• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II METODE TERJEMAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II METODE TERJEMAH"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

23 1. Pengertian Metode Terjemah

Istilah metode secara etimologi berasal dari kata bahasa Yunani yaitu methodos yang berasal dari kata “meta” dan “hodos”, kata meta berarti cara atau melalui, sedangkan hodos berarti jalan. Sehingga metode berarti jalan yang harus dilalui , cara melakukan sesuatu atau prosedur.1

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa menerjemahankan berarti menyalin atau memindahkan dari suatu bahasa ke bahasa lain. Kata terjemah sendiri berasal dari bahasa Arab, yakni

ةَمَج ْرَت,

yang mengandung arti menjelaskan dengan bahasa lain atau memindahkan makna dari satu bahasa ke bahasa lain.2

Dapat disimpulkan bahwa Metode terjemah yaitu metode menerjemahkan atau dengan kata lain menyajikan pelajaran dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing ke dalam bahasa sehari-hari dan buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya.3

1 Sunhaji, Strategi Pembelajaran, Konsep, Dasar, Metode, dan Aplikasi dalam Proses

Belajar Mengajar, (Yogyakarta, Grafindo Litera Media: 2009), hlm. 38.

2

M. Zaka Alfarisi, Pedoman Penerjemahan Arab Indonesia,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hlm.21.

3

Wa Muna, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Yogyakarta: Teras, 2011) hlm.94-96.

(2)

Pendekatan teori yang mendasari pengajaran metode terjemah ini yaitu teori tata bahasa tradisonal, teori tradisional menekankan adanya satu tata bahasa semesta. Teori tradisional melihat bahasa secara preskiptif, artinya bahasa yang baik dan benar adalah menurut para ahli bahasa, bukan yang digunakan oleh penutur asli di lapangan.4

Untuk memberikan definisi tentang terjemah, kita dapat membedakannya dari dua sudut pengertian yaitu pengertian secara etimologis (bahasa) dan terminologis (istilah).

Menurut Az-Zarqani, secara etimologis kata

ةَمَج ْرَت

memiliki empat pengertian seperti tercandrakan di bawah ini:

a. Menyampaikan tuturan kepada orang yang kurang mampu menerima tuturan itu.

b. Menjelaskan tuturan dengan bahasa yang sama.

c. Menafsirkan tuturan dengan menggunakan bahasa yang berbeda, misalnya bahasa Arab dijelaskan lebih lanjut dengan bahasa Indonesia atau sebaliknya. d. Mengalihkan tuturan dari suatu bahasa ke dalam bahasa lain, seperti

mengalihkan bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

Dari paparan tersebut, tampak jelas bahwa istilah terjemah merujuk pada suatu pengertian pokok, yaitu menyampaikan, menjelaskan, menafsirkan, dan mengalihkan tuturan, baik dengan menggunakan bahasa yang sama maupun yang berbeda.5

4 Acep Hermawan, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2011), hlm. 171.

(3)

Sekaitan dengan itu, Catford menyatakan bahwa secara terminologis penerjemahan adalah penggantian teks dalam suatu bahasa (bahasa sumber) dengan teks yang sepadan dalam bahasa lain (bahasa target). Brislin memperluas definisi Catford dengan menyatakan bahwa penerjemahan berarti pemindahan gagasan dari bahasa sumber ke dalam bahasa target, baik dalam bentuk tulis maupun lisan.6

Dari beberapa definisi tersebut memuat unsur-unsur utama dalam penerjemahan sebagai berikut:

a. Bahasa sumber

Dalam hal ini, bahasa sumber menunjuk kepada bahasa Arab yang memiliki ragam fusha, bukan ragam dialek tertentu (lahjah).

b. Bahasa sasaran

Dalam hal ini, yang dimaksud dengan bahasa sasaran atau teks sasaran adalah bahasa Indonesia.

c. Pesan

Pendefinisian terjemah dengan cara di atasa dimaksudkan untuk mengalihkan pesan seutuh dan semaksimal mungkin ke dalam bahasa sasaran.

d. Padanan

Definisi terjemah yang menekankan pada aspek padanan mengandaikan adanya tuntutan perimbangan antara teks sumber dengan hasil penerjemahan, baik dari segi proporsi linguistik maupun pesannya.7

6 M. Zaka Alfarisi, Op.Cit., hlm.22-23. 7

Ibnu Burdah, Menjadi penerjemah, Metode dan Wawasan Menerjemahkan Teks Arab, (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm.9-15.

