• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA STRATEGIS BALAI DIKLAT INDUSTRI JAKARTA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "RENCANA STRATEGIS BALAI DIKLAT INDUSTRI JAKARTA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA INDUSTRI KEMENTERIAN PERINDUSTRIAN R."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA STRATEGIS

2020 - 2024

BALAI DIKLAT INDUSTRI JAKARTA

BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA

MANUSIA INDUSTRI

(2)
(3)

iii

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN ... 4

1.1. Kondisi Pembangunan Industri Nasional... 3

1.2. Konsidi Pembangunan SDM Industri ... 5

1.3. Potensi dan Permasalahan ... 9

1.4. Maksud dan Tujuan ... 18

1.5. Tugas Pokok dan Fungsi ... 18

1.6. Ruang Lingkup ... 19

BAB II : VISI DAN MISI DAN TUJUAN ... 20

2.1. Visi ... 20

2.2. Misi ... 20

2.3. Tujuan ... 20

2.4. Sasaran Strategis BDI Jakarta ... 21

2.5. Indikator Kinerja Utama ... 22

BAB III : ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI ... 25

3.1. Arah Kebijakan dan Strategi Kementerian Perindustrian ... 25

3.2. Arah Kebijakan dan Strategi BPSDMI ... 28

3.3. Arah Kebijakan dan Strategi BDI Jakarta ... 30

3.4. Program dan Kegiatan ... 34

(4)

B A B I

P E N D A H U L U A N

1.1 Kondisi Pembangunan Industri Nasional

Visi Indonesia 2030 menyatakan Indonesia akan mejadi kekuatan kelima di dunia pada tahun 2030 bersama China, Amerika Serikat, India dan Uni Eropa. Jumlah pendudk Indonesia sebesar 285 Juta jiwa, Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai US $ 5,1 Trilyun dan pendapatan perkapita Indonesia US $ 180 ribu Trilyun. Untuk mencapai asumsi tersebut, Indonesia harus mencapai pertumbuhan ekonomi riil rata – rata 7,62% per tahun, Laju Inflasi 4,95% per tahun dan pertumbuhan penduduk rata – rata 1,12% per tahun.

Dalam Konteks Pembangunan Industri Nasional, dalam rangka menentukan arah, sasaran, dan kebijakan Pengembangan Industri Nasional ke depan, Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang Perindustrian No. 3 tahun 2014 Tentang Perindustrian, Pembangunan Industri Nasional Jangka Panjang (2025) difokuskan pada : Membawa Indonesia pada tahun 2025 untuk menjadi Negara Industri Tangguh Dunia yang bercirikan :

1. Industri kelas dunia;

2. PDB sektor industri yang seimbang antara Pulau Jawa dan Luar Jawa;

3. Teknologi menjadi ujung tombak pengembangan produk dan penciptaan pasar. Untuk menuju Visi tersebut, dirumuskan Visi tahun 2020 yakni Tercapainya Negara Industri Maju Baru sesuai dengan Deklarasi Bogor tahun 1995 antar para kepala Negara APEC. Sebagai Negara Industri Maju Baru, Indonesia harus mampu memenuhi beberapa kriteria dasar antara lain:

1. Kemampuan tinggi untuk bersaing dengan negara industri lainnya

2. Peranan dan kontribusi sektor industri tinggi bagi perekonomian nasional; 3. Kemampuan seimbang antara Industri Kecil Menengah dengan Industri Besar; 4. Struktur industri yang kuat (pohon industri dalam dan lengkap, hulu dan hilir kuat,

keterkaitan antar skala usaha industri kuat); 5. Jasa industri yang tangguh.

Berdasarkan Visi tahun 2020, kemampuan Industri Nasional diharapkan mendapat pengakuan dunia internasional, dan mampu menjadi basis kekuatan ekonomi

(5)

modern secara struktural, sekaligus wahana tumbuh-suburnya ekonomi yang berciri kerakyatan. Dalam mewujudkan Visi Kementerian Perindustrian tahun 2020, diperlukan upaya-upaya sistemik yang dijabarkan ke dalam peta strategi yang mengakomodasi perspektif pemangku kepentingan berupa pencapaian strategis (Strategic Outcomes) yaitu:

1. Meningkatnya nilai tambah industri;

2. Meningkatnya penguasaan pasar dalam dan luar negeri;

3. Meningkatnya kemampuan SDM Industri, R&D dan kewirausahaan;

4. Meningkatnya penguasaan teknologi industri yang hemat energi dan ramah lingkungan;

5. Lengkap dan menguatnya struktur industri; 6. Tersebarnya pembangunan industri;

7. Meningkatnya peran IKM terhadap PDB. 1.2 Kondisi Pembangunan SDM Industri

Sektor industri memiliki peran strategis dalam peningkatan daya saing dan pembangunan perekonomian nasional. Sektor industri juga berperan sebagai pemicu kegiatan ekonomi lain yang berdampak ekspansif atau meluas ke berbagai sektor jasa keteknikan, penyediaan bahan baku, transportasi, distribusi atau perdagangan, pariwisata dan sebagainya. Pembangunan sektor industri menjadi sangat penting karena kontribusinya terhadap pencapaian sasaran pembanguan ekonomi nasional, terutama dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) sangat besar dan berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi karena kemampuannya dalam peningkatan nilai tambah yang tinggi. Dalam mewujudkan pertumbuhan dan peningkatan daya saing industri,ada tiga faktor penggerak yang sangat menentukan, yaitu investasi, teknologi dan sumber daya manusia.

Salah satu tantangan dan hambatan dalam pengembangan industri adalah adanya keterbatasan SDM kompeten yang akan mendukung tumbuh kembangnya sektor industri tersebut. Peningkatan kompetensi dan daya saing tenaga kerja industri menjadi hal prioritas untuk dilakukan guna mengantisipasi dampak semakin tingginya persaingan pasar kerja baik di dalam negeri sekaligus memberikan peluang bagi tenaga kerja Indonesia untuk mampu mengisi pasar kerja internasional. Berdasarkan data dari ILO 2018 pada Gambar 1.1, proyeksi tenaga kerja Indonesia saat memasuki bonus demografi tahun 2020-2030 tidak diikuti dengan ketersediaan tenaga ahli yang memadai. Dari 126,7 Juta pekerja di

(6)

Indonesia hanya 13,4 juta tenaga ahli yang tersedia atau hanya sekitar 10,7 % dan masih jauh tertinggal dari negara-negara ASEAN lainnya seperti Singapura 56 %, Brunei Darussalam 42,5 %, Malaysia 26,8 %, Filipina 25,8 %, Myanmar 22,8 %, Thailand 14,6 % dan Vietnam 11,8 %. Indonesia hanya unggul dari Laos dan Kamboja.

Gambar 1.1 Proyeksi Tenaga Kerja Ahli dan Non Ahli Tahun 2020

Indonesia merupakan negara dengan penduduk terbesar di ASEAN, dengan populasi lebih kurang 250 juta orang atau mencapai 40% dari total penduduk ASEAN dan negara dengan populasi terbesar ke-4 di dunia atau sebesar 3,44 % populasi dunia. Jumlah penduduk yang besar dengan struktur demografi yang didominasi oleh usia produktif merupakan potensi bagi bangsa Indonesai untuk mendorong tumbuhnya perekonomian nasional khususnya dari sektor industri, karena sektor ini memiliki faktor input berupa jumlah tenaga kerja besar. Dominasi usia produktif kerja mencapai 67.5 % pada tahun 2018-2035 atau yang disebut dengan bonus demografi. Namun, dalam persaingan regional dan global, saat ini jumlah sumber daya manusia yang besar tidak lagi dapat memberikan peluang yang cukup bagi suatu negara untuk berdaya saing, melainkan lebih ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia tersebut. Sumber daya manusia yang berkualitas dan handal merupakan kunci keberhasilan dalam menghadapi tantangan tersebut. Indonesia harus dapat memanfaatkan momentum seperti ini.

Bonus Demografi juga mengakibatkan kenaikan kebutuhan tenaga kerja. Pada tahun 2030 diperkirakan Indonesia akan menghadapi kenaikan kebutuhan tenaga kerja terampil sebanyak 60 juta orang yaitu dari 55 juta orang pada tahun 2012 menjadi 113 juta

(7)

orang di tahun 2030. Jika kebutuhan ini dikaitkan dengan prioritas pemerintah maka ada beberapa sektor yang seharusnya menjadi orientasi utama bagi perencanaan ketenagakerjaan, antara lain: sektor perikanan dan kemaritiman, sektor pertanian dan sektor pariwisata. Jika pembangunan, pengoperasian dan pengelolaan berbagai infrastruktur dipertimbangkan, maka kebutuhan tenaga kerja di pada periode 15 tahun mendatang juga akan muncul dari di bidang teknologi rekayasa, konstruksi dan transportasi. Era digital yang telah berlangsung juga akan mempengaruhi kebutuhan tenaga kerja.

Menurut proyeksi kebutuhan tenaga kerja sektor industri yang disusun oleh Kementerian Perindustrian (2015), sampai dengan tahun 2020 komposisi kebutuhan tenaga kerja menurut subsektor industri diperkirakan relatif stabil. Kebutuhan tenaga kerja dari sub-sektor makanan akan mencapai 29% dari seluruh kebutuhan tenaga kerja sektor industri bukan migas. Kebutuhan sub-sektor garmen akan mencapai 15,5% dan sub-sektor industri kayu dan barang kayu mencapai 10% dari total kebutuhan tenaga kerja industri. Kebutuhan tenaga kerja sektor industri di Jawa secara umum cenderung menurun (dari 432 ribu pada tahun 2015 menjadi 424 ribu pada tahun 2020 menjadi 386 ribu pada tahun 2035). Sebaliknya, kebutuhan tenaga kerja sektor industri di provinsi-provinsi lain di luar Jawa justru meningkat.

