BAB II BAB II
TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA
2
2..11.. DDEEFFIINNIISSII
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya
gabungan keduanya. . BronkitBronkitis kronik is kronik ialah kelainan saluran napas yangialah kelainan saluran napas yang dit
ditandaandai i oleh batuk oleh batuk kronkronik ik berdberdahak minimahak minimal al 3 3 bulabulan n daladalam m setasetahun,hun, sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit sekurang-kurangnya dua tahun berturut - turut, tidak disebabkan penyakit lainnya. Emfisema ialah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh lainnya. Emfisema ialah suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran
pelebaran rongga rongga udara udara distal distal bronkiolus bronkiolus terminal, terminal, disertai disertai kerusakankerusakan dinding alveoli (O!", #$%# & P"P', #$$).
dinding alveoli (O!", #$%# & P"P', #$$).
Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang biasa disebut sebagai PPOK Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang biasa disebut sebagai PPOK merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan resistensi merupakan penyakit kronik yang ditandai dengan peningkatan resistensi te
terhrhadadap ap alaliriran an ududarara a di di sasaluluraran n nanapapas s yyanang g beberrsisifafat t prprogogreressssif if nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya
dan emfisema atau gabungan keduanya (P"P', #$$ & Prin*e, + ilson, !, #$$). (P"P', #$$ & Prin*e, + ilson, !, #$$).
PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit antung, PPOK menduduki peringkat ke empat setelah penyakit antung, kank
kanker er dan dan penypenyakit akit sereserebro bro vaskvaskularular. . BiaBiaya ya yang yang dikedikeluarluarkan kan untuuntuk k penyakit
penyakit ini ini men*apai men*apai / / #0 #0 milyar milyar per per tahunnya.tahunnya. WWoorld rld HeaHealthlth Organization
Organization (1O) memperkirakan bah2a menelang #$#$ prevalensi (1O) memperkirakan bah2a menelang #$#$ prevalensi PPOK akan meningkat (iyanto, B.+ 1isyam, B, #$$4).
PPOK akan meningkat (iyanto, B.+ 1isyam, B, #$$4). "i teliti se*ara epidemiolo
"i teliti se*ara epidemiologi dgi di berbagai 5egara seperti di i berbagai 5egara seperti di BelandaBelanda angka insidensi PPOK ialah %$ 6 %7 8 pria de2asa, 7 8 2anita de2asa angka insidensi PPOK ialah %$ 6 %7 8 pria de2asa, 7 8 2anita de2asa dan 7 8 anak 6 anak. 9aktor risiko yang utama adalah rokok. Perokok dan 7 8 anak 6 anak. 9aktor risiko yang utama adalah rokok. Perokok mempuny
mempunyai ai risiko 0 kali risiko 0 kali lebih besar daripada bukan lebih besar daripada bukan perokok, dimana faalperokok, dimana faal paru
paru *epat *epat menurun. menurun. Perbandingan Perbandingan penderita penderita PPOK pPPOK pada ada pria pria dan dan 2anita2anita adalah 3 6 %$ : %. Pekeraan penderita PPOK sering berhubungan erat adalah 3 6 %$ : %. Pekeraan penderita PPOK sering berhubungan erat dengan faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. "i daerah perkotaan, dengan faktor alergi dan hiperreaktifitas bronkus. "i daerah perkotaan, insidensi PPOK % ; kali lebih banyak daripada di pedesaan
insidensi PPOK % ; kali lebih banyak daripada di pedesaan
3 3
(<lsagaff, 1
(<lsagaff, 1 =ukty, =ukty, <, #$$>).<, #$$>).
2.
2.2.2. ETETIOIOLOLOGI GI dadan n FFAAKTKTOR OR RIRISISIKOKO Et
Etioiologlogi i dadan n fakfaktor tor reresiksiko o terteradadinyinya a PPPPOK OK adadalaalah h memerokrokok,ok, hipe
hiperresrresponsponsif if salusaluran ran napanapas, s, infeinfeksi ksi salusaluran ran napanapas s pada pada masmasa a kanakanak- k-kanak, pekeraan, polusi udara di dalam dan di luar rumah, perokok pasif kanak, pekeraan, polusi udara di dalam dan di luar rumah, perokok pasif da
dan n fafaktktor or gegenenetitik k yyaiaitu tu dedefifisisienensi si enen?i?im m @%@%-a-antntititriripspsin in (@(@%<%<AA)) (9ishman+, <.P,
(9ishman+, <.P, et al et al , #$$> & Kasper, ".!,, #$$> & Kasper, ".!, et al et al , #$$>)., #$$>).
Merokok Merokok Beb
Beberaperapa a studstudi i longlongituitudinadinal l memmemperlperlihatihatkan kan adanadanya ya hubuhubunganngan dos
dosis-is-resrespon pon antantarara a perper*ep*epatatan an penpenuruurunan nan 9E9EC% C% (9(9or*or*ed ed eDpeDpirairatitionon vo
volulume me % % sese*o*ondnd) ) dedengngan an inintetensnsititas as mmererokokok ok (p(pak ak peper r tatahuhun) n) dadann prevalens
prevalens PPOK PPOK pada pada subyek subyek perokok perokok lebih lebih tinggi tinggi dengan dengan bertambahnyabertambahnya usia
usia. . AiAinggingginya nya prevprevalealens ns PPOPPOK K pada pada pria pria munmungkin gkin dapadapat t diedielasklaskanan karena tingginya angka
karena tingginya angka perokok pria. aperokok pria. alaupun demikian ada laupun demikian ada variabivariabilitaslitas untu
untuk k timtimbulnbulnya ya PPOPPOK K pada perokok (hanya pada perokok (hanya %78 %78 yanyang g berhberhubunubungangan de
dengangan n berberapa apa pak pak rokrokok ok peper r tatahunhun). ). 9a9aktoktor r gengenetetik ik dan dan lilingkngkungunganan berperan
berperan dalam dalam pengaruh pengaruh rokok rokok terhadap terhadap berkembangnya berkembangnya obstruksiobstruksi saluran
saluran napas napas (9ishman+, <.P(9ishman+, <.P,,et al et al , #$$> & Kasper, ".!,, #$$> & Kasper, ".!, et al et al , #$$>)., #$$>).
Hierre!on!i" !a#$ran naa! Hierre!on!i" !a#$ran naa!
Ba
Banynyak ak paspasieien n PPPPOK OK memempmpererlilihathatkakan n hiphiperrerrespesponsonsif if salsalururanan napas. Beberapa studi longitudinal yang membandingkan respon saluran napas. Beberapa studi longitudinal yang membandingkan respon saluran napa
napas s pada pada a2aa2al l studstudi i dengdengan an penupenurunarunan n fungfungsi si paru paru memmemperlperlihatihatkankan bah2a
bah2a ada ada hubungan hubungan signifikan signifikan antara antara peningkatan peningkatan respon respon saluran saluran napasnapas dengan fungsi paru, sehingga hiperresponsif saluran napas adalah faktor dengan fungsi paru, sehingga hiperresponsif saluran napas adalah faktor risiko PPOK (9ishman+, <.P,
risiko PPOK (9ishman+, <.P,et al et al , #$$> & Kasper, ".!,, #$$> & Kasper, ".!, et al et al , #$$>)., #$$>).
0 0
Peker%aan
Beberapa enis pekeraan dengan paparan spesifik seperti tambang batubara, tambang emas, debu tekstil kapas adalah faktor risiko teradinya
PPOK (9ishman+, <.P, et al , #$$> & Kasper, ".!, et al , #$$>).
Fak&or Ri!iko PPOK
E&io#o'i ( "ak&or ri!iko Ke&eran'an
sia (tua) angguan ventilasi, primer efek
kumulatif merokok
Fenis Kelamin !aki-laki lebih beresiko dari 2anita Kebiasaan merokok Berhubungan dengan berapa batang
rokok hari dan berapa pak per-tahun
Polusi udara "i luar ruangan dan di dalam ruangan (dapur)
Pekeraan =a*am-ma*am debu yang
menyebabkan hipersekresi mukus : pekera tambang batubara, emas dan *admium, petani, pemanen gandum, pekera pabrik semen dan tekstil.
+tatus sosial ekonomi !ebih sering pada sosial ekonomi rendah
"iet =akan ikan banyak mengurangi risiko
pada perokok
9aktor geneti* "efisiensi @%-antitripsin adalah risiko terkuat
Berat lahir dan penyakit saluran napas 2aktu kanak-kanak
9EC% rendah pada berat lahir rendah dan mortalitas karena PPOK tinggi setelah de2asa, penyakit kronik pada masa kanak-kanak predisposisi untuk penyakit kronik setelah de2asa.
Penyakit bronkopulmoner rekuren =enyebabkan penurunan fungsi paru <lergi dan hiperresponsif saluran napas Peningkatan 'gE darah dan eosinofil
dan hiperesponsif ditemukan pada perokok tetapi sebagai faktor risiko
7 Ta)e# 1. Etiologi faktor risiko PPOK (9ishman+, <.P,et al , #$$> &
yang signifikan mungkin hanya pada sebagian perokok
Po#$!i $dara
Beberapa peneliti melaporkan adanya peningkatan geala saluran napas pada mereka yang tinggal di kota dibandingkan dengan yang tinggal di desa yang mungkin berhubungan dengan peningkatan polusi di perkotaan. Aetapi hubungan polusi udara dengan obstruksi saluran napas kronik belum elas. "i negara berkembang tingginya angka PPOK pada 2anita yang tidak merokok diduga berhubungan dengan polusi udara dalam ruangan, khususnya berhubungan dengan memasak di dapur (9ishman+, <.P,et al , #$$> & Kasper, ".!, et al , #$$>).
Perokok a!i"
Paparan rokok intra uterin se*ara signifikan menurunkan fungsi paru setelah lahir dan paparan rokok terhadap anak-anak mengurangi pertumbuhan paru. Bahkan perokok pasif berhubungan dengan penurunan fungsi paru. Berapa besar pengaruh faktor risiko ini terhadap beratnya penurunan fungsi paru pada PPOK masih belum elas (9ishman+, <.P,et
al , #$$> & Kasper, ".!, et al , #$$>).
Fak&or 'ene&ik
"efisiensi berat en?im α% antitripsin (α%<A) adalah faktor risiko genetik untuk teradinya PPOK disamping adanya determinan genetik yang lain. Carian lokus protease inhibitor (Pi) yang mengkode α%<A sudah diketahui. = alel berhubungan dengan kadar α%<A normal. + alel berhubungan dengan penurunan ringan kadarα%<A. G alel berhubungan dengan penurunan bermakna kadar α%<A (mun*ul pada lebih %8 penduduk Kaukasia). Fumlah pasien PPOK dengan defisiensi beratα%<A turunan hanya %-#8, tetapi mereka memperlihatkan bah2a faktor genetik berpengaruh besar terhadap kemungkinan berkembangnya PPOK
(9ishman+, <.P,et al , #$$> & Kasper, ".!, et al , #$$>).
2.*. PATOFISIOLOGI
9aktor resiko utama dari PPOK ini adalah merokok. Komponen-komponen asap rokok ini merangsang perubahan-perubahan pada sel-sel penghasil mukus bronkus dan silia. +elain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan- perubahan pada sel-sel penghasil mukus dan sel-sel silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan menyebabkan penumpukan mukus kental dalam umlah besar dan sulit dikeluarkan dari saluran nafas. =ukus berfungsi sebagai tempat persemaian mikroorganisme penyebab infeksi dan menadi sangat purulen. Aimbul peradangan yang menyebabkan edema dan pembengkakan aringan. Centilasi, terutama ekspirasi terhambat. Aimbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanang dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan. Komponen-komponen asap rokok tersebut uga merangsang teradinya peradangan kronik pada paru. =ediator-mediator peradangan se*ara progresif merusak struktur-struktur penunang di paru. <kibat hilangnya elastisitas saluran udara dan kolapsnya alveolus, maka ventilasi berkurang. +aluran udara kolaps terutama pada ekspirasi karena ekspirasi normal teradi akibat pengempisan (re*oil) paru se*ara pasif setelah inspirasi. "engan demikian, apabila tidak teradi re*oil pasif, maka udara akan terperangkap di dalam paru dan saluran udara kolaps (Prin*e, + ilson, !, #$$ & +ibernagl, + !ang, 9, #$$4).
4
Ga+)ar 1. Patogenesis PPOK (P"P', #$$).
Ga+)ar 2. Patofisiologi PPOK (Prin*e, + ilson, !, #$$ & +ibernagl, + !ang, 9, #$$4).
2.,. PATOLOGI
Pada kelainan patologi PPOK terdapat bronkitis kronis dan emfisema Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenar mukosa bronkus, metaplasia sel goblet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distorsi akibat fibrosis. Emfisema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. +e*ara anatomik dibedakan tiga enis emfisema : (Kumar, ,et al , #$$4 & Prin*e, + ilson, !, #$$)
a) Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat kebiasaan merokok lama.
b) Emfisema panasinar (panlobuler), melibatkan seluruh alveoli se*ara merata dan terbanyak pada paru bagian ba2ah.
> <sap rokok dan polusi udara
angguan pembersihan paru
adang bronkus dan bronkiolus
Obstruksi alan napas akibat radang
1ipoventilasi alveolar
Bronkiolitis kronik !emahnya dinding bron*hialdan kerusaan alveolar Predisposisi genetik (defisiensi alfa % anti
protease)
1ilangnya septum dan aringan ikat penunang
+aluran nafas ke*il kolaps saat ekspirasi
Empisema sentrilobular Empisema panlobular
*) Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura.
<da beberapa karakteristik inflamasi yang teradi pada pasien PPOK, yakni : peningkatan umlah neutrofil (didalam lumen saluran nafas), makrofag (lumen saluran nafas, dinding saluran nafas, dan parenkim), limfosit H" >I (dinding saluran nafas dan parenkim). Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan teradi karena perubahan struktural pada saluran napas ke*il yaitu : inflamasi, fibrosis, metaplasi sel goblet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi alan napas (Kumar, ,et al , #$$4 & Prin*e, + ilson, !, #$$ &
+ibernagl, + !ang, 9. #$$4).
J Ga+)ar *. Empisema sentriasianar empisema panasinar (9ishman+, <.P,et
2.-. KLASIFIKASI
Berdasarkan lobal 'nitiative for Hhroni* Obstru*tive !ung "isease (O!") #$$4, dibagi atas 0 deraat : (O!", #$%#)
1. Dera%a& I PPOK rin'an
"engan atau tanpa geala klinis (batuk produksi sputum). Keterbatasan aliran udara ringan (CEP% KCP L 4$8& CEP% M >$8 Prediksi). Pada
deraat ini, orang tersebut mungkin tidak menyadari bah2a fungsi parunya abnormal.
2. Dera%a& II PPOK !edan'
+emakin memburuknya hambatan aliran udara (CEP% KCP L 4$8&
7$8 L CEP% L >$8), disertai dengan adanya pemendekan dalam
bernafas. "alam tingkat ini pasien biasanya mulai men*ari pengobatan oleh karena sesak nafas yang dialaminya.
*. Dera%a& III PPOK )era&
"itandai dengan keterbatasan hambatan aliran udara yang semakin memburuk (CEP% KCP L 4$8& 3$8 ≤ CEP%L 7$8 prediksi). Aeradi
sesak nafas yang semakin memberat, penurunan kapasitas latihan dan eksaserbasi yang berulang yang berdampak pada kualitas hidup pasien. ,. Dera%a& I/ PPOK !an'a& )era&
Keterbatasan hambatan aliran udara yang berat (CEP% KCP L 4$8&
CEP% L 3$8 prediksi) atau CEP% L 7$8 prediksi ditambah dengan
adanya gagal nafas kronik dan gagal antung kanan.
2.0. DIAGNOSIS
Penderita PPOK akan datang ke dokter dan mengeluhkan sesak nafas, batuk-batuk kronis, sputum yang produktif, faktor resiko (I). +edangkan PPOK ringan dapat tanpa keluhan atau geala. "apat ditegakkan dengan *ara :(P"P', #$$).
Ana+ne!i!
<namnesis ri2ayat paparan dengan faktor resiko, ri2ayat penyakit sebelumnya, ri2ayat keluarga PPOK, ri2ayat eksaserbasi dan pera2atan di + sebelumnya, komorbiditas, dampak penyakit terhadap
aktivitas. (P"P', #$$).
i2ayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa geala pernapasan.
i2ayat terpaan ?at iritan yang bermakna di tempat kera.
i2ayat penyakit emfisema pada keluarga.
Aerdapat faktor predisposisi pada masa bayianak, misalnya berat badan lahir rendah (BB!).
'nfeksi saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara.
Batuk berulang dengan atau tanpa dahak.
+esak dengan atau tanpa bunyi mengi.
Pe+erik!aan Fi!ik diumpai adanya : (P"P', #$$).
'nspeksi
Pursed - lips breathing(mulut setengah terkatup men*u*u).
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal sebanding).
Penggunaan otot bantu napas.
1ipertropi otot bantu napas.
Pelebaran sela iga.
Bila telah teradi gagal antung kanan terlihat denyut vena ugularis di leher dan edema tungkai.
Penampilan pink pufferatau blue bloater.
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar.
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas antung menge*il, letak diafragma rendah, hepar terdorong ke ba2ah.
<uskultasi
+uara napas vesikuler normal, atau melemah.
Aerdapat ronki dan atau mengi pada 2aktu bernapas biasa atau pada ekspirasi paksa.
Ekspirasi memanang.
Bunyi antung terdengar auh.
Pink puffer
ambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed – lips breathing.
Blue bloater
ambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer.
Pursed - lips breathing
<dalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut men*u*u dan ekspirasi yang memanang. +ikap ini teradi sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi HO# yang teradi pada gagal
napas kronik.
Pe+erik!aan en$n%an' (P"P', #$$).
Pe+erik!aan Fo&o Torak!, *uriga PPOK bila diumpai kelainan:
1iperinflasi.
1iperlusen.
"iafragma mendatar.
uang retrosternal melebar.
Horakan bronkovaskuler meningkat.
Bulla antung pendulum tear drop / eye drop appearance).
Pe+erik!aan "aa# ar$ (P"P', #$$).
+pirometri (CEP%, CEP% prediksi, KCP, CEP%KCP).
Obstruksi ditentukan oleh nilai CEP% prediksi (8) dan atau CEP%KCP ( 8 ).
Obstruksi : 8 CEP%(CEP%CEP% pred) L >$8 CEP%8 (CEP%KCP) L 47 8.
CEP% merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk menilai beratnya PPOK dan memantau peralanan penyakit.
i bronkodilator.
"ilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada gunakan <PE meter. +etelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak > hisapan, %7 - #$ menit kemudian dilihat perubahan nilai CEP% atau <PE, perubahan CEP% atau <PE L #$8 nilai a2al dan L #$$ ml. i bronkodilator dilakukan pada PPOK stabil.
2.. DIAGNOSIS BANDING
PPOK didiagnosis banding dengan : (P"P', #$$).
<sma.
+OPA (+indroma Obstruksi Pas*atuber*ulososis).
<dalah penyakit obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pas*atuber*ulosis dengan lesi paru yang minimal.
Pneumotoraks.
agal antung kronik.
Bronkiektasis, destroyed lung.
2.3. PENATALAKSANAAN (P"P', #$$). Auuan penatalaksanaan :
=engurangi geala, men*egah eksaserbasi berulang.
=emperbaiki dan men*egah penurunan faal paru serta meningkatkan kualitas hidup penderita.
Penatalaksanaan se*ara umum PPOK meliputi : %. Edukasi.
#. Obat 6 obatan.
3. Aerapi oksigen. 0. Centilasi mekanik. 7. 5utrisi.
. ehabilitasi.
1. Ed$ka!i
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan angka panang pada PPOK stabil. Edukasi pada PPOK berbeda dengan edukasi pada
asma karena PPOK adalah penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan men*egah ke*epatan perburukan fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel, menghindari pen*etus dan memperbaiki deraat adalah
inti dari edukasi atau tuuan pengobatan dari asma. Auuan edukasi pada pasien PPOK :
%. =engenal peralanan penyakit dan pengobatan. #. =elaksanakan pengobatan yang maksimal. 3. =en*apai aktiviti optimal.
0. =eningkatkan kualitas hidup.
Pemberian edukasi berdasarkan deraat penyakit PPOK : Rin'an
Penyebab dan pola penyakit PPOK yang ireversibel.
=en*egah penyakit menadi berat dengan menghindari pen*etus, antara lain berhenti merokok.
+egera berobat bila timbul geala. Sedan'
=enggunakan obat dengan tepat, program latihan fisik dan pernafasan.
=engenal dan mengatasi eksaserbasi dini. Bera&
'nformasi tentang komplikasi yang dapat teradi.
Penyesuaian aktiviti dengan keterbatasan.
Penggunaan oksigen di rumah.
2. O)a& 4 o)a&an a. Bronkodi#a&or
"iberikan se*ara tunggal atau kombinasi dari ketiga enis bronkodilator dan disesuaikan dengan klasifikasi deraat berat penyakit. Pemilihan bentuk obat diutamakan inhalasi, nebuliser tidak dianurkan pada penggunaan angka panang. Pada deraat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat ( slow release ) atau obat berefek panang
(long acting ).
Ma5a+ 4 +a5a+ )ronkodi#a&or - Go#on'an an&iko#iner'ik
"igunakan pada deraat ringan sampai berat, disamping sebagai bronkodilator uga mengurangi sekresi lendir ( maksimal 0 kali perhari).
- Go#on'an a'oni! )e&a 2
Bentuk inhaler digunakan untuk mengatasi sesak, peningkatan umlah penggunaan dapat sebagai monitor timbulnya eksaserbasi. +ebagai obat pemeliharaan sebaiknya digunakan bentuk tablet yang berefek panang. Bentuk nebuliser dapat digunakan untuk mengatasi eksaserbasi akut, tidak dianurkan untuk penggunaan angka panang. Bentuk ineksi subkutan atau drip untuk mengatasi eksaserbasi berat.
- Ko+)ina!i an&iko#iner'ik dan a'oni! )e&a 2
Kombinasi kedua golongan obat ini akan memperkuat efek bronkodilatasi, karena keduanya mempunyai tempat kera yang berbeda. "isamping itu penggunaan obat kombinasi lebih sederhana dan mempermudah penderita.
- Go#on'an 6an&in
"alam bentuk lepas lambat sebagai pengobatan pemeliharaan angka panang, terutama pada deraat sedang dan berat. Bentuk tablet biasa atau puyer untuk mengatasi sesak (pelega napas), bentuk suntikan bolus atau
drip untuk mengatasi eksaserbasi akut.
). An&i in"#a+a!i
"igunakan bila teradi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau ineksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang teradi, dipilih golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai terapi angka panang diberikan bila terbukti ui kortikosteroid positif yaitu terdapat perbaikan CEP% pas*abronkodilator meningkat M #$8 dan minimal #7$ mg.
5. An&i)io&ika
1anya diberikan bila terdapat infeksi. <ntibiotik yang digunakan : - !ini ' : <moksisilin.
=akrolid.
- !ini '' : <moksisilin dan asam klavulanat. +efalosporin.
Kuinolon. =akrolid baru. Pera2atan di umah +akit : - <moksilin dan klavulanat.
- +efalosporin generasi '' ''' per ineksi. - Kuinolon per oral.
<nti pseudomonas :
- <minoglikose per ineksi. - Kuinolon per ineksi.
- +efalosporin generasi 'C per ineksi.
d. An&iok!idan
"apat mengurangi eksaserbasi dan memperbaiki kualiti hidup, digunakan 5-asetil-sistein. "apat diberikan pada PPOK dengan eksaserbasi yang sering, tidak dianurkan sebagai pemberian yang rutin.
e. M$ko#i&ik
1anya diberikan terutama pada eksaserbasi akut karena akan memper*epat perbaikan eksaserbasi, terutama pada bronkitis kronik
dengan sputum yang vis*ous. =engurangi eksaserbasi pada PPOK bronkitis kronik, tetapi tidak dianurkan sebagai pemberian rutin.
". An&i&$!i"
*. Terai Ok!i'en
Pada PPOK teradi hipoksemia progresif dan berkepanangan yang menyebabkan kerusakan sel dan aringan. Pemberian terapi oksigen merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi seluler dan men*egah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ lainnya.
=anfaat oksigen : - =engurangi sesak. - =emperbaiki aktiviti.
- =engurangi hipertensi pulmonal. - =engurangi vasokonstriksi. - =engurangi hematokrit.
- =emperbaiki fungsi neuropsikiatri. - =eningkatkan kualiti hidup.
'ndikasi terapi oksigen :
- PaO# L $mm1g atau +aturasi O# L J$8.
- Pa O# diantara 77 - 7J mm1g atau +aturasi O#M >J8 disertai Kor
Pulmonal perubahan P pulmonal, 1ematokrit M 778 dan tanda - tanda gagal antung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain.
=a*am 6 ma*am terapi oksigen : - Pemberian oksigen angka panang. - Pemberian oksigen pada 2aktu aktiviti.
- Pemberian oksigen pada 2aktu timbul sesak mendadak. - Pemberian oksigen se*ara intensif pada 2aktu gagal napas. ,. /en&i#a!i Mekanik
Centilasi mekanik pada PPOK digunakan pada eksaserbasi dengan gagal napas akut, gagal napas akut pada gagal napas kronik atau pada
pasien PPOK deraat berat dengan napas kronik. Centilasi mekanik dapat digunakan di rumah sakit di ruang 'H atau di rumah.
Centilasi mekanik dapat dilakukan dengan *ara :
- Centilasi mekanik dengan intubasi dan ventilasi mekanik tanpa intubasi.
-. N$&ri!i
=alnutrisi sering teradi pada PPOK, kemungkinan karena bertambahnya kebutuhan energi akibat kera muskulus respirasi yang meningkat karena hipoksemia kronik dan hiperkapnia menyebabkan teradi hipermetabolisme. Kondisi malnutrisi akan menambah mortalitas PPOK karena berkolerasi dengan deraat penurunan fungsi paru dan perubahan analisis gas darah.
=alnutrisi dapat dievaluasi dengan :
- Penurunan berat badan, kadar albumin darah.
- <ntropometri, pengukuran kekuatan otot (kekuatan otot pipi). - 1asil metabolisme (hiperkapni dan hipoksia).
0. Re7a)i#i&a!i PPOK
Auuan program rehabilitasi untuk meningkatkan toleransi latihan dan memperbaiki kualiti hidup penderita PPOK.
Program rehabilitiasi terdiri dari 3 komponen yaitu : latihan fisis, psikososial dan latihan pernapasan.
%. Ta&a#ak!ana PPOK !&a)i# (P"P', #$$).
• Aerapi 9armakologis
a. Bronkodilator
+e*ara inhalasi (="'), ke*uali preparat tak tersedia tak terangkau.
utin (bila geala menetap) atau hanya bila diperlukan (geala intermitten).
3 golongan :
<gonis β-#: fenopterol, salbutamol, albuterol, terbutalin, formoterol, salmeterol.
<ntikolinergik: ipratropium bromid, oksitroprium bromid.
=etilDantin: teofilin lepas lambat, bila kombinasi β-# dan steroid belum memuaskan.
"ianurkan bronkodilator kombinasi daripada meningkatkan dosis bronkodilator monoterapi.
b. +teroid
- PPOK yang menunukkan respon
pada ui steroid.
- PPOK dengan CEP% L 7$8 prediksi
(deraat ''' dan 'C)
- Eksaserbasi akut.
*. Obat-obat tambahan lain
=ukolitik (mukokinetik,
mukoregulator) : ambroksol, karbosistein, gliserol iodida.
<ntioksidan :
5-<setil-sistein.
'munoregulator
(imunostimulator, imunomodulator): tidak rutin.
<ntitusif : tidak rutin.
Caksinasi : influen?a,
pneumokokus.
• Aerapi 5on-9armakologis
a. ehabilitasi : latihan fisik, latihan endurance, latihan pernapasan, rehabilitasi psikososial.
b. Aerapi oksigen angka panang (M%7 am sehari) : pada PPOK deraat 'C, <nalisa as "arah :
PaO# L 77 mm1g, atau
+aO# L >>8 dengan atau tanpa hiperkapnia.
PaO# 77-$ mm1g, atau
+aO# L >>8 disertai hipertensi pulmonal, edema perifer
karena gagal antung, polisitemia.
Pada pasien PPOK, harus di ingat, bah2a pemberian oksigen harus dipantau se*ara ketat. Oleh karena, pada pasien PPOK teradi hiperkapnia kronik yang menyebabkan adaptasi kemoreseptor-kemoreseptor *entral yang dalam keadaan normal berespons terhadap karbon dioksida. =aka yang menyebabkan pasien terus bernapas adalah rendahnya konsentrasi oksigen di dalam darah arteri yang terus merangsang kemoreseptor-kemoreseptor perifer yang relatif kurang peka. Kemoreseptor perifer ini hanya aktif melepaskan muatan apabila PO# lebih dari 7$ mm1g, maka dorongan untuk
bernapas yang tersisa ini akan hilang. Pengidap PPOK biasanya memiliki kadar oksigen yang sangat rendah dan tidak dapat diberi terapi dengan oksigen tinggi.
*. 5utrisi
d. Aerapi Pembedahan
- =emperbaiki fungsi paru, memperbaiki mekanik paru. - =eningkatkan toleransi terhadap eksaserbasi.
- =emperbaiki kualiti hidup.
Operasi paru yang dapat dilakukan yaitu :
• Bulektomi.
• Bedah reduksi volume paru (BCP) lung olu!e redu*tion surgey(!C+) dan transplantasi paru.
Ta)e# 2. Penatalaksanaan menurut deraat PPOK (O!", #$%# & P"P', #$$).
DERAJAT KARAKTERISTIK REKOMENDASI PENGOBATAN
+emua deraat
• 1indari faktor pen*etus • Caksinasi influen?a
"eraat ' CEP% KCP L 4$ 8 a. Bronkodilator kera singkat
(PPOK ingan)
CEP% ≥ >$8
Prediksi
(+<B<, antikolinergik kera pendek) bila perlu
b. Pemberian antikolinergik kera lama sebagai terapi pemeliharaan
"eraat '' (PPOK sedang)
CEP% KCP L 4$ 8
7$8 ≤ CEP% ≤ >$8
Prediksi dengan atau tanpa geala
%. Pengobatan
reguler dengan bronkodilator:
a. <ntikoline
rgik kera lama sebagai terapi pemeliharaan b. !<B< *. +imptomat ik #. ehabilitasi Kortikosteroid inhalasi bila ui steroid positif "eraat ''' (PPOK Berat) CEP% KCP L 4$8& 3$8 ≤ CEP%≤ 7$8 prediksi
"engan atau tanpa geala
%. Pengobatan
reguler dengan % atau lebih bronkodilator:
a. <ntikoline
rgik kera lama sebagai terapi pemeliharaan b. !<B< *. +imptomat ik #. ehabilitasi Kortikosteroid inhalasi bila ui steroid positif atau eksaserbasi berulang "eraat 'C (PPOK sangat CEP% KCP L 4$8& CEP%L 3$8 prediksi
atau gagal nafas atau
%. Pengobatan reguler dengan % atau
lebih bronkodilator:
a. <ntikolinergik kera lama
berat) gagal antung kanan sebagai terapi pemeliharaan
b. !<B<
*. Pengobatan komplikasi
d. Kortikosteroid inhalasi bila memberikan respons klinis
atau eksaserbasi berulang
#. ehabilitasi
3. Aerapi oksigen
angka panang bila gagal nafas
0. Pertimbangkan terapi bedah
#. Ta&a#ak!ana PPOK ek!a!er)a!i (P"P', #$$).
Penatalaksanaan PPOK eksaserbasi akut di rumah: bronkodilator seperti pada PPOK stabil, dosis 0- kali #-0 hirup sehari. +teroid oral dapat diberikan selama %$-%0 ahri. Bila infeksi: diberikan antibiotika spektrum luas (termasuk ".pneu!onie# H influenzae# $ catarrhalis).
Aerapi eksaserbasi akut di rumah sakit:
• Aerapi oksigen terkontrol, melalui kanul nasal atau venturi mask. • Bronkodilator : inhalasi agonisβ# (dosis frek2ensi ditingkatkan)
dan antikolinergik. Pada eksaserbasi akut berat : ditambahkan aminofilin ($,7 mgkgBBam).
• +teroid : prednisolon 3$-0$ mg PO selama %$-%0 hari. +teroid intravena: pada keadaan berat.
• <ntibiotika terhadap" pneu!onie# H influenza# $ catarrhalis. • Centilasi mekanik pada: gagal akut atau kronik.
'ndikasi ra2at inap :
Eksaserbasi sedang dan berat.
Aerdapat komplikasi.
'nfeksi saluran napas berat.
agal napas akut pada gagal napas kronik.
agal antung kanan.
'ndikasi ra2at 'H :
+esak berat setelah penanganan adekuat di ruang ga2at darurat atau ruang ra2at.
Kesadaran menurun, letargi, atau kelemahan otot-otot respirasi.
+etelah pemberian oksigen tetapi teradi hipoksemia atau perburukan PaO# M 7$ mm1g memerlukan ventilasi mekanik
(invasif atau non invasif).
2.8. KOMPLIKASI (O!", #$%# & P"P', #$$). %. agal napas
- agal napas kronik.
- agal napas akut pada gagal napas kronik.
#. 'nfeksi berulang (>$ 8) 'nfeksi ". Pneu!onia, H. %nfluenza. (+*hars*hmidt, B.9, #$$4).
3. Kor pulmonal.
2.19. PROGNOSIS
"ubia, tergantung dari stage deraat, penyakit paru komorbid, penyakit komorbid lain (O!", #$%#).