• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal. Rumput Laut Indonesia. Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal. Rumput Laut Indonesia. Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PUSAT UNGGULAN IPTEK PERGURUAN TINGGI INDONESIA

Pusat Unggulan Ipteks

Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL)

Universitas Hasanuddin

ISSN 2548-4494

Vol. 1 No. 1, Agustus 2016

urnal

Rumput Laut Indonesia

J

(2)

SINOPSIS

Jurnal Rumput Laut Indonesia merupakan jurnal yang diterbitkan oleh Pusat Unggulan Ipteks

Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut (PUI-P2RL) yang terdapat di Universitas

Hasanuddin. Jurnal Rumput Laut Indonesia memuat tulisan hasil penelitian dan

pengembangan yang terkait dengan aspek ilmu pengetahuan, teknologi, dan sosial yang

berhubungan dengan rumput laut.

PENANGGUNG JAWAB

Ketua PUI-P2RL Universitas Hasanuddin

DEWAN REDAKSI

Dr. Inayah Yasir, M.Sc. (Ketua)

Andi Arjuna, S.Si., M.Na. Sc.T. Apt. (Sekretaris)

Prof. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA. (Anggota)

Moh. Tauhid Umar, S.Pi., M.P (Anggota)

Raiz Karman, S.Pd. (Anggota)

DEWAN PENYUNTING

Prof. Dr. Ir. Agus Heri Purnomo, M.Sc. (Ekonomi Sumberdaya)

Prof. Dr. Ir. Ambo Tuwo, DEA. (Ekologi)

Prof. Dr. Ir. Ekowati Chasanah, M.Sc. (Bioteknologi dan Pasca Panen)

Prof. Dr. Jana Tjahna Anggadiredja, M.S. (Teknologi Pangan dan Farmasi)

Prof. Dr. Ir. La Ode Muh. Aslan, M.Sc. (Budidaya Rumput Laut)

Prof. Dr. Ir. Metusalach, M.Sc (Pasca Panen)

Agung Sudariono, Ph.D. (Pakan Akuakultur)

Dr. Ir. Andi Parenrengi, M.Si. (Bioteknologi)

Asmi Citra Malina, S.Pi., M.Agr., Ph.D (Biotek)

Dr. Ir. Gunarto Latama, M.Sc (Penyakit Rumput Laut)

Dr. Ir. St. Hidayah Triana, M.Si. (Rekayasa Genetika)

Dr. Lideman, S.Pi., M.Sc (Reproduksi Biologi)

ALAMAT REDAKSI:

Jurnal Rumput Laut Indonesia, Pusat Unggulan Ipteks Pengembangan dan Pemanfaatan

Rumput Laut (PUI-P2RL) Universitas Hasanuddin.

Gedung Pusat Kegiatan Penelitian (PKP) Lantai V Kampus Unhas Tamalanrea Km. 10.

Makassar 90245

Telepon

: 085212108106

Email

: jrli-p2rl@unhas.ac.id

Website

: http://journal.indoseaweedconsortium.or.id/

SAMPUL DEPAN:

Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii

umur 30 hari di Unit Bisnis Pembibitan

Rumput Laut PUI-P2RL-UNHAS (Foto: Ermina Pakki)

(3)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33 ISSN 2548-4494

Perkembangan Spora

Kappaphycus alvarezii

Varietas Hijau Menjadi Tallus Muda pada

Substrat Berbeda

The Development of Green Variety Spores of

Kappaphycus alvarezii

up to Young Thallus Reared in

Different Type of Substrate

Intil Juniarta1, Rajuddin Syamsuddin1,3, Hasni Yulianti Azis1, Inayah Yasir2,3

Diterima: 13 Juni 2016 Disetujui: 01 Juli 2016

ABSTRACT

This research aims to determine the type of substrate suitable for seaweed sporesKappaphycus alvareziiattachment. This research was conducted on February-April 2014, at Mini Hatchery of Marine Science and Fishery Faculty, Hasanuddin University, Makassar. The substrates used were large-mesh size net, dacrone, and small-mesh size net. The experimental design used in this research was a Complete Randomized Design (CRD) with three different substrate treatments and five replications. The variables observed were the spores and plantlets development and thallus weight. Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), continued with W-Tukey test. The results showed that spore on dacrone substrate produce the highest average weight than others. In addition, thallus with dacrone substrate had shown the best development than the others.

Keywords:Kappaphycus alvarezii, spores, thallus, substrate.

PENDAHULUAN

Rumput laut (seaweed) menempati posisi penting dalam produksi perikanan Indonesia. Rumput laut merupakan salah satu komoditas unggulan dalam sektor perikanan karena permintaan yang terus meningkat, baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk ekspor. Kebutuhan rumput laut diperkirakan terus meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan untuk konsumsi langsung maupun industri makanan, farmasi dan kosmetik (Kordi, 2010). Data ekpor rumput laut lima tahun terakhir terus mengalami peningkatan, pada tahun 2010 nilai ekspor rumput laut mencapai 2,8 juta ton, tahun 2011 mencapai 3,2 juta ton, tahun 2012 3,8 juta ton, tahun 2013 6,1 juta ton, dan pada tahun 2014 nilai ekspor mencapi 7,5 juta ton.

Jenis rumput laut yang banyak dibudidayakan dan diekspor di Sulawesi Selatan terdapat dua jenis yaitu Jenis Kappaphycus alvarezii dan Gracilaria

sp. Untuk jenis K.alvarezii dikembangkan melalui usaha budidaya di laut sedangkan Gracilaria sp. dikembangkan melalui budidaya tambak.

