• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MANUSIA DAN KEHIDUPAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENDIDIKAN AGAMA ISLAM MANUSIA DAN KEHIDUPAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

MANUSIA DAN KEHIDUPAN

Dosen Pembimbing: Mohammad solichin Penyusun: Kiki irwan p ( 16612109 ) Viki hernanda ( 16612110 ) Muhammad asyruddin ( 16612111 ) Mohammad fachrizal agustian ( 16612112 )

Arifin nurrochman (16612113 ) Maulana abdillah ( 16612114)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GRESIK

TAHUN AJARAN 2016 – 2017

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat Allah SWT. Dzat yang menciptakan alam seisinya. Dzat yang memperjalankan siang dan malam dengan teratur, dialah satu - satunya dzat yang wajib di sembah oleh hamba - hamba-Nya. Dia Yang Maha Kuasa Lagi Maha Bijaksana.

Makalah ini dibuat dengan tema “Manusia dan Kehidupan”, atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka kami mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak mohammada solichin selaku dosen pembimbing mata kuliah Pendidikan Agama Islam, yang memberikan bimbingan, saran, ide dan kesempatan untuk memberikan keringanan waktu pengumpulannya.

2. Rekan – rekan semuanya yang sudah bisa membantu terbentuknya makalh ini dengan baik. Dan telah berkontribusi dengan memberikan bantuan baik materi maupun pikirannya.

Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini

Gresik, 13 oktober 2016

penyusun

(3)

Cover……… i

Kata Pengantar ………. ii

Daftar isi……… iii

BAB I PENDAHULUAN ………

Latar belakang ………

BAB II PEMBAHASAN ………. 1. Perjalanan hidup manusia dari alam ruh hingga hari akhirat ……… 2. Ragam Orientasi hidup manusia ………. 3. Tujuan dan fungsi penciptaan manusia ………. 4. Hidup sukses dalam pandangan al Qur’an ………. BAB III PENUTUP ………

Kesimpulan………… ………. Saran……… DAFTAR PUSTAK……….

(4)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manusia selalu berinteraksi dengan sesama serta dengan lingkungan. Manusia hidup berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Bidup dalam kelompok tentu tidaklah mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan yang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati dan menghargai kepada orang yang lebih tua.

Dalil tentang menghormati : “Bukanlah termasuk golongan kami siapa saja yang tidak menghormati orang yang lebih tua, menyayangi yang lebih muda dan mengenal hak orang ‘alim kita.” (HR Ahmad dan Hakim, dihasankan oleh Al-Albani di dalam Shahihul Jami’ no. 4319)

BAB II PEMBAHASAN 1. Perjalanan hidup manusia dari alam ruh hingga hari akhirat

(5)

Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan, penuh liku-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akhirat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia, surga atau neraka. Al-Qur’an dan Sunnah telah menceritakan setiap fase dari perjalanan panjang manusia itu.

Al-Qur’an diturunkan Allah swt. kepada Nabi Muhammad saw. berfungsi untuk memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah) tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia, tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah swt. dari tidak ada menjadi ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah ditetapkan Allah swt.

Saat ini ada dua teori yang menyesatkan orang banyak. Al-Qur’an dengan tegas membantah teori itu. Pertama, teori yang mengatakan manusia ada dengan sendirinya. Dibantah Al-Qur’an dengan hujjah yang kuat, bahwa manusia ada karena diciptakan oleh Allah swt. Kedua, teori yang mengatakan manusia ada dari proses evolusi panjang, yang bermula dari sebangsa kera kemudian berubah menjadi manusia. Teori ini pun dibantah dengan sangat pasti bahwa manusia pertama adalah Adam as. Kemudian selanjutkannya anak cucu Adam as. diciptakan Allah swt. dari jenis manusia itu sendiri yang berasal dari percampuran antara sperma lelaki dengan sel telur wanita, maka lahirlah manusia.

