BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang
Dalam pengamatan spesimen geologi terdapat dua jenis cara pengamatan, Dalam pengamatan spesimen geologi terdapat dua jenis cara pengamatan, yaitu pengamatan secara megaskopis dan pengamatan secara mikroskopis. yaitu pengamatan secara megaskopis dan pengamatan secara mikroskopis. Pengamatan secara megaskopis yaitu pengamatan sifat fisik specimen yang Pengamatan secara megaskopis yaitu pengamatan sifat fisik specimen yang dilakukan secara kasat mata, umumnya seperti warna, tekstur, dan struktur batuan dilakukan secara kasat mata, umumnya seperti warna, tekstur, dan struktur batuan atau mineral yang diamati.
atau mineral yang diamati.
Pada pengamatan mikroskopis, merupakan tahapan lanjutan setelah Pada pengamatan mikroskopis, merupakan tahapan lanjutan setelah pengamatan
pengamatan megaskopis megaskopis dilakukan, dilakukan, dimana dimana dalam dalam pengamatan pengamatan mikroskopismikroskopis ditujukan untuk mengamati sifat optik dari suatu mineral, atau mengamati mineral itu ditujukan untuk mengamati sifat optik dari suatu mineral, atau mengamati mineral itu sendiri secara lebih rinci, yang terdapat pada sayatan tipis suatu specimen. Pada sendiri secara lebih rinci, yang terdapat pada sayatan tipis suatu specimen. Pada pengamataan
pengamataan secara secara mikroskopis mikroskopis menggunakan menggunakan alat alat bantu bantu optik optik yaitu yaitu mikroskopmikroskop polarisasi.
polarisasi.
Sebelum melakukan pengamatan mikroskopis, hal terpenting untuk diketahui, Sebelum melakukan pengamatan mikroskopis, hal terpenting untuk diketahui, yang pertama yaitu kita harus mengenal terlebih dahulu peralatan yang digunakan yang pertama yaitu kita harus mengenal terlebih dahulu peralatan yang digunakan dan bagaimana cara menggunakannya, hal tersebut tentu saja bertujuan agara hasil dan bagaimana cara menggunakannya, hal tersebut tentu saja bertujuan agara hasil yang didapatkan dari pengamatan mikroskopis yang dilakukan menjadi maksimal yang didapatkan dari pengamatan mikroskopis yang dilakukan menjadi maksimal dan akurat.
1.2 Maksud dan Tujuan 1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenalkan kepada Maksud dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengenalkan kepada praktikan
praktikan bagian-bagian bagian-bagian mikroskop mikroskop beserta beserta fungsinya, fungsinya, serta serta mengenalkan mengenalkan caracara mengukur DMP dan analisator polarisator.
mengukur DMP dan analisator polarisator.
Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk : Tujuan diadakannya praktikum ini adalah untuk : 1.
