Journal of Community and Emergency, Vol 4No 1 T ahun 2016 67
Hubungan Karakteristik Perawat dengan Tindakan Pencegahan Infeksi
Nosokomial di Ruang Instalasi Anggrek RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou
Manado
Dewa Ayu Dewi Anik Andani, Samuel S. Kumajas, Winarsi P. Molintao Fakultas Keperawatan Universitas Pembanguan Indonesia Manado
Abstrak
Karakteristik merupakan salah satu aspek kepribadian yang menggambarkan suatu susunan batin manusia yang nampak pada kelakuan dan perbuatannya. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat oleh penderita ketika penderita dalam proses asuhan keperawatan di Rumah Sakit. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Karakteristik Perawat Dengan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Instalasi Anggrek RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado. Jenis Penelitian yang digunakan adalah pada
penelitian ini peneliti mengguanakan metode deskriptif analitik dengan pendekatan
cross-sectional. Populasi pada penelitian ini yaitu perawat yang bekerja di Ruang Instalasi Anggrek
RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado yang berjumlah 40 perawat. Sampel dalam penelitian
ini diambil melalui teknik Total Sampling yang berjumlah 40 responden. Data dianalisa
dengan mengguanakan uji statistic chi-square dengan tingkat kemaknaan (α) 0,05.
Berdasarkan hasil uji statistic dengan menggunakan chi-square diperoleh nilai p-value =
0,000 lebih kecil dari nilai α= 0,05. Berarti H0 ditolak maka ada hubungan karakteristik
perawat dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara lama bekerja dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial di Ruang Instalasi Anggrek RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
Kata Kunci: Karakteristik Perawat, Tindakan Pencegahan, Infeksi Nosokomial.
Abstract
Characteristic is one aspect of personality that describes an arrangement of the human mind which appeared on the behavior and actions. Nosocomial infections are infections that acquired by the patient when the patients are in the process of nursing care in the hospital. The purpose of this study was to determine the relationship of Nurse Characteristics with the prevention of Nosocomial Infection in Anggrek installation lounge of the Prof. Dr. R.D Kandou Hospital Manado. The Type of this study that is used in this research is descriptive analytic method with Cross-sectional Approach. The population in this research that nurses working in the Anggrek Installation lounge of the Prof. Dr. R.D Kandou Hospital Manado are amounted for 40 nurses. The sample in this study were taken by total sampling technique, amounted 40 respondents. The Data were analyzed by Chi-square statistical test with a significance level (α) 0.05. Based on the statistical test by using Chi-square values obtained p-value = 0.000 less than the value α = 0.05. H0 means that there is a relationship with the nurse characteristics with the prevention of nosocomial infection. The conclusion of this study is that, there is the relationshipwith the duration of working with nosocomial infection precautions in Anggrek installation lounge of the Prof. Dr. R.D Kandou Hospital Manado.
Journal of Community and Emergency, Vol 4No 1 T ahun 2016 68
Pendahuluan
Rumah Sakit sebagai tempat
pengobatan, juga merupakan sarana
pelayanan kesehatan yang dapat menjadi sumber infeksi dimana orang sakit dirawat. Infeksi nosokomial dapat terjadi pada penderita, tenaga kesehatan, dan juga setiap orang yang datang ke Rumah Sakit. Infeksi yang ada di pusat pelayanan kesehatan ini dapat ditularkan atau diperoleh melalui petugas kesehatan, orang sakit, pengunjung yang berstatus karier atau karena kondisi Rumah Sakit (Septriari ,2012).
Pencegahan melalui pengendalian
infeksi nosokomial di Rumah Sakit saat ini mutlak harus dilaksanakan oleh seluruh jajaran manajemen Rumah Sakit. Dimulai dari direktur, wakil direktur, wakil direktur
pelayanan medis, wakil direktur
umum,para dokter, bidan/perawat, dan
lain-lain. Infeksi nosokomial dikenal
pertama kali pada tahun 1847 oleh Semmelweis, dan hingga saat ini tetap menjadi masalah yang cukup menyita perhatian. Sejak tahun 1950 infeksi nosokomial mulai diteliti dengan sungguh-sungguh di berbagai Negara terutama di Amerika Serikat dan Eropa (Septriari ,2012).