Rasulullah saw. semakin mengokohkan tentang kisah rihlatul insan. Disebutkan dalam beberapa haditsnya. “Jadilah kamu di dunia seperti orang asing atau orang yang sedang musafir” (HR Bukhari). Dalam hadits lain: ”Untuk apa dunia itu bagiku? Aku di dunia tidak lebih dari seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya” (HR At-Tirmidzi).

1. Alam Arwah

Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah swt. setelah sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin, bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan dipersiapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, manusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan memakmurkannya.

Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an: Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.” (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (Al A’raf: 172).

Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan agama yang lurus. Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama

(6)

yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. (Ar-Ruum: 30). Rasulullah saw. bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fitrah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashrani atau Majusi.” (HR Bukhari)

2. Alam Rahim

Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam (6):2, Al Hijr (15):26,28,29, Al Mu’minuun (23):12, Al Ruum (30):20, Ar Rahman (55):4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun (23):12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1. Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa). 2. Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3. Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah. 4. Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

A. Setetes Mani

Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.

Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

(7)

B. Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah.

"Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah". (al ‘Alaq/96:2).

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

C. Pembungkusan Tulang oleh Otot

Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)

Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.1[6]

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

D. Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).

(8)

3. Alam Dunia

Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, remaja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, sebagian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun.

Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas) dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manusia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesempatan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang menjadi landasan amal.

Allah Ta’ala telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Qur’an dan hadits sebagai penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memperturutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.

Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur keterbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehingga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.

Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan aturan Allah swt. atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala fasilitas yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah Allah atau tidak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk pemuas kesenangan sesaat. Rasulullah saw. memberikan contoh bagaimana hidup di dunia. Ibnu Mas’ud menceritakan bahwa Rasulullah saw. tidur diatas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai Rasulullah saw., bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.” Rasululah saw. bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian pergi dan meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)

Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian. Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang beriman atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau

(9)

miskin, tua atau muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan segala sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Kematian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dunia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.

2. RAGAM ORIENTASI HIDUP MANUSIA

Hidup di dunia ini tidak berjalan lurus dan abadi. Allah menciptakan kehidupan penuh dengan warna-warni yang pasti dirasakan oleh setiap manusia. Ada rasa sedih dan duka, ada pula rasa senang dan gembira yang mewarnai hidup manusia silih berganti. Tak ada yang tetap. Dari waktu ke waktu pasti lambat laun terus mengalami perubahan. Kalau diperhatikan orientasi dunia dan akhirat manusia maka akan terbagi menjadi tiga kelompok besar :

Pertama, kelompok yang menganggap bahwa hidup ini hanya satu kali. Oleh karena itu mereka beranggapan bahwa hidup ini harus dinikmati sepuas-puasnya. Mereka tidak meyakini ada kehidupan sesudah mati. Bila nyawa sudah tak lagi berada di raga, maka berakhirlah dan tak ada kelanjutannya. Demikian yang termaktub dalam Al Qur’an Surat Al Jatsiyah : 24.

Kedua, kelompok yang memburu dunia dengan meninggalkan akhirat, padahal mereka tahu ada kehidupan setelah mati. Akhirnya yang didapat hanyalah kesia-siaan. Sebab dunia tidak berlaku abadi, pada akhirnya semua akan musnah. Dunia yang dikejar tak dapat, akhirat yang ditinggalkan pun hilang begitu saja. Mereka tak memperoleh apa-apa.

Ketiga, kelompok yang menjadikan dunia sebagai sawah ladang untuk bercocok tanam dan hasilnya akan dinikmati di akhirat nanti. Mereka beranggapan bahwa dunia hanyalah sebagai tempat persinggahan. Segalanya akan kembali dan abadi di alam akhirat (QS. Al An’am : 32). Oleh karena itu hidup di dunia tidak boleh disia-siakan. Untuk menikmati hasil di akhirat harus melalui dunia sebagai sawah ladangnya.

Nah, termasuk kelompok yang manakah kita?

Pada hakekatnya, hidup di dunia ini hanyalah sebuah antrian panjang menuju pada kehidupan akhirat yang abadi. Sedangkan akhirat hanya bisa dicapai melalui pintu kematian. Namun jenis antrian yang satu ini saya yakin, tak ada seorangpun yang senang mendapat gilirannya. Bahkan kalau mungkin dihindari sejauh-jauhnya.

