul model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw.

- Aktivitas belajar anak meningkat dikarenakan dalam pembentukan kelompok sudah memperhatikan penyebaran tingkat kecerdasan berfikir dan sifat atau watak anak, sehingga tiap kelompok terlihat sama kemampuannya dan keaktifannya. - Berkat motivasi guru dan kesadaran

siswa itu sendiri semua anak dengan tekun memmeperhatiakn penjelasan guru, bahkan anak tidak lagi takut untuk bertanya, ini menunjukkan perhatian belajar siswa meningkat.

- Anggota kelompok berlomba-lomba untuk tampil ke depan kelas untuk mempresentasikan hasil temuannya dengan penuh antusias dan percaya diri.

- Hasil tes kuis dan tes formatif sangat meningkat, ini menunjukkan penjelasan atau keterangan guru dapat diterima.

Dari pengamatan terhadap guru diperoleh temuan sebagai berikut :

- Guru sudah terjun langsung berbaur dengan anak dalam proses belajar mengajar dengan model pembelajaran ini, sehingga anak tidak lagi bingung dan kegiatan belajar mengajar berjalan lancar.

(12)

c. Refleksi Tindakan

Setelah melaksanakan tindakan pengamatan dalam pembelajaran di dalam kelas, selanjutnya diadakan refleksi dari tindakan yang dilakukan. Dalam kegiatan pada siklus III didapatkan:

- Proses belajar mengajar dengan model pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw ini berjalan lancar, semua siswa telah memahami dan berjalan sendiri tanpa harus diperintah, kondisi kelas sudah dipersiapkan sebelumnya, tidak lagi siswa memindahkan meja kursi, namun demikian untuk model pembelajaran ini sebaiknya dibuat kelas khusus, sehingga lebih efektif lagi.

- Suasana kelompok dalam pembelajaran sudak aktif, sebagian besar anggota kelompok kelihatan aktif, suasana kelas menjadi hidup diwarnai dengan diskusi, tanya jawab dari anggota kelompok, ini dikarenakan tingkat kecerdasan dan sifat atau watak anak telah merata pada semua kelompok, suasana kelompok seimbang tidak lagi terlihat kelompok yang cerewet dan pendiam karena telah disebar merata.

- Sebagian besar siswa dalam suatu kelompok kepercayaan terhadap diri sendiri sudah tumbuh, sehingga mereka tidak malu bahkan berlomba-lomba untuk tampil di depan kelas

untuk mempresentasikan hasil temuannya, dikarenakan kesadaran siswa dan motivasi guru, sehingga tumbuh rasa percaya diri pada setiap individu.

- Sebagian besar siswa sudah benar dalam menjawab soal-soal cerita persamaan linier satu variabel, baik untuk soal kuis maupun tes formatif, walaupun masih ada siswa yang masih menjawab salah, karena keterlambatan berfikir, sehingga penjelasan guru kurang dipahami, guru sudah memperhatikan dan membimbing siswa yang terlambat berfikir, tapi memang keterbatasan waktu, sehingga perlu waktu khusus untuk memberi bimbingan kepada siswa tersebut sehingga dapat mengikuti pelajaran selanjutnya.

(13)

siklus III telah berhasil dengan baik.

Pembahasan

Siklus I

Dari 32 siswa ternyata banyak siswa yang kurang aktif atau tidak aktif dalam mengikuti proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan selain model pembelajaran yang baru dikenal anak, juga karena pembagian kelompok yang kurang memperhatikan penyebaran tingkat kecerdaan anak , ini memang sengaja dibuat atau direncanakan oleh peneliti dengan pembagian kelompok berdasarkan jarak rumah terdekat, hal ini dimaksudkan seberapa jauh aktifitas kelompok dapat berjalan, ternyata kurang aktif dan banyak siswa yang pasif. Maka untuk siklus yang akan datang pembagian kelompok didasarkan pada penyebaran tingkat kecerdasan anak. Pada siklus I keberanian anak tampil ke depan kelas masih kurang, dikarenakan kurang percaya diri dan takut, maka bimbingan guru dan motivasi sangat diperlukan agar tumbuh semangat dan pencaya diri.

