• Tidak ada hasil yang ditemukan

Isnawati Botutihe¹, Evi Hasim², Wiwy T. Pulukadang³

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Isnawati Botutihe¹, Evi Hasim², Wiwy T. Pulukadang³"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

2

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN PREPOSIS MONOMORFEMIS

PADA KARANGAN SISWA KELAS III SDN 1 BULANGO SELATAN

KECAMATAN BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

Isnawati Botutihe¹, Evi Hasim², Wiwy T. Pulukadang³

1 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Isnawati Botutihe¹) email: Isnawatibotutihe@gmail.com

2 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Evi Hasim²) email:

3 Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Gorontalo (Wiwy T. Pulukadang³) email:

ABSTRAK

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana analisis kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis pada karangan siswa kelas III SDN I Bulango Selatan? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis pada karangan siswa kelas III SDN I Bulango Selatan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah metode deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya kecederungan siswa yang salah dalam menggunakan preposisi monomorfemis pada karangan. Dari 18 orang siswa, yang sudah mampu menggunakan preposisi monomorfemis pada karangan dengan tepat ada 2 orang siswa atau 11 %, sedangkan siswa yang belum tepat menggunakan preposisi monomorfemis pada karangan ada 16 orang siswa atau 89 %. Siswa yang melakukan kesalahan lebih cenderung banyak, dibandingkan dengan siswa yang sudah mampu menggunakan preposisi monomorfemis pada karangan secara tepat.

Kata Kunci : analisis, kesalahan, preposisi. ABSTRACT

The problem in this research is how the error analysis on the use of prepositions monomorfemis bouquet of third-grade students of SDN I Bulango South? The purpose of this study was to describe the use of prepositions monomorfemis error at third grade student essay SDN I Bulango South. While the methods used in this research is descriptive method of analysis.

The results showed that the propensity of students who incorrectly use the preposition monomorfemis the essay. Of the 18 students, who have been able to use the preposition monomorfemis on the right bouquet with just 2 people or 11% of students, while students who have the right to use the preposition monomorfemis the essay is as many as 16 students or 89%. Thus, students are more likely to make mistakes a lot, compared to students who can already use the preposition monomorfemis the essay appropriately. Keywords: error analysis, prepositions.

(3)

3 1. PENDAHULUAN

Sekolah Dasar memilki peran penting dalam mempersiapkan generasi yang berkualitas dan mampu bersaing diera yang penuh persaingan. Untuk membentuk dan menempa seorang individu agar menjadi generasi yang berkualitas tidak luput dari peran para pengajar (guru) yang berperan sebagai penggali, pendorong dan perangsang serta pembentuk kemampuan dan bakat yang dimiliki oleh anak usia dini. Oleh karena pendidikan tingkat dasar atau yang dikenal dengan Sekolah Dasar (SD) merupakan tingkatan pendidikan paling mendasar bagi seorang individu untuk dibentuk dan ditempa bakat dan kemampuannya, maka seyogyanya seorang siswa tingkat dasar harus dibekali dengan pengetahuan dasar pula. Pengetahuan dasar yang dimaksud adalah bagaimana seorang siswa tingkat dasar mampu berbahasa Indonesia dengan baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional dan bahasa pemersatu bangsa, maka tidaklah aneh apabila bahasa Indonesia menjadi salah satu pelajaran utama dan wajib untuk di ajarkan kepada anak bangsa di pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah pertama maupun sekolah lanjutan atas bahkan hingga tingkat perguruan tinggi. Penguasaan bahasa Indonesia bukanlah sebatas dalam mengucapkan dalam komunikasi sehari-hari, namun lebih dari sekedar itu, penguasaan bahasa Indonesia merupakan suatu penguasaan dan penggunaan kosakata, tanda baca, kata hubung (konjungsi), dan kata depan (preposisi) yang benar dan tepat untuk menyusun suatu kalimat yang baik dalam kegiatan tulis menulis.

Dalam dunia pendidikan, siswa tingkat Sekolah Dasar (SD) sudah mulai dibelajarkan untuk menulis karangan berdasarkan pengalaman mereka sendiri. Karangan yang dimaksudkan dalam hal ini ialah rangkaian beberapa kalimat

yang disusun oleh siswa, sehingga menjadi suatu cerita yang utuh dan dapat dipahami oleh orang lain. Karangan yang dimaksudkan bukanlah jenis karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi, melainkan karangan bebas yang ditulis berdasarkan pengalaman siswa sendiri.

Dalam melakukan kegiatan tulis-menulis, khususnya menulis karangan tersebut tentu tidak akan terlepas dari penggunaan ejaan bahasa Indonesia, kata ulang, kata hubung (konjungsi) dan kata depan (preposisi). Hal-hal seperti itu yang seharusnya perlu diperhatikan oleh siswa dalam menulis karangan, sebab karangan yang baik ialah karangan yang penggunaan ejaan bahasa Indonesianya baik dan benar pula, termasuk penggunaan kata depan (preposisi) juga harus digunakan secara tepat dan benar. Penggunaan kata depan (preposisi) dalam sebuah karangan sangatlah penting, sebab tanpa kata depan (preposisi) maka karangan tersebut tidaklah menjadi kalimat yang padu dan utuh. Begitu pula jika penggunaan kata depan (preposisi) yang salah atau keliru dalam sebuah karangan, maka pembaca tidak akan bisa memahami karangan tersebut.