Salah satu upaya untuk mencegah
penyakit dengan menggunakan Alat
Pelindng Diri (APD). APD merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri atau tubuh antara terhadap bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi.
Peralatan pelindung diri tidak
menghilangkan ataupun mengurangi
bahaya yang ada. Peralatan ini hanya mengurangi jumlah kontak dengan bahaya dengan cara penempatan penghalang antara tenaga kerja dengan bahaya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Supeni (2010) didapatkan hubungan
antara kepatuhan pelaksanaan hand
hygiene dengan pertumbuhan bakteri
penyebab infeksi nosokomial.
Dalam Kepmenkes no. 129 tahun 2008
ditetapkan suatu standar minimal
pelayanan rumah sakit melakukan
pengendalian terhadap infeksi ini. Data infeksi nosokomial dari surveilans infeksi nosokomial di setiap rumah sakit dapat digunakan sebagai acuan pencegahan infeksi guna meningkatkan pelayanan medis bagi pasien (Kepmenkes, 2008).
Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan. Infeksi nosokomial atau saat ini
sering disebut Healtcare-Associated
Infections (HAIs) merupakan masalah
penting di seluruh dunia dan menjadi isu yang menarik untuk diteliti, terutama tentang upaya pencegahan infeksi tersebut.
Menurut definisi Word Health
Organization, HAIs merupakan infeksi
yang terjadi pada pasien dan tenaga medis di rumah sakit yang terjadi selama proses perawatan ataupun selama bekerja di fasilitas pelayanan kesehatan (WHO, 2010).
Prevalensi HAIs di negara-negara berpendapatan rendah lebih tinggi dari
negara-negara berpendapatan tinggi.
Beberapa penelitian pada 1995-2010, prevalensi HAIs di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah berkisar antara 5,7-19,1%, sementara prevalensi di negara-negara berpendapatan tinggi berkisar antara 3,5-12%. Prevalensi HAIs di Indonesia yang merupakan bagian dari Negara-negara berpendapatan menengah mencapai 7,1%.
Negara berpendapatan rendah dan
menengah tidak memiliki sistem
surveilans nfeksi nosokomial yang baik dan belum melaporkan data atau tidak memiliki data yang representatif, oleh karena itu prevalensi HAIs di
negara-negara berpendapatan rendah dan
menengah kemungkinan besar tidak
mencerminkan data yang sebenarnya (WHO, 2010).
Journal of Community and Emergency, Vol 4No 1 T ahun 2016 69
Peran perawat dalam melakukan
tindakan pencegahan infeksi nosokomial, salah satunya dengan perilaku mencuci tangan dan memahami waktu yang di perlukan untuk mencuci tangan selain itu perawat juga mampu memahami tentang lima sebelum dan setelah mencuci tangan.
Dari data di Ruang Anggrek 1 RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado pasien yang mengalami phlebitis pada periode 2015 di bulan September mencapai 11% dan kurangnya kepatuhan mencuci tangan di bulan oktober 87%. Perawat kurang patuh terhadap program cuci tangan, tidak memakai sarung tangan dan masker dalam melakukan tindakan keperawatan, dan pengunjung pasien yang tidak dibatasi.
Berdasarkan beberapa hal di atas,
maka peneliti tertarik melakukan
penelitian tentang Hubungan Karakteristik Perawat dengan Tindakan Pencegahan Infeksi Nosokomial di Ruang Instalasi Anggrek RSUP. Prof. Dr. R.D. Kandou Manado.
Metode Penelitian
Desain penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross
sectional study. Populasi penelitian yaitu keseluruhan perawat yang bekerja di Ruang Instalasi Anggrek RSUP. Prof. Dr. R.D Kandou Manado yang berjumlah 40 perawat. Sampel yang diambil dengan cara total sampling. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Prof Dr. R.D. Kandou Manado. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2016. Untuk melihat hubungan antara
variable dengan menggunakan uji
Chi-Square dengan tingkat kemaknaan (α)
0,05. Hasil perhitungan menggunakan program computer SPSS Versi 21.