K. alvarezii merupakan jenis rumput laut tropis penghasil utama karaginan. Menurut Basmal et al.

(2009), peningkatan permintaan karaginan global setiap tahun mencapai 5%. Produksi karaginan per tahun mencapai ± 58,930 ton, yang dimanfaatkan untukdairy product 33%,food grade25%, produk daging dan ayam 15%, water gel15 %, pasta gigi 6% dan lainnya 6% (Basmalet al., 2009).

1Prog. Studi Budidaya Perairan, Universitas Hasanuddin 2Departemen Ilmu Kelautan, FIKP Univ. Hasanuddin 3PUI-P2RL Universitas Hasanuddin

Rajuddin Syamsuddin ( )

Email: rajuddin_syamsuddin@yahoo.com

Namun, tingginya permintaan pasar tersebut tidak luput dari isu rendahnya kualitas dan kontinyuitas produksi karaginan (Neish, 2007). Salah satu penyebab timbulnya permasalahan tersebut karena pertumbuhan dan produksi K. alvarezii sangat dipengaruhi musim (Doty, 1996)

Dalam usaha budidaya rumput laut di Indonesia masih digunakan teknik vegetatif (tallus sebagai bibit). Namun yang menjadi kendala adalah keter-batasan benih tallus dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan ketersediaan tepat waktu. Tallus yang terus menerus digunakan bahkan sudah belasan tahun digunakan sebagai bibit dari hasil panen budidaya sebelumnya digunakan untuk periode penanaman berikutnya, akan terus menga-lami penurunan kualitas sehingga dapat menye-babkan penurunan produksi rumput laut. (Paren-rengi & Sulaeman, 2007).

Salah satu teknik penyediaan bibit yang diharapkan dapat mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara teknik penyediaan benih melalui pensporaan Syamsuddinet al.(2009).

Substrat merupakan salah satu faktor penentu pertumbuhan dan perkembangan spora menjadi tallus muda. Spora akan melekat pada jenis substrat yang memiliki permukaan yang kasar dan berserat, spora yang melekat dan menempel pada jenis substrat yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan spora menjadi tallus muda (Sunaryat, 2004).

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka dipandang perlu dilakukan penelitian tentang perkembangan spora dengan menggunakan jenis substrat yang berbeda dalam menentukan jenis substrat yang sesuai untuk penempelan dan per-tumbuhan spora rumput laut K. alvarezii melalui

(4)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33

28 Juniarta, dkk.

pemeliharaan pada wadah terkontrol sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan teknik pertumbuhan spora rumput lautK. alvarezii.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan pada Februari sampai April 2014, dimulai dengan persiapan penelitian selama satu minggu dan percobaan perkembangan spora dengan substrat berbeda selama 45 hari, bertempat di Hatchery Mini Fakultas Ilmu Kelautan dan Per-ikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Wadah yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium dengan panjang, lebar dan tinggi masing-masing 10 cm. Akuarium yang akan digunakan telah disterilkan dengan menggunakan deterjen. Akuarium yang telah dibersihkan diisi air laut dengan volume kurang dari satu liter per akuarium dan dipasang penyuplai oksigen atau aerator. Substrat yang digunakan berupa waring kasar, dakron, dan waring hijau, masing-masing substrat berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang dan lebar 9x3 cm, substrat dilekatkan pada lembaran kaca yang berukuran 9x9 cm, dengan menggunakan lem.

Bahan uji yang digunakan untuk penelitian ini adalah spora yang diperoleh dari hasil pelepasan spora yang telah dilakukan oleh Syamsuddin et al.

(2009) yang dilakukan di hatchery (Laboratorium

Basah) Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin.

Pelepasan spora dilakukan dengan cara menggun-cang spora yang sudah menempel pada gelas obyek ke permukaan akuarium. Spora yang telah terlepas ditunjukkan dengan tidak adanya lagi spora yang melekat pada gelas obyek dengan cara mengamati di bawah mikroskop. Untuk penumbuhan spora menjadi tallus muda, masing-masing substrat yang sudah berisi spora yang dilepaskan dari gelas obyek dibiarkan melekat dan tumbuh menjadi tallus dan melekat pada substratnya. Pengamatan dilakukan sekali selama penelitian berlangsung yaitu pada akhir penelitian, pengamatan perkembangan spora yang menempel pada substrat diamati mengguna-kan mikroskop dan divisualisasimengguna-kan dalam bentuk gambar dengan menggunakan kamera digital. Sebagai data penunjang, maka dilakukan pengukur-an parameter kualitas air seperti salinitas, pH dpengukur-an suhu sebanyak tiga kali dalam sehari yaitu : pagi (07:00), siang (13:00) dan sore (17:00). Kemudian untuk pengukuran kualitas air lainnya seperti: Mg, NH3, NH4,NO3,CO2dan PO4dilakukan pengukuran

satu kali selama penelitian di laboratorium.

Untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap per-kembangan spora dilakukan Analisis Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan. Masing-masing perlakuan dengan lima kali ulangan (Gambar 1).

Gambar 1. Rancangan penelitian dengan tiga perlakuan tipe substrat dengan masing-masing tiga ulangan.

