• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMODELAN DATA BERBASIS SEMANTIC WEB UNTUK KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMODELAN DATA BERBASIS SEMANTIC WEB UNTUK KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN DATA BERBASIS SEMANTIC WEB UNTUK

KATALOG BUKU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS

Budi Susanto1), Umi Proboyekti2)

Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Duta Wacana

1)email: budsus@ti.ukdw.ac.id 2)email: othie@staff.ukdw.ac.id

ABSTRACT

As the library catalog grow in size, the challenge in management emerges when metadata is difficult to be pro -cessed by machine. Reformating the definition of book’s metadata in order support collaboration between catalog sys -tem caused redundancy and inconsistency. The implementation of metadata format has to be transformed in order to reach wider catalog users. It becomes more open and ;processed by human and machine. Its orientation is on data not only on documents. Semantic web approach presumably enable metadata to be processed by machine and human. Se-mantic web implementation on library catalogs forms a linked-data from other parties that participate in open data. Using the Web semantic design method approach, this research generated a simple semantic web based data model to represent a book catalog and its relation between books. Along with the model, a user interface for developing a seman-tic web-based library catalog application is presented. The research focused on the catalog of academic libraries whose collections related to the courses provided by the university.

Keywords: semantic web, book catalog, library.

1. PENDAHULUAN

Perpustakaan saat ini bukanlah satu-satunya tempat sumber informasi. Layanan perpustakaan digital dan mesin pencari yang tersedia di inter-net, telah mendorong pergeseran kebutuhan untuk mengakses informasi. Dengan demikian, perumu-san kebutuhan akan ketersediaan layanan OPAC (Online Public Access Catalog) pada perpustakaan juga harus disesuaikan, baik secara fungsi ataupun teknologinya.

Layanan OPAC berbasis web merupakan salah satu bentuk digital library. Terkait dengan struktur dan pengorganisasian informasi pada digital libray, penelitian awal oleh Ed Fox dari Virginia Polytech-nic and State University (Feldman, October 1999) mengungkapkan adanya permasalahan interaksi manusia komputer yang berhubungan dengan penggunaan standar metadata (seperti TEI (Text Encoding Initiative), GILS (Government Information Locator Service), MARC (MAchine-Readable Cata-loging), RDF (Resource Description Framework), Dublin Core).

Berdasar permasalahan tersebut telah men-dorong penerapan standarisasi yang mendukung adanya keterbukaan data yang juga memberi-kan memberi-kandungan semantik dalam sumber datanya

(Westrum, 2011). Dengan menerapkan sifat keter-bukaan data (open data) serta kandungan semantic dalam datanya, dipercaya akan membuat layanan OPAC menjadi lebih mudah untuk digunakan dan memberikan manfaat bagi penggunanya.

Pada penelitian ini akan dilakukan telaah ter-hadap penggunaan standar semantic web sebagai bentuk representasi pengetahuan dari data ses-umber yang dimiliki perpustakaan sekaligus mem-bangun sebuah model data untuk katalog buku, se-cara khusus pada perpustakaan UKDW, yang dapat digunakan pada sistem OPAC UKDW (Universitas Kristen Duta Wacana) yang mendukung open data.

2. KAJIAN LITERATUR

Layanan OPAC yang disediakan oleh masing-masing perpustakaan, pada prinsipnya mengelola metadata-metadata baku yang digunakan oleh se-luruh layanan perpustakaan. Namun kondisi ini pada kenyataannya sulit untuk dipenuhi oleh be-berapa layanan, bahkan ada layanan OPAC yang menyediakan informasi katalognya tanpa mener-apkan metadata baku. Beragamnya penggunaan format metadata atau bahkan tidak adanya peng-gunakan metadata baku memunculkan suatu

(2)

per-masalahan baru tatkala akan dibangun suatu jeja-ring perpustakaan untuk saling berbagi metadata katalog dari sesumber yang ada di masing-masing perpustakaan.

Di sisi lain, adanya prinsip-prinsip dan stan-dar baku metadata yang berlaku untuk layanan perpustakaan saat ini, seperti FRBR (Functional Re-quirements for Bibliographic Records) dan RDA ( Re-source Description and Access), cenderung terbaca oleh manusia daripada untuk diproses oleh mesin, selain berorientasi pada document-centric daripa-da data-centric (Alemu, et al., 2012). Demikian juga dengan penerapan format teknis yang masih ban-yak digunakan, seperti MARC, juga memunculkan masalah baru terkait dengan duplikasi, konsistensi, dan kurangnya kompleksitas dan level kedetilan-nya. Pengembangan standar baku metadata yang digunakan di perpustakaan saat ini dinilai sebagai sebuah upaya pembentukan ulang terhadap kolek-si metadata yang digunakan dalam kolek-sistem katalog konvensional dengan menggunakan kartu katalog 7.5 x 12.5 cm. Bentuk langkah pemformatan ulang juga dilakukan ketika perpustakaan bergeser untuk menggunakan format XML (eXtensible Markup Lan-guage) sebagai upaya mempresentasikan metadata yang lebih terbuka dalam sistem katalog online berbasis web. Semua upaya pemformatan tersebut masih belum menjawab permasalahan redundasi yang masih ditemukan di banyak perpustakaan saat ini (Singer, 2009).

Dengan semakin besarnya data katalog yang tersimpan dalam perpustakaan, maka akan dibu-tuhkan suatu pemrosesan yang dapat dilakukan se-cara otomatis oleh mesin untuk dapat memberikan manfaat lebih kepada pengguna. Ketika kumpulan metadata-metadata dalam katalog perpustakaan hanya dipelihara oleh perpustakaan itu sendiri, maka akan memunculkan masalah lain, yaitu re-dundansi data masih terjadi, sulitnya membangun jejaring antar perpustakaan dan pihak ketiga, serta menjaditerbatasnya dalam perluasan informasi. Padahal perpustakaan merupakan salah satu pe-masok informasi utama bagi masyarakat (Bow-en & Schreur, 2012). Goswami & Biswas (2011) menegaskan bahwa fungsi utama yang mendasari peran perpustakaan modern saat ini harus dapat memberikan layanan, akses informasi, mendukung penemuan pengetahuan, dan mendukung standar format data.