Hasil dan Pembahasan
1. Hubungan Lama Bekerja dengan
Tindakan Pencegahan Infeksi
Nosokomial di Ruang Instalasi
Anggrek RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado
Penelitian ini dilakukan kepada 40 responden dimana semuanya merupakan perawat pelaksana. Berdasarkan hasil penelitian dari 40 responden didapati tingkat lama bekerja ≤ 5 tahun dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial kurang sebanyak 1 orang, tindakan pencegahan infeksi nosokomial cukup 7 orang, dan tindakan pencegahan infeks nosokomial baik 2 orang. Sedangkan lama bekerja ≥ 5 tahun dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial kurang sebanyak 6 orang, tindakan pencegahan infeksi nosokomil cukup 2 orang, dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial baik 22 orang. Dari uji statistic dengan
menggunakan uji statistic Chi Square
diperoleh nilai p=0.000 ≤ α=0.05. Dari data tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lama bekerja dengan pencegahan infeksi nosokomial.
Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Suragih dan Rumapea (2012) menyatakan dalam penelitiannya, bahwa perawat dengan lama bekerja kurang dari 5 tahun mempunyai tingkat kepatuhan yang paling tinggi (77,78).
Pengalaman kerja berpengaruh pada
keterampilan sumber daya manusia dalam
bidang pekerjaannya, pekerja yang
memiliki pengalaman kerja baru akan
berusaha utuk beradaptasi dengan
lingkungan kerja dan budaya kerja yang benar di tempat kerjanya sehingga membuat mereka berusaha dengan sebaik mungkin mengikuti aturan di tempat kerja.
Profesi perawat merupakan pekerjaan yang membutuhkan pengalaman atau
proses belajar yang cukup untuk
mematangkan skill keperawatan seorang
perawat, lama kerja perawat juga
Journal of Community and Emergency, Vol 4No 1 T ahun 2016 70 mempengaruhi pengetahuan perawat, jika
seorang perawat memiliki lama kerja yang cukup maka akan memiliki pengetahuan yang lebih dalam menagani pencegahan infeksi nosokomial di rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman atau lama kerja adalah keseluruhan pelajaran yang diperoleh seseorang dari peristiwa-peristiwa yang dialami selama perjalanan kerja. Semakin
lama seseorang menggeluti bidang
pekerjaannya semakin terampil seseorang dalam bekerja tentang langkah-langkah melakukan cuci tangan secara baik dan benar sudah tersedia di tiap ruangan. Kepatuhan perawat dalam menggunakan fasilitas kesehatan dapat disebabkan oleh
banyak faktor. Perawat yang tidak
menggunakan fasilitas kesehatan dapat
disebabkan karena tidak mengetahui
adanya fasilitas, tidak mengetahui cara penggunaan fasilitas, atau keterbatasan
waktu yang digunakan untuk
menggunakan fasilitas, kondisi pasien dan banyaknya pasien.
Dari uji hasil statistik diperoleh bahwa ada hubungan antara lama kerja dengan
kepatuhan melakukan hand hygiene.
Dimana perawat yang sudah bekerja lebih dari dua tahun lebih banyak patuh dibandingkan dengan perawat yang masih bekerja kurang dari dua tahun. Hasil penelitian berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sunaryo (2004), menurut Sunaryo semakin lama seorang menggeluti bidang pekerjaannya semakin terampil orang bekerja..
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa lama bekerja memiliki
hubungan erat dengan tindakan
pencegahan infeksi nosokomial. Dengan demikian, pencegahan infeksi nosokomial dapat diterapkan pada setiap melaksanakan tindakan keperawatan.