Fenomena tersebut biasanya banyak terjadi pada siswa-siswa yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, khususnya pada kelas dua sampai dengan kelas lima, tetapi tidak menutup kemungkinan juga fenomena ini dapat terjadi di kelas enam. Banyak siswa yang masih salah dalam menggunakan kata depan (preposisi), terutama preposisi monomorfemis. Preposisi monomorfemis ialah preposisi yang terdiri atas suatu morfem, yang bentuknya tidak dapat diperkecil lagi. Diantaranya ialah bagi, untuk, buat, guna, dari, dengan, ke, dan lain sebagainya. Oleh karena penggunaan preposisi monomorfemis masih banyak siswa yang salah dalam menggunakannya, maka peneliti

(4)

4 berkeinginan untuk melakukan

penelitian sehubungan dengan fenomena tersebut.

Adapun alasan pengambilan judul ini ialah karena penelitian yang berjudul: “Analisis Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis pada Karangan Siswa Kelas III SDN I Bulango Selatan” ini sangat menarik untuk diteliti. Dikatakan menarik karena judul penelitian ini masih baru. Artinya, judul penelitian seperti ini belum banyak dilakukan oleh orang lain. Selain itu, judul penelitian ini dapat memberikan manfaat kepada pihak sekolah, agar pihak sekolah, terutama guru lebih tekun lagi untuk membelajarkan siswanya mengenai penggunaan preposisi monomorfemis ini, baik dalam karangan maupun dalam hal apapun, yang ada kaitannya dengan kegiatan tulis menulis. Sementara alasan peneliti mengambil kelas III yang dijadikan sebagai objek penelitian, karena di kelas III ini biasanya kesalahan tersebut terjadi tanpa disadari oleh siswa yang sebagai penulis dan guru sebagai pembaca sekaligus penilai. Baik siswa maupun guru tanpa menyadari bahwa penggunaan preposisi, khususnya preposisi monomorfemis ini sangat penting untuk diketahui dan dipelajari serta diaplikasikan dalam setiap tulisan, termasuk karangan. Berdasarkan batasan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini ialah “Bagaimana analisis kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis pada karangan siswa kelas III di SDN I Bulango Selatan?” Adapun tujuan penelitian ini ialah untuk menganalisis kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis pada karangan siswa kelas III di SDN I Bulango Selatan. 2. KAJIAN TEORITIS

Analisis Kesalahan

Kata „analisis’ merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu dari kata „analysis’. Kata „analysis’ ini pun berasal dari bahasa Yunani kuno yaitu dari kata„analusis’, yang terbentuk dari

dua suku kata yakni ana yang berarti kembali, dan luein yang berarti melepas. Sehingga jika di gabungkan, maka artinya adalah melepas kembali atau menguraikan.

Berdasarkan uraian di atas, maka yang dimaksud dengan analisis kesalahan dalam penelitian ini ialah suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk meneliti kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam menggunakan kata depan atau yang dikenal dengan istilah preposisi pada karangan siswa tersebut. Preposisi

Pengertian Preposisi

Preposisi berasal dari bahasa Latin, yaitu Prae yang berarti „sebelum‟ dan kata ponere yang berarti „menempatkan, tempat‟. “Preposisi atau kata depan adalah kata tugas yang bertindak sebagai unsur pembentuk frasa preposisional” (Alwi,dkk, 2003:323). “Preposisi ini terletak di bagian awal frasa dan unsur yang mengikutinya yang dapat berupa nomina, adjektiva, atau verba” (Kurniawan, 2012:65).

Jika ditinjau dari segi bentuknya, maka preposisi dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu preposisi monomorfemis dan preposisi polimorfemis. Preposisi monomorfemis ialah preposisi yang terdiri atas satu morfem, yang bentuknya tidak dapat diperkecil lagi. Sedangkan preposisi polimorfemis adalah preposisi yang berwujud beberapa morfem. Preposisi polimorfemis ini terdiri atas dua macam, yaitu yang dibentuk dengan memakai afiksasi (imbuhan), dan yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih.

Berikut ini merupakan bentuk-bentuk preposisi polimorfemis yang dibentuk dengan memakai afiksasi (imbuhan), dan preposisi polimorfemis yang dibentuk dengan menggabungkan dua kata atau lebih beserta fungsi-fungsinya (Kurniawan, 2012:66-68).

a. Bentuk preposisi polimorfemis

(5)

5 dengan memakai afiksasi, seperti berikut ini. 1. bersama/beserta berfungsi untuk menandai hubungan kesertaan. 2. menjelang berfungsi untuk menandai hubungan waktu sesaat sebelum. 3. menuju berfungsi untuk menandai hubungan tujuan atau arah ke suatu tempat. 4. menurut berfungsi untuk menandai hubungan sumber. 5. sekeliling/sekitar berfungsi untuk menandai hubungan ruang lingkup geografis. 6. selama berfungsi untuk menandai hubungan kurun waktu. 7. sepanjang berfungsi untuk menandai hubungan kurun waktu atau bentangan lokasi. 8. semacam berfungsi untuk menandai hubungan bentuk. 9. terhadap berfungsi untuk menandai hubungan arah. 10. bagaikan berfungsi untuk menandai hubungan kemiripan. Misalnya dalam kalimat-kalimat berikut ini : 1. Ketua Panitia OSPEK berangkat bersama Kepala BAAK. 2. Para mahasiswa tiba di lokasi menjelang salat Zuhur. 3. Jalan menuju Tangkuban Perahu berlubang-lubang. 4. Menurut Harlows, public relations dapat dikategorikan sebagai fungsi manajemen yang spesifik guna membentuk komunikasi yang saling menguntungk an dan saling pengertian antara perusahaan dengan publiknya. 5. Pepohonan sekeliling kampus itu tumbuh subur dan rindang. 6. Pembicara seminar dari Jakarta akan tiba di Bandung sekitar pukul 10.00 WIB. 7. Saya bertugas sebagai pengajar di Yogyakarta selama 12 tahun 10 bulan.