Kalau jenis antrian yang lain orang ramai-ramai ingin mendapatkan tempat terdepan. Antri karcis, antri sembako, antri berobat, apalagi antri untuk mengambil uang maka setiap orang pasti senang sekali ketika gilirannya dipanggil. Lega rasanya ketika telah berada di barisan

(10)

paling depan. Namun dalam antri menuju ajal, tak seorangpun ingin berada di barisan terdepan. Pasti, kalau boleh memilih yang belakangan saja.

Bagaimanapun, ajal tak akan pernah bisa dihindari, sebab waktunya telah ditetapkan Allah dan tak bisa diubah lagi. Kita ini hanyalah sekelompok manusia yang sedang mengalami antrian panjang. Menunggu saatnya berada di barisan terdepan. Yang lebih dulu dipanggil bukan mereka yang sudah tua usia. Banyak orang muda segar bugar malah mendahului yang tua. Bahkan bayi yang baru lahir malah berangkat lebih dahulu. Sedangkan manusia tidak tahu sudah di baris terdepan atau di barisan yang keberapa. Tak ada yang mengetahui waktu kematian seseorang selain Allah.

Dalam antrian yang satu ini, semua orang boleh keluar dari jalur antrian untuk melakukan apa saja dan berbuat apa saja sampai tiba saatnya mereka dipanggil. Sebab nomor panggilan sudah didapat sebelumnya, persis seperti kalau orang antri berobat di rumah sakit. Bila sudah sampai nomornya dipanggil, saat itulah orang akan langsung menghadap tanpa bisa menghindar lagi.

Allah berfirman : “…Setiap yang berjiwa pasti merasakan mati…” (QS. Ali Imran : 185)

Demikian pula dengan dunia beserta seluruh isinya, planet-planet dan seluruh semesta yang telah diciptakan Allah tak ada yang kekal. Semuanya pasti mengalami kehancuran, pada saatnya akan musnah.

Firman Allah : “Segenap apa yang dibumi akan musnah, sedangkan Dzat Tuhanmu akan tetap kekal selamanya. Yang penuh dengan Kebesaran dan Kemuliaan” (QS. Ar Rahman : 26-27).

Hanya Allah, Sang Maha Pencipta saja yang tidak pernah berada dalam baris antrian. Allah kekal dan abadi, tidak akan musnah ditelan masa. Allah yang mematikan, Allah pula yang menghidupkan atau membangkitkan seluruh makhluk setelah hari akhir nanti. Allah Maha Hidup, Menghidupkan dan Menghidupi seluruh makhluk yang diciptakannya. Demikian pula sebaliknya, Allah yang memanggil setiap manusia untuk menghadap pada-Nya.

Setiap manusia pasti merasakan dan akan mengalaminya. Kalaupun belum sampai saatnya, paling tidak kita akan merasakan kehilangan orang yang dicintai. Orang yang telah bersama kita sekian waktu. Orang yang telah membesarkan dan memelihara kita. Orangtua, saudara, sahabat, tetangga, keluarga dan yang lainnya. Kita pasti akan merasakan kehilangan mereka semua. Tinggal antriannya saja lebih dulu mana, mereka atau kita sendiri yang berada di barisan terdepan.

(11)

Tak ada yang bisa menghindar dari hal itu. Ketentuan Allah mutlak dan tak bisa ditawar-tawar. Yang tetap kekal dan abadi hanyalah Dzat Allah semata. Hal ini dipertegas oleh Allah dalam firman-Nya : “…Segala sesuatu akan binasa kecuali Dzat Tuhan…” (QS. Al Qashash : 88).

Demikian pula yang terjadi dengan bapak mertua beberapa hari yang lalu. Setelah terbaring sakit selama kurang lebih 20 hari, akhirnya Allah berkenan pula memanggilnya. Keluarga yang ditinggalkan harus ikhlas dan tabah, karena ketentuan Allah tak dapat diubah oleh siapa pun. Istri saya pun sudah ikhlas dengan kepergian bapaknya, sehingga rasa sedih dan duka tidak terjadi secara berlarut-larut.