Gambar 1.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja Industri Per Wilayah Indonesia juga saat ini mengalami tantangan dengan adanya kemajuan teknologi yang telah mengubah perekonomian dunia, salah satu sektor yang mengalami perubahan adalah sektor industri. Hal ini ditandai dengan muculnya revolusi industri generasi keempat, yang secara luas dikenal dengan revolusi industri 4.0. Secara global, Industri 4.0

(8)

ditandai dengan meningkatnya konektivitas, interaksi dan semakin terintegrasi antara manusia, mesin dan sumber daya lainnya melalui teknologi informasi dan komunikasi.Istilah Industri 4.0 secara resmi lahir di Jerman tepatnya saat diadakan Hannover Fair pada tahun 2011 yang ditandai dengan revolusi digital (Kagermann dkk, 2011). European Parliamentary Research Service dalam Davies (2015) menyampaikan bahwa revolusi industri telah terjadi empat kali. Revolusi industri pertama terjadi di Inggris pada tahun 1784 ditandai dengan penemuam mesin uap dan mekanisasi mulai menggantikan pekerjaan manusia. Revolusi yang kedua terjadi pada akhir abad ke-19 yang ditandai dengan adanya mesin-mesin produksi yang ditenagai oleh listrik digunakan untuk kegiatan produksi secara massal. Penggunaan teknologi komputer untuk otomasi manufaktur mulai tahun 1970 menjadi tanda revolusi industri ketiga. Revolusi Industri keempat ditandai dengan adanya lima teknologi mendasar yang diyakini sebagai fundamental penguasaan teknologi dan akan berdampak dalam kurun waktu yang sangat dekat dan membantu meningkatkan produktivitas industri manufaktur. Kelima teknologi tersebut adalah Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Wearables (Augmented

Reality – AR and Virtual Reality – VR), Advanced Robotics, dan 3D printing.

Teknologi-teknologi tersebut dapat memberikan solusi peningkatan produktivitas dan penciptaan model bisnis baru dari suatu sistem manufaktur.

Keterbatasan SDM yang kompeten, bonus demografi dan revolusi industri 4.0 tentu menjadi sebuah tantangan yang dapat dijadikan sebuah peluang dalam mendukung pertumbuhan dan pengembangan industri. Pada Konteks Pembangunan Industri Nasional, Pemerintah telah membuat kebijakan prioritas industri nasional, diantaranya adalah penguatan SDM melalui penguatan vokasi industri, pendalaman struktur industri melalui penguatan rantai nilai industri, industri padat karya dan orientasi ekspor, pengembangan IKM dengan platform digital, pengembangan industri berbasis SDA, dan pengembangan perwilayahan industri. Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Perindustrian Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian untuk mewujudkan struktur industri yang kukuh melalui pembangunan industri yang maju sebagai motor penggerak ekonomi yang didukung oleh kekuatan dan kemampuan sumber daya yang tangguh. Pemerintah juga telah mengeluarkan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035 melalui tiga tahap dimana tahap pertama (2015-2019) adalah meningkatkan nilai tambah sumber daya alam, tahap

(9)

kedua (2020-2024) adalah mencapai keunggulan kompetitif dan berwawasan lingkungan dan tahap ketiga (2025-2035) adalah menjadikan negara industri tangguh bercirikan struktur industri nasional yang kuat dan dalam, berdaya saing tinggi di tingkat global serta berbasis inovasi dan teknologi.

Visi Kementerian Perindustrian tahun 2035 yaitu Indonesia menjadi negara industri tangguh, untuk mencapai visi tersebut salah satu strategi yang harus dilaksanakan adalah mengembangkan industri hulu dan industri berbasis sumber daya alam, mengendalikan ekspor bahan mentah dan kualitas sumber daya manusia, serta menetapkan wilayah pengembanagn industri. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 2015 tentang Pembangunan Sumber Daya Manusia Industri telah dinyatakan bahwa pembangunan sektor industri perlu mendapat dukungan dari sumber daya manusia, yaitu tenaga kerja industri baik yang bersifat teknis maupun manajerial.

Berdasarkan kondisi tersebut, upaya peningkatan kompetensi SDM menjadi hal yang sangat penting untuk dapat memenangkan persaingan tenaga kerja di era globalisasi. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan (diklat) berbasis kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan dunia usaha terutama sektor industri menjadi salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam peningkatan kualitas SDM.

Pembangunan SDM juga telah diamanatkan dalam Undang-Undang No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian. Dimana dalam Bagian Kedua Undang-Undang tersebut terdapat 14 pasal yang secara khusus membahas tentang pembangunan sumber daya manusia. Jumlah tersebut berarti lebih dari 10% dari total pasal yang ada pada Undang-Undang tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan SDM merupakan salah satu yang menjadi prioritas dalam pengembangan industri di Indonesia ke depan.

Dalam mewujudkan pembangunan SDM industri sebagaimana yang diamanatkan oleh Undang-Undang No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian diperlukan perangkat-perangkat pendukung, baik fisik maupun non fisik. Perangkat fisik antara lain berupa sekolah, akademi, atau lembaga-lembaga diklat yang berkualitas. Sementara perangkat non fisik misalnya Standar Kompetensi (SKKNI) yang dapat menjadi acuan oleh lembaga-lembaga diklat dalam mengembangkan kurikulum pelatihan.

Balai Diklat Industri Jakarta merupakan salah satu unit organisasi yang berada di bawah Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri Kementerian Perindustrian. Sebagai sebuah lembaga diklat, Balai Diklat Industri Jakarta sangat berkepentingan dalam

(10)

mewujudkan pembangunan sumber daya manusia industri melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan. Untuk itu diperlukan sebuah rencana jangka menengah yang berisi tentang strategi pengembangan SDM industri melalui pendidikan dan pelatihan di Balai Diklat Industri Jakarta.

1.3 Potensi dan Permasalahan 1.3.1 Potensi

a. Sejarah Singkat Bdi Jakarta • Tahun 1981

Balai Diklat Industri Jakarta pada awalnya bernama Balai Latihan Industri (BLI), didirikan pada tahun 1981 melalui Keputusan Menteri Perindustrian No: 674/M/11/1981, tanggal 30 November 1981. Struktur organisasi Balai Latihan Industri berdasarkan Keputusan Menteri tersebut terdiri dari seorang Kepala Balai (Eselon III-a), seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Eselon IV-a), dua orang Kepala Urusan (Eselon V-a), dan staf pengajar. Balai Diklat Industri Jakarta pada awalnya berlokasi di Jalan Abdul Wahab No 8, Cinangka, Sawangan Depok.

• Tahun 2001

Dengan adanya penggabungan antara Departemen Perindustrian dan Departemen Perdagangan, maka pada tahun 2001 melalui Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No: 368/MPP/Kep/12/2001 tanggal 14 Desember 2001, Balai Latihan Industri berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri dan Perdagangan (Balai Diklat Indag) dengan susunan organisasi terdiri dari: Kepala Balai (Eselon III-a), Kepala Sub Bagian Tata Usaha (IV-a), Kepala Seksi Program dan Kerjasama Diklat (Eselon IV-a), Kepala Seksi Evaluasi dan Pelaporan (Eselon IV-a), dan Kelompok Jabatan Fungsional.

• Tahun 2006

Departemen Perindustrian dan Perdagangan kembali dipisah pada tahun 2006. Oleh karena itu, melalui Peraturan Menteri Perindustrian No: 50/M-IND/PER/6/2006, tanggal 29 Juni 2006, Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri dan Perdagangan berubah nama menjadi Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri (Balai Diklat Industri) Regional III Jakarta. Susunan organisasi Balai Diklat Industri Regional III Jakarta tetap sama dengan Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri dan Perdagangan (Balai Diklat Indag). Gedung Balai Diklat Industri Jakarta pindah alamat ke Jalan Cikini IV

(11)

No 15, Jakarta Pusat pada tahun 2006 ini karena terpisahnya kembali Departemen Perindustrian dan Perdagangan.

•Tahun 2008

Pada Tahun 2008, Balai Diklat Industri Jakarta berpindah lokasi ke Jalan Balai Kimia No 1A, Pekayon Pasar Rebo, Jakarta Timur. Dikarenakan Kondisi lingkungan di Jalan Cikini IV No 15 tidak mendukung untuk pelaksanaan diklat yang dilaksanakan Balai Diklat Industri Jakarta.

• Tahun 2014

Pada tahun 2014 berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia No 40/M-IND/PER/5/2014 Tanggal 26 Mei 2014, Balai Diklat Industri Jakarta Regional III Jakarta berubah nama menjadi Balai Diklat Industri Jakarta (tanpa Regional III). Tugas pokok Balai Diklat Industri Jakarta kembali mengalami perubahan. Balai Diklat Industri Jakarta mendapat tugas fokus pada penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia industri berbasis kompetensi pada bidang tekstil dan produk tekstil yang sudah mencakup seluruh Indonesia dengan spesialisasi pada Industri Tekstil dan Produk Tekstil.