A. Semantic Web

Untuk membangun suatu infrastruktur LOD bagi perpustakaan, maka dibutuhkan adanya ker-jasama antar perpustakaan dalam berbagai hal untuk menyepakati prinsip dasar Linked Data. Ada empat prinsip dasar dalam membangun Linked Data (Heath & Bizer, 2011, pp. 7-9), yaitu (1)

peng-gunaan rujukan URI (Uniform Resource

Identi-fier) untuk pengenalan, tidak hanya halaman web atau digital content, namun juga objek sesung-guhnya dan konsep abstrak; (2) penggunaan pro-tokol HTTP (Hyper Text Transfer Protocol) untuk menerapkan fungsi dereferenced (atau pencarian balik); (3) penggunaan model data tunggal untuk mempublikasikan data terstruktur di web dengan penerapan standar RDF; (4) penggunaan hyper-link untuk menghubungkan tidak hanya dokumen web, namun juga berbagai tipe dari segala sesuatu (Thing).

Penerapan dari ke-empat prinsip Linked Data tersebut pada prinsipnya dilandaskan pada arsi-tektur Semantic Web yang distandarisasi oleh W3C (Word Wide Web Consortium)1. Ide dasarnya adalah

pertukaran informasi tidak hanya dilakukan me-lalui komunikasi manusia dengan manusia saja, namun mesin juga dapat terlibat dan membantu (Berners-Lee, 1998). Semantic Web dapat dilihat sebagai sebuah lapisan metadata baru yang diban-gun di dalam web. Metadata dalam kontek Semantic Web diartikan sebagai struktur sintaktik metadata yang menjadikan isi web dapat diketahui oleh me-sin, berdasar spesifikasi semantik yang dimodel-kan dalam bentuk formal logic. Arsitektur Seman-tic Web di bangun di atas lapisan web yang sudah distandarisasikan oleh W3C sebelumnya. Lapisan dalam arsitektur Semantic Web dapat dikelompok-kan dalam 3 lapisan (Hyvönen, 2012): (1) Level Metadata, (2) Level Ontologi, dan (3) level Logika.

Dalam pembangunan kamus kata yang gunakan untuk model data tidak selalu harus di-lakukan sendiri, namun juga dapat menggunakan kamus kata yang sudah dibagikan oleh organisasi atau komunitas lain. Contoh beberapa kamus kata yang dapat digunakan dalam membangun model data, antara lain: Dublin Core Metadata Initia-tive (DCMI) Metadata Terms2, Friend-of-a-Friend (FOAF)3, Bibliographic Ontology (BIBO)4, atau OAI

Object Reuse and Exchange5. Munculnya berbagai kamus tersebut didasari pemahaman bahwa peran kamus dalam bentuk Ontologi sangat penting un-tuk mendukung pemrosesan, sharing, dan reuse pengetahuan berbasis web antar aplikasi (Decker, et al., 2000).

B. Layanan Perpustakaan berbasis

Se-mantic Web

Dengan melihat peran arsitektur Semantic Web yang terbuka, maka sudah selayaknya jika arsitek-1 http://www.w3.org/standards/semanticweb/

2 http://dublincore.org/documents/dcmi- terms/ 3 http://xmlns.com/foaf/spec/

4 http://bibliontology.com/ 5 http://www.openarchives.org/ore/

(3)

tur tersebut dapat diterapkan untuk meningkatkan peran dan layanan perpustakaan modern kepada para penggunanya. Goswami & Biswas (2011) men-guatkan pandangan tersebut dengan memberikan alasan bahwa semantic web dapat mendukung ke-bijakan pengembangan koleksi perpustakaan yang lebih bersifat terbuka agar siapapun yang ingin berkontribusi dalam pengembangan koleksi dapat dilakukan. Semantic web juga dipandang dapat mendukung katalogisasi koleksi perpustakaan, khususnya penyediaan representasi yang lebih memperhatikan “arti”/semantik dari suatu koleksi. Hal lain yang dipandang penting oleh Goswami & Biswas adalah Semantic Web dapat membantu per-pustakaan untuk berjejaring dengan komunitas perpustakaan dan pustakawan lain dalam menye-diakan rujukan yang lebih lengkap. Penerapan Se-mantic Web menawarkan dimensi baru yang lebih baik untuk pengelolaan dan manipulasi informasi. Representasi metadata sebagai ontologi web dapat memberikan manfaat untuk kerangka logika dalam layanan pencarian berdasar automated reasoning sekaligus memperkaya deskripsi objek dokumen/ informasi dengan mendefinisikan relasi antar ses-umber yang tersimpan dalam repositori (Koutso-mitropoulos, et al., 2009).

Penerapan Semantic Web untuk sistem per-pustakaan telah banyak diteliti dan diterapkan dengan tetap mengikuti arsitektur dasar yang telah ditetapkan oleh W3C. Seperti yang dilakukan di University of Arizona Library (Han, 2006) dengan membangun sistem berbasis arsitektur lapisan: lapisan penyimpan yang menggunakan RDF/RDFS, lapisan manajemen metadata dan semantik terma-suk ontologi dan taksonomi, lapisan layanan umum (seperti OAI-PMH (Open Archives Initiative - Proto-col for Metadata Harvesting), OpenURL (Open Uni-form Resource Locator), dan layanan pencarian), serta lapisan aplikasi. Sebuah proyek bernama Je-romeDL6 atau sering dikenal sebagai Social

Seman-tic Digital Library (Burke, 2009) dikembangkan oleh Semantic Web Research Group7di DERI (Digital Enterprise Research Institute) yang memanfaatkan MarcOnt sebagai mediator antara standar Dublin-Core, MARC21, BibTEX dengan struktur ontologi. JeromeDL juga memanfaatkan kekuatan komunitas untuk memperkaya konsep untuk ontologi. Untuk penyediaan fasilitas tersebut, JeromeDL menerap-kan FOAFRealm untuk mengontrol informasi profil, WordNet untuk mengontrol vocabulary semantic keyword, dan SIOC (Semantically-Interlinked Online Communities) untuk menyediakan interoperabili-tas dengan sumber informasi semantik sosial lain-nya (Kruk, et al., 2007).

