• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Pendahuluan Blighted Ovum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Pendahuluan Blighted Ovum"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN BLIGHTED OVUM

I. Review Konsep Anatomi Fisiologi Sistem Reproduksi

Uterus merupakan organ berongga dan berdinding tebal, terletak di tengah-tengah rongga panggul di antara kandung kemih dan rektum.9,20,21 Uterus pada wanita nulipara dewasa berbentuk seperti buah avokad atau buah pir dengan ukuran 7,5 x 5 x 2,5 cm.

Berat uterus normal lebih kurang 30 gram. Pada akhir kehamilan (40 minggu) berat uterus menjadi 1000 gram, dengan panjang lebih kurang 20 cm dan dinding lebih kurang 2,5 cm. Hubungan besarnya uterus dengan tuanya usia kehamilan sangat penting diketahui, antara lain untuk membuat diagnosis apakah tersebut hamil fisiologik, atau hamil ganda, atau mengalami hamil molahidatidosa dan sebagainya. Pada kehamilan 28 minggu fundus uteri terletak kira-kira 3 jari di atas pusat atau sepertiga jarak antara pusat ke prosesus xipoideus. Pada kehamilan 32 minggu fundus uteri terletak antara setengah jarak pusat dan prosesus xipoideus. Pada kehamilan 36 minggu fundus uteri terletak kira-kira 1 jari dibawah prosesus xipoideus. Bila pertumbuhan janin normal maka tinggi fundus uteri pada kehamilan 28 minggu sekurangnya 25 cm, pada 32 minggu 27 cm, pada 36 minggu 30 cm. Pada kehamilan 40 minggu fundus uteri turun kembali dan terletak kira-kira 3 jari dibawah prosesus xipoideus (Saifuddin, 2002).

Uterus terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu corpus uteri dan serviks uteri, dimana kedua bagian tersebut menyatu pada bagian yang disebut ismus. Hampir

(2)

seluruh dinding uterus diliputi oleh serosa (peritoneum viseral) kecuali di bagian anterior dan di bawah ostium histologikum uteri internum. Uterus mempunyai tiga lapisan sebagai berikut:

1.1 Lapisan serosa (peritoneum viseral). Di bawahnya terdapat jaringan ikat subserosa; lapisan yang paling padat dan terdapat berbagai macam ligamen yang memfiksasi uterus ke serviks.

1.2 Miometrium; lapisan otot uterus dan lapisan paling tebal, terdiri atas serabut-serabut otot polos yang dipisahkan oleh jaringan ikat yang mengandung pembuluh darah. Miometrium terdiri atas tiga lapisan, otot sebelah luar berjalan longitudinal dan lapisan sebelah dalam berjalan sirkuler, di antara kedua lapisan ini otot polos berjalan saling beranyaman. Miometrium dalam keseluruhannya dapat berkontraksi dan berelaksasi. Ketebalan miometrium sekitar 15 mm pada uterus perempuan nulipara dewasa.

1.3 Endometrium; lapisan terdalam yang terdapat di sekitar rongga uterus. Endometrium terdiri atas epitel selapis kubik, kelenjar-kelenjar dan stroma dengan banyak pembuluh darah yang berkelok-kelok. Endometrium mengalami perubahan yang cukup besar selama siklus menstruasi. Bagian atas uterus disebut fundus uteri dan merupakan tempat tuba Falopii kanan dan kiri masuk ke uterus.

II. Konsep Blighted Ovum 2.1 Definisi/deskripsi

Blighted ovum disebut juga kehamilan anembrionik merupakan suatu keadaan kehamilan patologi dimana janin tidak terbentuk. Dalam kasus ini kantong kehamilan tetap terbentuk. Selain janin tidak terbentuk kantong kuning telur juga tidak terbentuk. Kehamilan ini akan terus dapat berkembang meskipun tanpa ada janin di dalamnya. Blighted ovum ini biasanya pada usia kehamilan 14-16 minggu akan terjadi abortus spontan (Sarwono, 2009). Blighted ovum merupakan kehamilan dimana kantung gestasi memiliki diameter katung lebih dari 20 mm akan tetapi tanpa embrio. Tidak dijumpai pula adanya denyut jantung janin. Blighted ovum cenderung mengarah pada keguguran yang tidak terdeteksi (Manuaba, 2010).