(6)

6 8. Banyak toko sepanjang jalan Juanda menjual alat-alat elektronik. 9. Surjan itu semacam kebaya buat pria. 10. Penilaian terhadap laporan pertanggungj awaban walikota dilakukan oleh tim khusus. 11. Hatiku hancur bagaikan kaca tertimpa batu besar. b. Berikut ini bentuk

preposisi polimorfemis dengan

menggabungkan dua kata atau lebih, yang berupa gabungan preposisi dengan preposisi, dan gabungan preposisi dengan yang bukan preposisi, seperti berikut ini. 1. daripada berfungsi untuk menandai hubungan perbandingan. 2. kepada berfungsi untuk menandai hubungan arah ke suatu tempat. 3. oleh karena/oleh sebab berfungsi untuk menandai hubungan penyebab. 4. sampai dengan/sampai ke berfungsi untuk menandai hubungan batas waktu.

5. selain dari berfungsi untuk menandai hubungan

perkecualian.

Contoh dari masing-masing preposisi gabungan tersebut dapat dilihat pada kalimat-kalimat berikut ini.

1. Kakaknya justru lebih cantik daripada adiknya. 2. Kepada siapa lagi aku mencurahkan isi hatiku kalau bukan kepadamu. 3. Oleh karena ucapan dan perbuatannya sendiri, dia disingkirkan dari lingkungan pergaulannya. 4. Sampai dengan sekarang, polisi belum berhasil menangkap pelaku pembobolan Bank itu. 5. Selain dari tokoh masyarakat yang kharismatik, tidak akan ada orang yang mampu

mengendalikan kekacauan di lingkungan

(7)

7 kita. Selanjutnya penjelasan mengenai bentuk preposisi monomorfemis akan dibahas pada poin di bawah ini. Preposisi Monomorfemis

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa preposisi monomorfemis adalah preposisi yang terdiri atas satu morfem, yang bentuknya tidak dapat diperkecil lagi. Preposisi monomorfemis juga merupakan preposisi yang prinsipnya sama dengan preposisi tunggal, yaitu preposisi yang hanya terdiri atas satu kata. Berikut ini adalah bentuk-bentuk preposisi monomorfemis beserta fungsi-fungsinya (Kurniawan, 2012:65-66).

1. bagi, untuk, buat, dan guna berfungsi untuk menandai peruntukan. 2. dari berfungsi untuk menandai hubungan asal, arah dari suatu tempat, atau milik. 3. dengan berfungsi untuk menandai hubungan kesertaan atau cara. 4. di berfungsi untuk menandai hubungan tempat berada. 5. karena/sebab berfungsi untuk menandai hubungan sebab. 6. ke berfungsi untuk menandai hubungan arah menuju suatu tempat. 7. oleh berfungsi untuk menandai hubungan pelaku atau yang dianggap pelaku. 8. pada berfungsi untuk menandai hubungan tempat atau waktu. 9. tentang berfungsi untuk menandai hubungan ihwal peristiwa. 10. sejak berfungsi untuk menandai hubungan waktu dari saat yang satu ke saat yang lain. Misalnya pada kalimat-kalimat berikut ini:

1. Bentuk preposisi monomorfemis bagi, untuk, buat, dan guna.

- Tang gal 1 Agust us adala h hari kera mat bagi bangs a Indon esia. - Pemb antu Ketua

(8)

8 I STM B mem bawa hadia h untuk maha siswa. - Buku baru itu buat adik kelas mu. - Yang dilak ukan HM MBT I semat a-mata guna kepen tinga n masy arakat sekita r. 2. Jenderal Besar Abdul Haris Nasution berasal dari Sumatera Utara. 3. Pengurus Himpunan Mahasiswa akan berangkat dengan Pembantu Ketua III STMB. 4. Saya lahir di Banten tanggal 8 Januari 1984. 5. Kami terlambat masuk kuliah karena macet. 6. Bulan depan kami akan berekreasi ke Dunia Fantasi. 7. Hotel Marioth dibom oleh sekelompok orang yang menggunakan mobil Kijang. 8. Pada wanita itu

tidak tampak sifat feminin dan keibuan. 9. Pak Sulaiman bercerita tentang peristiwa pengeboman Bali yang mengerikan itu. 10. Sejak dulu saya

bercita-cita menjadi sarjana bisnis telekomunikasi. Karangan Hakikat Karangan Sementara Keraf (2004: 2) berpendapat bahwa: “Karangan adalah bahasa tulis yang merupakan rangkaian kata demi kata sehingga menjadi sebuah kalimat, paragraf, dan akhirnya menjadi sebuah wacana yang dibaca dan dipahami”. Menurut Finoza (2004:192), bahwa: “Karangan merupakan hasil akhir dari pekerjaan merangkai kata, kalimat, dan alinea untuk menjabarkan atau mengulas topik dan tema tertentu”.