 Sejarah Kepemimpinan di BDI Jakarta

Periode 1997 - 1998 dipimpin oleh Drs. Mujiyono, MM Periode 1998 – 2000 dipimpin oleh Drs. Laode Bonny Fama

Periode 2000 - 2007 dipimpin oleh Yunus Moling Tandiara, SMI, MM Periode 2007 – 2008 dipimpin oleh Drs. Abdillah Benteng, M.Pd Periode 2008 - 2010 dipimpin oleh Dra. Roosalinda M. Loebis Periode 2010 - 2012 dipimpin oleh Ir. Sopar Halomoan Sirait Periode 2012 - 2016 dipimpin oleh Drs. Abdillah Benteng, M.Pd Periode 2016 - 2017 dipimpin oleh Edi Sahril, SE

Periode 2017 – 2019 dipimpin oleh Jonni Afrizon, SE, MM

Periode 2019 – saat ini dipimpin oleh Hendro Kuswanto, SE, MM b. Kelembagaan

Balai Diklat Industri Jakarta merupakan unit eselon III dibawah Pusdiklat Industri yang memiliki tugas untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia industri. Setelah berlakunya reposisi, wilayah kerja BDI Jakarta tidak lagi dibatasi oleh regional, tetapi lebih luas mencakup seluruh wilayah Indonesia.

(12)

Hal ini karena pendekatan yang ada didasarkan pada spesialisasi bukan lagi pendekatan wilayah. BDI Jakarta ditugaskan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang berspesialisasi pada industri TPT. Perubahan ini membawa dampak besar terhadap BDI Jakarta, selain dari sisi wilayah kerja, juga pada bidang yang harus ditangani. Sehingga perlu penyesuaian dari sisi kelembagaan yang ada dari yang sebelumnya.

Dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 40/M-IND/PER/5/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri, telah dilakukan penyesuaian terhadap struktur organisasi Balai Diklat Industri Jakarta. Peraturan Menteri ini telah mencoba mengakomodir kebutuhan kelembagaan dengan struktur baru yang lebih sesuai dengan tuntutan reposisi. Seksi Program dan Kerja Sama Diklat serta Seksi Evaluasi dan Pelaporan di lebur menjadi Seksi Penyelenggaraan Diklat. Selain itu, dibentuk satu seksi baru yaitu Seksi Pengembangan dan Kerjasama untuk lebih mengintensifkan kerjasama antara BDI dengan pelaku industri dan stake holder lainnya sesuai dengan spesialisasinya masing-masing. Hal ini dapat diartikan bahwa dengan terbitnya Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 40/M-IND/PER/5/2014 tersebut, memberikan peluang bagi BDI Jakarta untuk berkembang lebih besar dan lebih berperan dalam peningkatan kompetensi SDM industri pada umumnya dan khususnya pada industri TPT.

c. Sumber Daya Manusia

BDI Jakarta pada tahun 2020 didukung oleh 21 orang pegawai Negeri Sipil dengan beragam latar belakang pendidikan. Sebagian besar tingkat pendidikannya Strata Satu (S1). Dari 21 orang pegawai tersebut 4 orang menduduki jabatan struktural, 1 orang merupakan pejabat fungsional widyaiswara, 2 orang calon widyaiswara, 1 orang instruktur, 8 orang calon instruktur dan sisanya merupakan fungsional umum. Untuk mendukung program BDI Jakarta maka 5 (lima) tahun mendatang perlu adanya penambahan personil widyaiswara dan instruktur dengan kompetensi pada bidang tekstil dan produk tekstil. PP 31 tahun 2006 menyebutkan bahwa “Penyelenggaraan

pelatihan kerja harus didukung dengan tenaga kepelatihan yang memenuhi persyaratan kualifikasi kompetensi sesuai dengan bidang tugasnya (ps 11 ayat 1)”.

PP 31 Tahun 2006 tersebut menjadi acuan bagi BDI Jakarta untuk berusaha memenuhi persyaratan kualifikasi sebagai penyelenggara pelatihan kerja dalam hal

(13)

pemenuhan akan tenaga kepelatihan. SDM Balai Diklat Industri Jakarta dapat dilihat pada tabel 1.1 berikut:

Tabel 1.1 Potensi SDM Balai Diklat Industri Jakarta

No. Jabatan Pendidikan Jumlah

1. Ka. BDI Jakarta S2 Manajemen 1 orang

2. Kasubag TU S2 Ilmu Ekonomi 1 orang

3. Kasi Penyelenggaraan Diklat S2 Ilmu Ekonomi 1 orang

4. Kasi Pengembangan dan Kerjasama Diklat

S2 Manajemen 1 orang

5. Pelaksana D.IV Teknologi dan Bisnis Garmen 3 orang

D.IV Teknik Manajemen Industri 4 orang

D.IV Teknik Tekstil 1 orang

S1 Kriya Tekstil 1 orang

D.III Tata Busana 2 orang

S1 Ekonomi Akuntansi 1 orang

S1 Ekonomi Manajemen 2 orang

S1 Teknik Informatika 1 orang

S1 Agama 1 orang

6. Fungsional Widyaiswara S1 Ekonomi Akuntansi 1 orang

Jumlah 21 orang

Berdasarkan kondisi diatas, berikut ini proyeksi kekuatan SDM BDI Jakarta selama 5 (lima) tahun yang ditunjukan pada Tabel 1.2 di bawah ini.

Tabel 1.2. Rencana SDM BDI Jakarta Tahun 2020-2024

Uraian 2020 2021 2022 2023 2024

Pegawai Aktif 17 21 21 19 18

CPNS 4 2*) 5*) 4*) 4*)

(14)

Uraian 2020 2021 2022 2023 2024 Jumlah 21 23 25 18 20 Usulan Formasi  Widyaiswara  Instruktur  Fungsional Umum - - 2 - 1 1 1 4 - 4 - 4

Ket *) : rencana CPNS yang diusulkan d. Sarana dan Prasarana

Dalam rangka mendukung reposisi BDI Jakarta menjadi Lembaga Pendidikan dan Pelatihan berbasis spesialisasi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT), BDI Jakarta telah dilengkapi dengan berbagai macam fasilitas. Daftar peralatan yang dimiliki BDI Jakarta disajikan pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3. Sarana Gedung yang dimiliki BDI Jakarta

No Uraian Jmlh Kapasitas

1 Gd. Asrama A 2 lt (untuk diklat aparatur dan umum)

1 50 orang

2 Gd. Asrama B 2 Lt (untuk Diklat Operator) 1 240 orang

3 Gd. Workshop TPT 1 Lantai 1 100 orang

4 Gd. Workshop TPT 2 Lantai 1 200 orang

5 Gd. Showroom 1 200 orang

6 Gd. Laboratorium Komputer 1 25 orang

7 Gd. Kantin 2 200 orang

8 Mushola 1 25 orang

Tabel 1.4. Sarana Peralatan yang dimiliki BDI Jakarta

No Sarana/Peralatan Jumlah

1 M. Jahit Overdeck 15 unit

(15)

No Sarana/Peralatan Jumlah

3 M. Potong Kain 5 unit

4 M. Lubang Kancing 4 unit

5 M. Pasang Kancing 4 unit

6 M. Obras 36 unit

7 M. Jahit High Speed 330 unit

8 Automatic Power System 2 unit

9 Double Needle Chain Stitch 9 unit

10 Elecktronic Bartacking Machine 2 unit

11 5 Thread Overlock Machine 2 unit

12 3 Needle Chain Stitch 5 unit

13 End Cutter Machine 1 unit

14 Button Attaching Machine 3 unit

15 Cutting Cloth Machine 2 unit

16 Make-Up Machine (thin Fabric) 2 unit

17 Make-up Machine (thick fabric) 2 unit

18 Plotter Machine & CAD Software 2 unit

19 Single Head Embroidery Machine 3 unit

20 6 Heads Embroidery Machine 2 unit

21 Laser Cutting Machine 1 unit

22 Mesin Fusing 1 unit

Dari daftar diatas, terlihat bahwa sarana dan prasarana yang dimiliki oleh BDI Jakarta cukup lengkap. Namun, belum semua peralatan yang dimiliki sudah dimanfaatkan secara optimal. Padahal potensi untuk terus dikembangkan sangat besar, seperti misalnya pemanfaatan mesin bordir, mesin laser cutting, atau

(16)

mesin plotter. Saat ini, pelatihan yang dilaksanakan masih seputar operator sewing (jahit), padahal dalam industri TPT khususnya garmen, masih banyak pelatihan yang bisa di garap. Jika dilihat dari alur proses produksi garmen, dari diterimanya order sampai dengan packaging, banyak sekali okupasi-okupasi yang bisa diangkat untuk menjadi suatu program pelatihan.

1.3.2 Permasalahan a. Kelembagaan

Saat ini kurikulum dan modul diklat yang dilaksanakan di BDI Jakarta belum sepenuhnya mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) yang ada. Hal ini karena belum semua diklat yang diselenggarakan di BDI Jakarta sudah ada kurikulumnya. Selain itu, untuk melaksanakan diklat berbasis kompetensi harus didukung oleh perangkat uji kompetensi antara lain adanya LSP dan TUK yang sesuai dengan jenis diklat yang dilaksanakan. Saat ini, LSP BDI Jakarta sudah terakreditasi oleh BNSP. Sehingga sudah dapat melaksanakan uji kompetensi secara mandiri.

Selain itu, penerapan manajeman mutu ISO 9001:2015 yang masih menjadi permasalahan tersendiri. Kurangnya kesadaran dan kepedulian pegawai terhadap penerapan ISO 9001:2015 cukup menghambat pelaksanaan penyelenggaraan diklat yang profesional. Untuk itu diperlukan adanya perlakuan khusus agar standar operasional prosedur dan instruksi kerja yang telah dibuat dalam dokumen ISO dapat menjadi acuan dalam setiap kegiatan dan dapat dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan. Saat ini penerapan ISO di BDI Jakarta masih belum sepenuhnya dijalankan.

b. Sumber Daya Manusia

Beban kerja yang diamanatkan kepada BDI Jakarta berdasarkan Permen 40/M-IND/PER/5/2014 cukup besar sehingga memerlukan dukungan sumber daya manusia baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Namun, sebagai sebuah lembaga pemerintah, BDI Jakarta tidak dapat mengadakan rekruitmen pegawai secara fleksibel karena harus mengikuti tata aturan yang berlaku. Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM yang dimiliki oleh BDI Jakarta menjadi satu kendala

(17)

tersendiri dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi sesuai yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 40/M-IND/PER/5/2014.