Blighted ovum adalah kehamilan di mana sel berkembang membentuk kantung kehamilan, tetapi tidak ada embrio di dalamnya. Telur dibuahi dan menempel ke dinding uterin, tetapi embrio tidak berkembang. Dalam

(3)

pemeriksaan urin diperoleh hasil positif hamil. Hasil pembuahan akan terjadi keguguran saat trimester pertama kehamilan (Hummel, 2005). Dapat disimpulkan Blighted Ovum (BO) merupakan kehamilan tanpa embrio. Dalam kehamilan ini kantung ketuban dan plasenta tetap terbentuk dan berkembang, akan tetapi tidak ada perkembangan janin di dalamnya (kosong). Kehamilan ini akan berkembang seperti kehamilan biasa seperti uterus akan membesar meskipun tanpa ada janin di dalamnya.

2.2 Etiologi

Blighted ovum terjadi saat awal kehamilan. Penyebab dari blighted ovum saat ini belum diketahui secara pasti, namun diduga karena beberapa faktor. Faktor-faktor blighted ovum (Dwi, 2013)

2.2.1 Adanya kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.

2.2.2 Meskipun prosentasenya tidak terlalu besar, infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol.

2.2.3 Faktor usia dan paritas. Semakin tua usia istri atau suami dan semakin banyak jumlah anak yang dimiliki juga dapat memperbesar peluang terjadinya kehamilan kosong.

2.2.4 Kelainan genetik

2.2.5 Kebiasaan merokok dan alkohol. 2.3 Tanda dan gejala (manifestasi klinik)

Menurut (Sanders, 2007), beberapa tanda dan gejala blighted ovum meliputi:

2.3.1 Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil positif. Wanita merasakan gejala-gejala hamil, dalam seperti mudah lelah, merasa ada yang lain pada payudara atau mual-mual.

2.3.2 Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih kosong.

2.3.3 Meskipun tidak ada perkembangan embrio, tetapi kadar HCG akan terus diproduksi oleh trofoblas di kantong.

2.3.4 Kemungkinan memiliki kram perut ringan, dan atau perdarahan bercak ringan.

Blighted ovum sering tidak menyebabkan gejala sama sekali. Gejala dan tanda-tanda mungkin termasuk :

2.3.5 Periode menstruasi terlambat 2.3.6 Kram perut

(4)

2.3.8 Tes kehamilan positif pada saat gejala

2.3.9 Ditemukan setelah akan tejadi keguguran spontan dimana muncul keluhan perdarahan

2.3.10 Hampir sama dengan kehamilan normal

2.3.11 Gejala tidak spesifik (perdarahan spotting coklat kemerah-merahan, kram perut, bertambahnya ukuran rahim yang lambat)

2.3.12 Tidak sengaja ditemukan dengan USG 2.4 Patofisiologi

Pada saat pembuahan, sel telur yang matang dan siap dibuahi bertemu sperma. Namun dengan berbagai penyebab (diantaranya kualitas telur/ sperma yang buruk atau terdapat infeksi torch), maka unsur janin tidak berkembang sama sekali. Hasil konsepsi ini akan tetap tertanam didalam rahim lalu rahim yang berisi hasil konsepsi tersebut akan mengirimkan sinyal pada indung telur dan otak sebagai pemberitahuan bahawa sudah terdapat hasil konsepsi didalam rahim. Hormon yang dikirimkan oleh hasil konsepsi tersebut akan menimbulkan gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah dan lainya yang lazim dialami ibu hamil pada umumnya. Hal ini disebabkan Plasenta menghasilkan hormone HCG (human chorionic gonadotropin) dimana hormon ini akan memberikan sinyal pada indung telur (ovarium) dan otak sebagai pemberitahuan bahwa sudah terdapat hasil konsepsi di dalam rahim. Hormon HCG yang menyebabkan munculnya gejala-gejala kehamilan seperti mual, muntah, ngidam dan menyebabkan tes kehamilan menjadi positif. Karena tes kehamilan baik test pack maupun laboratorium pada umumnya mengukur kadar hormon HCG yang sering disebut juga sebagai hormon kehamilan.

(5)

Krisis situasi dan maturasi

Ansietas

Cedera fisik

(6)

2.6 Komplikasi

2.6.1 Robekan serviks yang disebabkan oleh tenakulum. Penanganan: Jika terjadi perdarahan, serviks yang robek dijahit kembali untuk menghentikan perdarahan.

2.6.2 Perforasi yang disebabkan oleh sonde uterus, abortus tank, dan alat kuretnya.

Penanganan: Hentikan tindakan dan konsultasi dengan bagian bedah bila ada indikasi untuk dilakukan laparatomi.