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah substrat yang berbeda, yaitu waring (Gam-bar 2A), dakron (Gam(Gam-bar 2B) dan waring hijau (Gambar 2C). Sebagai tempat penempelan substrat digunakan lembaran kaca berukuran 9x9 cm. Lembaran kaca tempat menempel substrat tersebut masing-masing diletakkan pada dasar akuarium. Setiap wadah percobaan dilengkapi dengan aerator untuk meratakan penyebaran zat hara dan oksigen yang dibutuhkan untuk perkembangan spora dan mencegah partikel-partikel melekat pada tallus. Penelitian ini dilengkapi pula dengan pencahayaan dari lampu TL (neon) untuk menjamin fotosintesis (Gambar 3).

Gambar 2. Substrat yang digunakan dalam penelitian adalah waring (A), dakron (B) dan waring hijau (C).

(5)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33

Perkembangan sporaKappaphycus alvareziivarietas coklat... 29

Gambar 3, Posisi substrat pada wadah pemeliharaan Peubah yang diamati adalah perkembangan spora dan planlet (bakal tallus) menjadi tallus muda. Pengukuran berat tallus dihitung dengan rumus berikut ini:

Ket. BT : Berat tallus (g) A : Berat substrat (g)

B : Berat subtrat dengan thalus (g)

Pengambilan gambar ditujukan untuk menganalisa perkembangan spora atau planlet menjadi tallus muda, keadaan pigmen dan percabangn tallus. Pengambilan gambar dilakukan pada akhir peneli-tian. Untuk pengukuran berat tallus digunakan timbangan analitik (g).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bobot Tallus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, spora yang tumbuh menjadi tallus muda banyak terlihat pada substrat dakron dengan bobot rerata tallus 13,96±4,18 g. Selanjutnya secara berturut turut adalah pada substrat waring hijau dengan bobot rerata tallus 3,68±1,86 g dan substrat plastik kasa nyamuk dengan bobot rata-rata tallus 3,09± 1,39 g (Gambar 4).

Gambar 4. Bobot rata-rata tallus K. alvarezii yang tumbuh pada substrat berbeda

Berdasarkan hasil analisis ragam atau ANOVA, jenis substrat yang berbeda memberikan pengaruh yang signifikan terhadap bobot rerata tallus K. alvarezii (P<0,05). Hasil uji lanjut Tukey menun-jukkan bahwa substrat dakron memiliki bobot rerata

tallus yang tertinggi, kemudian sustrat waring hijau dan waring kasar memberikan pengaruh yang sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa substrat dakron memberikan bobot rerata tallus terbaik dibanding-kan substrat plastik kasa nyamuk dan waring hijau untukK. alvareziivarietas cokelat (Pansuri, 2014). Substrat merupakan salah satu faktor yang mem-pengaruhi proses penempelan spora hingga menjadi tallus (Lobban & Harrison, 1994). Spora K. alvarezii cenderung tertarik pada substrat dengan tekstur kasar untuk proses penempelan yang lebih mudah (Kasim & Asnani,2012). Dakron memiliki tekstur berserat dan kasar, sehingga hal tersebut memungkinkan spora K. alvarezii melakukan proses penempelan dengan baik bila dibandingkan dengan jenis substrat uji lainnya, karena substrat artifisial dengan tekstur kasar seperti dakron berpotensi digunakan sebagai pengganti substrat alami seperti batuan karang atau kulit kelapa yang selama ini umum dipakai untuk substrat menem-pelnya spora (Yudiatiet al., 2004).

Pengamatan Perkembangan Spora Menjadi

Tallus Muda

Substrat plastik kasa nyamuk

Spora rumput lautK. alvareziimampu berkembang hingga membentuk rumput laut muda dengan tallus yang bercabang (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa pada substrat plastik kasa nyamuk, spora dapat tumbuh menjadi tallus muda.

Tabel 1. Spora K. alvarezii pada substrat plastik kasa nyamuk

Ulangan PerkembanganSpora Narasi Referensi

I

Spora telah berkembang menjadi tallus muda dan memiliki cabang tidak beraturan. II

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki perca-bangan dan pigmen III

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki perca-bangan dan pigmen IV

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki perca-bangan dan pigmen V

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki perca-bangan dan pigmen

(6)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33

30 Juniarta, dkk.

Percabangan yang terbentuk dapat dilihat, namun jumlahnya tidak begitu banyak. Pada beberapa ulangan tampak pula sebagian spora yang tidak tumbuh. Selain itu, pada beberapa ulangan terlihat perkembangan tallus yang agak kurus, dengan pigmen warna yang tidak begitu banyak. Hal tersebut diduga mempengaruhi perolehan bobot rerata tallus pada akhir penelitian yang cenderung rendah. Lobban & Harrison (1994) menyatakan banyak faktor yang mempengaruhi penempelan dari spora hingga tumbuh menjadi tallus seperti pH, salinitas, temperatur, intensitas cahaya, aktif atau tidaknya spora, viskositas dari perairan, lapisan microfilm yang ada pada subtrat, kekasaran subtrat, kemampuan polasisari spora terhadap subtrat, dan kemampuan adhesi spora terhadap subtrat. Perkem-bangan spora dapat dilihat pada Tabel 1.