Menulis karangan bukan hanya sekadar menuliskan apa yang diucapkan, tetapi merupakan suatu kegiatan yang terorganisasi sedemikian rupa dengan memperhatikan bahasa yang digunakan. Jika menulis dengan menggunakan bahasa Indonesia, maka diharapkan dapat menggunakan dan menguasai

(9)

9 bahasa Indonesia yang baik dan benar.

“Menguasai bahasa Indonesia berarti mengetahui dan dapat menggunakan kaidah-kaidah tata bahasa Indonesia, dan mengetahui dan dapat menggunakan kosa kata bahasa Indonesia yang baik dan benar, serta mampu menggunakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku, yaitu ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan” (Syafie‟ie, 2008:46). Tujuan Mengarang

Tujuan utama menulis atau mengarang ialah sebagai sarana komunikasi tidak langsung. Sementara menurut Semi (2003:14-15), bahwa: “Secara umum tujuan menulis ialah untuk memberikan arahan, menjelaskan sesuatu, menceritakan kejadian, meringkaskan, dan meyakinkan”. Sedangkan menurut Syafie‟ie (2008: 51-52),

Sementara Hugo Harting (dalam

Tarigan, 2006:24-25)

mengklasifikasikan tujuan penulisan, antara lain sebagai berikut.

a. Tujuan penugasan (assignment purpose), b. Tujuan altruistik (altruistic purpose), c. Tujuan persuasi (persuasiv purpose), d. Tujuan penerangan (informational purpose), e. Tujuan pernyataan (self-expressive purpose), f. Tujuan kreatif (creative purpose), dan g. Tujuan pemecahan masalah (problem-solving purpose.

Jenis-jenis Karangan dan Ciri-cirinya Semi (2003:29) mengemukakan bahwa: “Secara umum karangan dapat dikembangkan dalam empat bentuk, yaitu karangan narasi, eksposisi, deskripsi, dan argumentasi”. Namun, ada lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam dunia pendidikan, yaitu karangan narasi, deskripsi, argumentasi, persuasi, dan eksposisi.

Karangan narasi Karangan argumentasi Karangan persuasi Karangan eksposisi

Dari beberapa jenis karangan yang telah diuraikan di atas, maka karangan yang dimaksudkan dalam penelitian ini ialah karangan bebas. Hal ini dimaksudkan karena siswa kelas III belum terlalu paham betul mengenai jenis-jenis karangan di atas. Sehingga dengan demikian, dalam penelitian ini karangan yang dimaksudkan ialah karangan bebas yang ditulis berdasarkan pengalaman pribadi siswa.

3. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 1 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango, yang beralamatkan di Jalan Yusuf Hasiru Desa Sejahtera Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango. SDN 1 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango ini telah didirikan kurang lebih lima puluh tahun. Penelitian ini dilaksanakn kurang lebih selama 2 minggu.

Secara fisik SDN 1 Bulango Selatan memiliki ruang kelas yang cukup memadai dari segi fungsi dan penataanya. Kapasitas yang ada pada sekolah tersebut memiliki 9 ruangan. 6 ruangan digunakan sebagai ruangan kelas, 1 ruangan kantor/dewan guru, 1 ruangan perpustakaan, 1 ruangan UKS, selain itu juga terdapat kantin sekolah serta tersedianya kamar mandi/toilet

(10)

10 siswa dan guru yang keseluruhannya

menurut pengamatan peneliti pada waktu observasi ke lokasi penelitian, keseluruhan ruangan tersebut tertata baik dan bersih. SDN 1 Bulango Selatan juga memiliki halaman yang cukup luas dengan tataan yang menarik. Halaman ini digunakan sebagai lapangan olahraga dan tempat pelaksanaan upacara bendera. Serta tempat siswa bermain dan berkumpul, dan juga memiliki pagar yang dibuat permanen.

Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah karena Sekolah Dasar Negeri 1 Bulango Selatan ini sebelumnya merupakan sekolah tempat peneliti menimba ilmu ketika peneliti duduk di bangku sekolah dasar dulu. Dan setelah melakukan kegiatan observasi dan wawancara ternyata peneliti menemukan permasalahan di sekolah tersebut.

Penelitian ini menggunakan pendekatakan/metode deskriptif, yaitu bentuk penelitian praktis yang dilaksanakan oleh peneliti untuk mendeskripsikan dan menganalisis data tersebut apa adanya.

Pemilihan pendekatan atau metode deskriptif dalam penelitian ini didasarkan pada tujuan peneliti, yaitu untuk mendeskripsikan analisis kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis pada karangan siswa kelas III SDN 1 Bulango Selatan Kecamatan Bulango Kabupaten Bone Bolango.

Adapun jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian jenis kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif memiliki prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang terdapat dalam karangan siswa yang akan dianalisis oleh peneliti.

Peran peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen utama sekaligus pengumpul data. Status peneliti dalam penelitian ini harus diketahui penuh oleh

pihak sekolah, yang statusnya sebagai peneliti dan merupakan pengamat penuh dalam hal pengumpulan data. Dengan demikian, peneliti turun langsung untuk mengumpulkan data-data, sehingga data-data yang diperoleh benar-benar akurat, autentik, dan apa adanya sesuai dengan kebutuhan peneliti.