(4)

2. Tujuan Metode Terjemah

Metode Terjemah adalah menerjemahkan dengan kata lain menyajikan pelajaran dengan menerjemahkan buku-buku bacaan berbahasa asing ke dalam bahasa sehari-hari, dan buku bacaan tersebut tentunya telah direncanakan sebelumnya.8

Tujuan penerjemahan adalah untuk menciptakan relasi yang sepadan dan inten antara teks sumber dan teks sasaran agar diperoleh jaminan bahwa kedua teks tersebut mengkomunikasikan pesan yang sama.9 Dalam penelitian ini tujuan penerjemahan yaitu untuk memindahkan pesan atau makna yang terkandung dalam teks bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

3. Jenis-Jenis Terjemah

Secara garis besar metode penerjemahan itu dikelompokkan pada dua kategori yang saling berlawanan yakni tarjamah harfiyah dan tarjamah bi Tasharruf (bebas).

a. Terjemah Harfiyah (Literer)

Terjamah Harfiyah (literer) ini melingkupi terjemahan-terjemahan yang sangat setia terhadap teks sumber. Kesetiaan biasanya digambarkan oleh ketaatan penerjemah terhadap aspek tata bahasa teks sumber, seperti urutan-urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya.10 Penerjemahan jenis ini mula-mula dilakukan seperti penerjemahan kata demi kata, tetapi

8

Wa Muna, Op.Cit, hlm. 94-96. 9

Abdul Munip, Strategi dan Kiat Menerjemahkan Teks Bahasa Arab ke Dalam Bahasa

Indonesia, (Yogyakarta: Bidang Akademik, 2008), hlm.1.

10

Ibnu burdah, Menjadi Penerjemah (Metode dan Wawasan Menerjemah Teks Arab), (Yogyakarta: Tiara Wacana, 2004), hlm. 16.

(5)

penerjemah kemudian menyesuaikan susunan kata dalam kalimat. Terjemahannya yang sesuai dengan susunan kata dalam kalimat bahasa sasaran.11

Ada tiga kelemahan yang terdapat dalam metode ini:

1) Penerjemahan ini sangat setia terhadap teks sumber baik dalam urutan urutan bahasa, bentuk frase, bentuk kalimat dan sebagainya sehingga pesan yang ada pada naskah itu cenderung di kesampingkan.

2) Hasil terjemahannya saklek dan kaku karena penerjemah memaksakan aturan-aturan tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia.

3) Dengan hasil terjemahan yang saklek dan kaku, maka terjemahan ini merupakan hasil terjemahan yang kurang lugas dibaca.12

Selain kelemahan-kelemahan tersebut diatas terjemah harfiyah juga terdapat kelebihan-kelebihan, yaitu:

1) Terjemahan harfiyah ini cenderung sama atau hampir sama dengan bahasa sumbernya, sehingga pesan yang terkandung didalam bahasa sumbernya tidak teralihkan

2) Gaya terjemahannya biasanya mirip dengan gaya penulisan bahasa sumbernya, sehingga para pembaca dapat menikmati gaya penulisan aslinya. Bentuk dan struktur kalimat bahasa sumber masih dapat dipertahankan.13

11

M. Rudolf Nababan, Teori Menerjemahkan Bahasa Inggris, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 32-33.

12Ibnu burdah, Op.Cit., hlm.16. 13

Suhendra Yusuf, Teori Tarjamah Pengantar Ke Arah Pendekatan Linguistik dan

(6)

b. Terjemah bi Tasharruf (tafsiriyah atau bebas)

Terjemah jenis ini menunjukan pada terjemahan terjemahan yang tidak memperdulikan aturan atau tata bahasa dari bahasa sumber. Orientasi yang ditonjolkan adalah pemindahan makna.14

Terjemah bi Tasharruf ini mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu:

1) Apa-apa yang ingin disampaikan oleh naskah bahasa sumber sangatlah diperhatikan dalam terjemahan ini. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa yang harus diterjemahkan itu adalah kandungan naskah bukan bentuknya.

2) Hasil penerjemahannya dapat merupakan bacaan yang menarik dan enak dibaca oleh karena penerjemahnya amat memperdulikan segala peraturan kebahasaan sasaran disamping mengutamakan pesan yang memang harus disampaikan.15

Adapun kelemahan-kelemahan dalam terjemah bi Tasharruf yaitu:

1) Apabila penerjemah melakukan pekerjaannya itu terlalu bebas, maka cara kerja demikian biasa disebut sebagai pekerjaan menyadur, dan orang yang melakukannya disebut penyadur. Hal demikian merupakan pekerjaan penerjemah yang telah menyimpang.

2) Para pembaca tidak akan dapat menikmati gaya penulisan penulis aslinya dan biasanya gaya terjemahannya adalah gaya penerjemah sendiri.16

14 Ibnu burdah, Op.Cit, hlm. 16 15

Suhendra Yusuf, Op.Cit, hlm. 24-30 16 Ibid.,

(7)

3) Para pembeca biasanya tidak dapat membedakan mana gagasan penulis aslinya dan mana gagasan tambahan dari penerjemah sendiri oleh karena penerjemahnya sudah terlalu ikut campur dengan gagasan dan pesan penulis bahasa sumbernya.17

Lebih terperinci Newmark membagi penerjemahan berdasarkan penekanannya pada bahasa sumber dan bahasa target. Dua penekanan yang berbeda ini kemudian dikelompokkan menjadi delapan metode penerjemahan sebagai berikut.