Dalam 1 angkatan diklat operator mesin industri garmen pesertanya mencapai 100 orang. Pada tahun 2020, BDI Jakarta dipercaya untuk melaksanakan diklat operator mesin industri garmen sebanyak 7.000 orang. Bandingkan dengan rasio pegawai BDI Jakarta yang “hanya” 21 orang sudah termasuk dengan pejabat strukturalnya. Belum lagi ditambah dengan diklat-diklat lainnya, seperti Diklat Supervisor Spinning, Supervisor Weaving, Desain Pakaian Jadi, dll. Dengan keterbatasan jumlah SDM yang ada, menyebabkan pegawai BDI Jakarta lebih banyak disibukkan dengan pekerjaan-pekerjaan rutin yang bersifat administratif, sementara pekerjaan yang strategis sedikit terabaikan.

c. Sarana dan Prasarana

Pengelolaan sarana dan prasarana kerja belum mampu memberikan dukungan terhadap lingkungan kerja yang kondusif. Hal ini karena aspek keteraturan, kerapihan, kebersihan, kelestarian dan kedisiplinan (5K) belum sepenuhnya ditaati oleh pegawai. Selain itu, kendala yang sering dihadapi adalah masalah daya tampung asrama, dan toilet (kamar mandi) terutama ketika dilaksanakan diklat operator mesin industri garmen secara paralel (3 angkatan sekaligus). Daya tampung asrama memang cukup besar tetapi daya tampung yang besar ini tidak dapat di penuhi secara optimal dikarenakan harus ada pemisahan antara peserta laki-laki dan perempuan. Sehingga harus disesuaikan dengan proporsi peserta laki-laki dan perempuan dalam pengaturannya. Kondisi ini berdampak pada digunakannya asrama lama yang seharusnya diperuntukkan untuk peserta diklat aparatur / umum. Hal ini seringkali menimbulkan kecemburuan diantara peserta diklat operator mesin industri garmen karena fasilitas yang ada sangat jauh berbeda.

Selain itu juga dengan adanya rencana pengembangan yang dilakukan, dibutuhkan penambahan sarana dan prasarana seperti gedung asrama, gedung incubator dan gedung kelas untuk pengembangan pelatihan-pelatihan baru.

(18)

Penyusunan Renstra dimaksudkan untuk memenuhi amanat Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan PP No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional. Renstra Balai Diklat Industri Jakarta ini diturunkan dari Renstra BPSDMI yang bertujuan untuk memberi arah dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi yang dimiliki guna mendukung target capaian dalam lima tahun ke depan yang telah ditetapkan oleh BPSDMI.

1.5 Tugas Pokok Dan Fungsi A. Tugas Pokok

Sesuai dengan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 40/M-IND/PER/5/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri. Balai Diklat Industri mempunyai tugas melaksanakan pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia industri.

B. Fungsi

Sesuai dengan Pasal 3 Peraturan Menteri Perindustrian Nomor: 40/M-IND/PER/5/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri, Balai Diklat Industri menyelenggarakan fungsi:

1) Penyusunan rencana program pendidikan dan pelatihan bagi sumber daya manusia industri;

2) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi pembina industri;

3) Pelaksanaan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja industri, wirausaha industri kecil dan industri menegah yang berbasis spesialis dan kompetensi 4) Pelaksanaan uji kompetensi, sertifikasi dan penempatan tenaga kerja

industri;

5) Penyelenggaraan inkubator bisnis untuk wirausaha industri kecil dan industri menegah;

6) Pelaksanaan identifikasi kompetensi sumber daya manusia yang dibutuhkan dunia usaha industri;

7) Pelaksanaan kerjasama dan pengembangan program pendidikan dan pelatihan industri;

(19)

9) Pelaksanaan urusan tata usaha Balai Diklat Industri

1.6 Ruang Lingkup

Renstra BDI Jakarta merupakan penjabaran dari visi BPSDMI untuk menjadi Penggerak Utama Pembangunan SDM Industri Kompeten Berdaya Saing Global. Renstra ini mengacu pada Renstra BPSDMI Tahun 2020-2024. Ruang lingkup dari Renstra ini berkaitan dengan pembangunan SDM Industri yang kompeten penyediaan tenaga kerja terampil sesuai kebutuhan industri, serta membangun manajemen pendidikan dan pelatihan yang berbasis kompetensi sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Balai Diklat Industri Jakarta.

(20)

BAB II

VISI, MISI, DAN TUJUAN

2.1. Visi

Visi Balai Diklat Industri tidak dapat dilepaskan dari visi BPSDMI selaku organisasi yang membawahi BDI , yaitu : “Menjadi Penggerak Utama Pembangunan SDM Industri Kompeten Berdaya Saing Global. Mengingat Balai Diklat Industri merupakan satuan kerja yang berada di bawah koordinasi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri dimana diarahkan untuk menjadi pengegrak utama pembangunan SDM Industri yang kompeten dan berdaya saing global, maka Balai Diklat Industri Jakarta mencanangkan visi yang akan dicapai pada tahun 2024, yaitu : “Menjadi Penggerak Utama Pembangunan SDM Industri Tekstil dan Produk Tekstil yang Kompeten Berdaya Saing Global”.

2.2. Misi

Dalam mewujudkan visi tersebut, Balai Diklat Industri Jakarta memiliki misi: 1. Mengembangkan pelatihan industri berbasis kompetensi dengan sistem 3 in 1

(pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja). 2. Mengembangkan wirausaha baru yang berkelanjutan. 3. Mengembangkan ASN pembina Industri yang kompeten. 2.3 Tujuan

Untuk mewujudkan visi dan melaksanakan misi di atas, Balai Diklat Industri Jakarta menetapkan tujuan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun ke depan sesuai dengan Peta Strategis BDI Jakarta. Tujuan yang ingin dicapai oleh Balai Diklat Industri Jakarta antara lain:

1. Meningkatkan SDM industri yang siap pakai, kompeten, berdaya saing, prilaku dan sikap yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri

2. Meningkatkan wirausaha baru sektor industri. 3. Meningkatkan Kompetensi ASN pembina Industri

Untuk menilai dan memonitor pencapaian tujuan diatas diperlukan ukuran/indikator yang digunakan sebagai acuan dalam mengukur keberhasilan pencapaian tujuan.

(21)

Indikator Kinerja Tujuan BDI Jakarta adalah sebagai berikut :

1. Jumlah SDM Industri yang siap pakai, kompeten, berdaya saing, perilaku dan sikap yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri melalui Kegiatan Program Diklat 3 in 1 2. Jumlah wirausaha industri baru yang produknya dapat diterima oleh masyarakat melalui kegiatan inkubator bisnis atau diklat teknis dalam rangka penumbuhan wirausaha baru.

3. Jumlah ASN pembina industri yang kompeten melalui Kegiatan Diklat Aparatur SDM Industri

Target Indikator Kinerja Tujuan BDI Jakarta yang akan dicapai adalah sebagai berikut :

1. Target Jumlah SDM Industri yang siap pakai, kompeten, berdaya saing, prilaku dan sikap yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri melalui Kegiatan Program Diklat 3 in 1 dari tahun 2020 sd 2024 adalah sebanyak 46.000 orang.

2. Target Jumlah wirausaha industri baru yang produknya dapat diterima oleh masyarakat melalui kegiatan inkubator bisnis atau diklat teknis dalam rangka penumbuhan wirausaha baru dari tahun 2020 sd 2024 sebanyak 33 tenant

3. Target Jumlah ASN Pembina Industri yang kompeten melalui kegiatan Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri dari tahun 2020 sd 2024 adalah sebanyak 270 orang.

Ukuran keberhasilan pencapaian tujuan tersebut akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian Sasaran Strategis Balai Diklat Industri Jakarta.

2.4 Sasaran Strategis Balai Diklat Industri Jakarta

Dalam mewujudkan tujuan tersebut, diperlukan upaya-upaya sistematis yang dijabarkan ke dalam sasaran-sasaran strategis yang mengakomodasi Perspektif Pemangku kepentingan, Perspektif Proses Internal, dan Perspektif Pembelajaran Organisasi. Sasaran strategis dan Indikator Kinerja Sasaran Strategis Balai Diklat Industri Jakarta untuk periode tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut:

A. Sasaran Strategis Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholders)  Sasaran Strategis 1

Meningkatnya Tenaga Kerja Industri yang kompeten, dengan indikator kinerjanya yaitu:

(22)

1) Jumlah tenaga kerja industri yang mengikuti diklat pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja pada perusahaan industri atau dikenal dengan sistem three in one (3 in 1)

2) Jumlah Wirausaha baru melalui program inkubasi bisnis

3) Jumlah ASN Pembina Industri melalui Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri B. Sasaran Strategis Perspektif Proses Bisnis Internal

 Sasaran Strategis 1

Meningkatnya pelatihan berbasis kompetensi, dengan indikator kinerjanya yaitu : 1) Jumlah mitra industri yang melakukan kerjasama program dan penempatan alumni 2) Tingkat kepuasan pelanggan eksternal

C. Sasaran Strategis Perspektif Proses Bisnis Pembelajaran  Sasaran Strategis 1

Terwujudnya ASN Satuan Kerja yang profesional dan berkepribadian serta birokrasi yang efektif, dengan indikator kinerjanya yaitu :

1) Indeks kompetensi, professional, dan integritas pegawai Satuan Kerja unit pendidikan

2) Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Internal Pemerintah Satuan Kerja 2.5 Indikator Kinerja Utama Sasaran Strategis Balai Diklat Industri Jakarta

Untuk dapat menilai keberhasilan pencapaian Target pada Sasaran Strategis Balai Diklat Industri Jakarta, dibutuhkan Indikator Kinerja Sasaran. Dari berbagai macam indikator kinerja sasaran, indikator yang merupakan Indikator Kinerja Utama. Indikator Kinerja Utama tersebut adalah :

 Jumlah tenaga kerja industri yang mengikuti pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja pada perusahaan industri atau dikenal dengan sistem three in one (3 in 1) *)Jumlah alumni tenaga kerja industri yang mengikuti Diklat bidang TPT.