6 http://sourceforge.net/projects/jeromedl/files/JeromeDL/ 7 http://sw.deri.ie

Setiawan, Rhoedy, & Nurkamid (2012) mengembangkan aplikasi bibliografi yang meman-faatkan infrastruktur semantic web, yaitu OWL ( On-tology Web Language) dan SKOS (Simple Knowledge Organization System) dalam penyediaan layanan pencarian katalog buku di perpustakaan. Fungsi pencarian katalog didasarkan pada ontologi biblio-grafi yang dikembangkan dan menggunakan SPAR-QL (SPARQL Protocol and RDF Query Language) untuk pencarian data triple. Class untuk pustaka yang dibentuk antara lain Article, Proceedings, Pe-riodicReport (memiliki sub class Journal, Magazine, Newspaper), FinalReport (memiliki sub class Bach-elorThesis, MasterThesis, PhdThesis), TextBook. Wijayanto, Laksito, & Susyanto (2012) juga pernah mengembangkan aplikasi serupa dengan Setiawan & Nurkamid, dengan struktur ontologi yang yang berbeda, yaitu dengan mendefinisikan bibliografi perpustakaan dalam class Person, Book, Book-case, dan Organization. Bentuk penerapan yang lain dilakukan juga oleh Wahyudi (2013) dengan menggunakan ontologi serupa dengan yang digu-nakan oleh Setiawan, Rhoedy & Nurkamid (2012) dengan penambahan domain pengetahuan untuk pembuatan indek setiap objek bibliografik sebagai Kalimat, Stopword, Keyword (dengan sub class Cat-egory, Kp, Dtp, Obp, pKeyword, synonimKeyword). Penambahan tersebut didasarkan pada kebutuhan ketersediaan query yang menerapkan aturan lin-guistik yang didefinisikan. Dengan adanya aturan ini, Wahyudi menerapkan standar SWRL ( Seman-tic Web Rule Language). OCLC (Online Computer Library Center, Inc.) sebagai wadah yang menjem-batani perpustakaan-perpustakaan di dunia telah menerapkan schema.org untuk setiap item biblio-grafik yang ada di WorldCat.org dengan tujuan agar layanan informasi bibliografi semakin relevan den-gan web (Fons, et al., 2012). WorldCat.org sendiri saat ini telah menyediakan layanan data mencapai 194 juta bibliografi untuk mendukung Linked Open Data Bibliography (Walls, 2014).

Pendefinisian ontologi dalam aplikasi ber-basis Semantic Web menjadi sesuatu tahapan yang wajib dilakukan, termasuk pengembangan layanan katalog perpustakaan berbasis Seman-tic Web. Seperti yang pernah diterapkan pada proyek SEKT (Semantic Knowledge Technologies)8

(Warren, 2005) (Sure & Studer, 2005) yang mem-bangun tiga lapis ontologi: lapisan teratas berisi general class (People, Role, Topic, TimeInterval, dan class general lain yang lebih spesifik pada do-main), lapisan tengah berisi class-class yang men-dukung manajemen pengetahuan (UserProfile dan Device). Lapisan terakhir berisi class-class detil sesuai dengan domain perpustakaan. SEKT meru-pakan aplikasi manajemen pengetahuan yang 8 http://www.sekt-project.com/

(4)

dapat digunakan perpustakaan digital yang mem-berikan pengguna menambah dan berbagi penge-tahuan kepada perpustakaan.

Penerapan Semantic Web di dalam per-pustakaan juga perlu memperhatikan blok pem-bangun metadata (Mitchell, 2013) yang terdiri dari: Data Model, Content Rules, Metadata Schema/ Vocabulary, Data serialization, Data exchange. Mitchell mengungkapkan bahwa saat ini dibutuh-kan standarisasi schema berbasis semantic web untuk setiap blok tersebut agar dapat memban-gun prinsip LOD bagi komunitas LAM (Library, Ar-chive, Museum). Setidaknya terdapat standar dari DCMI (Dublin Core Metadata Initiative) dan IFLA (International Federation of Library Associations and Institutions). Keduanya menawarkan standari-sasi dalam pemanfaatan Semantic Web untuk LAM. DCMI memiliki DCAM (DCMI Abstract Model) ber-dasar Singapore Framework yang membantu or-ganisasi untuk menentukan DCAP (Coyle & Baker, 2009). DCMI menggunakan RDF/XML sebagai for-mat metadata. DCMI juga membuat sebuah task Group yang fokus untuk pengembangan DCMI Schema.org yang membantu pengembang web un-tuk menempelkan data terstruktur dalam halaman web (Baker, 2012).

Serupa dengan DCMI, IFLA juga membuat spe-sifikasi standar tentang model metadata, struktur dan vocabulary yang dapat tersedia untuk Seman-tic Web. Standar ISDB/XML (International Standard Bibliographic Description) merupakan salah satu standar metadata untuk mendeskripsikan sesum-ber bibliografi di sembarang tipe katalog. Elemen-elemen dalam ISDB mengacu pada standar FRBR yang sudah lama digunakan. ISDB tidak mencakup relasi antar sesumber, sehingga tidak ada prop-erti RDF terkait dengan relasi. Semua atribut ISDB menyatakan aspek spesifik dari sebuah sesumber, sehingga setiap atribut direpresentasikan sebagai properti RDF. Terkait dengan penggunaan Dublin Core, dengan adanya DCAP memungkinkan organ-isasi untuk menggunakan sistem metadata lain, seperti ISDB sebagai vocabulary dalam profil ap-likasinya (Willer, et al., 2010).