1. Penekanan pada bahasa sumber

Ada empat metode penerjemahan yang berorientasi pada bahasa sumber. Keempat metode tersebut adalah metode penerjemahan kata demi kata, metode penerjemahan literal, metode penerjemahan setia dan metode penerjemahan semantis.

a) Metode penerjemahan kata demi kata

Penerjemahan kata demi kata ini sering kali digambarkan sebagai terjemahan antar baris dengan bahasa target berada langsung di bawah kata-kata bahasa sumber. Metode ini berfokus pada kata demi kata bahasa sumber, dan sangat terikat pada tataran kata.

Penerjemahan hanya mencari padanan kata-kata dalam bahasa target yang pas dengan yang terdapat dalam bahasa sumber. Susunan kata-kata pada teks sumber dipertahankan sedemikian rupa; kata-kata-kata-kata

(8)

diterjemahkan satu per satu ke dalam makna yang paling umum tanpa mengindahkan konteks pemakaiannya. Contohnya :





















1. Alif laam miim

2. Itulah al-Kitab, tidak ada keraguan di dalamnya sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa

لا

بتكلا

كلذ

ملا

tidak ada al-kitab Itulah alif lam mim

نيقّتملل

ىده

هيف

بير

bagi orang-orang yang bertakwa

petumjuk di dalamnya Keraguan

b) Metode penerjemahan literal (harfiah)

Penerjemahan harfiah dilakukan dengan mengalihkan konstruksi gramatika bahasa sumber ke dalam konstruksi gramatika bahasa target yang memiliki padanan yang paling dekat. Namun demikian unsur leksikal yang ada tetap diterjemahkan satu per satu tanpa mengindahkan konteks yang melatarinya.

Metode penerjemahan harfiah ini juga sangat patuh pada teks sumber. Persoalan konteks tak terlampau dihiraukan. Struktur bahasa

(9)

sumber diperhatikan. Akibatnya, gejala interferensi acap kali tak terhindarkan. Karena terlalu mengutamakan ىنبم „bentuk‟, sangat mungkin matra ىنعم „makna‟ terkesampingkan, sehingga pesan tidak sampai kepada pembaca teks terjemahan. Selain itu, hasil terjemahan juga terasa kaku dan kurang natural karena penerjemahan terlalu memaksakan kaidah-kaidah tata bahasa Arab ke dalam bahasa Indonesia. Contoh terjemahan harfiah adalah terjemahan Q.S al-Isra‟ 17:29 oleh Jassin (1991:384) berikut ini :

م امىلم دعقتف طسبلا لـم اهطسبت لاو لقنع ىلإ ةلىلغم كدٌ لعجت لاو سح

ارو

/wa la: taj‟al yadaka maglu:latan ila: „unuqika wala tabsutha kullal-basti fataq‟uda malu:man-mahsu:ra:/

“Jangan biarkan tanganmu terbelenggu pada lehermu. Dan janganlah (pula) kau ulurkan sejauh-jauhnya. Sehingga kau jadi tercela, penuh penyesalan”

“Membuat tangan terbelenggu pada leher” berarti kikir dan “terlalu mengulurkan tangan” adalah ungkapan yang berarti terlalu pemurah.

c) Metode penerjemahan setia

Dengan metode ini penerjemahan berupaya sesetia mungkin mengalihkan makna konstekstual bahasa sumber meskipun melanggar gramatika bahasa target. Dalam penerjemahan setia ini kosakata kebudayaan ditransfer, dan urutan gramatika dalam terjemahan dipertahankan sedemikian rupa. Dengan kata lain, metode ini berupaya

(10)

untuk setia (faithfull) sepenuhnya kepada maksud dan realisasi teks bahasa sumber penulisnya. Contoh : داـمرلا رٍثم ىـه/ Huwa katsiru al-ramad/ „ia banyak abunya‟ (harfiah) diterjemahkan „ia dermawan karena banyak abunya‟

d) Metode penerjemahan semantis

Metode penerjemahan semantis berfokus pada pencarian padanan pada tataran kata, tetapi tetap terikat budaya bahasa sumber. Namun begitu, penerjemahan berusaha mengalihkan makna konstekstual bahasa sumber sedekat mungkin dengan struktur sintaksis dan semantis bahasa target. Penerjemahan semantis sangat memperhatikan nilai estestika teks bahasa sumber, kompromi makna agar selaras dengan asonansi serta permainan dan pengulangan kata yang menggetarkan. Berbeda dengan penerjemahan setia, metode penerjemahan semantis lebih luwes dan memperkenankan intuisi penerjemahan untuk berenpati dengan teks sumber.