1. Mengetahui bagian-bagian mikroskop polarisasiMengetahui bagian-bagian mikroskop polarisasi 2.
2. Mengetahui cara menentukan DMP (Diameter Medan Pandang)Mengetahui cara menentukan DMP (Diameter Medan Pandang) 3.
3. Mengetahui sifat-sifat analisator polarisator pada mineralMengetahui sifat-sifat analisator polarisator pada mineral 1.3 Alat dan Bahan
1.3 Alat dan Bahan
AlaSt dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dimuat dalam table AlaSt dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini dimuat dalam table sebagai berikut :
sebagai berikut :
Tabel 3. 1 Alat dan Bahan beserta kegunaannya Tabel 3. 1 Alat dan Bahan beserta kegunaannya
No
No Alat Alat dan dan Bahan Bahan FungsiFungsi 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 6
Mikroskop Polarisasi Nikon Mikroskop Polarisasi Nikon Pensil Pensil Pensil Warna Pensil Warna Kamera Kamera Kertas A4 (LKP) Kertas A4 (LKP)
Sampel Sayatan Batuan Sampel Sayatan Batuan
Sebagai objek pengamatan Sebagai objek pengamatan Sebagai alat tulis dan gambar Sebagai alat tulis dan gambar Mewarnai gambar
Mewarnai gambar
Untuk dokumentasi kegiatan Untuk dokumentasi kegiatan praktikum
praktikum
Tempat menuliskan data hasil Tempat menuliskan data hasil praktikum
praktikum
Sebagai objek pengamatan Sebagai objek pengamatan
1.4 Prosedur Kerja
Prosedur kerja yang dilakukan pada pengamatan mikroskop polarisasi dan penegamatan DMP serta anapol adalah :
1. Mengamati setiap bagian-bagian mikroskop 2. Mengamati mineral pada DMP
3. Mengamati mineral pada ANAPOL 4. Menuliskan data yang didapat pada LKP 1.5 Manfaat
Manfaat didakan praktikum ini yaitu agar praktikan dapat memahami dan mengerti tentang mikroskop polarisasi dan mengtahi cara menentukan dmp dan anapol.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mikroskop Polarisasi
Mikroskop polarisasi mempunyai sifat dan penggunaan yang berbeda jika dibandingkan dengan jenis mikroskop lainnya. Mikroskop polarisasi inipun terbagi atas dua bagian, yaitu jenis mikroskop polarisasi bias dan mikroskop polarisasi pantul. Mikroskop polarisasi yang digunakan dalam praktikum ini adalah mikroskop polarisasi bias yang menggunakan cahaya terbias, jenis mikroskop ini digunakan untuk sifat-sifat optik mineral ataupun batuan yang tembus cahaya, setelah disayat sebesar 0,03 mm, sedang jenis mikroskop polarisasi pantul digunakan untuk mengamati mineral ataupun batuan yang tidak tembus cahaya (opaq).
Mikroskop polarisasi jenis Nikon, dilengkapi dengan bagian-bagian tertentu yang masing-masing fungsinya saling berhubungan. Berikut adalah bagian utama yang diurut dari bawah, terdiri dari Iluminator, substage Assembly, Stage, Objective Lens, Upper Polar, Bertrand Lens, Ocular Len s.
Mikroskop yang dipergunakan untuk pengamatan sayatan tipis dari batuan, pada prinsipnya sama dengan mikroskop yang biasa dipergunakan dalam pengamatan biologi. Keutamaan dari mikroskop ini adalah cahaya (sinar) yang dipergunakan harus sinar terpolarisasi. Karena dengan sinar itu beberapa sifat dari kristal akan nampak jelas sekali. Salah satu faktor yang paling penting adalah warna dari setiap mineral, karena setiap mineral mempunyai warna yang khusus.
Untuk mencapai daya guna yang maksimal dari mikroskop polarisasi maka perlu difahami benar bagian-bagiannya serta fungsinya di dalam penelitian. Setiap bagian adalah sangat peka dan karenanya haruslah dijaga baik-baik. Kalau
mikroskop tidak dipergunakan sebaiknya ditutup dengan kerudung plastik. Bagian -bagian optik haruslah selalu dilindungi dari debu, minyak dan kotoran lainnya. Perlu kiranya diingat bahwa buttr debu yang betapapun kecilnya akan dapat dibesarkan berlipat ganda sehingga akan mengganggu jalannya pengamatan.
Gambar Mikroskop Polarisasi
Bagian-bagian mikroskop polarisasi
Pada mikroskop polarisasi jenis Nikon, dilengkapi dengan bagian-bagian tertentu yang masing-masing fungsinya saling berhubungan. Berikut adalah bagian utama yang diurut dari bawah, terdiri dari IIluminator, Substage assembly, Stage, Objective lens, Upper polar, Bertrand lens dan Ocular lens
I I luminator
Berfungsi untuk memperjelas dan meneruskan cahaya dari lampu mikroskop sebagai sumber cahaya. Pada mikroskop polarisasi jenis Nikon, illuminator terdiri dari cermin dan lensa yang terletak di kaki mikroskop. Lensa cekung dapat menerima sinar yang lebih banyak dari suatu sumber cahaya difusi, kemudian dipantulkan sebagai kerucut iluminasi yang simetris. Sedangkan cermin hanya dapat memantulkan sinar monokromatik yang diterima tetapi tidak dapat menghasilkan dispersi sinar datang.
Substage Assembly
Terletak di atas illuminator yang terdiri dari lower polar, aperture diaphragm dan condensor lens.
