• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN PENDERITA FLOUR ALBUS DI POLIKLINIK GYNEKOLOGI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PERIODE AGUSTUS 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "GAMBARAN PENDERITA FLOUR ALBUS DI POLIKLINIK GYNEKOLOGI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH PERIODE AGUSTUS 2011"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

143

GYNEKOLOGI RSUD Dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

PERIODE AGUSTUS 2011

Mohd. Andalas, Abdillah S, Andalus A.A.A, Rina M.S dan Afriani M.N Abstrak. Tujuan: Untuk mengetahui distribusi penderita flour albus di poliklinik gynecology Rumah Sakit Umum dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode Agustus tahun 2011.

Metode: Penelitian Deskriptif cross sectional dengan mengeksplorasi data primer dari pemeriksaan dan akan dilaporkan melalui distribusi berdasarkan usia, pendidikan, penyebab, status perkawinan, dan pemakaian alat kontrasepsi.

Hasil: Berdasarkan hasil penelitian didapatkan 18 orang penderita flour albus selama bulan Agustus 2011. Terbanyak dari kasus adalah pada usia antara 25-34 tahun (55,6 %). Penderita terbanyak dengan pendidikan SMA (77,7 %). Penyebab yang paling banyak didapatkan adalah bakteri vaginalis (50%). Penderita flour albus umumnya sudah menikah (77,8 %). Dan Penderita flour albus lebih banyak yang memakai alat kontrasepsi (55,6 %).

Kesimpulan: Jumlah kasus flour albus pada Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh selama periode Agustus 2011 adalah 48,8 % dari seluruh kasus ginekologik lainnya, Sebagian besar penderita berada pada usia reproduktif, berpendidikan SMA, dengan bakteri vaginalis sebagai penyebab utama, umumnya sudah menikah dan banyak pada pemakai alat kontrasepsi. (JKS 2011; 3:143-150)

Kata Kunci : Flour albus,usia reproduktif, bakteri vaginalis, alat kontrasepsi

Abstract. Objective: The aims this study is to determine the distribution of flour albus patients in gynecology out patient dr. Zainoel Abidin General Hospital Banda Aceh, the period of August 2011.

Methods: The descriptive cross sectional study with explore the primary data from the examination and will be reported through the the distribution of according to age, education, causes, marital status, and use of contraception.

Results: Based on this research available patients flour albus 18 persons during the month of August 2011. The most of the cases were between the ages of 25-34 years (55.6%). Most Patients with high school (77.7%). The cause of the most widely available are the bacterial vaginalis (50%). Patients usually flour albus was married (77.8%). Patients with flour albus and more are using contraception (55.6%).

Conclusions: The number of of cases flour albus at the Regional General Hospital of Banda Aceh, Abidin Zainoel during the period August 2011 48.8% of all other gynecologic cases, The majority of patients are at reproductive age, high school educated, with bacterial vaginalis as the primary cause, usually was married and many on users of contraception.

(JKS 2011; 3:143-150)

Key words : Flour albus,reproductive age, bakterial vaginalis, contraception devices

Pendahuluan

Leukorea (white discharge, fluor albus, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar

Mohd. Andalas adalah Dosen Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Unsyiah/RSUDZA

Abdillah S, Andalus A.A.A, Rina M.S, Afriani M.N adalah Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Senior Bagian Obsgin RSUDZA

pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin.

Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal.

Pada perempuan, sekret vagina ini merupakan suatu hal yang alami dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai

(2)