Konsep yang dikembangkan dalam berbagi informasi bibliografi antar perpustakaan dengan menggunakan berbagai macam protokol dan for-mat pertukaran data (MARC, OAI-PMH misalnya) telah lama dilakukan. Mengingat bahwa data per-pustakaan sangatlah dinamis, maka perlu untuk dikembangkan pula bahwa data bibliografi tidak hanya dipertukarkan antar perpustakaan untuk redundansi penyimpanan secara lokal, namun juga dapat dibagi secara global. Dengan berbagi, maka tentu akan mengurangi biaya perpustakaan dan memperluas akses informasi perpustakaan. Usaha untuk mengembangkan konsep berbagi data bibliografi tersebut sudah dikembangkan

oleh IFLA melalui International Cataloguing Prin-ciples (ICP) dalam bentuk model konseptual untuk mendeskripsikan sesumber (menggunakan elemen data FRBR, FRAD (Functional Requirements for Au-thority Data)). Model konseptual data tersebut mengubah standar pengkatalogan, seperti ISBD (International Standard Bibliographic Description), dan kode katalog, seperti AACR (Anglo-American Cataloguing Rules). Berdasar kebutuhan berbagi yang mendasar tersebut, IFLA menetapkan sebuah standar bernama RDA yang didasarkan pada model konsep FRBR, FRAD, AACR2, dan ICP. RDA dapat digunakan untuk mengidentifikasi sembarang ses-umber dengan berbagai format. Dengan RDA juga dapat digunakan untuk mengindikasikan orang, ke-luarga, organisasi, tempat, dan sebagainya. Spesifi-kasi RDA dapat digunakan untuk membangun LOD, karena RDA juga menggunakan controlled vocabu-laries yang tersedia di lingkungan linked data me-lalui Open Metadata Registry (OMR) sehingga URI untuk setiap term dapat digunakan (Tillett, 2013). Mitchell E. memberikan gambaran tentang struk-tur masing-masing standar dalam blok pemban-gun metadata, yaitu: penerapan RDA untuk content rule; OWL, SKOS untuk metadata schema; XML, JSON (JavaScript Object Notation), RDFa untuk en-coding dan serialisasi; dan SPARQL untuk data ex-change menjadi prinsip untuk pembangunan LOD untuk komunitas LAM.

3. METODOLOGI

Dalam penelitian ini ada dua tahapan be-sar yang akan dikerjakan, yaitu pemodelan data menggunakan RDF untuk sesumber buku di per-pustakaan UKDW, serta pengembangan antarmuka OPAC berdasar model data dan hasil survey melalui kuesioner.

Untuk tahapan pemodelan data RDF, dalam penelitian ini direncanakan menggunakan pendekatan metode WSDM (Web Semantic Design Method) seperti yang diutarakan oleh De Troyer dan Leune (Plessers, et al., 2005). Metode WSDM menyediakan 5 (lima) tahapan utama, yaitu

Mis-sion Statement Specification, Audience Modelling, Conceptual Design, Implementation Design, Imple-mentation.

A. Spesifikasi Pernyataan Misi

Spesifikasi pernyataan misi ini merupakan suatu bentuk dari penentuan kebutuhan sistem yang akan dibangun. Seperti yang sudah diungkap-kan oleh Christel & Kang (1992), dalam pendefini-sian kebutuhan pengembangan sistem perlu untuk mempertimbangkan tantangan-tantangan, antara lain: ruang lingkup masalah, masalah pemahaman kebutuhan pemakai, serta masalah terkait dengan perubahan-perubahan kebutuhan.

(5)

Dalam penelitian ini, telah didefinisikan se-buah pernyataan misi yang akan menjadi acuan dalam pelaksanaan langkah-langkah berikutnya. Berikut adalah pernyatan misi dalam memodelkan data katalog buku berbasis Semantic Web:

TABEL 1

Hasil Survey Terhadap Penggunaan Katalog Perpustakaan

No PERTANYAAN SETUJU NETRAL TIDAK

1 Anda menggunakan katalog perpustakaan untuk mencari buku 73.80% 12.66% 13.54% 2 Anda menggunakan mesin pencari untuk mencari buku 91.70% 4.59% 3.71% 3 Kata kunci untuk mencari buku adalah bagian dari judul buku 86.90% 11.79% 1.31% 4 Kata kunci untuk mencari buku adalah bagian dari isi buku

42.79% 27.51% 29.69%

5

Topik (subyek) dari buku bantu untuk pencarian buku 62.66% 29.26% 8.08% 6 Beberapa halaman yang disajikan di book.google. com cukup untuk penuhi kebutuhan Anda 28.17% 46.72% 25.11% 7 Pengarang digunakan untuk mencari buku 74.45% 16.59% 8.95% 8 Penerbit digunakan untuk mencari buku 42.14% 27.95% 29.91% 9 Buku-buku yang setopik membantu menemukan buku yang lain

72.71% 21.62% 5.68%

“Menyediakan layanan katalog buku per-pustakaan universitas yang memperhatikan keter-kaitan dengan informasi lain dalam suatu infra-struktur Semantic Web. Sistem katalog ini akan dapat memberikan arti lebih untuk suatu obyek in-formasi yang dibutuhkan agar pada akhirnya dapat memberikan pengetahuan baru kepada pengguna. Keterhubungan antar obyek disajikan dalam visu-alisasi graf obyek buku untuk diakses dengan mu-dah oleh mahasiswa dan dosen.”

B. Pemodelan Audien

Tahap ke-2 dari metodologi WSDM adalah mengenali target pengguna sistem melalui penge-nalan terhadap klasifikasi pengguna serta karak-terisasi pengguna. Tujuan dari klasifikasi pengguna adalah untuk mengenali tipe-tipe pengguna yang berbeda (yang dikenal sebagai kelas pengguna). Setiap kelas pengguna akan memiliki kebutuhan informasi dan fungsionalitas sistem yang berbeda pula.