Substrat Dakron

Spora mampu menempel dengan baik, berkecam-bah dan membentuk tallus dengan banyak per-cabangan dan pigmen warna yang cerah (Tabel 2). Tabel 2. Pengamatan spora K. alvarezii pada substrat

dakron

Ulangan PerkembanganSpora Narasi Referensi

I

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki percabang-an dpercabang-an pigmen

II

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki percabang-an dpercabang-an pigmen

III

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki percabang-an dpercabang-an pigmen

IV

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki percabang-an dpercabang-an pigmen

V

Spora telah ber-kembang menjadi tallus muda yang memiliki percabang-an dpercabang-an pigmen

Hal tersebut diduga mempengaruhi perolehan bobot rerata tallus yang cenderung lebih tinggi diban-dingkan dengan perlakuan lainnya. Kasim & Asnani (2012) menjelaskan bahwa spora rumput laut jenis K.alverazii ditemukan sangat banyak

melekat pada karang mati sehingga menutupi hampir separuh bagian dari tiap batuan di Teluk Mannar India. Pendapat ini dikuatkan Doty (1996) yang menjelaskan bahwa perlekatan E. cottonii

sangat baik di alam khususnya pada batuan karang mati yang mempunyai pori dan sebagian karang hidup dengan bentuk koloni tallus yang panjang, bahkan menjadi alien spesies untuk komunitas karang di Perairan Kane Ohe Hawai.

Substrat Waring Hijau

Pada substrat ini, beberapa spora berhasil menem-pel dan berkecambah hingga membentuk tallus. Percabangan pada tallus juga terlihat, namun jumlahnya sedikit. Pada beberapa ulangan, per-kembangan tallus agak kurus, dengan pigmen warna yang tidak begitu banyak. Hal tersebut diduga mempengaruhi perolehan bobot rerata tallus pada akhir penelitian yang cenderung rendah. Tabel 3. Pengamatan Spora K. alvarezii pada substrat

waring hijau

Ulangan PerkembanganSpora Narasi Referensi

I

Spora telah ber-kembang menja-di tallus muda yang memiliki percabangan dan pigmen II

Spora telah ber-kembang menja-di tallus muda yang memiliki percabangan dan pigmen III

Spora telah ber-kembang menja-di tallus muda yang memiliki percabangan dan pigmen IV

Spora telah ber-kembang menja-di tallus muda yang memiliki percabangan dan pigmen V

Spora telah ber-kembang menja-di tallus muda yang memiliki percabangan dan pigmen

Parameter Kualitas Air

Pertumbuhan spora menjadi tallus muda rumput laut K. alvareziidipengaruhi oleh faktor fisika dan kimia, seperti: suhu, pH,salinitas, amonium (NH4),

amoniak (NH3), nitrat (NO3), fospat (PO4),

magne-sium (Mg), dan kardioksida (CO2) serta intensitas

(7)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33

Perkembangan sporaKappaphycus alvareziivarietas coklat... 31

Data kualitas air yang dikukur selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama penelitian

No Parameter Satuan Hasil KelayakanKisaran Awal Akhir`

1 Suhu 0C 30 30 25–30

2 Salinitas ppm 33 32 30–35 3 pH 7,00 7,01 7,5–8 4 CO2 ppm 34 36

5 IntensitasCahaya lux 356 560 380–720 6 Nitrat(NO 3) ppm 1,188 1,04 0,9–3,5 7 Fosfat(PO 4) ppm 5,13 20,03 0,50–1,88 8 Magnesium(Mg) ppm 292,29 1.581 -9 Amonium(NH 4) ppm 0,282 0,487 0,5 Suhu

Menurut Mubarak & Wahyuni (1981) temperatur merupakan faktor sekunder bagi kehidupan rumput laut dan fluktuasi yang tinggi akan dapat terhindar dengan adanya water mixing. Crebs dalam Apri-yana (2006) menyatakan bahwa rumput laut akan dapat tumbuh dengan subur pada daerah yang sesuai dengan temperatur di laut.

Suhu air selama penelitian berkisar antara 25o

C-30oC, kisaran suhu tersebut masih mampu ditolerir

untuk perkembangan spora rumput laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soegianto (1998) yang menayatakan kisaran temperatur untuk pertumbuh-an Eucheuma yaitu 25oC–30oC, dimana pada

kisaran suhu tersebut merupakan puncak laju fotosintesis Eucheuma berlangsung. Selanjutnya Anggadiredja et al. (2006). Menyatakan kisaran suhu air yang optimal untuk pertumbuhan rumput laut yaitu 26oC-30oC.

Salinitas

Salinitas adalah jumlah (gram) zat larut dalam satu kilogram air laut, dengan asumsi semua karbonat telah diubah menjadi oksida, sedangkan brom, dan ion diganti oleh chlor. Semua bahan organik telah dioksidasi secara sempurna.

Salinitas perairan untuk organisme laut merupakan faktor lingkungan yang penting. Setiap organisme laut memiliki toleransi yang berbeda terhadap salinitas untuk kelangsungan hidupnya. Iksan (2005) menyatakan salinitas berhubungan erat dengan tekanan osmotik yang mempengaruhi keseimbangan tubuh organisme akuatik. Semakin tinggi kadar garam (salinitas) maka semakin besar pula tekanan osmotik air. Salinitas juga berhubu-ngan deberhubu-ngan proses osmoregulasi dalam tubuh organisme.