2.6.3 Perdarahan post kuretase yang disebabkan oleh atonia uteri, trauma dan sisa hasil konsepsi perdarahan memanjang.

Penanganan: Profilaksis dengan pemberian uterotonika, konsultasi dengan bagian bedah dan kuretase ulang. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat.

2.6.4 Jika terjadi atonia uteri dilakukan penanganan atonia uteri yaitu memposisikan pasien trendelenburg, memberikan oksigen dan merangsang kontraksi uterus dengan cara masase fundus uteri dan merangsang puting susu, memberikan oksitosin, kompresi bimanual ekternal, kompresi bimanual internal dan kompresi aorta abdominalis. Jika semua tindakan gagal lakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif (mempertahankan uterus) atau dengan histerektomi (Sarwono, 2009).

2.6.5 Infeksi post tindakan ditandai dengan demam dan tanda infeksi lainnya

Penanganan: Berikan profilaksis dengan pemberian uterotonika. Profilaksis menggunakan metergin dengan dosis Oral 0,2-0,4 mg , 2-4 kali sehari selama 2 hari dan IV / IM 0,2 mg , IM boleh diulang 2–4 jam bila perdarahan hebat. (Manuaba, 2010).

2.7 Prognosis

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim atau kuretase. Hasil kuretase akan dianalisa untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya. Jika karena infeksi maka dapat diobati sehingga kejadian ini tidak berulang. Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil dengan normal.

(7)

2.8 Penanganan medis

Jika telah didiagnosis blighted ovum, maka tindakan selanjutnya adalah mengeluarkan hasil konsepsi dari rahim (kuretase). Hasil kuretase akan dianalis untuk memastikan apa penyebab blighted ovum lalu mengatasi penyebabnya.

2.8.1 Jika karena infeksi maka maka dapat diobati agar tidak terjadi kejadian berulang.

2.8.2 Jika penyebabnya antibodi maka dapat dilakukan program imunoterapi sehingga kelak dapat hamil sungguhan. Penyebab blighted ovum yang dapat diobati jarang ditemukan, namun masih dapat diupayakan jika kemungkina penyebabnya diketahui. Sebagai contoh, tingkat hormon yang rendah mungkin jarang menyebabkan kematian dini ovum.

Dalam kasus ini, pil hormon seperti progesteron dapat bekerja. Namun efek samping dari pemakaian hormon adalah sakit kepala dan perubahan suasana hati, dll. Jika terjadi kematian telur di awal kehamilan secara langsung, maka pembuahan buatan mungkin efektif dalam memproduksi kehamilan. Dalam hal ini perlu donor sperma atau ovum untuk memiliki anak. Akan tetapi, pembuahan itu mahal dan tidak selalu bekerja dan risiko kelahiran kembar seiringkali lebih tinggi. Pada pasien diterapi dengan pemberian preparat misoprostol, setelah terjadi dilatasi serviks kemudian dilakukan kuretase.

III. Rencana Asuhan Klien dengan Penyakit Blighted Ovum 3.1 Pengkajian

3.1.1 Identitas

3.1.2 Riwayat penyakit

3.1.2.1 Riwayat kesehatan dahulu

Untuk mengetahui apakah klien pernah atau tidak pernah menderita penyakit menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (DM, HT, asma, dll) serta serta penyakit infeksi seperti TORCH. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum.

3.1.2.2 Riwayat kesehatan sekarang

Untuk mengetahui bagaimana keadaan kesehatan klien saat ini, apakah klien sedang menderita menular (seperti TBC, kusta), penyakit menurun (jantung,

(8)

Diabetes,hipertensi, asma, dll) serta penyakit infeksi seperti TORCH. Infeksi dari torch, kelainan imunologi dan penyakit diabetes dapat ikut menyebabkan terjadinya blighted ovum.

3.1.2.3 Riwayat kesehatan keluarga

Untuk mengetahui apakah dalam keluarganya/ keluarga suaminya ada atau tidak yang mempunyai penyakit menurun (seperti DM, HT, asma, dll), penyakit menular(TBC, Kusta) serta ada atau tidak yang mempunyai keturunan kembar, bila ada siapa. Perlu dikaji untuk mengetahui penyakit yang diderita keluarga yang dapat menurunatau menular pada ibu sehingga mempengaruhi masa kehamilan.

3.1.3 Pemeriksaan fisik

3.1.3.1 Kepala dan Wajah

Meliputi keadaan rambut, apakah ada edema pada wajah , warna pada sklera mata,warna konjungtiva.