2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Pencegahan Infeksi Nosokomial di
Ruang Instalasi Anggrek RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado
Penelitian dilakukan kepada 40 responden dimana semuanya merupakan perawat pelaksana. Berdasarkan hasil penelitian dari 40 responden, di dapati jenis kelamin laki-laki dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial kurang 1
orang, tindakan pencegahan infeksi
nosokomial cukup 4 orang, dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial baik 5
orang. Sedangkan jenis kelamin
perempuan dengan tindakan pencegahan infeksi nosokomial kurang 6 orang, tindakan penceghan infeksi nosokomial cukup 5 orang, dan tindakan pencegahan infeksi nosokomial baik 19 orang. Dari hasil uji statistic dengan menggunakan uji
Chi Square di peroleh nilai p= 0.291 ≥ α =
0.05. Dari data tersebut menunjukkan tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan pencegahan infeksi nosokomial.
Berdasarkan teori Robbins (2008) mengemukakan tidak ada perbedaan yang konsisten antara pria dan wanita dalam
kemampuan memecahkan masalah,
ketrampilan analisis, dorongan kompetitif, motivasi, sosiabilitas, atau kemampuan belajar.
Pada penelitian ini didapatkan data proporsi distribusi jenis kelamin responden yang tidak seimbang, yaitu jumlah responden wanita yang lebih banyak dari pada pria. Ketidak seimbangan proporsi tersebut dapat terjadi dikarenakan perawat di Instalasi Anggrek RSUP Prof. Dr. R. D Kandou didominasi oleh wanita.
Banyaknya perawat berjenis kelamin wanita dikarenakan pekerjaan di rumah
sakit membutuhkan kecematan dan
ketelatenan yang besar, keberanian dan keterampilan yang tinggi karena aktifitas
merawat orang sakit lebih banyak
membutuhkan perhatian besar dari petugas
perawat. Menurut peneliti, lebih
banyaknya perawat berjenis kelamin wanita dari pada pria dapat terjadi karena lebih banyak wanita yang tertarik untuk
Journal of Community and Emergency, Vol 4No 1 T ahun 2016 71 menjadi seorang perawat dibandingkan
pria.
Peneliti berasumsi bahwa banyaknya jenis kelamin wanita dibandingkan pria
bukan berarti wanita lebih dapat
melakukan infeksi nosokomial, karena ada perawat wanita juga yang lalai dalam pencegahan infeksi nosokomial, ada juga perawat pria patuh dalam melakukan pencegahan infeksi nosokomial, sehingga peneliti berpendapat bahwa baik dan kurang, patuh dan tidak patuh perawat terhadap pencegahan infeksi nosokomial tergantung pada kemauan dan pedulinya perawat dalam meningkatkan pelayanan keperawatan terutama pencegahan infeksi nosokomial.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
kesimpulan yang bisa diambil ialah:
1. Ada hubungan lama kerja perawat
dengan tindakan pencegahan infeksi
nosokomial di Ruang Instalasi
Anggrek RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
2. Tidak ada hubungan jenis kelamin dengan tindakan pencegahan infeksi
nosokomial di Ruang Instalasi
Anggrek RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
Saran
Saran yang bisa diberikan berdasarkan hasil penelitian ini ialah:
1. Bagi tenaga kesehatan diharapkan adanya upaya peningkatan tentang pencegahan infeksi nosokomial kepada perawat.
2. Bagi Rumah Sakit kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam meningkatkan
pelayanan pencegahan infeksi
nosokomial di wilayah kerja RSUP Prof. Dr. R.D Kandou Manado.
3. Bagi institusi pendidikan kiranya hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai
bahan masukan dalam
mengembangkan ilmu keperawatan di
Fakultas Keperawatan Universitas
Pembangunan Indonesia Manado.
Daftar Pustaka
Kepmenkes, 2008. Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit Menteri
Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 55
Ningsih, 2013. Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Terjadinya Flebitis Pada Pasien Yang Terpasang Infus di
Ruang R.W Monginsidi Manado. Hal:6
Robbins, 2008. Hubungan Antara Tingkat
Pengetahuan Dan Motivasi Perawat Dengan Perilaku Pencegahan Infeksi Nosokomial Di Rumah Sakit Umum Daerah Sukoharjo.
Saragi dan Rumapea, 2010. Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kepatuhan Perawat Melakukan Cuci Tangan di Rumah Sakit Telogoejo
Bakteri Aerob Penyebab Infeksi
Nosokomia: Yogyakarta
WHO, 2010. Healcare-Associated