144 pelicin dan pertahanan dari berbagai

infeksi. Dalam kondisi normal, sekret vagina tersebut tampak jernih, putih keruh atau berwarna kekuningan ketika mengering pada pakaian. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.1,2,3 dari tubuh untuk membersihkan diri, sebagai pelicin dan pertahanan dari berbagai infeksi Dalam kondisi normal, sekret vagina. Sekret ini non-irritan, tidak mengganggu, tidak terdapat darah, dan memiliki pH 3,5-4,5. Flora normal vagina meliputi Corinebacterium, Bacteroides, Peptostreptococcus, Gardnerella, Mobiluncuc, Mycoplasma dan Candida spp. Lingkungan dengan pH asam memberikan fungsi perlindungan yang dihasilkan oleh lactobacilli.1,2,3 Leukorea merupakan gejala yang paling sering dijumpai pada penderita ginekologik, adanya gejala ini diketahui penderita karena mengotori celananya. Dapat dibedakan antara leukorea yang fisiologik dan yang patologik. Leukorea fisiologik terdiri atas cairan yang kadang-kadang berupa mukus yang mengandung banyak epitel dengan leukosit yang jarang sedang pada leukorea patologik terdapat banyak leukosit. Penyebab paling penting dari leukorea patologik ialah infeksi. Disini cairan mengandung banyak leukosit dan warnanya agak kekuning-kuningan sampai hijau, seringkali lebih kental dan berbau. Radang vulva, vagina, serviks dan kavum uteri dapat menyebabkan leukorea patologik; pada adneksitis gejala tersebut dapat pula timbul. Selanjutnya leukorea ditemukan pada neoplasma jinak atau ganas, apabila tumor itu dengan permukaannya untuk sebagian atau seluruhnya memasuki lumen saluran alat-alat genital.2

Etiologi

Fluor albus fisiologik pada perempuan normalnya hanya ditemukan pada daerah porsio vagina. Sekret patologik biasanya terdapat pada dinding lateral dan anterior vagina.4

Fluor albus fisiologik ditemukan pada: (a) Bayi baru lahir sampai umur kira-kira 10 hari: disini sebabnya ialah pengaruh estrogen dari plasenta terhadap uterus dan vagina janin. (b) Waktu di sekitar menarche karena mulai terdapat pengaruh estrogen. Leukore disini hilang sendiri akan tetapi dapat menimbulkan keresahan pada orangtuanya. (c) Wanita dewasa apabila ia dirangsang sebelum dan pada waktu koitus, disebabkan oleh pengeluaran transudasi dari dinding vagina. (d) Waktu disekitar ovulasi, dengan secret dari kelenjar-kelenjar serviks uteri menjadi lebih encer. (e) Pengeluaran secret dari kelenjar kelenjar serviks uteri juga bertambah pada wanita dengan penyakit menahun, dengan neurosis, dan pada wanita dengan ektropion porsio uteri.1

Sedang fluor albus abnormal (patologik) disebabkan oleh: (1) Infeksi: Bakteri: Gardanerrella vaginalis, Chlamidia trachomatis, Neisseria gonorhoae, dan Gonococcus; Jamur: Candida albicans; Protozoa: Trichomonas vaginalis; Virus: Virus Herpes dan human papilloma virus. (2) Iritasi: Sperma, pelican, kondom, Sabun cuci dan pelembut pakaian, Deodorant dan sabun Cairan antiseptic untuk mandi, Pembersih vagina, Celana yang ketat dan tidak menyerap keringat, Kertas tissu toilet yang berwarna. (3) Tumor atau jaringan abnormal lain. (4) Fistula. (5) Benda asing. (6) Radiasi. (7) Penyebab lain: Psikologi; Volvo vaginitis psikosomatik, tidak diketahui: “Desquamati veinflammatory vaginitis”. 1,2,5

(3)

145 Metode

Penelusuran data dilakukan dengan mengambil data primer dari pasien poliklinik ginekologi RSUDZA Banda Aceh bulan Agustus tahun 2011. Data dikumpulkan dan dikelompokkan berdasarkan beberapa faktor antara lain; usia, pendidikan, penyebab, status perkawinan, dan pemakaian alat kontrasepsi. Data yang didapat kemudian

ditabulasi, disajikan dan dilaporkan dalam bentuk persentase.

Hasil

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa total kasus flour albus pada bulan Agustus 2011 adalah 18 kasus (4,8 %) dari 375 pasien yang datang berkunjung ke poli Ginekologi RSUDZA.

Diagram 1. Distribusi persentase kasus flour albus bulan Agustus 2011

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011) Berdasarkan diagram diatas menunjukkan

bahwa dari keseluruhan kasus ginekologi, menurut distribusi didapatkan kasus flour albus yaitu sebanyak 18 kasus (4,8%) dan kasus ginekologi lainnya yaitu sebanyak 357 kasus (95,20 %).

Dari 18 kasus tersebut sebagian besar penderita berusia antara 25-34 tahun 10 orang (55,6 %), sedangkan penderita yang paling sedikit berusia antara 35-44 tahun dan 45-54 tahun masing-masing 2 orang (11,1 %).