Menurut Jauhari (2010:38), bahwa: “Data penelitian dapat dipadankan dengan bukti yang diolah atau dianalisis untuk menjawab pertanyaan penelitian”. Sehubungan dengan hal tersebut, maka data dalam penelitian ini ialah kata-kata yang dapat dikategorikan sebagai preposisi monomorfemis yang mengalami kesalahan dalam penulisannya. Sementara sumber data dalam penelitian ini adalah hasil karangan yang dibuat oleh siswa kelas III SDN 1 Bulango Selatan yang akan dianalisis oleh peneliti dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

Selain hasil karangan siswa yang dijadikan sebagai sumber data yang utama, peneliti juga menetapkan sumber data pendukung lainnya yaitu dengan melakukan wawancara langsung dengan salah seorang guru di sekolah SDN I Bulango Selatan, lebih tepatnya guru wali kelas III, yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam mengolah dan menganalisis data.

Pada pengumpulan data dalam penelitian ini, peneliti melakukan beberapa teknik. Teknik yang dimaksudkan ialah teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1. Observasi

Pengumpulan data dalam penelitian ini diawali dengan melakukan observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan dua kali observasi untuk mengumpulkan data-data penunjang. Observasi pertama dilakukan untuk mengumpulkan data-data terkait dengan lokasi penelitian, yaitu SDN 1 Bulango Selatan. Sementara observasi yang kedua dilakukan untuk melihat dan mengamati

(11)

11 langsung proses kegiatan belajar

mengajar di kelas III SDN I Bulango Selatan.

2. Wawancara

Selain teknik observasi yang dilakukan untuk mengumpulkan data-data penunjang, teknik wawancara juga akan digunakan oleh peneliti untuk melengkapi data-data penelitian. Teknik wawancara ini dilakukan oleh peneliti dengan seorang guru, yaitu guru wali kelas III. Wawancara ini dilakukan untuk memperoleh informasi-informasi penting terkait dengan bagaimana penggunaan preposisi monomorfemis pada tulisan-tulisan siswa, khususnya ketika siswa menulis karangan.

3. Dokumentasi

Selain dua teknik di atas, teknik yang penting dan yang utama dalam mengumpulkan data-data penelitian ialah teknik dokumentasi. Pada teknik dokumentasi ini, peneliti meminta hasil karangan yang telah dibuat oleh siswa untuk diolah dan dianalisis. Pada teknik ini pula merupakan kesempatan peneliti untuk mendokumentasikan suasana, seperti mengambil foto, dan lain sebagainya.

Setelah data-data terkumpul, selanjutnya peneliti akan melakukan analisis data. Langkah-langkah dalam menganalisis data ialah sebagai berikut.

1. Membaca

Pada langkah awal ini, peneliti mulai membaca data satu per satu, yang dalam hal ini ialah karangan siswa kelas III SDN 1 Bulango Selatan.

2. Mengidentifikasi Setelah semua hasil karangan siswa dibaca dan diteliti, maka langkah selanjutnya ialah mengidentifikasi kesalahan-kesalahan siswa dalam hal penggunaan preposisi, khususnya preposisi monomorfemis. Pada langkah ini, akan diidentifikasi kesalahan-kesalahan siswa terkait dengan bentuk-bentuk preposisi monomorfemis yang tidak tepat dalam penggunaannya.

3. Mendeskripsikan Setelah data-data terdiidentifikasi berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa, maka selanjutnya ialah mendeskripsikan data. Data-data yang telah teridentifikasi akan dideskripsikan satu per satu berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam hal penggunaan preposisi monomorfemis yang tidak tepat.

4. Menganalisis Pada langkah selanjutnya ialah menganalisis data. Data-data yang telah dideskripsikan, maka selanjutnya data-data tersebut akan dianalisis satu per satu berdasarkan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa dalam hal penggunaan preposisi monomorfemis yang tidak tepat.

5. Menyimpulkan Langkah terakhir ini ialah menyimpulkan. Setelah keempat langkah tersebut dilakukan, maka pada langkah terakhir ini peneliti menyimpulkan berdasarkan data-data yang telah dideskripsikan dan dianalisis. Langkah ini juga, akan menguraikan temuan-temuan yang diperoleh peneliti, berupa temuan umum dan temuan khusus.

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini perlu dilakukan, untuk menetapkan keabsahan data atau derajat kepercayaan data temuan agar bisa dipertanggungjawabkan. Teknik pengecekan keabsahan data dilakukan dengan triangulasi yaitu, teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang diproses.

Dalam pengecekan keabsahan data ini, peneliti akan menghubungkan antara data-data yang diperoleh dari hasil karangan siswa yang menunjukkan adanya kesalahan dalam penggunaan preposisi monomorfemis dengan data-data yang diperoleh berdasarkan hasil wawancara. Dengan demikian,

(12)

12 perpaduan data-data tersebut akan

menghasilkan data yang sah, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan. Pada penelitian ini, peneliti melakukan tiga tahap penelitian agar penelitian ini terarah dengan baik. Tiga tahap tersebut ialah tahap pra lapangan, tahap turun lapangan/penjajakan lapangan, dan tahap menyusun hasil penelitian.