 Jumlah Wirausaha baru yang mengikuti program inkubator bisnis*) Jumlah tenant yang mengikuti Program Inkubator Bisnis.

 Jumlah ASN Pembina Industri yang mengikuti Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri*) Jumlah alumni aparatur Pembina industri yang mengikuti Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri.

(23)

Tabel 2.1 Sasaran Strategis Balai Diklat Industri Jakarta Kode SS Sasaran Strategis Penjelasan Sasaran Strategis Kode IK SS

Indikator Kinerja Sasaran

Strategis Satuan

Target

2020 2021 2022 2023 2024 Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholders)

SS1 Meningkatnya Tenaga Kerja Industri yang kompeten Meningkatkan kompetensi (Skill, Knowledge, Attitude) SDM Industri, Wirausaha Baru dan Pembina Industri

SS1.1 Jumlah tenaga kerja industri yang

mengikuti diklat pelatihan,

sertifikasi dan penempatan kerja pada perusahaan industri atau dikenal dengan sistem three in one (3 in 1) *)

Orang 7000 8000 9000 10000 12000

SS1.2 Jumlah Wirausaha baru yang

mengikuti program inkubator

bisnis*) Jumlah tenant yang

mengikuti Program Inkubator Bisnis

Tenant 4 5 6 8 10

SS1.3 Jumlah ASN Pembina Industri yang mengikuti Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri*) Jumlah alumni aparatur Pembina industri yang mengikuti Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri.

(24)

Perspektif Proses Bisnis Internal

SS2 Meningkatnya

pelatihan berbasis kompetensi

Meningkatkan kualitas diklat yang diselenggarakan berdasarkan SKKNI dan kebutuhan industri (link and match dengan industri)

SS2.1 Jumlah mitra industri yang

melakukan kerjasama program dan penempatan alumni

MoU 10 12 13 14 16

SS2.2 Tingkat kepuasan pelanggan

eksternal Nilai 3,20 3,25 3,30 3,35 3,40 Perspektif Pembelajaran SS3 Terwujudnya ASN Satuan Kerja yang profesional dan berkepribadian serta birokrasi yang efektif Meningkatkan kualitas ASN dalam menunjang kualitas kelembagaan diklat

SS3.1 Indeks kompetensi, professional, dan integritas pegawai Satuan Kerja unit pendidikan

Indeks

70% 70% 75% 75% 80%

SS3.2 Nilai Sistem Akuntabilitas Kinerja Internal Pemerintah Satuan Kerja

Nilai B B B B B

(25)

BAB III

ARAH DAN KEBIJAKAN STRATEGI 3.1. Arah Kebijakan Dan Strategi Kementerian Perindustrian

Dalam rangka mewujudkan Visi Indonesia menjadi negara mandiri, maju, adil, dan makmur pada tahun 2025 sebagaimana yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2005 – 2025, pembangunan industri nasional diarahkan untuk mewujudkan industri yang berdaya saing, baik di pasar lokal maupun internasional, dan terkait dengan pengembangan industri kecil dan menengah, dengan struktur industri yang kuat dan berkeadilan serta mendorong perkembangan ekonomi di luar pulau Jawa. Struktur industri dalam hal penguasaan usaha akan disehatkan dengan meniadakan praktik-praktik monopoli dan berbagai distorsi pasar melalui penegakan persaingan usaha yang sehat dan prinsip-prinsip pengelolaan usaha yang baik dan benar. Struktur industri dalam hal skala usaha akan diperkuat dengan menjadikan industri kecil dan menengah sebagai basis industri nasional yang sehat, sehingga mampu tumbuh dan terintegrasi dalam mata rantai pertambahan nilai dengan industri hilir dan industri berskala besar.

Mengacu pada arah kebijakan RPJMN 2020-2024 maka arah kebijakan dan strategi pembangunan industri nasional, dengan memperhatikan Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) tahun 2009 ditentukan 10 industri prioritas yang akan dikembangkan tahun 2020-2024. Kesepuluh industri prioritas tersebut dikelompokkan kedalam 6 (enam) industri andalan, 1 (satu) industri pendukung, dan 3 (tiga) industri hulu dengan rincian sebagai berikut: 1. Industri Pangan;

2. Industri Farmasi, Kosmetik dan Alat Kesehatan; 3. Industri Tekstil, Kulit, Alas Kaki dan Aneka; 4. Industri Alat Transportasi;

5. Industri Elektronika dan Telematika (ICT); 6. Industri Pembangkit Energi;

7. Industri Barang Modal, Komponen, dan Bahan Penolong; 8. Industri Hulu Agro;

9. Industri Logam Dasar dan Bahan Galian Bukan Logam; dan 10. Industri Kimia Dasar (Hulu dan Antara).

Dengan demikian, arah kebijakan pembangunan industri nasional untuk periode tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut:

(26)

1. Memperkuat dan memperdalam struktur Industri nasional untuk mewujudkan industri nasional yang mandiri, berdaya saing, maju, dan berwawasan lingkungan melalui (1) Peningkatkan nilai tambah di dalam negeri melalui pengelolaan sumber daya industri yang berkelanjutan (2) Peningkatkan penguasaan teknologi dan inovasi; dan (3) Perluasan Pasar dalam negeri dan ekspor.

2. Perluasan kesempatan berusaha dan kesempatan kerja melalui Penumbuhan Populasi Industri untuk menambah populasi industri baik berskala besar, sedang maupun industri kecil.

3. Pengembangan Perwilayahan Industri, Khususnya di luar Pulau Jawa melalui: (1) Pengembangan Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri terutama yang berada dalam Wilayah Pengembangan Industri; (2) Pengembangan Kawasan Peruntukan Industri; (3) Pembangunan Kawasan Industri; (4) Pengembangan Sentra IKM.

Mencermati arah kebijakan pembangunan industri nasional tersebut, untuk itu arah kebijakan pembangunan SDM industri difokuskan pada beberapa hal sebagai berikut : 1. Memperkuat dan mengembangkan lembaga pendidikan vokasi industri berbasis

kompetensi struktur Industri melalui (1) Peningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana (2) Pembentukan Tempat Uji Kompetensi (3) Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (4) Pembentukan Teaching Factory (5) Workshop Terintegrasi; dan (3) Pembentukan Inkubator Bisnis.

2. Memperkuat dan mengembangkan lembaga pelatihan industri berbasis kompetensi struktur Industri melalui (1) Peningkatkan kapasitas dan kualitas sarana dan prasarana (2) Pembentukan Tempat Uji Kompetensi (3) Pembentukan Lembaga Sertifikasi Profesi (4) Pembentukan Teaching Factory (5) Workshop Terintegrasi ; dan (3) Pembentukan Inkubator Bisnis

3. Mengembangkan Infrastruktur Kompetensi bidang industri prioritas melalui (1) Penyusunan dan penetapan SKKNI (2) Pendirian LSP & TUK (3) Peningkatan jumlah assessor kompetensi dan Lisensi

4. Mendorong dan memperluas kesempatan berusaha dan kesempatan kerja melalui pelatihan berbasis kompetensi dengan sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi dan penempatan) untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja disektor industri serta penumbuhan wirausaha Industri.

5. Mempercepat sistem sertfikasi tenaga kerja industri melalui (1) fasilitasi sertifikasi kompetensi dan (2) penetapan sistem sertifikasi wajib

(27)

Berikut ini Peta Strategis Kementerian Perindustrian Tahun 2020-2024:

(28)

3.2. Arah Dan Kebijakan Strategi BPSDMI

Sejalan dengan arah kebijakan pembangunan SDM industri, BPSDMI menetapkan arah kebijakan yang menjadi fokus unit pendidikan vokasi industri dan balai diklat industri dalam periode 2020-2024 sebagai berikut :

1. Memelopori dan menjadi rujukan Pendidikan Vokasi Industri dan Pelatihan Industri berbasis Kompetensi, kriteria dan langkah pengembangan Pendidikan Vokasi Industri berbasis Kompetensi

a. Kurikulum berbasis kompetensi mengacu kepada SKKNI bidang industri b. Link and Match dengan kebutuhan dunia usaha industri

c. Menggunakan modul pembelajaran berbasis kompetensi (setiap paket modul terdiri dari : buku kerja, buku informasi, dan buku penilaian) serta sistem pembelajaran CBT d. Memiliki Teaching Factory, LSP dan TUK

e. Menyelenggarakan sertifikasi kompetensi terhadap siswa/mahasiswa dan lulusan f. Memiliki kerjasama dengan dunia usaha industri dalam rangka penyusunan kurikulum,

pemagangan industri, dan penempatan kerja lulusan

g. Lulusannya dapat berkiprah/bersaing secara nasional dan internasional dengan kompetensi yang dimiliki

2. Mengembangan Spesialisasi sebagai Icon Sekolah, setiap Politeknik/SMK dan Balai Diklat Industri harus memiliki satu spesialisasi dari program studi yang menjadi fokus (konsentrasi) pengembangan Politeknik/SMK dan menjadi icon / brand Politeknik/SMK di masyarakat dan dunia usaha industri

3. Politeknik, SMK dan Balai Diklat Industri sebagai Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Industri yang Elite, harus mampu membangun persepsi dan pandangan masyarakat bahwa pendidikan vokasi merupakan pendidikan yang elite dan menjadi pilihan utama.