Lower Polar
Terdiri dari lensa polaroid yang dapat diputar minimal 90º dan umumnya 180º atau 360º. Berfungsi untuk menyerap cahaya secara selektif sehingga cahaya yang masuk hanya bergetar pada satu bidang. Untuk mengatur arah getar polarisator,
dilakukan dengan memutar arah polarisasi sehingga sinarnya sejajar pada salah satu benang silang.
I ri s Diaphragm
Berfungsi untuk mengatur besarnya cahaya yang diteruskan, dan merupakan factor penting dalam menentukan intensitas cahaya. Iris diafragma dioperasikan dengan cara mengurangi atau menambah besarnya aperture diaphragm. Nilai dari aperture diafragma disesuaikan dengan perbesaran obyektif yang digunakan dan kemampuan optik mata pengamat.
Condensor Lens
(lensa kondensor)Terdiri dari lensa cembung yang berfungsi untuk memusatkan sinar yang datang dari lensa di bawahnya.
Auxiliary condenser
berfungsi untuk mengatur kedudukan kondensor
Microscope stage
Berfungsi sebagai tempat untuk meletakkan sayatan tipis dengan bantuan 2 (dua) penjepit sehingga preparat tetap stabil pada waktu digerakkan. Pada bagian yang
sejajar dengan penjepit preparat (
Mechanical stage
), terdapat skala absis dan ordinat yang berfungsi untuk menentukan posisi mineral yang diamati. Pada bagian tepi meja obyek, terdapatGoniometer
dengan skala 0º - 360º, yang dilengkapi dengan nonius (vernier
) untuk akurasi perhitungan sudut. Meja obyek dapat digerakkan dengan menggunakan pengarah fokus kasar dan pengarah fokus halus (F ocusing
knobs
).
Objective lens
Dilengkapi dengan 4 (empat) buah lensa dengan masing-masing perbesaran 5x, 10x, 20x dan 100x. Untuk memilih perbesaran yang akan dipakai, pergunakan pemutar lensa obyek (
Rotating nosepiece
). Pada pemutar lensa obyek, terdapat sekrup pemusat obyek (Objective centering screw
), yang terletak di atas masing-masing perbesaran. Sekrup pemusat obyek berfungsi untuk mengatur agar sumbu putaran meja tepat pada perpotongan benang silang. Pada masing-masing lensaobyek terdapat tanda besarnya lensa perbesaran, numerical aperture dan panjang tube (Gambar 2.3).
Gambar 2.3 Lensa Objektif
Upper polar
Upper polar sering disebut analisator, terletak di atas lensa obyektif, terbuat dari lensa polaroid, mempunyai arah getar saling tegak lurus terhadap arah getar
polarisator. Jika analisator tidak terpakai maka disebut nikol sejajar, dan jika
analisator digunakan, disebut nikol silang. Pada upper polar terdapat
accessory plate
(Gambar 1.4)sebagai tempat kompensator baji kuarsa, keping gipsum dan keping mika.Kompensator berguna untuk mengetahui posisi indikatrik suatu mineral.
Gambar 2.4 Accessory plate sebagai tempat kompensator baji kuarsa, keping gipsum dan keping mika.
B ertrand lens
Lensa Bertrand terletak di atas analisator yang penggunaannya dengan cara diputar. Lensa ini digunakan untuk memperbesar gambar interferensi dalam pengamatan konoskop dan difokuskan ke lensa okuler. Lensa Amici-Bertrand berfungsi sebagai pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
B ertrand lens
Lensa Bertrand terletak di atas analisator yang penggunaannya dengan cara diputar. Lensa ini digunakan untuk memperbesar gambar interferensi dalam Pengamatan konoskopik saja, untuk memperbesar gambar interferensi yang terbentuk pada bidang fokus balik (back focal plane) pada lensa objektif, dan memfokuskan pada lensa okuler.
Ocular lens
Lensa Okuler merupakan tempat mata melihat obyek, terbuat dari 2 (dua) buah lensa cembung yang dirangkai dalam 1 (satu) unit. Pada lensa okuler terdapat benang silang yang saling tegak lurus.