1. Tahap pra lapagan

Pada tahap pra lapangan ini, diawali dengan penemuan masalah yang akan diteliti. Setelah masalah ini dipelajari, kemudian peneliti mulai menyususn rancangan atau desain penelitian. Setelah rancangan penelitian tersebut disusun, maka peneliti melakukan ujian proposal. Kemudian peneliti melakukan bimbingan, dan terakhir peneliti mulai mengurus surat izin meneliti dan surat rekomendasi penelitian dari cabang dinas pendidikan.

2. Tahap penjajakan lapangan Setelah tahap pra lapangan dilakukan dengan baik, maka tahap selanjutnya ialah tahap turun lapangan atau penjajakan lapangan. Pada tahap ini, peneliti mulai turun langsung ke lokasi penelitian, setelah diberi izin oleh pihak sekolah dengan menunjukkan surat izin meneliti dan surat rekomendasi penelitian ke pihak sekolah, yaitu SDN I Bulango Selatan. Pada tahap penjajakan lapangan ini, diawali dengan observasi yang pertama untuk mengumpulkan data-data terkait dengan keadaan sekolah, keadaan guru dan keadaan siswa di sekolah tersebut. Setelah itu, observasi yang kedua dilakukan untuk memperoleh data terkait dengan proses belajar mengajar yang terjadi di kelas III dan mengumpulkan data utama, yaitu hasil karangan siswa. Terakhir, peneliti melakukan wawancara dengan guru guna untuk melengkapi data utama.

3. Tahap menyusun hasil penelitian

Tahap terakhir ialah menyusun hasil penelitian. Pada tahap ini, peneliti mulai mengoreksi hasil karangan siswa, yang

menjadi data penting dalam penelitian. Data-data penelitian ini kemudian dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif analisis. Metode deskriptif analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan dan menganalisis data-data penelitian. Dalam hal ini digunakan untuk mendeskripsikan kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis dalam karangan siswa kelas III SDN I Bulango Selatan, yang kemudian diikuti dengan analisis data. Analisis data dilakukan sejak proses pengumpulan data berlangsung dan dilanjutkan secara intensif setelah data-data yang dibutuhkan telah terkumpul. Hingga pada penyimpulan data sesuai dengan data yang telah dideskripsikan dan dianalisis sebelumnya. Terakhir, menyusun laporan penelitian dengan mengikuti pedoman yang ada.

4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Hasil Penelitian

Sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya, bahwa penelitian ini dilaksanakan di SDN I Bulango Selatan pada kelas III dengan jumlah siswa 18 orang. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahap berdasarkan prosedur penelitian. Sehingga tahap pertama yang harus dipenuhi ialah peneliti harus mendapatkan surat izin penelitian dan rekomendasi penelitian guna mendapatkan status penuh sebagai peneliti di SDN I Bulango Selatan yang berada di Desa Lamahu Kecamatan Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango Provinsi Gorontalo.

Setelah mendapatkan surat izin penelitian dan rekomendasi penelitian, maka tahap yang kedua adalah peneliti menunjukkan surat-surat tersebut ke pihak sekolah, dalam hal ini kepala SDN I Bulango Selatan, agar peneliti mendapatkan status penuh sebagai peneliti untuk bisa melakukan observasi di SDN I Bulango Selatan. Observasi ini sangat penting dilakukan untuk

(13)

13 mendapatkan gambaran umum tentang

situasi dan kondisi lokasi penelitian. Observasi dapat dilakukan beberapa kali guna mendapatkan informasi yang akurat sehingga dapat menjamin keabsahan hasil penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi sebanyak dua kali, yakni observasi lapangan untuk melihat gambaran atau informasi mengenai situasi dan kondisi lokasi penelitian dan observasi yang kedua dilakukan untuk melihat dan mengamati langsung proses kegiatan belajar mengajar di kelas III SDN I Bulango Selatan pada saat pelajaran bahasa Indonesia.

Temuan umum

Secara umum peneliti menemukan gambaran bahwa dalam pelajaran menulis karangan, masih banyak siswa yang belum memahami bagaimana penggunaan preposisi monomorfemis yang tepat.

Temuan khusus

Berdasarkan analisis data, temuan khusus dalam penelitian ini menunjukkan bahwa dari 18 orang siswa, masih banyak yang belum memahami dengan benar bagaimana cara menggunakan preposisi monomorfemis yang tepat. Dari 18 orang siswa, sudah ada 2 orang siswa (11 %) yang mampu menulis karangan dengan menggunakan preposisi monomorfemis secara tepat. Sedangkan 16 orang siswa (89 %) masih belum mampu menulis karangan dengan menggunakan preposisi monomorfemis secara tepat.

Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di kelas III SDN I Bulango Selatan, peneliti melihat bahwa adanya kecenderungan siswa dalam melakukan kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis. Banyak siswa yang masih salah dalam menggunakan preposisi monomorfemis atau dengan kata lain, masih banyak siswa yang belum memahami dan belum mampu

menggunakan preposisi monomorfemis dengan tepat. Tetapi, di kelas III tersebut sudah ada dua orang siswa yang mampu menggunakan preposisi monomorfemis dengan tepat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada lima macam kesalahan yang dibuat oleh siswa kelas III SDN I Bulango Selatan. Kesalahan yang pertama ialah pada penggunaan preposisi monomorfemis “di”. Kesalahan yang kedua juga terdapat pada penggunaan preposisi monomorfemis “ke”. Kesalahan yang ketiga ialah adanya kelebihan dalam menggunakan preposisi monomorfemis yang sama, yaitu kata “lalu”. Keempat ialah kesalahan dalam menggunakan preposisi monomorfemis “di”, misalnya pada kata diajak, biasanya siswa memisahkan kata di dan kata ajak. Seharusnya kata di dan kata ajak tersebut tidak dipisahkan, karena kata di pada kata ajak itu bukanlah preposisi monomorfemis melainkan imbuhan, jadi harus disambung dan bukan dipisahkan. Kesalahan terakhir ialah tidak adanya preposisi monomorfemis “ke” setelah kata berikutnya yang menunjukkan kata tempat.

Jika dilihat secara lebih rinci, berdasarkan banyaknya kesalahan yang dilakukan siswa maka kesalahan yang paling sering terjadi ialah kesalahan yang menghubungkan preposisi monomorfemis “di” dengan kata tempat. Kesalahan ini terjadi sebanyak 29 kali. Kesalahan yang kedua yang sering dilakukan siswa ialah ialah kesalahan yang menghubungkan preposisi monomorfemis “ke” dengan kata tempat. Kesalahan ini terjadi sebanyak 28 kali. Selanjutnya kesalahan yang ketiga yang dilakukan oleh siswa ialah menggunakan satu preposisi monomorfemis “lalu” secara berlebihan, meskipun hanya dua orang siswa yang melakukannya. Kesalahan yang keempat yang biasa dilakukan oleh siswa ialah tidak bisa menentukan yang mana

(14)

14 preposisi monomorfemis “di”, dan mana

yang imbuhan “di”. Kesalahan ini dilakukan sebanyak 6 kali, dan siswa yang melakukannya sebanyak 5 orang siswa. Sedangkan kesalahan terakhir yang dilakukan siswa ialah tidak menggunakan preposisi monomorfemis di dalam satu kalimat, yang di dalam kalimat tersebut terdapat kata tempat. Kesalahan ini hanya dilakukan oleh 1 orang siswa, dan dilakukan hanya sekali saja.

Selain itu, hasil penelitian pula menunjukkan bahwa kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh siswa dalam menulis karangan dengan menggunakan preposisi monomorfemis secara tepat ini karena siswa masih belum memahami dengan benar bagaimana cara menggunakan preposisi monomorfemis secara tepat. Hal ini dikatakan oleh para siswa sendiri pada saat diwawancarai. Ditambah lagi dengan pendapat guru wali kelas III SDN I Bulango Selatan saat diwawancarai, yang mengatakan bahwa guru belum menemukan metode yang tepat untuk mengajarkan tentang penggunaan preposisi monomorfemis yang benar dan tepat. Faktor inilah yang membuat siswa belum bisa menggunakan preposisi monomorfemis dengan benar dan tepat pada tulisan mereka, khususnya pada karangan.

Berdasarkan hasil observasi, wawancara, dan analisis data, maka dengan ini peneliti menyimpulkan bahwa kesalahan dalam penggunaan preposisi monomorfemis pada karangan siswa terjadi karena ada dua faktor, yaitu faktor dari siswa dan faktor dari guru. Faktor dari siswa ialah karena siswa belum memahami dengan benar bagaimana cara penggunaan preposisi monomorfemis yang tepat dalam tulisan, khususnya karangan. Sementara faktor dari guru ialah guru belum menggunakan metode yang tepat dan belum menemukan teknik pembelajaran yang tepat dalam memberikan

pemahaman kepada siswa terkait dengan pembelajaran kata depan atau yang dikenal dengan istilah preposisi monomorfemis.

Sehingga janganlah heran masih banyak siswa yang masih salah dan belum paham untuk menggunakan preposisi monomorfemis yang tepat pada tulisan, khususnya pada karangan. Hal ini tentu sangat memprihatinkan, karena yang ditakutkan ialah siswa akan terbiasa dengan kesalahan yang dibuat oleh mereka. Kalau sampai tidak dibelajarkan lebih giat lagi, maka ini akan berdampak pada tulisan-tulisan yang selanjutnya.

Hal ini tentu menjadi pusat perhatian semua guru, guru harus menemukan satu solusi atas permasalahan yang seperti ini. Dalam karangan siswa, peneliti tidak hanya menemukan kesalahan-kesalahan mengenai penggunaan preposisi monomorfemis, tetapi di sisi lain siswa banyak juga yang masih belum memahami bagaimana menggunakan huruf kapital yang benar, tanda baca yang benar dan ejaan yang benar. Siswa menggunakan huruf kapital dengan sesuka mereka, tanpa memperhatikan mana yang seharusnya menggunakan huruf kapital dan mana yang tidak seharusnya menggunakan huruf kapital. Bukan hanya itu, bahkan ada karangan siswa yang sama sekali tidak menggunakan tanda baca.

Hal-hal seperti inilah yang patut untuk diperhatikan oleh guru ketika guru berada dalam kelas untuk melaksanakan pembelajaran. Guru bukan hanya mengajarkan materi dan mentransfer ilmu pengetahuan, tetapi tugas guru juga ialah memperhatikan tulisan-tulisan siswa. Sebab keberhasilan siswa sebenarnya terletak di tangan guru. Bahkan, keberhasilan seorang guru dalam mengajarkan kepada peserta didik pun tercermin dari kemampuan peserta didik itu sendiri.