Untuk menjadi Politeknik/SMK yang “elite” dalam pengertian Politeknik/SMK yang “terkenal”, disegani dan dibutuhkan oleh masyarakat dan dunia usaha industri, harus didukung dengan adanya :

a. Tenaga Pengajar yang berkualitas, memiliki jenjang pendidikan minimal S2 dan diutamakan mayoritas S3 untuk Politeknik.

b. Memiliki karya-karya ilmiah (berupa penelitian terapan) yang terkenal dan berskala internasional

c. Mahasiswa/siswa berprestasi dalam kejuaraan/lomba di tingkat nasional maupun internasional sesuai dengan spesialisasi/skills yang dimiliki

(29)

d. Politeknik/SMK memiliki partner dengan sekolah vokasi di LN untuk pengembangan kompetensinya,

e. Politeknik/SMK memiliki banyak kegiatan pertukaran mahasiswa/siswa dan dosen/guru dengan universitas LN

4. Mengembangan Workshop/Laboratorium yang terintegrasi/terpadu, dengan Konsep ruang pendidikan yang modern :

a. Flexible Concept, mengakomodasi kemudahan dalam pengaturan ulang ruangan apabila diperlukan

b. Multifunctional Space, berfungsi sebagai ruang belajar teori, ruang praktek sekaligus ruang diskusi.

c. Professional Look, Desain dan tampilan ruangan modern dan professional

d. Students take parts in preparation, Adanya keterlibatan mahasiswa/siswa dalam persiapan pembelajaran dan praktek

5. Mengembangan Prodi dan meningkatan jenjang Program Pendidikan Politeknik:

a. Pengembangan Prodi diarahkan untuk mendukung/memperkuat (strengthening) terhadap icon Politeknik dan sesuai dengan kebutuhan industri

b. Peningkatan jenjang Program pendidikan secara bertahap; yaitu : D-3 menjadi D-4; dan D4 menjadi S2 (magister) terapan,

c. Kuncinya adalah pada jumlah dosen, untuk Program S2 : minimal 6 dosen tetap dengan kualifikasi S3 yang memenuhi syarat linearitas dan batas usia minimum.

d. Membangun sistem pembelajaran menggunakan block system

e. Membangun kolaborasi antara Akademi Komunitas dengan Politeknik yang memiliki kesamaam Prodi untuk melanjutkan jenjang pendidikan SMK: Pengembangan Prodi sesuai spesialisasi dan kebutuhan industri

6. Meningkatan jumlah Mahasiswa/Siswa, Jumlah Mahasiswa/Siswa Politeknik/SMK minimal harus memenuhi kapasitas (daya tampung) optimal sekolah yang dinilai yang layak dari sisi APBN, dengan tetap memperhatikan:

a. Kualitas calon siswa/mahasiswa : rasio penerimaan minimal 1:3

b. Kapasitas kelas 30-40 orang, untuk itu perlu dilengkapi sarana pembelajaran, ruang kelas, workshop dan laboratorium sesuai target jumlah siswa/mahasiswa

c. Jumlah guru/dosen terhadap jumlah siswa/mahasiswa memenuhi standar rasio yang disyaratkan

d. Menjaga kualitas lulusan : “Seluruh lulusan harus terserap di Industri” 7. Mengembangan Inkubator Bisnis

(30)

8. Menyelenggarakan pelatihan industri dengan sistem 3 in 1

9. Mendirikan dan mengembangkan Pendidikan tinggi Vokasi industri disetiap WPPI Program Reposisi tahap 2 memiliki indikator pencapaian yang terbagi dalam 6 kelompok, yaitu: Dalam pelaksanaannya, pembangunan tenaga kerja industri melalui 6 langkah tersebut memerlukan kolaborasi dan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, baik lembaga pendidikan dan pelatihan, pelaku usaha industri, asosiasi industri, Kamar Dagang dan Industri, asosiasi profesi serta pemerintah yaitu kementerian terkait dan lembaga pemerintah lainnya.

Gambar 3.2 Pembangunan Tenaga Kerja Industri

3.3. Arah Kebijakan Dan Strategi Balai Diklat Industri Jakarta

Pembangunan SDM juga telah digariskan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian. Bagian Kedua tentang Pembangunan Sumber Daya Manusia, Pasal 16 yaitu:

1) Pembangunan sumber daya manusia Industri dilakukan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkompeten guna meningkatkan peran sumber daya manusia Indonesia di bidang Industri.

2) Pembangunan sumber daya manusia Industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, pelaku Industri dan masyarakat. 3) Pembangunan sumber daya manusia industri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

memperhatikan penyebaran dan pemerataan ketersediaan sumber daya manusia Industri yang kompeten untuk setiap wilayah provinsi dan kabupaten/kota.

(31)

a. wirausaha industri b. tenaga kerja industri c. pembina industri; dan d. konsultan industri

Sebagai salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan di bawah Pusdiklat Industri, maka BDI Jakarta berkewajiban untuk ikut berperan aktif dalam membangun SDM Industri yang kompeten dan profesional. Berdasarkan UU No.3 tentang Perindustrian yang termasuk kedalam SDM Industri terdiri dari 4 kelompok yaitu tenaga kerja industri, wirausaha industri, pembina industri dan konsultan industri. BDI Jakarta hanya difokuskan untuk menangani 3 kelompok saja yaitu: tenaga kerja industri, wirausaha industri dan pembina industri. Dari ketiga golongan tersebut, porsi paling besar adalah untuk kelompok tenaga kerja industri. Hal ini dikerenakan kebutuhan SDM untuk tenaga kerja industri khususnya di industri tekstil dan produk tekstil sangatlah besar.

Sebelum menetapkan strategi, perlu dilakukan terlebih dahulu analisis terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal. Hal ini dimaksudkan agar strategi yang ditetapkan lebih tepat karena sudah mempertimbangkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian tujuan. Analisis lingkungan internal berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh organisasi dalam mendukung pelaksanaan pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan tugas dan fungsinya. Sementara itu, analisis lingkungan eksternal berkaitan dengan analisis terhadap peluang yang ada dan ancaman yang mungkin dihadapi oleh organisasi dalam menjalankan fungsinya. Berikut ini hasil dari analisis lingkungan internal dan eksternal Balai Diklat Industri Jakarta.

(32)

ANALISA SWOT

Opportunity (Peluang) Threats (Ancaman) Kebutuhan tenaga kerja industri bidang TPT yang cukup tinggi tidak

diimbangi dengan tersedianya tenaga kerja terampil di bidang TPT

Mulai berlakunya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Perkembangan industri TPT di Indonesia yang masih terus tumbuh

karena kebutuhan masyarakat akan sandang yang cukup tinggi Pengaruh revolusi industri 4.0 Strength (Kekuatan) Masih banyak jenis-jenis pelatihan yang dibutuhkan oleh industri

TPT tetapi belum terakomodir.

Banyaknya lembaga pendidikan dan pelatihan dengan spesialisasi serupa

Tersedia sarana dan prasarana diklat yang memadai

Menyelenggarakan diklat TPT berbasis kompetensi secara profesional yang berorientasi pada kebutuhan industri TPT serta untuk mengisi gap kompetensi yang ada.

Meningkatkan kelengkapan sarana dan prasarana pelatihan guna mendukung pengembangan program diklat TPT.

Memiliki berpengalaman dalam melaksanakan diklat struktural dan teknis

Menyelenggarakan pelatihan penciptaan wirausaha baru dan

mengembangkan inkubator bisnis bagi wirausaha baru di bidang TPT

Bekerja sama dengan pelaku industri untuk melakukan kaji ulang serta penyesuaian secara berkala terhadap kurikulum pelatihan TPT sesuai dengan perkembangan kebutuhan dunia industri Memiliki tenaga pengajar (widyaiswara dan instruktur) Mengembangkan program dan kurikulum diklat bidang TPT berbasis

kompetensi berdasarkan SKKNI yang ada.

Meningkatkan kemampuan dan kompetensi lulusan diklat agar dapat bersaing dengan tenaga kerja lain yang memiliki kemampuan sejenis Memiliki jaringan kerjasama yang baik dengan instansi

di daerah, pelaku industri dan asosiasi industri TPT.

Melaksanakan pendidikan dan pelatihan yang melibatkan peran instansi di daerah, pelaku industri dan asosiasi industri TPT

Bekerja sama dengan pelaku industri TPT untuk meningkatkan tenaga pengajar melalui magang industri dan kegiatan lainnya.

Sudah memiliki sertifikasi sistem manajemen mutu ISO 9001:2015

Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 secara konsisten

Menerapkan sistem manajemen mutu ISO 9001:2015 secara konsisten

Weakness (Kelemahan) Dalam proses pelatihan bidang TPT masih

mengandalkan tenaga instruktur diklat yang berasal dari asosiasi

Mendorong agar pengajar/instruktur/widyaiswara bisa lebih berperan aktif dalam kegiatan pelatihan dan pengembangan program diklat serta kurikulum.