Tabel 1.Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Usia di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Usia (Thn) Jumlah penderita

Frekuensi (n) Persentase (%) 15-24 4 22,2 25-34 10 55,6 35-44 2 11.1 45-54 2 11,1 Total 18 100

(4)

146 Grafik 1.Distribusi Persentase penderita fluor albus berdasarkan Usia di Poliklinik

Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011) Berdasarkan pendidikan, Penderita

terbanyak dengan pendidikan SMA 14 orang (77,7%), S1 2 orang (11,1%)

sedangkan yang berpendidikan SD dan SMP masing-masing hanya 1 orang (5,6%).

Tabel 2.Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Pendidikan di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Pendidikan Frekuensi (n) Persentase (%)

SD 1 5,6

SMP 1 5,6

SMA 14 77,7

S1 2 11,1

Total 18 100

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011) Berdasarkan penyebab, didapatkan

penderita dengan penyebab bakteri vaginalis yang terbanyak 9 orang (50%),

penyebab yang paling sedikit Tricomonas 4 orang (22,2 %) dan tidak ditemukan pasien dengan penyebab Gonorhoe.

Tabel 3.Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Penyebab di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Penyebab Frekuensi (n) Persentase (%) Bakteri vaginalis 9 50 Trichomonas 4 22,2 Candida 5 27,8 Gonorhoe 0 0,0 Total 18 100

(5)

147 Diagram 2. Distribusi persentase penderita fluor albus berdasarkan Penyebab di

Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011) Berdasarkan status perkawinan, didapatkan

penderita flour albus umumnya sudah menikah sebanyak 14 orang (77,8 %),

sedangkan yang belum menikah hanya 4 orang (22,2 %).

Tabel 4.Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Status Perkawinan di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Status Perkawinan Frekuensi (n) Persentase (%)

Menikah 14 77,8

Belum menikah 4 22,2

Total 18 100

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011)

Diagram 3. Distribusi persentase penderita fluor albus berdasarkan Status Perkawinan di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011) Berdasarkan Pemakaian alat kontrasepsi,

didapatkan penderita flour albus lebih banyak yang memakai alat kontrasepsi 10

orang (55,6 %), dari pada yang tidak memakai alat kontrasepsi 8 orang (44,4 %).

(6)

148 Tabel 5.Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Pemakaian Alat Kontrasepsi

di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011 Pemakaian Alat Kontrasepsi Frekuensi (n) Persentase (%)

Memakai alat kontrasepsi 10 55,6

Tidak memakai alat kontrasepsi 8 44,4

Total 18 100

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011)

Grafik 3. Distribusi Persentase penderita fluor albus berdasarkan Pemakaian Alat Kontrasepsi di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Sumber : data primer (diolah, Agustus 2011) Pembahasan

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross sectional, yang menggambarkan distribusi penderita flour albus di Poliklinik Gynecologi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode Agustus 2011. Data tersebut kemudian diolah berdasarkan usia, pendidikan, penyebab, status perkawinan, dan pemakaian alat kontrasepsi. Pada Penelitian ini didapatkan 18 kasus flour albus, dari 18 kasus tersebut sebagian besar penderita berusia antara 25-34 tahun (55,6 %), sedangkan penderita yang paling sedikit berusia antara 35-44 tahun dan 45-54 tahun (11,1 %). Hal ini sesuai dengan penelitian: Soeprihatin dkk (1976) yang mendapatkan penderita flour albus termuda berusia 7,5 bulan dan tertua 64 tahun, sedangkan penelitian Turatmo (1986) di RSAB Harapan Kita mendâpatkan

penderita dengan keluhan fluor albus berusia antara 3–50 tahun. 6,7 Frekuensi tertinggi fluor albus ditemukan pada kelompok umur 20–39 tahun yaitu 83,5%, hal tersebut disebabkan oleh karena penderita fluor albus memang banyak ditemukan pada wanita golongan reproduktif.8

Penderita flour albus terbanyak dengan pendidikan SMA (77,7 %), dan yang paling sedikit berpendidikan SD dan SMP masing-masing (5,6 %). Hal ini sesuai dengan penelitian Ramayanti (2004) penderita flour albus di poliklinik Ginekologi RSU Dr. Kariadi Semarang Umumnya berpendidikan SMA (31,61%) sedangkan yang paling sedikit yang tidak sekolah (2,3 %).9

Penyebab yang paling banyak didapatkan pada penderita flour albus tersebut adalah bakteri vaginalis (50%), dan penyebab

(7)

149 yang paling sedikit Tricomonas (22,2 %).