Gambar 2.5 Lensa Okuler
Prinsip Kerja dan Perbedaan dengan Mikroskop Lainnya
Mikroskop polarisasi menggunakan cahaya terpolarisasi guna menganalisa
struktur yang birefringent. Birefringence – suatu property spesimen yang transparan dengan 2 indeks refraktif yang berbeda pada orientasi yang berbeda untuk membedakan cahaya terpolarisasi ke dalam kedua komponen. Cahaya terpolarisasi, hanya berfluktuasi/bergerak di satu dataran karena polar hanya meneruskan cahaya pada dataran tersebut. Jika 2 polar diletakkan di atas yang lainnya, arahkan sinar ke atas dan putar relative terhadap yang lain, akan ada 1 posisi dimana 2 dataran tertransmisi bertemu, yang akan tampak cerah. Pada 90°
terhadap orientasi ini, semua cahaya akan berhenti (gelap).
Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang cara kerjanya membiaskan cahaya. Perbedaan mikroskop polarisasi dengan mikroskop biasa yakni adanya beberapa komponen khusus yang hanya terdapat pada mikroskop ini, antara lain keping analisator, polarisator, kompensator, dan lensa amici bertrand.
2.2 Penentuan DMP
a. Memfokuskan medan pandang
Memfokuskan medan pandang dapat ditandai dengan letak perpotongan benang silang tepat pada pusat medan pandang dengan sinar merata pada daerah daerah medan pandang
Hal ini harus disesuaikan dengan perbesaran lena obyektif yang digunakan. Nilai dari bukaan diafragma ini etrdapat pada sisi lensa objektif.
c. Menentukan nilai skala dengan kertas grafik
Kertas grafik diletakan diatas meja objek untuk menentukan nilai skala pada benang silang atau diameter medan pandang
d. Menghitung nilai setiap skala
dilakukan dengan mengetahui perbesaran total lensa yang digunakan. Nilai setiap bilangan skala ditentukan dengan rumus :
BS= 1
Pebesaran total e Menghitung diameter medan pandang
Meletakan salah satu garis tebal pada kertas grafik tepat pada skala 0. Menghitung dengan rumus DMP = BS X Z
2.3 Analisator dan Polarisator
Pengamatan pada analisator polarisator, yang diperhatikan adalah daya absorbs mineral, ukuran mineral, posisi mineral, warna, dan belahan dari mineral. Pada posisi sumbu sinar sembarang terhadap arah getar polarisator, komponen sinar lambat dan cepat tidak diserap oleh analisator sehingga dapat diteruskan hingga mata pengamat. Warna interferensi dapat ditentukan dengan memutar meja objek yang
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 HASIL
3.1.1 Pengenalan Mikroskop
Keterangan : 1. Eye piece 2. Lensa Okuler 3. Pin Hole 4. Betrand Lens
5. Upper Polar / Analisator 6. Accessory Plate
7. Lensa Objektif 8. Lengan Mikroskop 9. Meja Objek
10. Penjepit Preparat
11. Pengarah Sumbu Absisi 12. Pengarah Sumbu Ordinat 13. Skala Absis 14. Skala Ordinat 15. Pengarah Kasar 16. Pengarah Halus 17. Kondensor 18. Diafragma 19. Polarisator 20. Iluminator 21. Kaki Mikroskop
3.1.2 Pengamatan Daimeter Medan Pandang (DMP) Pembesaran Objektif : 5X Pembesaran Okuler : 10 X Pembesaran Total : 100 X Bukaan Diafragma : 0,25 mm Bilangan Skala : = 0,01mm
Ukuran Medan Pandang
Nilai 100 Skala : 100 mm Nilai Pinggir : 40-65 mm Diameter Meda Pandang
DMP 1= BS X NS = 0,01 X 100 = 1 mm DMP2 = BS X NP = 0,001 X 20 = 0,2 mm DMP Tot = DMP1 + DMP2 = 1,2 mm
(a) (b)
Gambar 3.2(a) Nilai 100 Skala, (b) Nilai Pinggir 0
100
3.1.3 Pengamatan Anapol Pembesaran Okuler : 5 X Pembesaran Objektif : 10 X Pembesaran Total : 50 X Bukaan Diafragma : 0,5 mm Bilangan Skala : 100
Kedudukan Mineral : x= 28 ; y=62 (28,62) Ukuran Mineral : 0,2 mm
Daya Absorbsi : Terang Maksimum
Warna : Kuning
Belahan :
- Nama Mineral : Biotite(K(Mg,Fe+2)3(Al,Fe+3)Si3O10(OH,F)2)
Biotite P
3.2 Pembahasan
3.2.1 Pengenalan Mikroskop
Pengamatan pertama yaitu pengamatan pada mikroskop polarisasi
.