2. Penekanan pada bahasa target

Pada penekanan ini dibagi menjadi empat metode, yaitu metode penerjemahan adaptasi, metode penerjemahan bebas, metode penerjemahan idiomatis dan metode penerjemahan komunikatif.

a) Metode penerjemahan adaptasi

Metode penerjemahan adaptasi merupakan penerjemahan teks yang paling bebas. Penerjemahan berusaha mengubah dan menyelaraskan budaya bahasa sumber dalam bahasa target. Metode ini terutama

(11)

digunakan dalam menerjemahkan naskah drama dan puisi dengan tetap mempertahankan tema, karakter dan alur cerita. Budaya bahasa sumber dikonversi ke dalam budaya bahasa target. Teks tersebut kemudian ditulis ulang. Oleh karena itu, hasil penerjemahan umumnya dipandang bukan sebagai suatu terjemahan. Hasil terjemahan sesungguhnya lebih merupakan penulisan kembali pesan teks bahasa sumber dalam bahasa target.

b) Metode penerjemahan bebas

Penerjemahan bebas berupaya mereproduksi materi tertentu tanpa menggunakan cara tertentu. Dalam hal ini, penerjemahan mereproduksi isi semata tanpa mengindahkan bentuk. Akibatnya, metode ini menghasilkan teks target yang tidak lagi mengandung gaya atau bentuk teks sumber. Dalam praktiknya, penerjemahan bebas tidak terikat dengan pencarian padanan pada tataran kata atau kalimat. Pencarian padanan cenderung terfokus pada teks sebagai satu kesatuan. Biasanya, metode ini merupakan parafrase yang lebih panjang daripada bahasa aslinya. Hasil penerjemahan bebas sering kali bertele-tele. Berpretensi, dan sama sekali bukan merupakan terjemahan.

Contoh berikut menunjukkan judul berita secara “bebas”:

BSu: (al-Liqa, Jan-Peb, 1993) اٍناملأ ةمـصاع دٌدَـجلا ُهـْج َىلا/wajhu al-jadi:du „ashimatu al-ma:niya = Wajah baru ibukota Jerman BSa: (Scala, Pebruari 1993): Pembaruan Wilayah Pemerintahan

(12)

c) Metode penerjemahan idiomatis

Metode penerjemahan idiomatis berusaha mereproduksi pesan bahasa sumber, tetapi cenderung mendistorsi nuansa makna. Hal ini disebabkan penerjemah lebih menyukai pemakaian aneka kolokial dan idiom-idiom yang tidak terdapat dalam bahasa sumber. Contoh :

مودٌ لا مارـحلا لاـملا /al-ma:lu al-hara:mu la: yadu:mu/ „Harta haram tidak akan bertahan lama‟

d) Metode penerjemahan komunikatif

Metode penerjemahan komunikatif ini berupaya mengungkapkan makna kontekstual bahasa sunber secara tepat. Pengungkapan dilakukan dengan cara-cara tertentu sehingga isi dan bahasanya berterima dan mudah dipahami pembaca target. Dengan kata lain, metode ini sangat mengindahkan efek terjemahan terhadap pembaca target. Hasil terjemahan diupayakan mempunyai bentuk, makna, dan fungsi yang selaras dalam bahasa target. Sebab, boleh jadi suatu kalimat terjemahan sudah benar secara sintaksis, tetapi maknanya tidak logis, bentuk dan maknanya boleh jadi sudah sesuai, tetapi secara pragmatik penggunaannya tidak pas dan tidak alamiah.18 Contoh: يىنملا ًـٍحلا/al-hayayu al-manawi diterjemahkan “spermatozoon” untuk para ahli biomedik, tetapi untuk khalayak pembaca yang lebih umum diterjemahkan dengan “air mani”.

(13)

4. Syarat-Syarat Terjemah dan Penerjemah

Untuk mengukur berkualitas tidaknya hasil terjemahan dapat dilihat dari syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh terjemahan dan penerjemah. Secara umum, syarat-syarat terjemahan yang baik dan benar, sebagai berikut.

a. Bentuk terjemah dapat berdiri sendiri sehingga dapat menggantikan dan menduduki tempat yang sama dengan teks aslinya.

b. Terjemah tidak boleh ditambah atau dikurangi karena terjemah harus sesuai dengan dan meniru teks aslinya. Kalaupun dalam teks aslinya ada kesalahan, dalam terjemahan juga ada kesalahan pula.

c. Terjemahan harus memenuhi kepastian, semua makna dan maksud dari teks asli.

d. Terjemahan harus memberi kepastian, semua makna dan maksud yang diterjemahkan penerjemah adalah pengertian dari pembicaraan asli dan maksud pengarang aslinya.

Untuk menghasilkan terjemahan yang sesuai dengan syarat-syarat di atas, seorang translator harus memiliki syarat-syarat tersendiri, syarat-syaratnya sebagai berikut.

a. Penerjemah harus mengetahui dengan baik segala tatanan yang ada dalam dua bahasa: bahasa asli dan terjemahan.

b. Penerjemah harus mengetahui dengan baik gaya bahasa dan kelebihan-kelebihan yang ada dalam dua bahasa itu.

c. Penerjemah harus mengetahui dengan baik bidang ilmu yang sedang diterjemahkan.