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian McLennan dkk (1972) yang mendapatkan penyebab terbanyak adalah candidiasis 40,8%, dan yang paling sedikit penyebab campuran 6,4%. Penelitian Lestadi dkk (1988) mendapatkan penyebab terbanyak adalah vaginosis 88,3% dan yang paling sedikit candidiasis 3,2%.10,11 Menurut teori Djuanda (1999), Penyakit bakterial vaginalis lebih sering ditemukan pada wanita yang memeriksakan kesehatannya daripada vaginitis jenis lainnya. Frekuensi bergantung pada tingkatan sosial ekonomi masyarakat.14 Penderita flour albus umumnya sudah menikah (77,8 %), sedangkan yang belum menikah hanya (22,2 %). Hal ini sesuai dengan penelitian Ramayanti (2004) penderita Flour albus di Poliklinik Ginekologi RSU Dr. Kariadi Semarang umumnya didapatkan penderita yang sudah menikah (81,0 %) dan yang belum menikah hanya 19,0 %.

Penderita flour albus lebih banyak yang memakai alat kontrasepsi (55,6 %), daripada yang tidak memakai alat kontrasepsi (44,4 %). Hal ini sesuai dengan penelitian Emiliana (1992) yang mendapatkan bahwa penderita flour albus paling banyak sebagai akseptor KB (82,8 %). Fluor albus merupakan satu efek samping pemakaian kontrasepsi AKDR dan hormonal, yang dapat menyebabkan kecemasan dan drop out peserta KB.13 Rahman dkk melaporkan pada pemakai suatu kontrasepsi lebih sering didapatkan pertumbuhan candida dari pada bukan pemakai kontrasepsi, sehingga dapat menimbulkan keluhan flour albus.15 Menurut Sobel (1999) AKDR sebagai salah satu alat kontrasepsi dapat memicu pertumbuhan jamur kandida yang semula saprofit menjadi patogen sehingga menimbulkan kandidiasis vagina dengan gejala timbulnya keputihan yang berlebihan.15

Kesimpulan

Jumlah kasus flour albus pada bulan Agustus 2011 adalah 18 kasus. Terbanyak

dari kasus adalah pada usia antara 25-34 tahun (55,6 %). Penderita terbanyak dengan pendidikan SMA (77,7 %). Penyebab yang paling banyak didapatkan adalah bakteri vaginalis (50%). Penderita flour albus umumnya sudah menikah (77,8 %). Dan Penderita flour albus lebih banyak yang memakai alat kontrasepsi (55,6 %). Saran

Penulis merasa masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor resiko lain pada penderita flour albus serta lamanya penderita mengalami keluhan tersebut dengan prognosis pengobatannya. Serta disarankan kepada wanita terutama yang sudah menikah agar dapat menjaga kebersihan alat kelamin dengan lebih baik lagi agar tidak menimbulkan keluhan flour albus yang bersifat patologik. Dan kepada wanita pemakai alat kontrasepsi agar dapat segera mengkonsultasikan keluhan yang dirasakan setelah pemakaian alat kontrasepsi tersebut.

Daftar Pustaka

1. Wiknjosastro, H, Saifuddin, B,

Rachimhadi, Trijatmo. Radang dan

Beberapa penyakit lain pada alat genital wanita in Ilmu Kandungan. Yayasan Bina

Pustaka Sarwono Prawirodihardjo.

Jakarta,1999. hal 134-36.

2. Amiruddin, D. Fluor Albus dalam

Penyakit Menular Seksual. LKIS.

Jogjakarta, 2003.

3. Richard L. Sweet,Ronald S. Gibbs. N.

Infectious Diseases Of The Female Genital Tract . Fifth Edition, Wolters Kluwer, 2009; 1: page 1- 17.