Mikroskop polarisasi adalah mikroskop yang digunakan dalam pembelajaran spesimen geologi, khususnya pada pengamatan sayatan tipis dari batuan
.
Pada kegiatan pratikum pengenalan mikroskop, mikroskop yang digunakan yaitu mikroskop polarisasi jenis Nikon. Mikroskop polarisasi ini terdiri atas tiga bagian yaitu tubus atas, tubus tengah (substage unit) dan tubus bawah.Pada tubus atas mikroskop dikategorikan menjadi tiga bagian, diantaranya tubus atas bagian atas, tubus atas bagian tengah, dan tubus atas bagian bawah. Tubus atas bagian atas terdiri dari bagian-bagian sebagai berikut ; Eye piece, berfungsi sebagai tempat penempatan mata pada saat pengamatan. Lensa okuler berfungsi untuk melihat objek yang akan diteliti, Dioptring berfungsi untuk memperjelas bayangan benda dalam mikroskop dan mengatur posisi lensa okuler, Pin hole berfungsi mengatur gelap dan terangnya lensa Amici Betrand, Lensa Amici betrand berfungsi sebagai skala dalam pemebesaran gambar interfensi, Pengunci tubus bagian atas berfungsi untuk mengunci tubus bagian atas itu.
Bagian pertama yaitu tubus atas bagian tengah terdiri atas beberapa bagian, yaitu ; Analistor, berfungsi pada saat pengamatan nikol silang, dimana untuk mendapatkan warna absorbs maksimum, Pengunci skala analisator berfungsi untuk mengunci kedudukan analisator, Skala analisator berfungsi untuk menunjukan nilai kedudukan analisator, Skala nonius analisator berfungsi untuk menunjukan nilai kedudukan analisator secara detail, Kompensator berfungsi pada penentuan WI
maksimum, bias rangkap dan TRO, pada kompensator juga terdapat tiga bagian yang terdiri atas keeping gips, keeping mika, dan baji kuarsa, Pengunci tubus atas bagian tengah berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian tengah dari tubus atas.
Selanjutnya yaitu tubus atas bagian bawah terdiri dari beberapa bagian yaitu Filter berfungsi untuk menyaring dan melindungi cermin dari debu dan kotoran, Tabung halogen berfungsi pada saat pengamatan mineral biji, Cincin tabung halogen berfungsi sebagai letakan lensa pada tabung halogen, Pengunci tubus bagian bawah berfungsi untuk mengunci tubus atas bagian bawah dan tengah.
Selanjutnya tubus bagian tengah atau substage unit dari mikroskop, yang tetrdiri atas beberapa bagian yaitu; Lengan mikroskop berfungsi sebagai penyangga tubus atas dan tengah serta pegangan saat mikroskop diangkat, Pengarah halus berfungsi untuk mengatur kedudukan meja objek dalam skala kecil, Pengarah kasar berfungsi untuk mengatur keduduka meja objek dalam skala besar, Revolver berfungsi untuk mengatur kedudukan lenssa objektif, Lensa objektif berfungsi untuk memperbesar kenampakan objek yang diamati, dimana terdapat pembesaran 5x, 10x, 20x, dan 100x. Meja objek berfungsi sebagai tempat meletakan objek atau preparat pada saat pengaman, Lubang meja objek berfunsi sebagai lubang yang meneruskan cahaya dari kondensor ke preparat, Penjepit preparat berfungsi menjepit preparat saat pengamatan, Skala meja objek berfungsi sebagai penunjuk kedudukan meja objek, Pengunci meja objek berfungsi untuk mengunci meja objek, Pengarah sumbu absis berfungsi untuk meengarahkan kedudukan X, Pengarah sumbu ordinat berfungsi
untuk mengarahkan kedudukan sumbu Y.