Dalam mengikuti proses belajar mengajar fungsi komposisi dan invers siswa hendaklah diberi motivasi agar semangat dalam proses pembelajaran yaitu dengan diberi latihan-latihan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan, bila siswa dapat menyelesaikan dengan benar guru memberi penghargaan agar siswa merasa senang. Dengan melihat hasil belajar

siswa, ternyata dari 32 siswa terdapat 8 siswa yang dapat dikategorikan tidak tuntas belajar klasikal yaitu mendapat nilai kurang dari 75,0 sedang siswa yang tuntas belajar ada 24 siswa yang dapat dikategorikan tuntas belajar klasikal dengan perolehan nilai rata-rata 76,7 dan persentase keaktifan siswa mencapai 37,5%.

Dengan melihat hasil penelitian, dapat dijelaskan bahwa dalam siklus I penguasaan materi pelajaran sudah baik, tetapi karena- terlalu cepat dalam menerangkan, sehingga anak yang lamban tidak bisa memahami guru, juga perhatian guru kurang merata pada seluruh siswa ada beberapa siswa yang kurang aktif dan bermain sendiri, karena pada siklus I ini masih banyak kekurangan, maka perlu dicoba lagi pada siklus II agar kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal persamaan linier satu variabel dengan implementasi model pembelajaran Coopretaive Learning Tipe Jigsaw dapat lebih ditingkatkan, sehingga tujuan pembelajaran tercapai.

Siklus II

(14)

ada kelompok terlalu ramai karena kebetulan siswa-siswi cerewet berada pada kelompok tersebut. Oleh karena itu dalam pembentukan kelompok pada siklus berikutnya selain memperhatikan tingkat kecerdasan juga memperhatikan karakteristik siswa, sehingga suasana tiap kelompok seimbang. Sudah ada peningkatan kepercayaan pada diri siswa untuk tampil di depan kelas mempresentasikan hasil temuannya.

Dari hasil belajar siswa juga terjadi peningkatan kemampuan siswa terhadap penyelesaian soal, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal menjadi 7 siswa, sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 25 siswa dengan nilai rata-rata pada siklus II 78,3 dan persentase keaktifan siswa mencapai 50%, berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fungsi komposisi, sedangkan pengamatan kegiatan belajar mengajar oleh observer, kegiatan guru sudah ada peningkatan dibanding siklus pertama yaitu perhatian guru sudah menyeluruh, penyampaian materi sudah jelas, bimbingan guru kepada kelompok maupun kepada individu sudah merata sehingga motivasi siswa untuk belajar meningkat.

Siklus III

Pada siklus III ini baik partisipasi siswa maupun aktivitas kelompok dalam proses pembelajaran mengalami peningkatan, dengan melihat tabel pengamatan siswa, partisipasi siswa aktif berturut-turut 37,5%, 50%, dan 75%, sehingga suasana kelompok pembelajaran sebagian besar aktif. Suasana menjadi hidup diwarnai dengan diskusi dan

tanya jawab dari anggota kelompok, ini dikarenakan tingkat kecerdasan dan karakteristik siswa telah marata pada semua kelompok, sebagian siswa kepercayaan diri sudah tumbuh sehingga mereka tidak malu untuk tampil di depan kelas, dikarenakan kecerdasan dan motivasi dari siswa sehingga tumbuh keyakinan yang mantap pada diri siswa, ini juga berkat bimbingan dari guru sebagai peneliti.