Ketika orang meninggal dunia maka putuslah semua amalnya, kecuali tiga hal yaitu 1) amal jariyah atau amal kebaikan yang dikerjakan selama hidup, 2) ilmu yang bermanfaat, yang dimanfaatkan untuk kemaslahatan umat dan 3) anak yang sholeh, yang selalu mendoakan kedua orangtuanya. Hanya tiga itulah yang pahalanya selalu mengalir bagi mereka yang telah meninggal dunia. Insya Allah doa yang baik dari seorang anak untuk orangtuanya pasti sampai.

Satu catatan yang perlu digarisbawahi adalah bahwa setiap orang pasti merasakan. Merasakan kehilangan orang yang dicintainya dan pasti merasakan akhir dari kehidupannya. Meninggalkan atau ditinggalkan.

3. TUJUAN DAN FUNGSI PENCIPTAAN MANUSIA

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia itu mengabdi kepada Allah artinya sebagai hamba Allah agar menuruti apa saja yang diperintahkan oleh Allah swt.

Sedangkan fungsi dari penciptaan manusia ini secara global kami menyebutkan tiga kalsifikasi, yaitu:

1. Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi

Khalifah disini maksudnya menjadi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan segala isinya. Sebagai pedoman hidup manusia dalam melaksanakan tugas itu, Allah menurunkan agama-Nya. Agama menjelaskan dua jalan yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan membahayakannya.

Perbedaan tingkat yang akan diadakan oleh Allah di dalam masyarakat manusia, bukanlah suatu kesempatan bagi si kuat untuk menganiaya si lemah atau si kaya tidak memperdulikan si miskin, melainkan suatu penyusunan masyarakat ke arah kebaikan hidup bersama melalui tolong menolong.2[7]

2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’

Kehadiran Nabi Muhammad saw. di muka bumi ini mengemban misi sebagai ‘Rahmatal lil ‘Alamiin’ yakni suatu misi yang membawa dan mengajak manusia dan seluruh alam untuk 2[7] Prof. DR. Zakiah Daradjat. dkk, Dasar-dasar Agama Islam (Jakarta : 1986), hal : 48.

(12)

tunduk dan taat pada syari’at-syari’at dan hukum-hukum Allah swt. guna kesejahteraan perdamaian, dan keselamatan dunia akhirat.

Misi tersebut berpijak pada trilogy hubungan manusia, yaitu:

Ø Hubungan manusia dengan Tuhan, karena manusia sebagai makhluk ciptaan-Nya. Ø Hubungan manusia dengan masyarakat, karena manusia sebagai anggota masyarakat.

Ø Hubungan manusia dengan alam sekitarnya, karena manusia selaku pengelola, pengatur, serta pemanfaatan kegunaan alam.

3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

Fungsi ini mengacu pada tugas-tugas individual manusia sebagai hamba Allah swt. Tugas ini diwujudkan dalam bentuk pengabdian ritual kepada Allah swt. dengan penuh keikhlasan. Secara luas konsep ‘abd ini meliputi seluruh aktivitas manusia dalam kehidupannya. Semua yang dilakukan oleh manusia dalam kehidupannya dapat dinilai sebagai ibadah jika semua yang dilakukan (perbuatan manusia) tersebut semata-mata hanya untuk mencari ridha Allah swt.

4. HIDUP SUKSES DALAM PANDANGAN AL-QURAN

Untuk mendefinisikan kesuksesan, tiap-tiap orang akan mempunyai interpretasi sendiri, bergantung dari pengalaman dan visi hidupnya. Ada yang menyebut bahwa sukses adalah ketika orang berhasil meraih apa pun yang dia inginkan; ada pula yang menyebut bahwa sukses adalah ketika kita mampu menjadi orang yang bernilai.

Tak jarang pula yang menyebut bahwa sukses dalam hidup adalah ketika banyak uang. Apa pun pandangan orang tentang kesuksesan patut diapresiasi, selama takrif tersebut terarah untuk meraih kedekatan dengan Sang Pencipta.