Kisaran salinitas selama penelitian adalah 32-33 ppt. Salinitas tersebut masih sesuai dengan kisaran salinitas yang baik untuk pertumbuhan Eucheuma

(Soegiarto, 1998). Menurut Dawes (1981), kisaran salinitas yang baik bagi pertumbuhanEucheumasp. adalah 30-35 ppt, meskipun menurut Zatnika & Angkasa (1994), salinitas perairan untuk budidaya jenisEucheumasp. adalah antara 28-34 ppt.

Derajat Keasaman (pH)

Menurut Boyd (1990), derajat keasaman merupakan konsentrasi ion hidrogen yang ada pada perairan tersebut. Keberadaan derajat keasaman (pH) dalam kegiatan budidaya rumput laut (E. cottonii) juga ikut mempengaruhi nilai pH pada selama penelitian yaitu 7,0-8,0.

Derajat keasaman (pH) merupakan faktor kimia yang menentukan pertumbuhan rumput laut. (Sudjiharno, 2001). Kisaran pH antara 7,3–8,2 sesuai untuk pertumbuhan rumput laut, sedangkan menurut Sukadi et al. (2005) bahwa pH optimal bagi pertumbuhanK. alvareziiberkisar 7.5–8.

Karbondioksida

Tumbuh-tumbuhan sangat memerlukan karbondi-oksida untuk melakukan kegiatan fotosintesis. Rumput laut K. alvarezii juga melakukan kegiatan fotosintesis untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhannya, sehingga rumput lautK. alvarezii

sangat membutuhkan karbondioksida untuk kegiat-an fotosintesis (Effendi, 2003). Nilai karbondiok-sida (CO2) yang diperoleh selama penelitian adalah

36,00 ppm.

Intensitas cahaya

Intensitas cahaya berperan penting dalam mengontrol proses reproduksi rumput laut (Setiyono, 1996). Intensitas cahaya berpengaruh terhadap proses fotosintesis alam yang akan menghasilkan energi yang antara lain digunakan untuk pengembangan organ reproduksi. Reproduk-si spora akan meningkat dengan meningkatnya intensitas cahaya pada batas-batas tertentu, meski-pun intensitas cahaya yang terlalu tinggi justru akan menghambat reproduksi spora.

Pada hasil pengamatan diperoleh kisaran intensitas cahaya antara 357-553 lux. Kisaran ini masih sesuai dengan standar spektrum yang digunakan untuk proses fotosintesis yaitu antara 380-720 lux (Dring, 1971).

Nitrat

Nitrat merupakan komponen zat hara yang penting untuk pertumbuhan rumput laut. Nitrogen adalah salah satu nutrient yang diperlukan oleh tumbuhan untuk proses fotosintesis. (Anggadiredja et al., 2006).

(8)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33

32 Juniarta, dkk.

Kisaran nilai nitrat yang diperoleh adalah 1,11–2,37 ppm. Kisaran nitrat terendah untuk pertumbuhan alga adalah 0,3-0,9 mg/l sedangkan untuk pertum-buhan optimal adalah 0,9-3,5 mg/l (Sulistijo, 1996). Menurut Boyd (1990), batas toleransi nitrat ter-endah untuk pertumbuhan alga adalah 0,1 ppm sedangkan batas tertingginya adalah sati ppm. Apabila kadar nitrat dibawah 0,1 atau di atas tiga ppm maka nitrat merupakan faktor pembatas.

Fosfat (FO4)

Kisaran phospat yang diperoleh selama penelitian adalah 0,22–5,03 ppm, kisaran ini melebihi batas optimal yang dibutuhkan oleh rumput laut. Menu-rut Gusriana (2006), kisaran fosfat yang layak untuk pertumbuhan rumput laut adalah 0,9–1,8 ppm, sedangkan menurut Effendi (2003) kisarannya adalah 0,02-1 mg/L.

Magnesium (Mg)

Magnesium diserap dalam bentuk ion Mg2+ dan

berfungsi untuk menyebarkan forus keseluruh per-mukaan tanaman (Lingga, 1999). Magnesium ber-peran sebagai aktifator enzim tertentu, terutama dalam peroses fosforiliasi dan sintasan protein seperti clorofil, pectin dan Mg-Oksalat (Sukadi et al., 2005).

Ammonium

Nitrogen diserap oleh rumput laut dalam bentuk NO3dan NH4yang akan diubah menjadi senyawa

asam amino dan protein, nitrogen dan memancu pertumbuhan tallus rumput laut. Nitrogen dalam bentuk ammonium diserap dalam jumlah yang lebih banyak daripada nitrat, urea atau asam amino. Tingkat penyerapan juga dipengaruhi oleh ion lain yang terdapat dalam media, seperti ammonium yang bisa menghambat penyerapan nitrat (Lobban & Harisson, 1994).

Pada hasil pengamatan diperolah peningkatan ammonium dari 0,282 ppm menjadi 0,487 ppm. Peningkatan nilai ammonium masih mampu di tolerir oleh rumput laut, hal ini sesuai dengan pendapat Hartomo & Widiatmoko (1994) menya-takan bahwa kadar ammonium yang layak untuk pertumbuhan rumput laut yaitu 0,5 ppm.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa struktur substrat mempengaruhi perkembangan spora menjadi tallus muda, semakin kasar permukaan substrat maka pertumbuhan dan perkembangan spora lebih baik jika dibandingkan dengan jenis substrat yang per-mukaannya lebih halus dan licin. Rumput laut tumbuh dan berkembang dengan baik pada substrat dakron jika dibandingkan dengan substrat plastik kasa nyamuk dan waring hijau.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis menyampaikan terima kasih kepada Prof. Dr. Ambo Tuwo atas saran dan tanggapannya terha-dap naskah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J.T, A. Zatnika, H. Purwoto & S. Istini. 2006. Rumput Laut, Pembudidayaan, Pengelolaan dan Pemasaran Komoditas Peri-kanan Potensial. Seri Agribisnis. Penebar Swadaya, Jakarta.

