RIATTANG TIMUR
PEMERINTAH KABUPATEN BONE D I N A S K E S E H A T A N
UPTD PUSKESMAS BAJOE KECAMATAN TANETE
Identifikasi masalah
A.Pengertian Masalah
Masalah adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan, Identifikasi masalah dilaksanakan dengan membuat daftar masalah yang dikelompokkan menurut jenis program , cakupan , mutu , ketersediaan sumber daya.
Tabel identifikasi masalah
NO PROGRAM TARGET PENCAPAIAN MASALAH
1. KIA K1 K4 PERSALINAN NAKES KF1 KF 2 KF 3 KN 1 KN 2 KN 3 KN 4 RESTI NAKES RESTI MSYARAKAT KOMPLIKASI OBSTETRI KOMPLIKASI NEONATAL KUNJUNGAN BY KUN.BALITA.LENG 95% 95% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 90% 80% 80% 80% 80% 90% 90% 98,18% 95,21% 95,33% 95,33% 93,06% 92,82% 100% 98,87% 98,24% 95,86% 74,58% 11,86% 91,53% 93,33% 93,35% 85,52% Cak. Pesalinan di fasilitas masih rendah
Cakupan resti nakes tidak tercapai
Cakupan kunjungan balita masih rendah
MTBS KB AKTF 80% 70% 63,82% 73,63% Cakupan MTBS masih rendah 2. B. Sumber Masalah
Sumber masalah kesehatan masyarakat dapat diperoleh dengan berbagai cara,diantaranya:
1. Laporan – laporan kegiatan dari program-program kesehatan yang ada 2. Survailans epidemiologi atau pemantauan penyebaran penyakit
3. Survei kesehatan yang khusus diadakan untuk memperoleh masukan perencanaan kesehatan.
4. Hasil kunjungan lapangan supervisi.
Dalam menentukan masalah kesehatan diperlukan ukuran-ukuran,yang palim lazim dipakai adalah angka mortalitas dan morbiditas. Masalah kesehatan harus diukur karena terbatasnya sumber daya yang tersedia sehingga sumber daya yang ada betul-betul dipergunakan untuk mengatasi masalah kesehatan yang penting dan memang bisa diatasi. Puskesmas dalam melaksanakan program kesehatan
berdasarkan pada standar pelayanan minimal (SPM). Puskesmas bekerja untuk mencapai target sesuai SPM pada setiap program,dan permasalahan kesehatan akan timbul jika target yang diharapkan tidak tercapai.
C. Pendekatan Masalah
Ada 3 cara pendekatan yang dilakukan dalam mengidentifikasi masalah kesehatan yakni :
1. Pendekatan logis
Secara logis, identifikasi masalah kesehatan dilakukan mengukur mortalitas, morbiditas, dan cacat yang timbul dari penyakit-penyakit yang ada dalam masyarakat.
2. Pendekatan pragmatis
Pada umumnya setiap orang ingin bebas dari rasa sakit dan rasa tidak aman yang ditimbulkan penyakit atau kecelakaan. Dengan demikian ukuran pragmatis suatu masalah gangguan masalah adalah gambaran upaya masyarakat untuk
memperoleh pengobatan, misalnya jumlah orang yang datang berobat ke suatu fasilitas kesehatan.
3. Pendekatan politis
Dalam pendekatan ini, maslah kesehatan diukur atas dasar pendapat orang-orang penting dalam suatu masyarakat (pemerintah atau tokoh-tokoh masyarakat). 7
Banyaknya masalah yang ditemukan dalam program puskesmas tidak memungkinkan untuk diselesaikan sekaligus atau seluruhnya, sehingga perlu dilakukan prioritas masalah yang merupakan masalah terbesar. Dalam hal ini teknik yang kami gunakan adalah teknik skoring. Dari masalah tersebut akan dibuat plan of action untuk meningkatkan dan memperbaiki mutu pelayanan.
D. Masalah Kesehatan di Puskesmas
Dalam melaksanakan program kesehatan yang berdasarkan kepada standar pelayanan minimal, puskesmas bekerja untuk mencapai target sesuai SPM pada setiap program. Permasalahan kesehatan akan muncul jika targettidak dapat dicapai.
Secara makro, masalah kesehatan terdiri dari 3 : a. Mortalitas
Infant mortality rate : jumlah kematian bayi dalam 1000 kelahiran hidup Maternal mortality rate : jumlah kematian ibu melahirkan dalam 100000
kelahiran hidup b. Usia harapan hidup
c. Status gizi anak dibawah 5 tahun
Penjabaran ketiga masalah makro tersebut berupa program wajib dan program penunjang puskesmas. Masalah kesehatan di puskesmas terlihat pada laporan tahunan yang tidak dapat mencapai target SPM.
Selain itu, sebagai pusat pelayanan kesehatan strata pertama yang terdiri dari Pelayanan Kesehatan Perorangan dan Pelayanan Kesehatan Masyarakat,
Faktor-Faktor Penghambat Pelayanan Puskesmas
Dalam realitanya pelayanan Puskesmas sekarang banyak memiliki masalah-masalah. Adapun masalah-masalah yang telah diungkapkan di atas itu diakibatkan oleh faktor-faktor sebagai berikut: (Tjiptoherijanto dan Said Zainal Abidin, 1993: 44-46)
Faktor Internal
1. Pelaksanaan Manajemen
Pelaksanaan manajemen merupakan hal penting yang menentukan dalam mencapai tujuan yang efisien dan efektif dari tujuan Puskesmas. Dimana fungsi manajemen itu untuk planning, organizing, leading, dan controling. Pada kegiatan perencanaan setiap tahunnya sering kali tidak berjalan sehingga kegiatan berjalan apa adanya sesuai kebiasaan yang dianggap ‘‘baik/sudah biasa’’.
2. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan suatu aspek terpenting dalam mencapai target dari program-program Puskesmas. Tetapi apa yang terjadi pada
Puskesmas di Indonesia terkesan tidak diperhatikan oleh pemerintah dengan alasan wilayah geografis yang sulit untuk dijangkau, sehingga sarana dan prasarana yang ada di dalam Puskesmas sangat terbatas, baik berupa alat medis maupun obat-obatan. Hal ini terjadi akibat dari sumber keuangan yang dimiliki Puskesmas terbatas sehingga mutu pelayanan puskesmas pun menjadi rendah karena tidak sesuai dengan standar kesehatan.
3. Tenaga medis
Jumlah tenaga medis yang sangat sedikit mengakibatkan
ketidakmampuannya melaksanakan program dari Dinas Kesehatan. Misalanya program Posyandu yang tidak tepat sasaran.
4. Sumber keuangan Puskesmas
Sumber keuangan dari pemerintah pusat maupun daerah yang didapat tidak sebanding dengan pengeluaran operasional Puskesmas sehingga biaya
pelayanan Puskesmas pun mahal padahal sarana yang terdapat di sana tidak sebanding dengan apa yang harus dibayar sehingga hal ini berdampak kepada masyarakat untuk beralih pergi ke Rumah Sakit saja yang fasilitas lebih baik daripada Puskesmas.
Psiko-sosial antara tenaga medis dengan penduduk
Perbedaan psiko-sosial antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan penduduk menimbulkan hambatan dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan Puskesmas.Tenaga-tenaga yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang terpelajar dan bukan berasal dari daerah tersebut, sehingga penduduk menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika bahasa yang digunakan adalah bahasa yang tidak dimengerti oleh penduduk, maka akibatnya penduduk segan untuk datang ke Puskesmas.
Faktor Eksternal
1. Kondisi Geografis
Kondisi geografis Puskesmas umumnya terletak pada daerah pelosok atau setingkat dengan kecamatan. Dimana kecamatan tiap-tiap daerah memilki keadaan yang berbeda-beda dalam memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan puskesmas. Memang ada kecamatan-kecamatan yang hanya dengan satu Puskesmas sudah dapat menjangkau seluruh penduduk. Tetapi ada juga puskesmas yang hanya dapat dijangkau oleh penduduk yang bermukim di dekatnya karena penduduk yang lain bertempat tinggal jauh dari Puskesmas. 2. Pemerintah daerah
Peran Pemerintah Daerah yang terkesan gagap ini terlihat atas pemahaman pembangunan kesehatan yang setengah-setengah dari pihak legislatif dan eksekutif yang tercermin dari dijadikannya pelayanan kesehatan sebagai tulang punggung pendapatan daerah. Ini berarti orang sakit dijadikan tulang
punggung pendapatan daerah. Padahal upaya menyehatkan masyarakat sejatinya termaktub dalam hakikat dan semangat UU. No.22 dan UU No. 25 tahun 1999 yang pada intinya adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan mengembangkan demokrasi menuju peningkatan kesejahteraan rakyat. Disamping itu alokasi anggaran kesehatan berbagai daerah
mencerminkan kurangnya perhatian terhadap investasi hak-hak dasar pembangunan manusia diantaranya pelayanan kesehatan dasar. 3. Keadaan Ekonomi Penduduk
Keadaan ekonomi penduduk memberikan andil dalam sulitnya mengupayakan pelayanan kesehatan pada masyarakat. Jumlah warga negara Indonesia mayoritas bermata pencarian petani dan nelayan yang mana kondisi ekonominya kurang memadai. Walaupun ada ketentuan yang memperbolehkan mereka yang tidak mampu untuk tidak usah membayar retribusi di Puskesmas, namun kenyataannya orang-orang yang demikian justru enggan datang ke Puskesmas.
4. Kondisi Pendidikan Penduduk
Masalah pendidikan penduduk juga berperan dalam menghambat pelayanan yang dihadapi oleh Puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan pada tingkat pertama, karena pada umumnya pendidikan masyarakat desa masih rendah, maka pola pikir mereka sangat sederhana dan kurang atau bahkan belum paham akan arti kesehatan. Mereka cenderung mengikuti sifat-sifat tradisional yang sejak dulu dipegang oleh masyarakat dan lingkungannya.
5. Peran Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan yang berada di Propinsi bekerja pada aspek melayani penyembuhan penyakit yang sudah diderita oleh penduduk dibandingkan dengan melayani obat-obatan yang dapat digunakan sebagai upaya
pencegahan timbulnya suatu penyakit pada penduduk. Dengan kata lain pelayanan kesehatan Puskesmas lebih banyak ditekankan pada tindakan kuratif dibandingkan pada tindakan preventif apalagi promotif. Selain itu Dinas Kesehatan juga kurang melakukan koordinasi dan pengawasan terhadap pelaksanaan program-program Puskesmas yang sudah ada sehingga tidak terwujudnya pelayanan kesehatan di tingkat basis