(14)

d. Penerjemah harus mengenal gaya bahasa dan pengungkapan pengarang teksnya diterjemahkan.

e. Penerjemah harus dapat dipercaya dalam memindahkan ide-ide yang terdapat dalam teks asli.

f. Penerjemah harus berusaha merangkai ide-ide dalam gaya bahasa dan pengungkapan yang sedapat mungkin mendekati gaya bahasa dan pengungkapan asli.

g. Penerjemah harus menjaga ruh (jiwa) yang terkandung dalam bahasa aslinya.19

Ada 3 syarat yang harus dimiliki jika ingin menjadi penerjemah yang baik dan berbobot yaitu:

a. Menguasai gramatika (kaidah-kaidah tata bahasa) dan kaidah-kaidah menerjemahkan.

b. Kaya perbendaharaan kat-kata (Vocabulary). c. Memiliki pengetahuan sosial dan wawasan luas.20

5. Langkah-langkah Metode Terjemah

Langkah-langkah pelaksanaan metode Translation (menerjemahkan) ini dapat dilakukan dengan cara guru menunjuk/ menentukan bahan-bahan bacaan yang akan diterjamahkan itu kepada siswa, dan menetapkan pula pokok-pokok/ seri-seri pelajaran yang akan dipelajari (diterjemahkan). Kalau sudah diketahui

19

Ahmad Izzan, Metode Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Humaniora, 2011), hal: 185-186.

20

(15)

bersama oleh siswa topik yang akan diterjemahkan itu, langkah berikutnya guru memulai membuka seri pertama. Pelajaran baru itu dan menerjemahkannya. Pada tingkat-tingkat dasar sebaik-baiknya siswa terlebih dahulu diperkenalkan/ diajarkan kaidah-kaidah (atau aturan-aturan dalam) dalam menerjemahkan, jangan langsung menerjemahkan, namun setelah pengetahuan dasar menerjemahkan ini telah dimiliki/ dikuasai siswa barulah pelajaran menerjemahkan dapat dimulai.21

Dalam memulai pelajaran terjemahan ini guru dapat mengambil 2 (dua) cara:

a. Guru langsung membacakan terjemahan itu terlebih dahulu baru kemudian diterjemahkan kata per kata dan kalimat per kalimat.

b. Guru langsung secara bersama-sama melibatkan siswa menerjemahkan kata per kata, kalimat per kalimat secara seksama dalam bahasa asing itu, dan siswa sambil mencatat kata-kata yang dipandang penting dalam buku catatannya. Setelah selesai, guru bersama-sama siswa mengulanginya sekali lagi jika dipandang perlu. Setelah menyimpulkan pokok pengertiannya dari bahan bacaan yang diterjemahkan itu maka guru menyuruh salah seorang siswa untuk mengulangi lagi dan yang lain menyimak, memperhatikan dan membetulkan terjemahan kawannya. Demikian seterusnya hingga selesai seri per seri/ topik dari pelajaran terjemahan.22

21

Wa Muna, Op.Cit, hlm. 95 22 Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm. 98-99

(16)

6. Teknik Metode Terjemah

Teknik adalah kegiatan spesifik yang diimplementasikan dalam kelas, selaras dengan metode. Jadi teknik penerjemahan adalah cara penerjemahan kata dan frase dengan memperhatikan konteks kalimatnya. Secara garis besar, teknik penerjemahan dibagi dalam dua jenis, yakni menurut cara penerjemahan dan cara penyampaian.23

a. Cara Penerjemahan

Berdasarkan caranya, teknik penerjemahan terbagi dalam tiga cara: terjemah harfiyah, maknawiyah (tafsiriyah), dan dinamis.

1) Terjemah harfiyah

Terjemah harfiyah ialah mengalih bahasakan bahasa (susunan dan urutannya) ke dalam bahasa lain sesuai dengan bunyi bahasa tersebut, tidak dikurangi dan tidak pula ditambah. Jenis terjemah ini tidak mengalami pengembangan karena mengandung banyak kekurangan, yaitu sering mengaburkan pengertian dan tidak hemat dalam penggunaan kata-kata sehingga menimbulkan hiperkoreksi (terlalu betul), bahkan cenderung menjadi salah, dan maksud tulisan aslinya tidak terpaparkan karena setiap bahasa memiliki struktur tata bahasa ujaran dan gaya bahasa tersendiri.

2) Terjemah maknawiyah (tafsiriyah)

Terjemah maknawiyah (tafsiriyah) ialah menerjemahkan dari bahasa yang dialihbahasakan ke dalam bahasa lain dengan

(17)

beratkan pada isi (makna) dan tujuan terjemahannya. Jenis terjemahan ini juga tidak dikembangkan karena mengandung banyak kekurangan, yakni mudah menimbulkan interpretasi yang lain karena susunan kalimatnya sudah jauh sekali dari bahasa yang diterjemahkan, memungkinkan adanya unsur kesengajaan yang akan memutarbalikan isi dari karangan yang disalin, dan memberi peluang bagi plagiat sehingga penerjemah merasa dirinyalah yang mempunyai ide, bukan sebagai pembawa ide yang mengungkapkan.