Peningkatan hubungan kerjasama dengan seluruh stakeholder

Keterbatasan jumlah SDM BDI Jakarta sehingga tenaga pengajar (instruktur dan widyaiswara) lebih banyak diperbantukan untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan rutin yang bersifat administratif.

Meningkatkan kompetensi aparatur penyelenggaraan diklat di BDI Jakarta melalui pelatihan, seminar, dll.

Melatih kemampuan tenaga pengajar melalui berbagai diklat pengembangan SDM

Kompetensi manajemen penyelenggaraan diklat secara profesional dari aparatur BDI Jakarta masih lemah.

Meningkatkan kompetensi penyelenggara diklat melalui

pelatihan-pelatihan , workshop, seminar Melakukan study banding ke lembaga pelatihan lain untuk meningkatkan kemampuan

(33)

Visi : Menjadi Penggerak Utama Pembangunan SDM Industri Tekstil dan Produk Tekstil yang Kompeten Berdaya Saing Global

Misi : 1. Mengembangkan Pelatihan Industri berbasis kompetensi dengan Sistem 3 in 1 (pelatihan, sertifikasi kompetensi, dan penempatan kerja). 2. Mengembangkan Wirausaha Baru yang berkelanjutan.

3. Mengembangkan ASN Pembina Industri yang kompeten.

Tujuan : 1. Meningkatkan SDM industri yang siap pakai, kompeten, berdaya saing, prilaku dan sikap yang sesuai dengan kebutuhan dunia industri 2. Meningkatkan wirausaha baru sektor industri.

3. Meningkatkan Kompetensi ASN Pembina Industri

Perspektif Pemangku Kepentingan (Stakeholder)

Perspektif Proses Bisnis Internal Perspektif Pembelajaran Meningkatnya tenaga kerja industri TPT yang kompeten Terwujudnya Pembina

Industri yang Kompeten

Terwujudnya tenaga kerja industri bidang TPT

yang kompeten

Terwujudnya Wirausaha Industri TPT yang

kompeten

Perumusan Kebijakan

1. Terselenggaranya Diklat Sistem Industri dan Ekonomi Industri

2. Pengembangan program diklat, skema sertifikasi, kurikulum, modul dan silabus

Pelayanan dan Fasilitasi

1. Terselenggaranya Dklat Sistem 3in 1 Bidang TPT 2. Meningkatnya jumlah kerjasama denga mitra Industri TPT

3. Terwujudnya fasilitas Mini Plan Produksi TPT, Ruang Edukasi Industri (library). Ruang Fashion 4. Meningkatnya tingkat kepuasan pelanggan

Pelaksanaan Teknis

1. Terselenggaranya inkubator bisnis 2. Tersedinya ruang -ruang tenant dengan konsep edukasi industri

SDM

1. Terwujudnya ASN profesional dan berkepribadian

Informasi

1. Sistem Informasi Diklat yang terintegrasi mulai dari rekrutmen,

pelatihan,sertifikasi,penempatan dan evlauasi pasca diklat

2. Terwujudnya smart building dan smart office

Akuntabilitas

1. Terwujudnya sistem tata kelola keuangan, BMN dan pelaporan yang akuntabel

(34)

3.4. Program Kerja Dan Kegiatan

A. Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Sistem 3 in 1

Diklat 3 in 1 merupakan sistem pelatihan dengan konsep pelatihan, sertifikasi dan penempatan kerja yang memiliki tujuan untuk menciptakan SDM industri yang berkualitas, memiliki kompetensi dan berdaya saing tinggi. Untuk mewujudkan hal-hal tersebut, maka diperlukan lembaga pendidikan dan pelatihan yang berbasis spesialisasi kompetensi, memilki daya saing dan dapat diakses dengan mudah oleh kalangan industri. Pelatihan berbasis kompetensi adalah pelatihan kerja yang menitikberatkan pada penguasaan kemampuan kerja yang mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai dengan standar yang ditetapkan dan persyaratan di tempat kerja. Melalui Peraturan Menteri Perindustrian R.I nomor 40/M-IND/PER/5/2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Pendidikan dan Pelatihan Industri Kementerian Perindustrian, Balai Diklat Industri Jakarta melaksanakan pendidikan dan pelatihan dengan fokus dan spesialisasi bidang industri tekstil dan produk tekstil.

Gambar 3.5 Konsep Diklat 3 in 1

Dalam rangka menghadapi tantangan program pemerintah yang difokuskan pada pembangunan SDM, BDI Jakarta terus melakukan pengembangan program dan pelatihan yang tentunya disesuikan dengan kebutuhan dari industri. Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan pelatihan melalui kegiatan Temu Mitra Industri TPT Tahun 2019, berikut adalah kebutuhan pelatihan tahun 2020.

Tabel 3.1 Kebutuhan Diklat Tahun 2020

No Jenis Pelatihan Jumlah Infrastruktur

Fisik

Infrastruktur Kompetensi

1 Diklat 3 in 1 Operator Garmen 45.513 Ada Ada

(35)

3 Diklat 3 in 1 Pola Garmen 545 Belum Ada

4 Diklat 3 in 1 QC Garmen 1.450 Belum Ada

5 Diklat Supervisor Garmen 586 Belum Ada

6 Diklat Pembuatan Batik 1200 Belum Ada

7 Diklat 3 in 1 Merchandiser 317 Belum Belum

8 Diklat Desain Pakaian 125 Belum Ada

9 Inkubator Bisnis (Custom Made) 50 Belum Ada

Sumber : Kuesioner Kegiatan Temu Mitra Industri TPT Tahun 2019

Dalam mempelancar proses pelaksanaan tupoksi dan meningkatkan kinerja penyelenggaraan pelatihan berbasis kompetensi sebagaimana penjelasan diatas, maka diperlukan dukungan dari sarana dan prasarana, yaitu:

1. Infrastruktur Fisik

Infrastruktur fisik dalam melaksanakan diklat meliputi Gedung, Alat dan Mesin. Sampai dengan tahun 2019, BDI Jakarta memiliki infrastruktur fisik untuk melaksanakan Diklat 3 in 1 Operator Mesin Industri Garmen dengan kapasitas 300 peserta/batch yang meliputi Workshop Garmen, Kamar Asrama, Kantin, Mushola, Kamar Mandi, Ruang Aula untuk 300 orang. Selain itu BDI Jakarta juga memiliki satu ruangan khusus untuk kegiatan inkubator bisnis. Berdasarkan data dalam Tabel 3.1 Kebutuhan Diklat Tahun 2020 infrastuktur fisik yang dimilki saat ini perlu dilakukan pengembangan guna memenuhi kebutuhan diklat dari industri.

2. Infrastruktur Kompetensi

Tersedianya infrastruktur kompetensi menjadi kunci penting dalam pelaksanaan kegiatan pelatihan berbasis kompetensi. Infrastruktur Kompetensi berupa SKKNI, LSP, TUK, Assesor Kompetensi, Skema Sertifikasi, Kurikulum dan Modul. Langkah awal sebelum melaksanakan program pelatihan adalah adanya skema sertifikasi. BDI Jakarta saat ini memiliki 6 skema sertifikasi (penjahitan pakaian sesuai style, penjahitan komponen pakaian, pengendalian mutu garmen, pengelolaan lini produksi garmen, pembuatan batik tulis, pembuatan batik cap). Akhir Tahun 2019 BDI Jakarta menambah 11 skema sertifikasi baru, yaitu operator mesin tenun shutteless, operator mesin tenun shuttle, operator pintal, supervisor tenun, supervisor pintal, QC tenun, QC pintal, Pembuatan pola manual, Pembuatan Pola CAD, Pembuatan desain pakaian, Operator Senior Custom Made. Dengan adanya dukungan infratsruktur kompetensi akan semakin memudahkan dalam pelaksanaan program pelatihan baru pada tahun 2020.

(36)

3. Infrastruktur Jaringan Internet

Dalam mendukung penerapan sistem informasi dan teknologi guna mempermudah pembelajaran, BDI Jakarta juga akan membangung sistem informasi berbasis teknologi. Langkah awal yang akan dilakukan adalah memperbaiki infrastruktur jaringan internet yang ada saat ini. Setelah itu baru akan dimulai untuk melakukan interkoneksi mesin-mesin yang ada, termasuk implementasi smart building dan smart office.

Dalam mendukung pengembangan SDM industry 4.0, BDI Jakarta juga bernecana melakukan penambahan mesin-mesin industry garmen yang mendukung pelaksanaan industry 4.0, seperti Hanger System, Auto Cutting, Analytical CCTV dan Command Center. B. Program Pengembangan Wirausaha Baru

Program pengembangan wirausaha nasional telah menjadi salah satu program utama pemerintah. Pada tahun 2013 pemerintah mengeluarkan Peraturan Presiden Nomor 27 Tahun 2013 untuk memberi payung hukum penyelenggaraan kegiatan inkubator bisnis. Dalam Perpres tersebut dinyatakan bahawa untuk meningkatkan daya saing nasional perlu ditumbuhkan wirausaha baru. Guna menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan dan jejaring usaha dibutuhkan suatu wahana yang dikenal sebagai inkubator bisnis. Definisi inkubator bisnis menurut Perpres Nomor 27 tahun 2013 adalah lembaga intermediasi yang melakukan proses inkubasi terhadap Peserta Inkubasi (Tenant). Inkubasi yang dilakukan dapat berupa pembinaan, pendampingan dan pengembangan sesuai kebutuhan peserta inkubasi.

Dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian telah disebutkan bahwa wirausaha industri merupakan salah satu sumber daya manusia industri. Pembangunan wirausaha industri bertujuan untuk menciptakan wirausaha yang berkarakter dan bermental kewirausahaan serta berkompetensi di bidang usahanya. Pelaksanaan pembangunan tersebut dilakukan melalui pelatihan, kemitraan dan inkubator bisnis industri atau inkubator bisnis.