(15)

15 Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan mengenai “Analisis Kesalahan Penggunaan Preposisi Monomorfemis pada Karangan Siswa Kelas III SDN I Bulango Selatan” peneliti menarik beberapa kesimpulan. Pertama, di kelas III SDN I Bulango Selatan ternyata banyak siswa yang cenderung dalam melakukan kesalahan penggunaan preposisi monomorfemis yang tepat. Masih banyak siswa yang belum mampu menggunakan preposisi monomorfemis dengan tepat pada tulisan, khususnya karangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 18 orang siswa, yang mampu hanyalah 2 orang siswa, jika dipersentasekan hanya 11 %, belum setengah dari jumlah siswa. Sedangkan siswa yang belum mampu menggunakan preposisi monomorfemis yang tepat sebanyak 16 orang siswa, jika dipersentasekan menjadi 89 %.

Kedua ialah dari klasifikasi kesalahan siswa, yang paling banyak terjadi kesalahan terletak pada klasifikasi yang pertama dan kedua, yaitu kesalahan dalam menggunakan preposisi monomorfemis “di” dan kesalahan dalam menggunakan preposisi monomorfemis “ke”. Ternyata banyak siswa yang belum memahami cara menggunakan preposisi monomorfemis “di” dan “ke”.

Kesimpulan terakhir ialah kesalahan dalam menggunakan preposisi monomorfemis yang tidak tepat pada karangan itu diakibatkan karena adanya dua faktor. Faktor dari guru dan faktor dari siswa itu sendiri. Faktor dari guru ialah karena guru belum menerapkan metode atau teknik pembelajaran yang tepat terkait untuk meningkatkan pemahaman siswa sehubungan dengan penggunaan preposisi monomorfemis yang tepat. Sementara faktor dari siswa ialah karena siswa masih belum mengetahui cara yang benar untuk menggunakan preposisi monomorfemis yang tepat.

6. REFERENSI

Ali, Hasymi. 2002. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Angriyani Mokodompis. 2014. Analisis Kesalahan pada Karangan Siswa Kelas V di SDN 1 Kuala Kabupaten Bolmong Utara. Skripsi.

Anonim. 2014. Karangan. http://id.wikipedia.org/wiki/Karangan. (Diakses pada tanggal 16 Januari 2015). Anonim.

2013.http://www.kamusq.com/2013/04/a nalisa-adalah-definisi-dan-arti-kata.html (Diakses pada tanggal 13 Maret 2015). Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Finoza, Lamuddin. 2004. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Insan Mulia. Jauhari, Heri. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia. Keraf, Gorys. 2004. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia.

Kurniawan, Khaerudin. 2012. Bahasa Indonesia Keilmuan Untuk Perguruan Tinggi. Bandung: Refika Aditama. Maya S. Djafar. 2014. Analisis Kesalahan Siswa dalam Menulis Puisi di Kelas V SDN 7 Pulubala Kabupaten Gorontalo. Skripsi.

Prabu, Mangkunegara dan Anwar, DR. 2006, Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia (SDM). Bandung: Refika Aditama,

Semi, M. Atar. 2003. Menulis Efektif. Padang: Angkasa.

Syafie‟ie, Imam. 2008. Retorika dalam Menulis. Jakarta: P2LPTK Depdikbud. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Gutur. 2006. Menyimak sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.

(16)

16 Tarigan, Henry Guntur. 2009.

Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.

Yosi Susanti. 2011. Jenis-jenis Karangan Berdasarkan Pengertian dan

Ciri-ciri Karangan.

https://yosisusantismkn7.wordpress.com /2011/05/27/jenis-jenis-karangan- berdasarkan-pengertian-dan-ciri-ciri-karangan/ (diakses pada tanggal 16 Januari 2015).

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya objek pariwisata yang bisa digunakan untuk menambah devisi negara membutuhkan sebuah sistem dalam membantu pengguna dalam mencari objek yang dimiliki oleh pengguna.. Dalam

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan secara umum bahwa kesimpuan adalah kemampuan berpidato memiliki hubungan positif dengan penguasaan diksi dan minat berbicara,

Ajaran agama Islam boleh dikatakan penuh dengan nukilan-nukilan saintifik (reason and cause) jika ianya dikaji dengan secara lebih menyeluruh dan mendalam. Sesungguhnya Allah

Sementara itu, hasil analisis pada mahasiswa bidikmisi di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) diketahui sebesar 11% termasuk dalam kategori sangat tinggi, 46%

yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta memberikan kekuatan, ketabahan, kemudahan, dan kedamaian berfikir dalam menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Aspek-aspek penghambat kinerja Balai Rehabilitasi Sosial Eks Penyalahguna Napza Mandiri Semarang adalah anggaran dana yang terbatas, sarana dan prasarana yang

1) Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi membuat juklak dengan mengacu pedoman teknis dari Pusat, yang mengatur teknis pelaksanaan pengadaan dan penyaluran bantuan

Pengelolaan penambangan minyak tradisional Desa Ledok, masyarakat penambang harus memenuhi kewajiban yang ditentukan, yaitu terdaftar sebagai anggota dalam jamsostek, membayar