3) Terjemah dinamis

Terjemah dinamis atau gaya bahasa bebas adalah cara menyampaikan isi amanah dalam bahasa sumber dengan ungkapan-ungkapan yang lazim dengan bahasa terjemahan. Jenis macam terjemahan inilah yang banyak dikembangkan dengan langkah-langkah: analisis atau dekomposisi terhadap bahasa sumber berdasarkan konsep dasarnya, pemindahan konsep dasar asli ke dalam konsep dasar bahasa terjemahan serta rekomposisi atau hasil-hasilnya ke dalam bahasa terjemahan.24

b. Cara Penyampaian

Berdasarkan cara atau teknik penyampaiannya, penerjemahan dibagi dua jenis, yakni lisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan dalam bentuk pembicaraan) dan tulisan (penerjemahan yang hasilnya disampaikan dalam bentuk tulisan). Dalam

(18)

menerjemahkan teks-teks klasik (kitab kuning) kita dapat memilih salah satu dari cara-cara di atas, khususnya terjemah dinamis yang hasilnya di sampaikan baik secara lisan maupun tulisan sesuai dengan kebutuhan.25

Sedangkan Newmark mengemukakan beberapa prosedur/teknik penerjemahan sebagai berikut :

a. Prosedur Literal

Penggunaan prosedur ini diterapkan manakala makna bahasa sumber memiliki kedekatan dengan makna bahasa target atau relatife mendekatinya. Prosedur ini sangat text-centered, sampai-sampai struktur bahasa sumber pun, termasuk word order, dipertahankan sedemikian rupa. b. Prosedur Transkripsi

Prosedur transkripsi dilakukan untuk mengalihkan suatu unit linguistik dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan menyalin huruf. Alih huruf atau aksara ini lazim dinamakan transliterasi. Prosedur tanskripsi merupakan proses pengalihan kata atau frase dari bahasa sumber ke dalam bahasa target dengan cara menyalin bentuk hurufnya. Proses penyalinan huruf lantas diikuti dengan proses neturalisasi dan adaptasi dalam bahasa target. Di sinilah terjadi penyesuaian kata yang ditransfer dengan sistem fonetik dan fonologi bahasa target. Penyesuaian dimaksudkan untuk menghasilkan kata yang selaras dengan kaidah fonotaktik dan morfotaktik yang berlaku.

(19)

c. Prosedur Ekuivalensi Budaya

Melalui prosedur ini penerjemah berupaya mencari padanan yang pas dalam menerjemahkan ungkapan-ungkapan kebudayaan bahasa sumber. Padanan diupayakan sesuai dengan ungkapan-ungkapan kebudayaan yang berlaku dalam bahasa target. Terjemah ini lebih dikenal dan mudah dipahami ketimbang terjemahan harfiahnya. Struktur lahir keduanya memang berbeda, tetapi struktur batin keduanya jelas sama.26

Prosedur ekuivalensi ini selanjutnya dijabarkan ke dalam tiga teknik penerjemahan berikut.

1) Teknik Korespondensi

Dengan teknik ini penerjemah menyamakan konsep bahasa sumber dalam bahasa target. Penerjemah berasumsi bahwa antara bahasa sumber dan bahasa target terdapat kesamaan konseptual. Operasionalisasi teknik ini dilakukan dengan menyamakan konsep bahasa sumber dan bahasa target melalui penerjemahan kata dengan kata atau frase dengan frase.

2) Teknik Deskripsi

Penggunaan teknik deskripsi dilakukan dengan cara menjelaskan makna kata bahasa sunber dalam bahasa target. Dengan teknik ini, sebuah kata bahasa sumber diterjemahkan menjadi frase, atau frase yang sederhana menjadi frase yang kompleks.

(20)

3) Teknik Integrasi

Teknik integrasi merupakan cara penerjemahan kata atau istilah dengan menggunakan dua teknik (kuplet) dalam mereproduksi makna bahasa sumber ke dalam bahasa target. Pemakaian teknik ini dimaksudkan supaya makna yang terdapat dalam bahasa sumber menjadi lebih jelas dan mudah dipahami oleh pembaca bahasa target. Dalam praktiknya biasa digunakan teknik deskripsi sebagai cara yang pokok, sementara teknik lainnyasebagai tambahan atau pelengkap. Melalui teknik integrasi ini penerjemah mendeskripsikan frase dengan frase.27

d. Prosedur Modulasi

Terdapat dua jenis modulasi, yakni modulasi yang bersifat wajib dan modulasi yang bersifat bebas. Yang pertama merujuk pada perubahan yang harus dilakukan sebagai akibat tidak adanya padanan atas suatu struktur, kata, frase, atau hanya sebagaian makna saja yang dapat diungkapkan dalam bahasa target. Sedangkan yang kedua mengacu pada strategi penerjemahan yang dilakukan karena alasan non-linguistik, seperti untuk kepentingan menjelaskan makna.

e. Prosedur Transposisi

Prosedur transposisi merupakan prosedur penerjemahan yang dilakukan dengan mengubah aspek gramatikal bahasa sumber ke dalam bahasa target. Pemggunaan prosedur transposisi akan melahirkan perubahan

(21)

fungsi sintaksis dan kategori kata dari bahasa sumber ke dalam bahasa target.