Berikut ini adalah skema proses penyelenggaraan inkubator bisnis yang diterapkan :

(37)

Balai Diklat Industri Jakarta akan lebih memaksimalkan program Inkubator Bisnis pada tahun 2020-2024 dengan penambahan tenant dan pendampingan secara menyeluruh di ruangan-ruangan yang terdapat di BDI Jakarta atau in wall tenant dan pendampingan terhadap tenant yang berada di luar BDI Jakarta atau out wall tenant, sehingga selain dapat menciptakan wirausaha baru juga dapat menjadikan pembelajaran kepada pengunjung yang datang ke BDI Jakarta. Konsep yang akan dibuat adalah wisata edukasi di bidang industri kecil dan menengah. Produk-produk hasil incubator bisnis akan ditampilkan dalam ruang display yang tersedia dan pengunjung dapat melihat langsung produksi dari produk tersebut. Selain itu juga akan dibuatkan co-working space bagi tenat-tenant untuk melakukan meeting terkait produknya.

C. Program Pelatihan Pembina Industri

Dalam suatu organisasi, sumber daya manusia memiliki kedudukan yang sangat penting yaitu sebagi penggerak dan penentu berlangsungnya segala aktivitas organisasi. Sumber daya manusia memilki andil yang sangat besar dalam menentukan maju atau berkembangnya organisasi. Kemajuan suatu organisasi ditentukan oleh kualitas dan kapabilitas sumber daya manusia yang dimilki. Oleh karena itu dalam rangka melaksanakan program-program Kementerian Perindustrian dan menghadapi tantangan revolusi industri 4.0, sumber daya manusia aparaturnya perlu untuk dikuatkan.

Sumber daya manusia Aparatur bertindak sebagai pembina industri. SDM Aparatur diharuskan memilki dua kompetensi, yaitu kompetensi teknis dan kompetensi manajerial. Mulai tahun 2020, Balai Diklat Industri Jakarta diberikan tugas tambahan untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan SDM Aparatur baik dari internal Kementerian Perindustrian maupun dari Pemerintah Daerah. Diklat yang direncanakan yaitu Diklat Sistem Industri, Diklat Ekonomi Industri dan Diklat Fungsional.Oleh karena itu perlu disiapkan fasilitas penunjang baik fisik maupun non fisik dalam melaksanakan program tersebut.

(38)

Tabel 3.2. Rencana Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan BDI Jakarta Tahun 2015-2019

No Diklat 2020 2021 2022 2023 2024

I Diklat Tenaga Kerja Industri Sistem 3in1

1 Operator Mesin Industri Garmen 6500 7500 8500 9500 11500

2 Operator Tekstil 200 300 400 500 500

3 Pembuatan Batik 100 150 150 200 250

4 Supervisor Garmen 90 90 120 120 120

5 Quality Control Garmen 90 90 120 120 120

6 Supervisor Tekstil 90 90 120 120 120

7 Supervisor Garmen 90 90 120 120 120

8 Pola Manual Garmen 25 50 50 100 100

9 Pola Komputer Garmen 25 50 50 75 100

10 Mekanik Garmen 60 60 90 90 120

11 Merchandiser - 25 25 50 50

12 Operator Cutting - 25 25 50 50

II Pengembangan Wirausaha Baru

1 Inkubator Bisnis 4 5 6 8 10

(39)

3 Diklat Custom Made 25 25 50 50 75 III Diklat Pembina Industri

1 Sistem Industri 30 30 30 60 60

(40)

Tabel 3.3. Rencana Aksi Balai Diklat Industri Jakarta Tahun 2020-2024

No Uraian

Tahun

2020 2021 2022 2023 2024 1 Pendidikan dan Pelatihan Sistem 3in1

 Pelatihan Berbasis Spesialisasi dan Kompetensi     

 Pengembangan Pelatihan Berbasis Kompetensi     

- Identifikasi kebutuhan pelatihan industry TPT     

- Penyusunan program diklat     

- Pengembangan Skema Sertifikasi     

- Pengembangan kurikulum, modul dan silabus     

2 Pengembangan wirausaha baru bidang industri TPT  Inkubator Bisnis

- Seleksi Peserta     

- Pendidikan dan pelatihan     

- Pendampingan dan Konsultasi     

- Monitoring dan Evaluasi     

 Diklat Teknis dalam Rangka Penumbuhan Wirausaha Baru

 Pelatihan Berbasis Spesialisasi     

3 Pendidikan dan Pelatihan Pembina Industri

 Pelatihan Sistem Industri dan Ekonomi Industri

- Penyusunan program, kurikulum dan silabus     

3.5 Kerangka Pendanaan

Dalam rangka mencapaia sasaran strategis tahun 2020-2024, dibutuhkan pendanaan bagi program dan kegiatan sebagaimana yang dijabarkan di atas. kebutuhan pendanaan Balai Diklat Industri Jakarta untuk tahun 2020-2024 adalah sebagai berikut:

(41)

Tabel 3.4. Rencana Pendanaan Balai Diklat Industri Jakarta Tahun 2020-2024

NO Kegiatan Tahun Anggaran

2020 2021 2022 2023 2024 1 Tenaga Kerja Industri Kompeten Lulusan Diklat Sistem 3 in 1 33.600.000.000 40.320.000.000 42.336.000.000 44.452.800.000 46.675.440.000 2 Inkubator Bisnis untuk Pembentukan Wirausaha Industri 500.000.000 525.000.000 551.250.000 578.812.500 607.753.125 3 Layanan dukungan Manajemen Satker 1.870.000.000 1.963.500.000 2.061.675.000 2.164.758.750 2.272.996.688 4 Layanan Perkantoran 7.248.175.000 7.610.583.750 7.991.112.938 8.390.668.584 8.810.202.014 Total 43.218.175.000 50.419.083.750 52.940.037.938 55.587.039.834 58.366.391.826

(42)

BAB IV PENUTUP

Rencana strategis (Renstra) Balai Diklat Industri Jakarta Tahun 2020-2024 disusun dengan mengacu pada Renstra BPSDMI Tahun 2020-2024, Undang-Undang Nomor 3 tahun 2014 tentang Perindustrian, Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional 2015 - 2035 dan Kebijakan Industri Nasional 2015-2019. Renstra Balai Diklat Industri Jakarta merupakan pedoman pelaksanaan tugas dan fungsi Balai Diklat Industri Jakarta dalam mewujudkan visi menjadi penggerak utama pembangunan sdm industri tekstil dan produk tekstil yang kompeten berdaya saing global. .

Dalam rangka mencapai misi tersebut, Balai Diklat Industri Jakarta telah menetapkan sasaran-sasaran strategis yang dibagi ke dalam 3 (tiga) perspektif yaitu: 1) perspektif pemangku kepentingan; 2) perspektif proses internal; dan 3) perspektif pembelajaran organisasi. Balai Diklat Industri Jakarta juga telah menetapkan indikator-indikator dari masing sasaran strategis tersebut sehingga pencapaian dari masing-masing sasaran strategis dapat terukur dan dimonitor. Untuk mencapai sasaran-saran strategis tersebut Balai Diklat Industri Jakarta melaksanakan kegiatan-kegiatan yang merupakan penjabaran program Pengembangan SDM Industri. Lingkup dari program-program yang dilaksanakan mencakup kegiatan-kegiatan Peningkatan kualitas SDM Industri dan dukungan manajemen. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan industri nasional tidak semata-mata bergantung pada keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan Kementerian Perindustrian. Kesuksesan pembangunan industri nasional membutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan, baik dari pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat luas.

Gambar

Gambar 1.1 Proyeksi Tenaga Kerja Ahli dan Non Ahli Tahun 2020
Gambar 1.2 Proyeksi Kebutuhan Tenaga Kerja Industri Per Wilayah  Indonesia juga saat  ini mengalami  tantangan dengan adanya kemajuan teknologi  yang telah mengubah perekonomian dunia, salah satu sektor yang mengalami perubahan  adalah  sektor  industri
Tabel 1.1 Potensi SDM Balai Diklat Industri Jakarta
Tabel 1.3. Sarana Gedung yang dimiliki BDI Jakarta
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian yang menunjukkan bahwa ROA berpengaruh positif terhadap CAR ini didukung dengan data yang dimiliki BRI Syariah dan Panin Dubai Syariah, dimana

Kesimpulan dari asumsi yang sudah di dapat bahwa pada saat ini lagi Booming gaya rambut rockabilly sehingga memberikan peluang bagi produk Cash Pomade sebagai penunjang untuk

Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Hukum dan HAM Kementerian Hukum Dan Hak Asasi Manusia Rl bekerjasama dengan Badan Litbang Diklat Kumdil Mahkamah Agung Rl

rendah, serta karbohidrat lebih tinggi dibandingkan perhitungan kandungan gizi makanan selingan yang dianjurkan bagi penderita diabetes melitus tipe 2. Uji tingkat

Berdasarkan penelitian Kristiani (2013) pada pembuatan minuman serbuk serai wangi, minyak atsiri pada produk tidak hilang sama sekali tetapi masih dijumpai sebesar 1040

perusahaan, hasil penelitian sebelumnya Sari (2020) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, namun hal

Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur melalui percepatan pembangunan di berbagai bidang dengan struktur perekonomian yang kokoh berlandaskan

Dari hasil transposisi (T) seperti pada Gambar 4, untuk transposisi plainteks (TP) akan diambil tiap delapan bit dan diubah ke dalam huruf desimal, kemudian dikalikan