3.1.3.2 Leher

Apakah ada pembesaran kelenjar tiroid, pembesran pembuluh limfe, dan pembesaran vena jugularis.

3.1.3.3 Payudara

Mengamati bentuk, ukuran, dan kesimetrisannya, puting susu menonjol atau masuk ke dalam. Adanya kolostrum atau cairan lainnya, misalnnya ulkus, retraksi akibat adanya lesi,masa atau pembesaran pembuluh limfe.

3.1.3.4 Abdomen

Terdapat linea nigra, striae uvidae/albican,dan terdapat pembesaran abdomene.

3.1.3.5 Genetalia

Apakah terdapat varices pada vulva dan vagina, oedema, condilomatalata, condylomaacuminata, pembesaran kelenjar skene dan bartholini, keputihan dan untuk mengetahui adanya kelainan alat reproduksi

3.1.4 Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan yang dilakukan untuk menegakkan diagnosa blighted ovum adalah dengan USG (Ultrasonografi) menunjukkan kantung kehamilan kosong (Hummel, 2005).

Diagnosis pasti bisa dilakukan saat kehamilan memasuki usia 6 – 7 minggu. Sebab saat itu diameter kantung kehamilan sudah lebih besar dari 16 mm sehingga bisa terlihat lebih jlas. Dari situ juga

(9)

akan tampak adanya kantung kehamilan dan tidak berisi janin. Diagnosis kehamilan anembriogenik dapat ditegakkan bila pada kantong gestasi yang berdiameter sedikitnya 30mm tidak dijumpai struktur mudigah dan kantong telur.

3.2 Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul 3.2.1 Diagnosa 1: Ansietas

3.2.1.1 Definisi

Perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang samar disertai respons autonom (sumber seringkali tidak spesifik atau tidak diketahui oleh individu); perasaan takut yang disebabkan antisipasi terhadap bahaya. Perasaan inimerupakan isyarat kewaspadaan yang memperingati bahaya yang akan terjadi dan memampukan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.

3.2.1.2 Batasan karakteristik 1) Perilaku

Penurunan produktivitas, mengekspresikan kekhawatiran akibat perubahan dalam peristiwa hidup , gerakan yang tidak relevan, gelisah, memandang sekilas, mnsomnia, kontak mata buruk, resah, menyelidik dan tidak waspada

2) Afektif

Gelisah, kesedihan yang mendalam, distress, ketakutan, perasaan tidak adekuat , fokus pada diri sendiri, peningkatan kekhawatiran, iritabilitas, gugup, gembira berlebihan, nyeri dan peningkatan ketidakberdayaan yang persisten, marah, menyesal, perasaan takut, ketidakpastian, khawatir.

3) Fisiologis

Wajah tegang, peningkatan keringat, peningkatan ketegangan, terguncang, gemetar/tremor, suara bergetar.

4) Parasimpatis

Nyeri abdomen, penurunan TD, nadi, diare, pingsan, keletihan, mual, gangguan tidur, kesemutan pada ekstremitas, sering berkemih.

5) Simpatis

Anoreksia, mulut kering, wajah kemerahan, jantung berdebar-debar, peningkatan TD, nadi, reflek,

(10)

pernapasan, dilatasi pupil, kesulitan bernapas, kedutan otot, kelemahan.

6) Kognitif

Kesadaran terhadap gejala-gejala fisiologis, bloking pikiran, konfusi, penurunan lapang pandang, kesulitan untuk berkonsentrasi, keterbatasan kemampuan untuk menyelesaikan masalah, keterbatasan kemampuan untuk belajar, takut terhadap konsekuensi yang tidak spesifik, mudah lupa, gangguan perhatian, melamun, kecenderungan untuk menyalahkan orang lain.

3.2.1.3 Faktor yang berhubungan 1) Terpajan toksin

2) Hubungan keluarga/hereditas

3) Transmisi dan penularan interpersonal 4) Krisis situasi dan maturasi

5) Stress

6) Penyalahgunaan zat 7) Ancaman kematian

8) Ancaman atau perubahan pada status peran, fungsi peran, lingkungan, status kesehatan, status ekonomi, atau pola interaksi

9) Ancaman terhadap konsep diri

10) Konflik yang tidak disadari tentang nilai dan tujuan hidup yang esensial

11) Kebutuhan yang tidak terpenuhi 3.2.2 Diagnosa 2: Nyeri

3.2.2.1 Definisi

Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan (Asosiasi Studi Nyeri Internasional): serangan mendadak atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan

3.2.2.2 Batasan karakteristik

1) Laporan secara verbal atau non verbal 2) Posisi antalgic untuk menghindari nyeri 3) Gerakan melindungi

4) Tingkah laku berhati-hati 5) Muka topeng

6) Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

(11)

8) Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

9) Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

10) Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

11) Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

12) Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah)

13) Perubahan dalam nafsu makan dan minum 3.2.2.3 Faktor yang berhubungan

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis) 3.3 Perencanaan

3.3.1 Diagnosa 1: Ansietas

3.3.1.1 Tujuan dan kriteria hasil

Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas hanya ringan sampai sedang dan selau menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas, diri, koping.

3.3.1.2 Intervensi keperawatan dan rasional

No. Intervensi Rasional

1. Bimbingan antisipasi Mempersiapkan pasien menghadapi kemungkinan krisis perkembangan dan / situasional 2. Penurunan ansietas Meminimalkan kekhawatiran, ketakutan, prasangka atau perasaan tidak tenang yang berhubungan dengan sumber bahaya yang di antisipasi dan tidak jelas 3. Teknik menenangkan Meredakan kecemasan pada

(12)

diri pasien yang mengalami distress 4. Peningkatan koping Membantu pasien untuk beradaptasi dengan persepsi stressor, perubahan atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran hidup 5. Dukungan emosi Memberikan penenangan, penerimaan, dan bantuan atau dukungan selama masa stress 3.3.2 Diagnosa 2: Nyeri

3.3.2.1 Tujuan dan kriteria hasil

1) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)

2) Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

3) Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

4) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

5) Tanda vital dalam rentang normal 3.3.2.2 Intervensi keperawatan dan rasional

No. Intervensi Rasional

1. Pemberian analgesic Menggunakan agens-agens farmakologi untuk megurangi atau menghilangkan nyeri 2. Manajemen medikasi Memfasilitasi

penggunaan obat resep atau obat bebas secara aman dan efektif 3. Manajemen nyeri Meringankan atau

mengurangi nyeri sampai pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh

(13)

pasien

4. Manajemen sedasi Memberikan sedative, memantau respon pasien, dan memberikan dukungan fisiologis yang dibutuhkan selama prosedur diagnostic atau terapeutik

(14)

VI. Daftar Pustaka

Bobak. (2005). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta:EGC

Doenges M. E. (2001). Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta: EGC.

Hanifa W. (2006). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.

http://doktersehat.com/?s=blighted+ovum diakses tanggal 04 desember 2016 Mochtar R. (1998). Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Patologi. Ed 2. Jakarta: EGC

Berikan profilaksis Berikan profilaksis, kuretase ulang

Hentikan kuret program laparatomi Jahit serviks

Infeksi Perdarahan

Perforasi uterus Robekan serviks

Komplikasi Post Kuretase

Penatalaksanaan diterminasi dengan dilatasi dilanjutkan dengan kuretase Diagnosa

Blighted Ovum (BO) Px. Penunjang

USG

Tanda dan gejala

1. Pada awalnya pemeriksaan awal tes kehamilan menunjukkan hasil posif.

2. Selanjutnya pertumbuhan plasenta akan berhenti, kadar hormon HCG menurun dan akhirnya gejala kehamilan menghilang. 3. Hasil pemeriksaan USG saat usia kehamilan lebih dari 8 minggu rahim masih kosong.

4. Biasanya terjadi setelah usia kehamilan 3 bulan. 5. Rasa tidak nyaman di perut

6. Keluar bercak perdarahan dari vagina. Etiologi (faktor resiko)

1. Kelainan kromosom dalam pertumbuhan sel sperma dan sel telur.

2. Infeksi rubella, infeksi TORCH, kelainan imunologi, dan diabetes melitus yang tidak terkontrol. 3. Faktor usia dan paritas.

4. Kelainan genetik

(15)

Laporan pendahuluan ini telah di konsulkan dan disetujui oleh presptor sebagai tugas stase Maternitas.

Pelaihari, Juni 2017 Preseptor Akademik, Preseptor Klinik

Referensi

Dokumen terkait

Amuk merupakan respon kemarahan yang paling maladaptif yang ditandai dengan perasaan marah dan bermusuhan yang kuat disertai hilangnya kontrol, dimana individu dapat

Tipe asma ini merupakan jenis asma yang ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti

Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

Kadang-kadang disertai rasa mual dan seringkali pasien merasa cemas.Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat

Intrinsik non alergik : Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan