• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Prospek Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Karo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Prospek Pembangunan Sektor Pertanian di Kabupaten Karo"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Tujuan utama dari pembangunan ekonomi Indonesia adalah terciptanya masyarakat adil dan sejahtera. Pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia meliputi pembangunan segala aspek kehidupan yang pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan landasan pembangunan yang kuat bagi bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang menuju masyarakat yang adil dan makmur yang merata materiil dan spiritual berdasarkan Pancasila di dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pembangunan nasional tersebut perlu memperhatikan pembangunan daerah, karena pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional yang mempunyai tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan di daerah.

(2)

Sekarang ini sektor pertanian tidak dipandang sebagai sektor yang pasif yang mengikuti sektor industri, tetapi sebaliknya. Pembangunan pertanian didorong dari segi penawaran dan dari segi fungsi produksi melalui penelitian-penelitian, pengembangan, teknologi pertanian yang terus-menerus, pembangunan prasarana sosial dan ekonomi di pedesaan dan investasi oleh negara dalam jumlah besar. Pertanian kini dianggap sektor pemimpin (leading sektor) yang diharapkan mendorong perkembangan sektor-sektor lainnya

Hal ini ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja dan bergantung pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian ini memberi arti bahwa di masa yang akan datang sektor ini masih perlu terus dikembangkan. Sektor ini telah menyumbang penerimaan devisa 26,45% dan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebesar 24,69% pada tahun 2013.Sektor pertanian juga merupakan faktor penting khususnya bagi sektor industri sebagai penyedia bahan baku.

Keberhasilan suatu pembangunan pertanian diperlukan beberapa syarat atau pra-kondisi yang untuk tiap-tiap daerah berbeda-beda. Pra-kondisi itu meliputi bidang-bidang teknis, ekonomis, sosial budaya dan lain-lain. Di Jepang pra kondisi itu, sebagian besar berasal dari sektor pertanian sendiri berupa dana -dana yangdigunakan untuk mengembangkan sektor industri. A.T. Mosher dalam bukunya Getting Agrculture Moving (1965) - yang telah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia – telah menganalisa syarat-syarat pembangunan pertanian di banyak negara dan menggolong–golongkannya menjadi syarat mutlak dan syarat

(3)

mendukung pembangunan pertanian. Apabila salah satu syarat tersebut tidak ada, maka terhentilah pembangunan pertanian; pertanian dapat berjalan terus tetapi statis.

Syarat–syarat mutlak itu menurut Mosher adalah: 1. Adanya pasar untuk hasil–hasil usaha pertanian. 2. Teknologi yang senantiasa berkembang.

3. Tersedianya bahan–bahan dan alat–alat produksi secara lokal. 4. Adanya perangsang produksi bagi petani.

5. Tersedianya pengangkutan yang lancar dan berkelanjutan.

Disamping syarat–syarat mutlak itu Mosher juga menjelaskan syarat–syarat

pelancar yang dapat mendorong pembangunan pertanian, yaitu: 1. Pembangunan pendidikan.

2. Kredit produksi.

3. Kegiatan gotong royong petani.

4. Perbaikan dan perluasan tanah pertanian. 5. Perencanaan nasional pembangunan pertanian.

Saat krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1997, yang dampaknya terlihat pada tahun 1998 dimana secara langsung mempengaruhi struktur perekonomian Indonesia. Hampir semua sektor cenderung menurun kecuali sektor pertanian yang tumbuh sebesar 2,48 persen sehingga sektor pertanian menjadi salah satu tumpuan yang positif untuk perbaikan ekonomi.

(4)

Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga berlaku maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pasar pada tahun bersangkutan, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu (tetap) sebagai tahun dasar. Bureau Economic Analys – United State (2005) mendefenisikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) sebagai Produk Domestik Bruto di bagian wilayah yang merupakan agregasi dari Nilai Tambah Bruto (NTB) dari semua unit produsen residen di suatu region tertentu. Nilai Tambah yang dimaksud berasal dari output (nilai produksi) dikurangi biaya antara, yang mencakup komponen – komponen pendapatan faktor (upah dan gaji, bunga, sewa tanah, dan keuntungan), penyusutan dan pajak tidak langsung neto.

Sumatera Utara sebagai salah satu propinsi di Indonesia dimana sektor pertanian merupakan penyumbang nilai tambah yang potensial bagi PDRB Sumatera Utara. Dan jika berbicara mengenai kesempatan kerja, maka sebagian besar penduduk Sumatera Utara bekerja pada sektor pertanian sebesar 66,88 %, pada sektor industri sebesar 4,77 %, pada sektor perdagangan sebesar 8,57 % dan sektor lain-lain sebesar 7,93 %. Hal ini menunjukkan bahwa sektor pertanian merupakan sektor utama dalam perekonomian Sumatera Utara.

(5)

Karo hingga saat ini. Peranan sektor ini terhadap PDRB Karo dalam harga berlaku tercatat sebesar 67,57% pada tahun 2012 dan 59,58% pada tahun 2013, sedangkan dalam harga konstan tahun 2012 ialah 65,40% dan 59,53% pada tahun 2013. Hal tersebut dapat dipahami karena Kabupaten Karo adalah daerah pertanian dataran tinggi. Adapun jenis tanaman yang dibudidayakan di Kabupaten Karo ialah jenis tanaman umbi–umbian, sayur–sayuran, buah–buahan dan tanaman padi.

Jenis tanaman umbi–umbian, tanaman jagung adalah tanaman yang

paling dominan dimana pada tahun 2013 produksi jagung sebesar 171.016 ton dengan luas panen sebesar 50.182 Ha. Hal ini menjadikan Kabupaten Karo sebagai penghasil jagung terbesar kedua setelah Kabupaten Simalungun yaitu 204.196 ton dengan luas panen 59.604 Ha. Jenis tanaman ini adalah jenis tanaman terluas dalam tanaman umbi–umbian di Karo. Kabupaten Karo juga cukup terkenal sebagai penghasil sayur–sayuran di Provinsi Sumatera Utara bahkan

termasuk dalam komoditi ekspor sejak tahun 2000 sampai dengan sekarang. Jenis sayur–sayuran yang dihasilkan dari Kabupaten Karo ialah bawang, kentang, sawi,

kubis, wortel, tomat, dan buncis . Jenis tanaman lainnya yang juga cukup banyak dihasilkan petani di Kabupaten Karo adalah tanaman buah–buahan seperti jeruk,

alpukat, mangga, sawo, durian, pepaya, dan nenas.

(6)

Kabupaten Karo yang memiliki potensi khususnya komoditi tanaman muda atau sayur-sayuran. Nilai FOB ekspor hasil pertanian Sumatera Utara mengalami pertumbuhan 14,38% pada tahun 2011, 49,88% tahun 2012, dan tahun 2013 sebesar 18,73%. Realisasi ekspor Kabuapen Karo pada umumnya meningkat setiap tahunnya, namun ada beberapa komoditi yang tidak lagi diekspor yang dulunya masih termasuk komoditi yang memiliki prospek. Hal ini menjadi tugas berat bagi pemerintah untuk membenahi kembali yang pernah dicapai. Ketika diambil kebijaksanaan untuk mengekspor hasil pertanian bukan berarti mengabaikan permintaan dalam negeri namun dilakukan peningkatan jumlah produksi dan yang terpenting adalah daya saing produk agar dapat menghadapi era glogalisasi dan liberalisme perdagangan. Kualitas produk tentu harus tetap dijaga dan ditingkatkan.

Pembangunan pertanian, berbagai usaha pengembangan produktivitas dilakukan, dimana usaha pokok mutlak dilakukan dengan intensifikasi pertanian melalui pengadaan sarana produksi yang optimal. Sarana produksi ini mencakup bibit/benih, pupuk dan pestisida. Semua sarana produksi ini memiliki peranan penting dan sangat mempengaruhi dalam proses produksi. Pemerintah harus mampu membantu petani dalam menyediakan dan menyalurkan sarana tersebut.

(7)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas maka permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pola pertumbuhan ekonomi sebagai prospek pembangunan

sektor pertanian Kabupaten Karo .

2. Apakah ada pengaruh pembangunan sektor pertanian Kabupaten Karo terhadap perekonomian masyarakat Kabupaten Karo.

3. Bagaimana pola pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Kabupaten Karo.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui seberapa besar pola pertumbuhan ekonomi sebagai prospek pembangunan sektor pertanian Kabupaten Karo.

2. Untuk mengetahui pengaruh pembangunan sektor pertanian Kabupaten Karo terhadap tingkat kesejahteraan masyarakakat Kabupaten Karo.

3. Untuk mengetahui pola pertumbuhan ekonomi sektor pertanian Kabupaten Karo.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(8)

2. Sebagai tambahan wawasan ilmiah dan ilmu pengetahuan penulis dalam disiplin ilmu yang penulis tekuni.

Referensi

Dokumen terkait

Apabila demonstrasi telah selesai dilakukan, proses pembelajaran perlu diakhiri dengan memberikan tugas-tugas tertentu yang ada kaitannya dengan pelaksanaan

Paper presented in the international seminar and workshop on: Learning from climate change and its consequences; The role of scientists and entrepreneurs, organized by

Kegiatan penelitian ini bertujuan mengukur perbedaan hasil belajar antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelas diberikan pre test pada masing-masing kelas untuk

Selesai mengikuti perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu menjelaskan tentang konsep, strategi dan implementasi pembelajaran permainan bola basket yang meliputi

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut maka permasalahan yang akan diteliti dirumuskam sebagai berikut : “Bagaimana pemaknaan kehidupan keluarga dalam

Diharapkan kepada calon guru maupun konselor memahami betul pelaksanaan dan layanan-layanan bimbingan dan konseling di sekolah dalam mengembangkan potensi peserta didik serta

Bedasarkan penyajian data yang telah diuraikan oleh peneliti serta hasil anlisis data-data yang telah diperoleh dari berbagai sumber data, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa

apabila variabel laten perilaku kekasaran dihubungkan dengan variabel laten kenakalan pelajar (Gambar 7), didapatkan hasil bahwa hubungan perilaku kekasaran ibu dan