Hasil belajar siswa juga mengalami peningkatan kemampuan terhadap penyelesaian soal, terbukti dari siswa yang tidak tuntas belajar klasikal tinggal 5 siswa. Hal ini sulit dihilangkan karena faktor internal anak itu sendiri. Namun peneliti tetap berusaha untuk membimbing khusus kepada siswa tersebut di luar jam pelajaran. Sedangkan siswa yang tuntas belajar klasikal ada 27 siswa dengan nilai rata-rata pada siklus III 78,5 dan persentase keaktifan siswa mencapai 75%, berarti ada peningkatan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fungsi komposisi dan invers.

(15)

s e h i n g g a mengalami banyak peningkatan.

Simpulan

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Melalui implementasi model pembelajaran Coopretaive Learning Tipe Jigsaw, hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal fungsi komposisi dan invers bagi siswa kelas X I S M A N e g e r i I B a n d a A c e h t a h u n p e m b e l a j a r a n 2 0 1 0 / 2 0 11 dapat

ditingkatkan. Sebelum penelitian tindakan kelas nilai rata-rata hanya 52,0 dan siswa yang tuntas belajar hanya 50%, sedangkan setelah penelitian tindakan

kelas nilai rata-rata pada siklus I adalah 66,7, siklus II 68,3 dan siklus III 78,5 dan siswa yang tuntas belajar pada siklus I 65%, siklus II 70%, serta siklus III 87,5 % .

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abruscato, J. 1999. Teaching Children Science: A Discovery Approach. New York: Allyn and Bacon. Arends, R. I. 1997. Classroom Instruction and Management. New York: McGraw Hill Companies. ---2001. Learning to Teach. New York: McGraw Hill Companies.

Arikunto, S. 1991. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Borich, G.D. 1994. Observation Skill for Effective Teaching. New York: Macmillan Publishing Company.

Depdikbud. 1993. Garis-garis Besar Program Pengajaran Sekolah Menengah Umum. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia.

Gronlund, N.E. 1995. How to Write and Use Instructional Objectives Fifth Edition. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc.

---. 1982. Constructing Achievement Test. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice Hall Inc.Howe, A.C. & Jones, L. 1993. Engaging Children in Science. New York:Macmilan Publishing Company.

Ibrahim, M., Fida R., Nur, M. dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa Press. Kemp, J.E., G.R. Morisson, & Steven M. R. 1994. Designing Effective Instruction. New York:

Macmillan College Publishing Company.

Lie, A., 1994. JIGSAW : A Cooperative Learning Method for the Reading Class. Waco, Texas: Phi Delta Kappa Society.

Nur, M. 1999. “Perangkat Pembelajaran Matematika Mampu Memenuhi Kebutuhan Individu”. Makalah Disampaikan pada Presentasi Hasil Program Remedial di Ditdikmenum Jakarta, Universitas Negeri Surabaya

Gambar

Gambar 2.1: Ilustrasi Kelompok JIGSAW

Referensi

Dokumen terkait

International Organization for Migratioan (IOM) berdedikasi untuk memajukan migrasi yang manusiawi dan teratur untuk kepentingan bersama, dilaksanakan dengan meningkatkan

Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui besaran perbandingan daya tahan pada pemain sepakbola perokok dan tidak perokok di Club

[r]

41 memiliki tangkai yang panjang yang termasuk kelas super, batang atau tangkai yang tegak dengan diameter kuncup dan diameter bunga mekar besar, serta jumlah petal yang lebih

Pada saat ini, sistem yang berjalan pada SMA Labschool Jakarta beberapa proses administrasi sudah terkomputerisasi, yaitu dengan menggunakan Sistem Administrasi Sekolah yang

kimia tersebut adalah sebagai bahan penghambat kerak dan korosi, bahan penghambat pertumbuhan mikrobiologi, dan bahan pengendali pH air pendingin sekunder. Untuk

Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler dan Keuangan Dewan perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 90, Tambahan Lembaran Negara

digunakan dapat dilihat pada Gambar -1. Sumber mikroorganisme yang digunakan adalah bakteri yang berasal dari tangki aerasi unit pengolahan limbah pabrik permen PT. Van