Prosedur transposisi ini terbagi ke dalam enam jenis teknik penerjemahan sebagaimana berikut ini.

1) Teknik Transfer

Teknik transfer merupakan teknik penerjemahan yang diterapkan dengan cara mengalihkan fungsi sintaktis, kategori dan kata sarana dari bahasa sumber ke dalam bahasa target. Teknik transfer sebenarnya merupakan realisasi dari metode penerjemahan kata demi kata, metode penerjemahan literal, dan metode penerjemahan setia. Ketiga metode ini cenderung mementingkan dan mempertahankan bahasa sumber. Struktur dan urutan kata bahasa sumber, misalnya, dipertahankan sedemikian rupa.

2) Teknik Transmutasi

Dalam proses penerjemahan transmutasi adalah teknik penerjemahan yang diterapkan dengan mengubah pola urutan fungsi dan kategori sintaksis bahasa Arab dalam bahasa Indonesia. Pengubahan dilakukan dengan cara memindahkan tempat, baik dengan mendahulukan ataupun mengakhiri, salah satu unit gramatikal.

3) Teknik Reduksi

Teknik reduksi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan menghilangkan unsur gramatikal bahasa sumber dalam bahasa target. Dalam penerjemahan Arab-Indonesia, menurut Syihabuddin,

(22)

penggunaan teknik reduksi dapat terlihat pada pengurangan pola P-S menjadi P dan pola P-(S) menjadi P- tanda kurung menunjukan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat implicit.

4) Teknik Ekspansi

Teknik ekspansi merupakan cara yang ditandai dengan perluasan fungsi dan kategori yang disebabkan adanya deskripsi makna bahasa sumber dalam bahasa target. Jadi, ekspansi merupakan kebalikan dari reduksi.28

5) Teknik Eksplanasi

Teknik eksplanasi merupakan teknik penerjemahan yang ditandai dengan pengeksplisitan unsur linguistik bahasa sumber dalam bahasa target. Pengekplisitan ini, seperti disebutkan Syihabuddin (2005), ditunjukkan oleh perubahan pola P-(S) menjadi S-P dan (S)-P menjadi S-P- tanda kurung menunjukkan bahwa keberadaan S dalam bahasa sumber bersifat implisit.

6) Teknik Substitusi

Teknik substitusi merupakan cara penerjemahan yang dilakukan dengan mengganti fungsi sintaksis bahasa sumber dengan fungsi lain dalam bahasa target.29

28

M. Zaka Al Farizi, Op.Cit, hlm. 73 29 M. Zaka Al Farisi, Op.Cit, hlm. 60-75.

(23)

7. Proses Penerjemahan

Proses penerjemahan perlu difahami oleh para calon dan penerjemah profesional agar mereka dapat menentukan langkah-langkah penting dalam melakukan tugasnya. Proses penerjemahan dapat diartikan suatu sistem kegiatan dalam aktivitas penerjemahan.30 Langkah-langkah penerjemahan yang harus dilakukan seorang tramslator agar hasil terjemahannya baik dan memudahkan pembaca untuk menangkap pesan-pesan yang disampaikan penulis, sebagai berikut:

a. Memahami ide atau gagasan yang terdapat dalam teks asli karena tidak ada artinya bila kita menerjemahkan teks yang tidak kita pahami.

b. Memindahkan ide-ide atau gagasan yang dipahaminya itu dengan bahasa dan ungkapan yang baik dan benar.31

Dalam suatu kegiatan penerjemahan diperlukan kehati-hatian karena kesalahan dalam satu tahap akan menimbulkan kesalahan dalam tahap selanjutnya. Proses penerjemahan terdiri dari tiga tahap, yaitu :

a. Penyelaman Naskah Sumber

1) Proses penerjemah adalah memahami secara global arah dan isi buku yang hendak diterjemahkan. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara pembacaan judul secara cermat, dengan mengeja setiap kata yang membentuk judul tersebut, kemudian mencermati daftar isi. Bab-bab dalam daftar isi kadang-kadang sudah mencerminkan kesimpulan atau sikap dari penulis terhadap persoalan yang dibahasnya.

30

M. Rudolf Nababan, Op.Cit., hlm. 24. 31 Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm. 186.

(24)

2) Memperoleh pemahaman tentang posisi buku. Sebuah buku atau karya tulis tentu berada pada posisi tertentu terhadap gagasan-gagasan, pandangan atau ide dari buku-buku lain.

3) Membaca-baca sekilas sebagian atau seluruh isi buku secara santai, karena tidak diperlukan pemikiran serius untuk merangkai gagasan-gagasan secara integral. Dengan proses ini dirasakan sedikit demi sedikit suasana dan nuansa pemakaian bahasa penulis buku.