Yang terakhir yaitu tubus bawah mikroskop polarisasi, yang terdiri dari Ilumintor yang berfungsi untuk menangkap dan meneruskan sinar yang dating dari
sumber cahaya (lamp socket), Lensa illuminator berfungsi untuk memusatkan sinar yang datang dari sumber cahaya (lamp socket), Selubung illuminator berfungsi sebagai sumber cahaya, Kaki mikroskop berfungsi untuk menahan berat dari keseluruhan bagian-bagian mikroskop.
3.2.2 Pengamatan Diameter Medan Pandang (DMP)
Pengamatan yang kedua yaitu Diameter medan pandang atau biasa yang dikenal dengan DMP yang dilakukan untuk mengukur ukuran suatu mineral digunakan pembesaran lensa okuler 10x serta pembesaran lensa objektif 5x, dimana diperoleh pembesaran total 50x dari hasil pengalian pembesaran lensa okuler dan objektif, selanjutnya untuk bukaan diafrgam 0,1 mm yang diperoleh dari hasil1 dibagi pembesaran total. Dengan menggunakaan rumus diperoleh nilai DMP1 dan DMP2 diperoleh nilai 3,6 % menunjukan dimater medan pandang yang terlihat pada mikroskop yaitu sebesar 3,6 %
3.2.3 Analisator Polarisator
Pengamatan yang ketiga yaitu anapol, menggunakan pembesaran objektif 5x dan pembesaran okuler 10x. Posisi meineral pada meja objek berada pada sumbu absis(x) = 53 dan sumbu ordinat (y) = 21 pada posisi sejajar analisator, sedangkan untuk sejajar polarisator yaitu sumbu ordinatnya (y) = 26. Pada saat sumbu sejajar analisator diperoleh daya absorbs terang maksimum dan warna mineral coklat, sedangkan pada sumbu sejajar polarisator diperoleh daya absorbsi gelap maksimum serta warna mineral hitam. Diperolehnya daya absorbs yang tinggi ini dikarenakan pada posisi pengamatan sejajar polarisator, bagian mikroskop yaitu analisator berada pada posisi aktif, dimana diketahui berdasarkan pada pembahasan pengenalan
mikroskop, fungsi dari anlisator itu sendiri berfungsi pada saat pengamatan nikol silang atau sejajar polarisator, dimana untuk mendapatkan warna absorbsi maksimum. Kenamapkan belahan pada mineral tidak dijumpai atau tidak terdapaat belahan nama mineral ini yaitu biotite(K(Mg,Fe+2)3(Al,Fe+3)Si3O10(OH,F)2).
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan
Setelah melakukan kegiatan praktikum, dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Mikroskop polarisasi secara umum terbagi atas tiga bagian yaitu tubus atas, tubus tengah (substage unit) dan tubus bawah.
2. Cara penentuan Diameter Medan Pandang yaitu dengan menjumlahkan hasil DMP1 dan DMP2 , dimana DMP1 dari hasil bilangan skala dikalikan nilai skala, dan DMP2 dari nilai pinggir dikalikan bilangan skala.
3. Pengamatan anapol dapat mengetahui sifat-sifat mineral yang dapat diamati yaitu perubahan daya absorbs, belahan serta warna mineral.
4.2 Saran
Sebaiknya pada saat konsul diterangkan secara mendetail isi serta kesimpulan yang telah dipraktikan agar wawasan pemahaman lebih bagus.
DAFTAR PUSTAKA
Chaerul, Muh. 2016.
Petrografi
. Universitas Haluoleo. KendariEhler E.G., Blatt H., 1982, “
Petrology . I gneous, Sedimentary and
metamorphic”, W.H. Freeman and Company, San Fransisco, pp 110
Kerr P. F., 1977. Optical Mineralogy, McGraw Hill Book Company Inc. Mew York, Toronto,London.
Mac Kenzei W.S., Donaldson C.H. and Guilford C., 1982,“Atlas of Igneous Rocks and Their Textures”, Longman group Ltd., usa, 147 pp.
Mackenzie W. S. and C. Guilford , 1980.