Al-Quran sendiri mempunyai standard dan indikator kesuksesan seseorang dalam hidup. Sukses menurut al-Quran tak terletak pada banyaknya properti, uang, lahan bisnis, kekuasaan, atau jua popularitas.

“Demi masa, sungguh manusia dalam (keadaan) bangkrut, kecuali mereka yang beriman, mengerjakan kebajikan, saling menganjurkan (untuk menerima) kebenaran, dan saling manganjurkan (supaya tetap) sabar,” (QS. al-Ashr [103]: 1-3).

Jika tak bangkrut berarti untung atau sukses. Oleh sebab itu, dari surah di atas, indikator kesuksesan seseorang yang pertama menurut al-Qur’an adalah iman, berikut rangkaian ibadah yang sudah digariskan. Pasalnya, pernyataan ketauhidan bahwa Allah adalah sesembahan Yang Mahaesa dan Muhammad adalah rasulNya adalah kunci keselamatan seorang hamba. Tanpa keduanya, orang hanya akan mendapat sukses di dunia. Padahal, kehidupan yang utama adalah setelah berakhirnya alam fana ini.

(13)

Sementara itu, untuk membuktikan bahwa iman telah bersemayam dalam dada orang harus menampakkan kebajikan dalam segala hal. Kebajikan adalah akhlak, yang merupakan tujuan beragama. Tanpa akhlak atau kebajikan, iman seseorang akan rusak atau bahkan batal. “Maka berlomba-lombalah kalian (dalam berbuat) kebajikan,” (QS. al-Baqarah [2]:148).

Untuk memastikan selalu dalam kondisi terbaik guna melakukan kebajikan, orang kerap membutuhkan bantuan dan motivasi dari orang lain. Maka, sangat masuk akal ketika ada penegasan bahwa indikator ketiga adalah saling menganjurkan untuk menerima kebenaran, dari siapa saja.

Dari ayat ini, anjuran atau dakwah tak hanya menjadi monopoli seseorang atas lainnya. Setiap insan mempunyai kewajiban yang sama untuk saling mengingatkan, sekaligus untuk menerima peringatan dari siapa pun.

Kesadaran ini berfaedah karena dalam masyarakat kita, ada kecenderungan bahwa pemberi nasehat atau motivator adalah profesi, sehingga orang yang tak memiliki lisensi sebagai juru ceramah tak boleh memberikan masukan. Di saat yang sama, orang yang sudah telanjur menjadi tukang ceramah merasa tak sudi menerima nasehat dari yang lain.

Jika orang sudah berada di koridor yang benar, dia membutuhkan keuletan dan keteguhan untuk terus berada di lajur tersebut. Setiap saat, telinga menerima bisikan dan mata mendapat godaan. Sehingga, orang membutuhkan penyemangat dan stimulus untuk selalu dapat bertahan pada trek.

Demikian kesuksesan yang dikehendaki al-Quran. Hanya orang-orang baik yang menggenggam iman kehidupannya akan sempurna, di dunia dan akhirat. Jadi, sukses dalam Islam adalah nilai, bukan materi.

Mengomentari pentingnya menghayati pesan Allah di surah ini, Imam Syafi’i berkata, “Jika al-Qur’an tak memiliki surah lain selain al-Ashr, cukuplah surah ini sebagai petunjuk untuk manusia.” Wallahua’lam.

(14)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).

(15)

Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.

Terdapat dua pendapat mengenai asal usul manusia, yaitu bahwa asal usul manusia dari nabi Adam a.s yang merupakan pendapat para ahli agama sesuai dengan kitab-kitab suci sebagai dasar (termasuk agama Islam). Pendapat kedua berdasarkan penemuan fosil-fosil oleh para ilmuan yang berpendapat bahwa asal usul manusia sesuai dengan teori evolusi merupakan hasil evolusi dari kera-kera besar selama bertahun-tahun dan telah mencapai bentuk yang paling sempurna. Teori kedua yang dianggap ilmiah itu ternyata tidak mutlak karena antara teori dengan kenyataan tidak dapat dibuktikan.

Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

Allah menciptakan manusia dalam sebaik-baik bentuk, sehingga tidak ada satu makhlukpun yang lebih tinggi derajatnya dari manusia. Selayaknya ilmu perakitan komputer, maka Allah telah merakit manusia dengan sistem hardware dan software, lengkap, berkualitas tinggi dan multifungsi. Kesemua perangkat ini bekerja secara sinergis dan dinamis agar manusia bisa menjalankan fungsinya sebagai khalifah Allah di bumi.

Tujuan utama penciptaan manusia adalah agar manusia menyembah dan mengabdi kepada Allah swt. Sedangkan fungsi penciptaan manusia ke dunia, diklasifikasikan ke dalam tiga (3) pokok, yaitu:

1.Manusia sebagai Khalifah Allah di muka bumi 2. Manusia sebagai Warosatul Anbiya’ 3. Manusia sebagai ‘Abd (Pengabdi Allah)

SARAN

Setelah mengetahui asal usul dan bagaimana proses manusia itu diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

(16)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk.

Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini sangat ditunggu.

DAFTAR PUSTAKA http://muhfathurrohman.wordpress.com/2012/09/19/proses-kejadian-manusia-dan-nilai-nilai-pendidikan-di-dalamnya/ http://nyaknurul.blogspot.com/2011/03/asal-mula-kejadian-manusia.html http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html http://alhayaat.wordpress.com/2009/05/28/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam-dan-iptek/ http://hanykpoespyta.wordpress.com/2008/04/19/manusia-antara-pandangan-antropologi-dan-agama-islam/

(17)

Dr. Bucaille, Maurice. (1984). Asal-Usul Manusia Menurut Bibel, Al-Qur’an dan Sains. Bandung: Penerbit Mizan.

Syueb, Sudono. Buku Pintar Agama Islam. (2011). Percetakan Bushido Indonesia: Delta Media Prof. DR. Daradjat, Zakiah. dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam. Jakarta.

https://www.google.com/search?q=ANDRIIYANTY.BLOGSPOT.CO.ID %2F2013%2F5%2FKONSEP-ISLAM-TENTANG-PROSES+PENCIPTAAN.HTML&ie=utf- 8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&gws_rd=ssl#q=ANDRIIANTY.BLOGSPOT. https://www.google.com/search?q=ragam+orientasi+hidup+manusia&ie=utf-8&oe=utf-8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&gws_rd=ssl https://www.google.com/search?q=tujuan+dan+hidup+manusia&ie=utf-8&oe=utf- 8&aq=t&rls=org.mozilla:id:official&client=firefox-a&gws_rd=ssl#q=+hidup+sukses+dalam+pandangan+al-quran http://rimanews.com/budaya/agama/read/20150521/214024/Indikator-Kesuksesan-menurut-Al-Quran https://www.spiritualresearchfoundation.org/indonesian/arti-tujuan-hidup-manusia

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bermanfaat bagi proses penelitian yang dilakukan oleh penulis terutama dalam penyususnan kerangka teori yang memiliki hubungan dengan kinerja pada transaksi

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Sehingga memungkinkan suatu router akan meneruskan suatu paket dengan hanya melihat label yang melekat pada paket tersebut, sehingga tidak perlu lagi melihat alamat

koperasi adalah “ suatu perkumpulan yang beranggotakan orang-orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota, dengan bekerja sama secara

Dari hasil penelitian ditinjau dari masing-masing kriteria pada pemeriksaan menggunakan kriteria Amsel didapatkan bahwa ditemukannya clue cells pada

Data Surat Berharga dalam pos penyaluran dana Data surat berharga yang ditampilkan merupakan surat berharga yang diterbitkan oleh pihak ketiga bukan bank.. Data yang ditampilkan

Pencegahan primer bertujuan untuk eradikasi kuman streptokokus pada saat serangan DR dan diberikan fase awal serangan. Jenis antibiotika, dosis dan frekuensi pemberiannya dapat

Pengenalpastian kawasan yang hendak dimajukan sahaja tidak memadai kerana perancangan pembangunan seharusnya mengambilkira bukan hanya persekitaran fizikal dan manusia di