Apriyana, D. 2006. Studi Hubungan Karakteristik Habitat Terhadap Kelayakan Pertumbuhan dan Kandungan Karagenan AlgaEucheuma spino-sum di Perairan Kecamatan Bluto Kabupaten Sumenep.Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Basmal, J., B.B. Sedayu & B.S.B. Utomo. 2009. Mutu Semi Refined Carrageenan (SRC) yang Diproses Menggunakan Air Limbah Pengolah-an SRC yPengolah-ang Didaur UlPengolah-ang. Jurnal Pasca-panen dan Bioteknologi Kelautan dan Peri-kanan,4(1): 1-11.

Boyd, C.E. 1990.Water Quality in Ponds for Aqua-culture. Birmingham Publishing Co. Birming-ham, Alabama.

Dawes, J.C. 1981. Marine Botany. A Wiley Inter-cience Publication, John Wiley and Sons, New York.

Doty, M.S. 1996. The Production and Use of Eucheumain Case Studies of Seven Commer-cial Seaweed Research. FAO Techinical Paper No.281, Rome.

Dring, M.J. 1971. Light Quality and Photimor-phogenesis of Algae in Marine Environment. 14th European Marine Biology Symposium.

Cambridge University Press, pp. 375-392. Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi

Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta.

Gusriana. 2006. Budidaya Rumput Laut. Sinergi Pustaka, Bandung.

Hartomo & Widiatmoko. 1994. Teknologi Mem-bran. Andi Offset, Yogyakarta.

Iksan, K.H. 2005. Kajian Pertumbuhan, Produksi Rumput Laut (Eucheuma cottonii), dan Kandungan Karaginan pada Berbagai Bobot Bibit dan Asal Tallus di Perairan Desa Gura-ping Oba Maluku Utara. Tesis. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

(9)

Jurnal Rumput Laut Indonesia (2016) 1 (1): 27-33

Perkembangan sporaKappaphycus alvareziivarietas coklat... 33

Kasim, M. & Asnani. 2012. Penentuan Musim Reproduksi Generatif dan Preferensi Perekatan Spora Rumput Laut (Eucheuma cottonii). Unhalu, Kendari. Ilmu Kelautan, 17 (4): 209-216.

Kordi, K. 2010. Budidaya Rumput Laut K. alvarezii.Lily Publisher, Yogyakarta.

Lingga, P. 1999. Bercocok Tanam Tanpa Tanah. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lobban, Ch.S. & P.J. Harrison. 1994. Seaweed Ecology and Physiology. Cambridge Univ. Press, New York.

Pansuri, M.R. 2014, Perkembangan Spora Kappa-phycus alvarezii Variates Coklat Menjadi Tallus Muda pada Jenis Substrat Berbeda.

Skripsi. Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Hasanud-din, Makassar.

Mubarak, H. & I.S. Wahyuni. 1981. Percobaan Budidaya Rumput LautEucheuma spinosumdi Perairan Lorok Pacitan dan Kemungkinan Pengembangannya. Badan Litbang Pertanian Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikan-an.Bul. Panel, Perikanan, 1 (2): 157-166. Neish, I.C. 2007. An Analysis of the Trade in

Tropical Read Seaweeds and Their Products. SeaPlant.net Monograph No. HB2B 0808 V2, Makassar.

Parenrengi, A. & Sulaeman, 2007. Mengenal Rumput Laut, Kappaphycus alvarezii. Maros

Media Akuakultur, 2(1): 142-146.

Setiyono, H. 1996.Kamus Oseanografi. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta.

Soegianto, A. 1998. Ekologi Kuantitatif: Metode Analisis Populasi dan Komunitas. Penerbit Usaha Nasional, Jakarta.

Soegiarto, A. 1998. Rumput Laut (Algae) – Man-faat, Potensi dan Usaha Budidayanya. Lem-baga Oseanologi National. LIPI, Jakarta Utara. Sudjiharno. 2001. Teknologi Rumput Laut

Kappa-phycusalvarezii. Juknis Seri 8. Departemen Kelautan Perikanan Direktorat Jenderal Per-ikanan Budidaya Laut, Lampung.

Sukadi, F., E. Kusnendar, Mulyana, A. Surono, A. Ahda, E. Danakusumah, Sulistijo, J. Basmal, I. Effendi, A. Zatnika, I. Ismanadji, N. Runtu-boy, M. Suitha, R. Yunaidar, I.B. Santoso, I. Batubara, Setiawan, N. Kurnia, Taufik, A.B. Jindan, C. Marhel & Saunin. 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Sulistijo. 1996. Perkembangan Budidaya Rumput Laut di Indonesia.In: Pengenalan Jenis-Jenis Rumput Laut Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, pp. 45-50. Sunaryat. 2004. Pemilihan Lokasi & Budidaya

Rumput Laut. Inbudkad Budidaya Kerapu. BBL, Lampung.

Syamsuddin, R. 2009. Pengaruh Berbagai Para-meter Kunci Perairan Terhadap Pelepasan dan Perkembangan Spora Rumput Laut K. alvarezii. Laporan Penelitian Stranas, Yogya-karta.