TABEL 2

Perilaku Pemilihan Buku Berdasar Atribut Buku No PENILAIAN ATRIBUT UNTUK PEMILIHAN BUKU

SETUJU NETRAL TIDAK

1 Tahun terbit menjadi penentu dalam pemilihan buku 44.54% 37.12% 18.34% 2 Pengarang menjadi penentu dalam pemilihan buku 52.40% 36.03% 11.57%

(6)

3 Fisik (ketebalan, jumlah halaman, jenis sampul, warna) buku menjadi penentu dalam pemilihan buku 24.67% 35.59% 39.74% 4 Reputasi pengarang penting dalam pemilihan buku 40.39% 38.65% 20.96% 5

Pilih buku yang pengarangnya terkenal/dikenal dan dianggap ahli di bidangnya 50.00% 38.21% 11.79% 6 Buku bertahun terbit lebih dari 5 tahun lalu masih relevan

43.01% 46.51% 10.48%

7

Edisi terbaru dari buku yang pengarangnya terpercaya lebih cenderung untuk dipilih 64.63% 28.82% 6.55% 8 Informasi profil pengarang yang meyakinkan mendukung pilihan terhadap buku 41.48% 40.83% 17.69% 9 Pemilihan buku ditentukan dari menarik atau tidaknya judul 44.98% 32.75% 22.27% 10 Pemilihan buku ditentukan dari reputasi penerbitnya 28.17% 43.45% 28.38%

11 Pemilihan buku ditentukan dari

daftar isinya 46.29% 33.62% 20.09% 12 Topik(subjek) dari buku membantu pemilihan buku 74.45% 21.62% 3.93% TABEL 3

Penilaian Atribut Buku Yang Dibutuhkan Responden

NO ATRIBUT BUKU SETUJU TRALNE- TIDAK

1 Judul 96.51% 3.28% 0.22%

2 Nama Pengarang 84.72% 12.66% 2.62% 3 Profil Pengarang 31.66% 47.38% 20.96% 4 Subjek Buku 69.65% 24.67% 5.68% 5 Deskripsi buku isi 74.24% 21.40% 4.37% 6 Daftar Isi Buku 57.86% 27.29% 14.85% 7 Tahun Terbit 67.47% 25.98% 6.55% 8 Penerbit 59.61% 28.82% 11.57% 9 Gambar Sampul 49.56% 33.84% 16.59% 10 Informasi Fisik 32.53% 46.07% 21.40% 11 Nomor Panggil/Klasifikasi 42.58% 41.05% 16.38% 12 Lokasi buku (rak, perpustakaan,

toko buku) 78.82% 15.28% 5.90% 13 Informasi buku-buku lain setopik 70.31% 24.45% 5.24% 14 Informasi buku-buku lain

sepen-garang 47.16% 39.74% 13.10%

15 Informasi ku-buku lain

bu-sepenerbit 32.53% 44.32% 23.14% Kuesioner disusun untuk mencari kecender-ungan dari pengguna ketika menggunakan katalog buku. Pernyataan-pernyataan yang disajikan dalam kuesioner didasari dari atribut-atribut yang digu-nakan untuk menjelaskan buku.

Pengalaman pengguna menggunakan kata-log perpustakaan dianggap penting, karena itu salah satu identitas responden adalah PERNAH atau TIDAK PERNAH menggunakan katalog per-pustakaan. Katalog perpustakaan tidak merujuk pada perpustakaan universitas tertentu, tetapi per-pustakaan manapun. Untuk mereka yang mengaku tidak pernah menggunakan perpustakaan asum-sinya mereka mengenal bentuk katalog buku yang disediakan oleh toko buku. Pertanyaan dalam kue-sioner yang digunakan, dibagi dalam 3 kelompok: alat pencarian informasi buku, pemilihan buku, dan informasi buku di katalog.

Survei yang telah dilakukan terhadap 458 peserta survey (responden) memberikan gam-baran tentang tingkat kebutuhan informasi dan

(7)

pencarian dari pengguna terhadap sebuah sistem katalog. Dari 458 responden sejumlah 72% me-nyatakan pernah menggunakan layanan katalog buku, dan sisanya menyatakan belum pernah. Ter-kait dengan kebutuhan pencarian untuk sesumber yang ada di perpustakaan, gambaran kebutuhan yang dinyatakan oleh responden antara lain dapat dinyatakan pada Tabel 1.

Di samping itu, pemilihan sebuah buku dapat dilihat dari pertimbangan akan atribut-atribut yang melekat pada buku itu sendiri. Tabel 2 menunjuk-kan hasil survey yang menggambarkan tentang atribut-atribut buku yang dapat dijadikan sebagai prioritas bagi pembaca untuk memilih sebuah buku.

Berkaitan dengan kebutuhan informasi detil sebuah buku, pada dasarnya semua atribut yang ditanyakan dinilai penting dan membantu (Lihat Tabel 3).

4. MODEL DATA KATALOG

Oleh karena menggunakan DCMI sebagai basis, maka dalam pemodelan informasi katalog buku perpustakaan UKDW yang dibangun dalam penelitian akan menggunakan metode Dublin Core

Application Profile (DCAP). Sebuah DCAP adalah sekumpulan dokumen yang mengkhususkan dan mendeskripsikan penggunaan metadata dalam suatu aplikasi (Coyle & Baker, 2009). Dalam DCAP, hal pertama yang perlu dispesifikasikan adalah mendefinisikan functional requirements.