4. Vern L. Katz, MD, Rogerio A. Lobo, MD,

Gretchen Lentz, MD, and David

Gershenson, MD. Comprehensive

Gynecology. Fitfh Edition. University of California.2007; page 345-58

5. Manoe, I.. M.S,dkk. Pedoman Diagnosis

dan Terapi Obstetri dan Ginekologi. Bagian/SMF Obstetri dn Ginekologi Fakultas Kedokteran Unhas RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo. Ujung pandang, 1999.

(8)

150

6. Soeprihatin SD, dkk. Berbagai hal

dihubungkan dengan penderita fluor albus. 1997 MKI; hal: 7 - 8: 997 - 1004

7. Turatmo W. Pengalaman klinik

pengobatan fluor albus di Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita. Pekan Pertemuan Ilmiah V. Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta, 1986.

8. Soeprihatin SD. Tinjauan etiologi

keputihan dan pengobatannya. Seminar Pengobatan Rasional Keputihan. Jakarta, 1981.

9. Ramayanti. Pola Mikroorganisme Flour

Albus Patologis Yang disebabkan oleh infeksi pada Penderita Rawat Jalan di Klinik Ginekologi RSU Dr. Kariadi Semarang. Undip. Semarang, 2004. hal 1-26.

10. Lestadi J, dkk. Pengobatan keputihan

pada akseptor KB pil, akseptor KB spiral dan kelompok non KB dengan AlbothyL Medika; 1988. Bab 5: hal: 401- 05. 11. McLennan MT dkk. Diagnosis of vaginal

mycosis and trichomoniasis. Obstetric and Gynaecol 1972; 40 : 231

12. Emiliana, dkk. Karakteristik Penderita Flour Albus di Puskesmas Cempaka Putih Barat I. Jakarta, 1992.

13. Lubis M, dkk. Keputihan pada akseptor Keluarga Berencana. Diskusi Berkala Dokter Keluarga I/1988. Jakarta,1988. 14. Djuanda, dkk.Vaginosis Bakterial. Ilmu

Penyakit Kulit dan Kelamin. Jubianto

Judanarso, Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia. Jakarta 1999. hal. 386-92.

15. Sobel J.D. Vulvovaginal Candidiasis. In: Sexually Transmitted Diseases. 3rd. Gerd E. Gross, Stephen K. Tyring edt. The Mc. Graw – Hill Company. USA.1999 page 613-23.

Gambar

Tabel 1. Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Usia di Poliklinik Ginekologi  RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011
Tabel 2. Distribusi penderita fluor albus berdasarkan Pendidikan di Poliklinik  Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011
Diagram 3. Distribusi persentase penderita fluor albus berdasarkan Status Perkawinan  di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011
Grafik 3. Distribusi Persentase penderita fluor albus berdasarkan Pemakaian Alat  Kontrasepsi di Poliklinik Ginekologi RSUDZA B.Aceh Periode Agustus 2011

Referensi

Dokumen terkait

Pencatat Nikah (PNN), (Jakarta: Depag RI, 2004), hlm.. sahnya perkawinan karena tidak memenuhi salah satu rukunnya, atau sebab lain yang dilarang atau diharamkan oleh agama”. Batalnya

[r]

e. Banyaknya Jama’ah yang ikut berpartisipasi memberikan bantuan dalam setiap kegiatan yang dilaksanakan KBIH As-Shodiqiyyah. Seringnya melaksanakan kegiatan-kegiatan

a) Yuwono (1995:3), mengemukakan bahwa pelestarian berarti suatu tindakan pengelolaan atau manajemen suatu satuan wilayah perkotaan atau perdesaan sebagai suatu

Kami sadari bahwa buku ini jauh dari sempurna, namun harapan kami agar buku pedoman ini dapat digunakan untuk menunjang kelancaran tugas pelayanan di Laborat

Insya Allah dalam waktu dekat kami akan menyediakan pelayanan Insya Allah dalam waktu dekat kami akan menyediakan pelayanan Laboratorium Klinik secara mandiri,

Sub Dinas Pendidikan Dasar dan Taman Kanak-Kanak sebagaimana dimaksud pada Pasal 13 Peraturan Daerah ini, mempunyai tugas melaksanakan kegiatan yang berkaitan

Indikator Perkembangan Sosial Emosional Kesadaran Diri Manajemen Diri Kesadaran Sosial Kemampuan Membangun Hubungan Pengambilan Keputusan Yang Bertanggungjawab Tidak