4) Membaca buku tersebut secara serius, mulai awal hingga akhir, sambil mencari makna kata-kata yang belum diketahui melalui kamus.32

b. Penuangan Pesan ke Bahasa Sasaran

Penuangan teks sumber ke dalam teks bahasa sasaran semaksimal mungkin inilah yang menjadi inti dari tahap penuangan. Penuangan tidak melulu menuangkan ide, pikiran atau gagasan teks sumber. Penuangan harus pula menyangkut aspek-aspek lainnya, yaitu linguistik bahasa sasaran dan pesan utama dari setiap satuan makna teks.

c. Editing

Jika penerjemahan sudah selesai, sebaiknya baca kembali hasil terjemahan buang kata-kata yang tidak penting. Kemudian ringkas kalimat panjang, ejaan dibetulkan, kosa kata atau huruf yang hilang ditambahkan, kekeliruan kita benarkan. Kesalahan buku biasa berasal dari kita sendiri, namun terkadang dari mesin tulis. Cobalah persilahkan orang

(25)

lain untuk membaca karya anda. Sebab orang lain lebih fasih mendeteksi kesalahan dan kealpaan.33 Namun ada satu hal yang tidak boleh dilupakan yaitu mengetik kembali (self-editing)hasil terjemahan sebelum diserahkan kepada editor penerbit atau editor yang lain.34

8. Kelebihan dan Kekurangan Metode Terjemah Kelebihan metode terjemah, yaitu sebagai berikut:

a. Metode ini tidak hanya mudah melaksanakannya tapi juga murah. Karena melalui metode ini seorang guru yang mengajar tidak mesti menguasai bahasa asing secara aktif, atau pendidikan khusus untuk mengajar.

b. Demikian juga dari pihak murid, melalui metode ini tidak menuntut siswa/anak didik supaya ia cakap secara aktif berbahasa asing. Namun diharapkan dapat/ mampu membaca dan menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar.

c. Dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan yang luas, karena dengan menguasai dan mampu menerjemahkan bahasa asing maka transformasi ilmu pengetahuan mudah diserap dan dikuasai.

d. Dapat menghasilkan nilai tambah bagi siswa, di mana jika ia mampu/terampil menerjemahkan buku-buku bacaan literatur-literatur ilmiah, hal ini dapat mendatangkan uang, sebagai biaya nafkah.

33 Abdurrahman Suparno dan mohammad Azhar, Mafaza Pintar Menerjemahkan Bahasa

Arab-Indonesia, (Jakarta: Absolut, 2005), hlm. 25-26.

(26)

e. Para pelajar bisa hapal kosakata dalam jumlah yang relatif banyak dalam setiap pertemuan.35

Kekurangan metode terjemah adalah sebagai berikut:

a. Pengajaran melalui metode ini kurang menjamin anak didik mampu bercakap bahasa asing.

b. Agar dapat menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar, dituntut penguasaan gramatika/kaidah-kaidah bahasa dan terjemah, di samping wawasan dan pengetahuan yang luas.

c. Siswa dituntut untuk menguasai perbendaharaan kata-kata dalam bahasa asing (vocabulary), rajin membuka-buka buku, kamus, mencatat dan menghafal istilah-istilah serta kata-kata dalam bahasa asing.

d. Kenyataannya guru yang professional (jurusan bahasa asing) sekalipun tidak dengan sendirinya mampu menerjemahkan buku-buku bacaan dan buku-buku ilmiah. Oleh karena itu, langka sekali orang mampu menerjemahkan bahasa asing secara baik dan benar.36

35

Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm. 99-100 36 Ahmad Izzan, Op.Cit, hlm. 99-100

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini operator harus input data yang diperoleh saat melakukan. inspeksi FO sesuai dengan jumlah sampling yang

Berdasarkan hasil pra penelitian di SMP PGRI 6 Bandar Lampung peserta didik kelas VII diketahui bahwa rendahnya tingkat penguasaan materi matematika peserta didik khususnya

h. Risiko yang timbul dari pengurangan kegiatan dan pengurangan pegawai Perangkat Daerah sudah dipertimbangkan. Risiko yang timbul dari rekayasa ulang proses operasional

Kolom id_info memang sengaja tidak ditampilkan pada form di atas, karena fungsinya hanya untuk memberi penomoran pada info yang dipublish, selain itu id_info

Pedoman Pelayanan Keperawatan Rumah Sakit xxx ini diharapkan menjadi acuan kerja seluruh petugas baik Perawat maupun Bidan yang bekerja di Bagian Keperawatan maupun

Misalnya saja seperti dikatakan oleh Zarghooni (2007:17) bahwa ketika seorang pengguna melakukan perbaikan, perubahan atau melakukan edit terhadap profil facebook-nya, maka

Berdasarkan hasil observasi, mendapati bahwa salah satu cara kepala sekolah dalam memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan dengan memberikan penghargaan berupa

Dari hasil survei awal terhadap 15 orang responden yang pernah menggunakan jasa penerbangan maskapai Garuda Indonesia di kota Bandung, terkait dengan proses