Berdasar kebutuhan fungsional, berikutnya dikembangkan sebuah model domain sebagai dasar cetak biru untuk pembangunan DCAP. Model domain mendeskripsikan tentang things metadata seperti apa yang akan diuraikan, dan relasi an-tar things tersebut. Dengan 21 atribut buku yang dikelola dalam sistem katalog buku perpustakaan UKDW, dalam penelitian ini mengembangkan mod-el domain, sebagai berikut:

• d c te r m s : B i b l i o g ra p h i c Re s o u rc e d a n bibo:Book (keduanya didefinisikan sebagai class yang sama)

• foaf:Person dilengkapi dengan vcard:Individual (untuk memodelkan editor dan pengarang)

• ddc:Subject (untuk memodelkan subyek buku)

• foaf:Organization dilengkapi dengan vcard:Organization (untuk memodelkan penerbit)

• ukdw:Course (untuk memodelkan mataku-liah)

Dalam kontek katalog perpustakaan univer-sitas, seperti UKDW, penekanannya adalah pada penggunaan buku untuk mendukung penelitian dan perkuliahan. Setiap properti yang terpilih atau dibangun sendiri memiliki karakteristik untuk sifat nilai range, value string, SES URI (Syntax Encoding Scheme atau datatype), value URI, dan VES URI ( Vo-cabulary Encoding Scheme). SES URI akan bernilai YES jika nilai untuk properti terkait harus mengi-kuti encoding yang sudah ditentukan. VES URI akan bernilai YES jika nilai untuk properti terkait memi-liki batasan nilai dari kamus kosa kata yang telah tersedia. Properti dcterms:subject oleh karena ha-rus berisi dari DDC, maka nilai-nilainya bersifat ter-kontrol yaitu hanya dari kosa kata yang terdefinisi dalam skema DDC.

Dari domain dan properti yang didefinisikan, selanjutnya dapat diuraikan tentang deskripsi re-cord metadata lebih detil. Dalam pendekatan DCMI, sebuah record metadata didasarkan pada Descrip-tion Set Model (bagian dari DCMI Abstract Model - DCAM). Rancangan sebuah record didetilkan dalam sebuah Description Set Profile (DSP) menggunakan bahasa batasan (restriction) DSP. Untuk setap De-scription dan Statement dalam sebuah record, DSP mendefinisikan sebuah template, dan setiap template menyimpan batasan (restriction) yang menyatakan detil teknis seperti pengulangan ele-men atau pembatasan nilai yang diijinkan (Coyle & Baker, 2009).

Sebagai catatan penting di sini adalah tem-plate class BibliographicResource bersifat serupa (equal) dengan template class Book dari skema Bibliographic Ontology. Dengan definisi sifat yang sama, maka pengguna properti dari skema Bib-liographic Ontology dapat dikenakan dalam model katalog yang dibangun. Deklarasi template class Person dari skema FoaF dideklarasikan serupa dengan template class Individual dari VCard. Demikian juga template class Organization dari FoaF dideklarasikan serupa dengan template class Organization dari VCard. Tujuan dari deklarasi tersebut adalah agar kekayaan kosa kata properti yang digunkana dalam model data katalog buku perpustakaan UKDW menjadi lebih kaya dan lebih terbuka.

Dalam model data katalog yang dikembangkan dalam penelitian ini juga melibatkan representasi dari Matakuliah yang memiliki hubungan referensi ke beberapa buku. Dengan demikian model data yang terbentuk dapat membantu civitas UKDW untuk mendapatkan buku-buku pendukung lain diluar dari daftar rujukan yang disebutkan. Untuk itu, dalam model data katalog juga akan memiliki domain Matakuliah yang diwakili dengan template class Course.

(8)

Gambar 1. Graf ontologi model data katalog buku perpustakaan universitas

Pada Gambar 1 diperlihatkan graf dari mod-el data berbasis semantic web untuk represen-tasi buku dan matakuliah. Dalam model data yang dikembangkan tersebut, terdapat representasi Uni-versitas, Fakultas, Program Studi, dan Matakuliah sebagai representasi dari sebuah perpustakaan perguruan tinggi.

5. REKOMENDASI ANTARMUKA

Berdasar hasil survey terkait dengan kebutu-han pencarian dan informasi detil buku dari peng-guna katalog perpustakaan universitas UKDW, rancangan antarmuka aplikasi secara khusus un-tuk menunjukkan arsitektur informasi daftar hasil pencarian dari sistem OPAC sebaiknya mementing-kan daftar subyek unik berdasar seluruh pustaka yang ditemukan. Pada setiap item pustaka yang ditemukan, akan menampilkan informasi tentang judul, cover buku, pengarang, tahun terbit, pener-bit, klasifikasi, lokasi buku, deskripsi, dan subyek terkait dengan buku. Dengan informasi ini, peng-guna sudah mendapat informasi yang mencukupi untuk pemilihan buku. (Gambar 2)

Gambar 2. Rancangan hasil pencarian Ketersediaan informasi seputar subyek buku hasil dari pencarian dapat membantu pengguna untuk menemukan buku-buku subyek sejenis lain-nya pada halaman yang sama, tanpa harus melaku-kan pencarian ulang.

Selanjutnya dari setiap item buku yang dite-mukan pada daftar hasil pencarian, pengguna dapat menuju ke halaman informasi detil buku dari tautan detail yang tersedia di bawah cover buku. Pada rancangan Gambar 3, informasi relasi antar buku, baik berdasar subyek, penulis, ataupun pem-buplikasi, tersedia dalam satu halaman yang sama. Dengan rancangan tersebut, pengguna dapat ditun-tun untuk mendapatkan buku-buku sejenis lainnya. Sekaligus pada halaman tersebut, pratinjau buku dapat terlihat untuk membantu pengguna me- re-view secara cepat.

Gambar 3. Rancangan Detil Buku

Sesuai dengan hasil respondensi, informasi detil buku yang diharapkan dapat diperoleh dengan satu halaman saja. Kebutuhan untuk mendapatkan informasi buku-buku lain, baik dari satu topik yang sama, dari penerbit yang sama, ataupun dari penu-lis yang sama, juga dapat diperoleh oleh pengguna. Rancangan antarmuka yang diusulkan dalam pene-litian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk per-ancangan aplikasi katalog perpustakaan lainnya.

6. REKOMENDASI KOMPONEN SISTEM

Model data berbasis RDF/OWL pada prin-sipnya menerapkan sistem graf. Dengan demikian, dalam pengelolaan triple RDF, yaitu sepasang node yang terhubung dengan sebuah edge, juga sebai-knya memperhatikan tentang karakteristik graf yang ukurannya sangat mungkin besar. Untuk itu-lah ketika akan menerapkan sebuah sistem berba-sis Semantic Web, maka baik manajemen database dan layanan yang disediakan juga harus mengikuti arsitektur Semantic Web.