Yudiati, E.E, S. Susilo & C.A. Suryono. 2004. Teknik Setting SporaGracilaria gigasSebagai Penyedia Benih Unggul dalam Budidaya Rum-put Laut. UNDIP. Semarang.Ilmu Kelautan, 9 (1): 37-40.

Zatnika, A & W.I. Angkasa. 1994. Teknologi Budidaya Rumput Laut. Pekan Akuakultur V. BPPT, Jakarta.

(10)

Format Penulisan Jurnal Rumput Laut Indonesia

Naskah merupakan hasil penelitian yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan hurufTime New Roman font 11.Panjang naskah tidak lebih dari 10 halaman yang diketik satu spasi pada kertas ukuran A4, dengan jarak 2,5cm dari semua sisi, tanpaheadnotedanfootnote.

Bagian awal tulisan terdiri atas judul dalam bahasa Indonesia dan bahasa Inggris; nama penulis denganfootnote

berisi nama institusi penulis dan alamat email penulis korespondensi; serta abstrak dan keywords yang ditulis dalam bahasa Inggris. Abstrak tidak lebih dari 250 kata yang berisi tentang inti permasalahan atau latar belakang penelitian, cara penelitian atau pemecahan masalah, dan hasil yang diperoleh. Keywords merupakan kata yang menjadi inti dari uraian abstrak.Keywordsmaksimal lima kata, istilah yang lebih dari satu kata dihitung sebagai satu kata. Bagian utama tulisan terdiri atas, pendahuluan, metode penelitian, hasil dan pembahasan, dan kesimpulan dan saran. Bagian akhir tulisan terdiri atas ucapan terima kasih (jika ada), dan daftar pustaka.

Dalam penulisan naskah, semua kata asing ditulis dengan huruf miring. Semua bilangan ditulis dengan angka, kecuali pada awal kalimat dan bilangan bulat yang kurang dari sepuluh harus dieja. Rumus matematika ditulis secara jelas denganMicrosoft Equationatau aplikasi lain yang sejenis dan diberi nomor.

Tabel harus diberi judul yang jelas dan diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul tabel diletakkan sebelum tabel. Batas tabel berupa garis hanya menjadi pembatas bagian kepala tabel dan penutup tabel, tanpa garis pembatas vertikal. Tabel tidak dalam bentuk file gambar (jpg). Keterangan diletakkan di bawah tabel.

Gambar diberi nomor sesuai urutan penyajian. Judul gambar diletakkan di bawah gambar dengan posisi tengah (center justified). Gambar diletakkan di tengah, kualitas gambar harus jelas dan tidak pecah bila dibesarkan (minimal 1000 px). Gambar dilengkapi dengan keterangan yang jelas. Bilamana gambar dalam bentuk grafik yang dibuat di excel, maka gambar dikirimkan dalam bentuk excel, kecuali bila menggunakan Word 2010 atau yang lebih mutakhir, sehingga gambar dapat diedit bilamana diperlukan.

Penulisan daftar pustaka menggunakan sistemHarvard Referencing Standard. Semua pustaka yang tertera dalam daftar pustaka harus dirujuk di dalam naskah. Kemutakhiran referensi sangat diutamakan. Bila penulis pertama memiliki lebih dari satu referensi dengan tahun yang sama, maka penandaan tahun ditambahkan dengan a, b, c, d, dst berdasarkan urutan kemunculan di dalam tulisan. Penulisan disesuaikan dengan tipe referensi, yaitu buku, artikel jurnal, prosiding seminar atau konferensi, skripsi, tesis atau disertasi, dan sumber rujukan dari website. A. Buku dan Tulisan Dalam Buku:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul Buku dicetak miring.

Edisi, Penerbit. Tempat Publikasi. Contoh:

O’Brien, J.A. & J.M. Marakas. 2011. Management Information Systems. Edisi 10. McGraw-Hill. New York-USA.

B. Tulisan dalam Buku:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Judul Tulisan. In (Nama belakang, nama depan disingkat dari editor) (Ed.) Judul Buku dicetak miring. Vol. Nomor. Penerbit. Tempat Publikasi, Rentang Halaman. Contoh:

Zhang, J. & B. Xia. 1992. Studies on two newGracilariafrom South China and a summary ofGracilariaspecies inChina. In Abbott, I. A. (Ed.) Taxonomy of Economic Seaweeds with Reference to Some Pacific and WesternAtlantic Species, Vol. III. Report no. T-CSGCP-023, California Sea Grant College Program, La Jolla, CA, pp. 195–206.

C. Artikel Jurnal:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Jurnal dicetak miring, Vol, Nomor, rentang halaman. Contoh:

Cartlidge, J. 2012. Crossing boundaries: Using fact and fiction in adult learning. The Journal of Artistic and Creative Education, 6 (1): 94-111.

D. Prosiding Seminar atau Konferensi:

Penulis 1, Penulis 2 dst. (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul artikel. Nama Konferensi dicetak miring. Tanggal, Bulan dan Tahun, Kota, Negara, Halaman. Contoh:

Michael, R. 2011. Integrating innovation into enterprise architecture management. Proceeding on Tenth International Conference on Wirt-schafts Informatik. 16-18 February 2011, Zurich, Swis, pp. 776-786.