(9)

Berdasar kebutuhan sebuah sistem katalog pustaka perpustakaan universitas, maka dalam penelitian ini direkomendasikan sebuah arsitektur sistem aplikasi yang harus memperhatikan tersedi-anya layanan Semantic Web dan juga sistem temu kembali (information retrieval) yang mampu mem-berikan fungsi pencarian dan visualisasi informasi yang dinamis dan terbuka kepada siapapun yang ingin menggunakannya.

Gambar 4. Rancangan Blok Pembangun Sistem Katalog Perpustakaan berbasis Semantic Web

Pada Gambar 4 ditunjukkan beberapa kom-ponen utama dalam suatu sistem katalog per-pustakaan yang menerapkan arsitektur Semantic Web dan sistem temu kembali. Untuk menerapkan Semantic Web harus menyediakan sebuah layanan query yang mengikuti standar bahasa SPARQL. Lay-anan ini disebut sebagai SPARQL end-point. Melalui layanan inilah database katalog pustaka berbasis RDF yang dimiliki perpustakaan dapat diakses oleh pengguna atau sistem lain. Dengan SPARQL end-point tersebut juga dapat digunakan oleh modul temu kembali untuk membaca beberapa properti yang dibutuhkan agar terbentuk sebuah indeks pencarian. Melalui SPARQL end-point juga dapat di-gunakan oleh modul aplikasi pengelolaan data kat-alog, sehingga mempermudah pustakawan dalam mengelola data pustaka yang dimilikinya.

Modul pencarian katalo g buku dapat didasar-kan pada modul temu kembali, karena adidasar-kan mem-berikan daftar hasil pencarian yang lebih baik bagi pengguna daripada berdasar pencocokan string. Untuk mempermudah dalam pengembangan ap-likasi pencarian bagi sisi pengguna, modul pencari-an dapat mempencari-anfaatkpencari-an laypencari-anpencari-an temu kembali dari pihak ketiga, misalnya SOLR, yang menyediakan berbagai macam fungsi temu kembali secara leng-kap.

Berdasar hasil yang diterima dari layanan temu kembali, modul pencarian katalog pustaka dapat meminta layanan SPARQL end-point untuk mendapatkan data lebih detil terkait sebuah

pusta-ka yang ingin dilihat oleh pengguna. Di sinilah per-anan visualisasi informasi pustaka menjadi sangat dinamis.

7. PENUTUP

Penggunaan metodologi WSDM dinilai san-gat membantu dalam menuntun pendefinisian spesifikasi kebutuhan, secara khusus pendekatan dengan metode kuesioner dapat digunakan untuk mendapat gambaran kebutuhan profil pengguna. Selain WSDM, penggunaan pendekatan DCAP dapat menuntun dalam pendefinisian metadata, properti baik obyek ataupun data, serta domain-domain pengetahuan yang seharusnya ada.

Berdasar responden, sebuah fungsi pencar-ian dari sebuah sistem katalog buku perpustakaan sebaiknya berdasar beberapa atribut buku, yaitu: Judul Buku, Nama Pengarang, Daftar kata kunci atau frase penting dari buku, Tahun Terbit, Subyek Buku, Daftar Isi Buku, Penerbit, serta Deskripsi Isi Buku. Salah satu peranan penting perpustakaan perguruan tinggi adalah memperkaya rujukan dari setiap matakuliah dalam kurikulum yang dijalank-an di setiap program studi. Untuk itu pemodeldijalank-an data yang dibangun juga merepresentasikan keter-kaitan matakuliah dan buku.

Dalam penelitian ini direkomendasikan se-buah model data berbasis RDF yang melibatkan beberapa skema baku lain, yaitu: DCMI Terminol-ogy, Dewey Decimal Classification RDF, FoaF yang di dalamnya sudah melibatkan Schema.org, VCard, dan Bibliography Ontology. Model data yang direko-mendasikan tidak melibatkan semua properti, baik obyek ataupun data, karena prinsip yang digunak-an adalah model data harus dapat bersifat terbuka dan mudah untuk dikembangkan

.

DAFTAR PUSTAKA

Alemu, G., Stevens, B., Ross, P. & Chandler, J., 2012. Linked Data for Libraries: Benefits of a Conceptual Shift from Library-Specific Record

Structures to RDF-based Data Models. [Online]

Available at: http://conference. i f l a . o r g / s i t e s / d e f a u l t / f i l e s / f i l e s / p a p e r s / w l i c 2 0 1 2 / 9 2 - a l e m u - e n . p d f [Diakses 20 02 2014].

Baker, T., 2012. Libraries, languages of description, and

linked data: a Dublin Core perspective. Library Hi

Tech, 30(1), pp. 116-133.

Berners-Lee, T., 1998. Semantic Web Road map. [Online]

Available at: http://www.w3.org/

D e s i g n I s s u e s / S e m a n t i c . h t m l [Diakses 22 05 2014].

(10)

Bowen, J. & Schreur, P. E., 2012. Linked Data for Libraries: Why Should We Care? Where Should We Start?. [Online]

Available at: http://www.cni.

o r g / t o p i c s / i n f o r m a t i o n a c c e s s -r e t -r i e v a l / l i n k e d - d a t a - f o -r - l i b -r a -r i e s / [Diakses 20 02 2014].

Burke, M., 2009. The semantic web and the digital library.

s.l., Emerald Group Publishing Limited, pp. 316-322.

Christel, M. & Kang, K., 1992. Issues in

requirements elicitation. [Online] Available at: http://resources.sei.cmu.edu/asset_ files/technicalreport/1992_005_001_16478.pdf [Diakses 05 04 2014].

Coyle, K. & Baker, T., 2009. Guidelines for

Dublin Core Application Profiles. [Online]

Available at: http://dublincore.

o r g / d o c u m e n t s / p r o f i l e - g u i d e l i n e s / [Diakses 20 10 2014].

Decker, S. et al., 2000. The Semantic Web: The roles of

XML and RDF. IEEE Internet Computing, September

- October, pp. 63-74.

Feldman, S., October 1999. Digital Libraries’99: ACM’s

conference this year showed that the technology and ideas are maturing, s.l.: Information Today.

Fons, T., Penka, J. & Wallis, R., 2012. OCLC’s Linked Data Initiative: Using Schema.org to Make Library

Data Relevant on the Web. Information Standards

Quarterly, 24(2/3), pp. 29-33.

Goswami, S. & Biswas, P., 2011. The Concept of Semantic

Web in Library Services. International Journal of

Information Dissemination and Technology, July-September, 1(3), pp. 165-170.

Han, Y., 2006. A RDF-based digital libray system. Library

Hi-Tech, 24(2), pp. 234-240.

Heath, T. & Bizer, C., 2011. Linked data evolving the web

into a global data space. s.l.:Morgan & Claypool.

Hyvönen, E., 2012. Publishing and Using Cultural Heritage

Linked Data on the Semantic Web. s.l.:Morgan & Claypool.

Koutsomitropoulos, D. A., Solomou, G. D., Alexopoulos, A. D. & Papatheodorou, T. S., 2009. Semantic Web

enabled digital repositories. International Journal

on Digital Libraries, December, 10(4), pp. 179-199. Kruk, S. R., Woroniecki, T., Gzella, A. & Dąbrowski, M.,

2007. JeromeDL – a Semantic Digital Library. Busan,

Korea, s.n.

Mitchell, E., 2013. Metadata Developments in Libraries

and Other Cultural Heritage Institutions. Library

Technology Reports, 49(5), pp. 5-10.

Plessers, P., Casteleyn, S. & Troyer, O. D., 2005. Semantic

Web Development with WSDM. Galway, Ireland, s.n.

Setiawan, R. R. & Nurkamid, M., 2012. Teknologi

Web Semantik Untuk Bibliografi Perpustakaan.

Semarang, s.n., pp. 17-23.

Singer, R., 2009. Linked Library Data Now!. Journal of

Electronic Resources Librarianship , 12(2), pp. 114-126.

Sure, Y. & Studer, R., 2005. Semantic Web technologies

for digital libraries. Library Management, 26(4/5),

pp. 190-195.

Tillett, B., 2013. RDA and the Semantic Web, Linked Data

Environment. JLIS.it, January, 4(1), pp. 139-145.

Wahyudi, A. T., 2013. Semantic Search pada digital

library online public access catalog. [Online]

Available at: http://jurnal.stmikelrahma.

a c . i d / a s s e t s / f i l e / A d h i e % 2 0 T r i % 2 0 W a h y u d i _ s t m i k e l r a h m a . p d f [Diakses 18 10 2014].

Walls, R., 2014. OCLC Preview 194 Million Open

Bibliographic Work Descriptions. [Online]

Available at: http://dataliberate.

com/2014/02/oclc-preview-194-million-open-bibliographic-work-descriptions/ [Diakses 18 10 2014].

Warren, P., 2005. Applying semantic technology to a

digital library: a case study. Library Management,

26(4/5), pp. 196-205.

Westrum, A.-L., 2011. The key to the future of the library

catalog is openness. Info Today, April, pp. 11-14.

Wijayanto, H., Laksito, W. & Susyanto, T.,

2012. Penerapan Web Semantik dalam

Pencarian Katalog Buku di Perpustakaan Stmik Sinar Nusantara Surakarta. [Online]

Available at: https://www.academia.edu/4659333/

P E N E R A P A N _ W E B _ S E M A N T I K _ D A L A M _ PENCARIAN_KATALOG_BUKU_DI_PERPUSTAKAAN_ S T M I K _ S I N A R _ N U S A N TA R A _ S U R A K A R TA

[Diakses 18 10 2014].

Willer, M., Dunsire, G. & Bosancic, B., 2010. ISBD and the

Gambar

Gambar 2. Rancangan hasil pencarian Ketersediaan  informasi  seputar  subyek  buku  hasil  dari  pencarian  dapat  membantu  pengguna  untuk menemukan buku-buku subyek sejenis  lain-nya pada halaman yang sama, tanpa harus  melaku-kan pencarian ulang.
Gambar 4. Rancangan Blok Pembangun Sistem  Katalog Perpustakaan berbasis Semantic Web

Referensi

Dokumen terkait

Isomer rantai pada alkena terjadi karena rantai karbon berubah misalnya dari lurus menjadi bercabang tetapi posisi ikatan rangkap tetap.. Contoh : etena, propena, butena. 2) Letak

Sejak ditetapkannya Agenda for Action oleh NCTM (1980), pemecahan masalah menjadi fokus dari matematika sekolah. Terkait dengan tujuan tersebut, pemecahan masalah dan

The license issued by KKP for the imple- mentation of coastal reclamation in Bangkalan Regency based on Article 5 of Maritime and Fishery Ministry Regulation

Conceptual Data Model (CDM) pada aplikasi simpan dan pinjam koperasi Wijaya Mojokerto merupakan gambaran dari hubungan tiap database yang diperlukan dalam

Peran serta masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya berdasarkan ketentuan perpajakan sangat diharapkan pemerintah namun kenyataannya masih dijumpai masyarakat

Telah dibuat beberapa model antara lain memperlebar penampang saluran yang semula lebar dasarnya 100 m menjadi 200 m, menurunkan elevasi dasar mulut sudetan

Pengujian yang telah dilakukan merupakan proses yang terdapat dalam aplikasi sistem informasi penjualan berbasis e-commerce pada Toko F2. Setelah dilakukan pengujian,maka

Perusahaan harus menyesuaikan bauran pemasaran yang akan dipilih dengan karakteristik pasar sasarannya. Hal ini dilakukan agar strategi pemasaran yang tepat dapat