E. Skripsi, Tesis atau Disertasi:

Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat). Tahun publikasi. Judul. Skripsi, Tesis, atau Disertasi dicetak miring.Universitas, Kota. Contoh:

Soegandhi. 2009. Aplikasi model kebangkrutan pada perusahaan daerah di Jawa Timur. Tesis. Fakultas Ekonomi Universitas Joyonegoro, Surabaya.

F. Sumber Rujukan dari Website:

Penulis. Tahun. Judul. Alamat Uniform Resources Locator dicetak miring (URL). Tanggal Diakses. Contoh:

Ahmed, S. dan A. Zlate. Capital flows to emerging market economies: A brave new world?.

(11)

JRLI Vol. 1 No. 1 Hal. 1 - 70 Makassar, Agustus 2016 ISSN 2548-4494

Fachri Kurnia Bhakti, Sutinah Made, Mardiana Ethrawaty Fachry

Fadhilah Abidin, Shinta Werorilangi, Rahmadi Tambaru

Rima, Budiman Yunus, Mohammad Tauhid Umar, Ambo Tuwo

Intil Juniarta, Rajuddin Syamsuddin, Hasni Yulianti Azis, Inayah Yasir

Katarina Hesty Rombe, Inayah Yasir, Muh. Anshar Amran

Khusnul Khatimah, Muhammad Farid Samawi, Marzuki Ukkas

La Mala, Gunarto Latama, Abustang, Ambo Tuwo

Nur Astuti, Siti Aslamyah, Yushinta Fujaya

Awaluddin, Badraeni, Hasni Yulianti Azis, Ambo Tuwo

Fajriyati Mas'ud, Zulmanwardi, Leny Irawati

Kondisi Pemasaran Rumput Laut

Gracilaria sp. Melalui Pendekatan SCP di Kabupaten Luwu

Biokonsentrasi

Fleshy

Macroalgae Terhadap Logam Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) di Pulau

Bonebatang, Barranglompo, dan Lae-Lae Caddi, Kota Makassar

Performa Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii pada Habitat Berbeda di Perairan Kecamatan

Arungkeke, Kabupaten Jeneponto

Perkembangan Spora

Kappaphycus alvarezii Varietas Hijau Menjadi Tallus Muda pada Substrat

Berbeda

Komposisi Jenis dan Laju Pertumbuhan Makroalga Fouling pada Media Budidaya Ganggang Laut di

Perairan Kabupaten Bantaeng

Analisis Kandungan Logam Timbal (Pb) pada

Caulerpa racemosa yang Dibudidayakan di Perairan

Dusun Puntondo, Kabupaten Takalar

Analisis Perbandingan Pertumbuhan Rumput Laut

Kappaphycus alvarezii Varietas Coklat yang Terkena

Epifit di Perairan Libukang, Kabupaten Jeneponto

Pengaruh Berbagai Dosis Rumput Laut Gracilaria gigas Terfermentasi Terhadap Kualitas Pakan dan

Respon Kepiting Bakau

Scylla olivacea

Perbedaan Kandungan Karaginan dan Produksi Rumput Laut Kappaphycus alvarezii antara Bibit Alam

dan Bibit Hasil Pengkayaan

Optimalisasi Konsentrasi Bahan Kimia untuk Ekstraksi Alginat dari

Sargassum siliquosum

1 - 7

8 - 16

17 - 26

27 - 33

40 - 45

46 - 51

52 - 56

57 - 64

65 - 70

34 - 39

urnal

Rumput Laut Indonesia

J

ISSN 2548-4494

Vol. 1 No. 1, Agustus 2016

Gambar

Gambar  1.  Rancangan  penelitian  dengan  tiga perlakuan  tipe  substrat  dengan masing-masing  tiga ulangan.
Gambar 4. Bobot  rata-rata  tallus K.  alvarezii yang tumbuh pada substrat berbeda
Tabel 3. Pengamatan  Spora K.  alvarezii pada  substrat waring hijau
Tabel 4. Hasil pengukuran parameter kualitas air selama penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pihak Pertama berjanji akan mewujudkan target kinerja yang seharusnya sesuai lampiran perjanjian ini, dalam rangka mencapai target kinerja jangka menengah seperti

Berbeda dengan buku yang disunting Kunkler dan Stepan yang lebih menekankan dimensi aktor bagi ketahanan demokrasi di Indonesia, buku Horowitz mengajukan analisis yang

Bagi Produsen, produsen dapat menggunakan hasil penelitian sebagai informasi pendukung, supaya dapat memahami gambaran persepsi dari konsumen sehingga dapat

Hal ini tentu semakin menunjukkan bahwa sudah timbul gejala over budget yang mungkin akan selalu terjadi pada perusahaan dikarenakan munculnya biaya-biaya yang tidak terduga

Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal atau fistel pra-anal, disebabkan Hampir semua fistula ani, yang biasanya disebut fistel perianal

Percobaan ini akan mengimplementasikan sebuah studi kasus dari rangkaian sekuensial, yaitu perempatan jalan yang mempunyai 4 buah lampu lalulintas Dua implementasi berbeda

Dalam tahun yang sama telah berhasil dilakukan penawaran umum terbatas saham (Right issue) yang pertama dan hasilnya digunakan untuk pengalihan 100% saham milik

Menurut hasil wawancara dengan Ibu Siti guru kelas 2 A, kendala yang di hadapi dalam implementasi pembelajaran tematik pada materi kurikulum 2013 untuk kelas bawah